Anda di halaman 1dari 5

18/07/2012 10:58:53 AM

Pneumonia Pada Anak : UNICEF dan WHO


menyebutkan pneumonia sebagai penyebab kematian
tertinggi anak balita
By pdpersi.co.id
Surabaya - Pneumonia sebenarnya bukan penyakit baru. Tahun 1936 pneumonia menjadi
penyebab kematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini
bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun pada ahun 2000, kombinasi pneumonia dan
influenza kembali merajalela.
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah kardiovaskuler dan
TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Kasus pneumonia
ditemukan paling banyak meyerang anak balita. Menurut laporan WHO, sekitar 800.000
hingga 1 juta anak meninggal dunia taiap tahun akibat pneumonia. Bahkan UNICEF dan
WHO menyebutkan pneumonia sebagai kematian tertinggi anak balita, melebihi penyakitpenyakit lain seperti campak, malaria serta AIDS.
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantong-kantong udara
dalam paru yang disebut alveolidipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap
oksigen menjadi berkurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja.
Karena inilah, selain penyebaran infeksi ke seluru tubuh, penderita pneumonia bisa
meninggal. Sebenarnya pneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacammacam dan diketahui ada 30 sumber inefksi dengan sumber utama bakteri, virus,
mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya
pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus
( biasanya siebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas
sesak, karean paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi
pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang 1
tahun, dan 40 kali per menit atau lebih pada usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada
anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia.
Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas
sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan sampai
anak usia kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat
dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat
minum. Sementara untuk anak di bawah 2 bulan, pneumonia berat ditandai dengan frekuensi
pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada
dinding dada sebelah bawah.
Perbedaan yang mendasar antara pneumonia dan TBC terletak pada jenis mikroorganisme
yang menginfeksi. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri,
virus, atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus), bakteri yang umum
adalah streptococcus Pnemoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella sp, Pseudomonas sp.

Sedangkan yang disebabkan virus, misalnya virus influensa. Pada TBC, jenis
mikroorganisme yang menginfeksinya adalah mikrobakterium tuberculosis. Balita
rentanterken penyakit pneumonia, umumnya dikerenakan lemahnya atau belum sempurnanya
sistem kekebalan tubuh mereka. Oleh sebab itu, mikroorganisme atau kuman lebih mudah
menembus pertahanan tubuh.
Jenis bakteri Pneumococcus atau pneumokok belakangan semakin populer seiring dengan
dikenalnya jenis penyakit Invasive Pneumococcal Disease (IPD). Selain pneumonia, yang
termasuk IPD adalah radang selaput otak (meningitis) atau infeksi darah (bakteremia). Pada
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri pneumokok, kerap menimbulkan komplikasi dan
mengakibatkan penderita juga terkena meningitis atau bakteremia.
Bakteri pneumokok ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan tenggorokan,
menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah, mengikuti aliran darah sapai ke
paru-paru dan selaput otak. Akibatnya, timbul peradanganpada paru dan dan daerah selaput
otak.
Gejala khususnya adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna
kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada
bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu,
penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen.
Namun, gejala awalnya yang tergolong sederhana seringkali membuat orang tua kurang
waspada terhadap penyakit ini. Orang tua sering datang terlambat membawa anaknya ke
dokter. Karena gejala awal panas dan batuk, orang tua sring mengobati sendiri di rumah
dengan obat biasa, bila sudah sesak baru dibawa ke dokter. Sebaiknya bila anak mengalami
panas tinggi dan batuk, segeralah dibawa ke dokter untuk dicari tahu penyebabnya.
Diagnosis dan Pengobatan
Diagnosis pneumonia dilakukan dengan berbagai cara. Pertama dengan pemeriksaan fisik
secra umum. Setelah itu ada pula pemeriksaan penunjang seperti rontgen paru dan
pemeriksaan darah. Penanganan pneumonia pun dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Umumya pengobatan dengan pemberian antibiotik. Penderita pneumonia dapat sembuh bila
diberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kumannya, hanya saja memerlukan dosis yang
tinggi dan waktu yang lama
.
Namun, bakteri Streptococcus pneumoniae mulai resisten atau kebal terhadap beberapa jenis
antibiotik. Bahkan kawasan Asia dinyatakan sebagai hot zone, yakni daerah dengan tingkat
resistensi tinggi untuk bakteri pneumokok. Oleh sebab itu apabila pneumonia yang dialami
cukup parah, penanganannya juga dilakukan dengan cara opname. Dengan perawatan khusus
di rumah sakit, pasien bisa mendapatkan istirahat dan pengobatan yang lebih intensif, atau
bahkan terapi oksigen sebagai penunjang. Selain itu penderita pneumonia juga membutuhkan
banyak cairan untuk mencegahnya dari dehidrasi. Cairan ini bisa diperoleh dengan cara
minum air putih melalui infus.
Untuk pneumonia oleh virus sampai saat ini belum ada panduan khusus, meski bebrapa obat
antivirus telah digunakan. Kebanyakan pasien juga bisa diobati di rumah. Biasanya dokter
yang menangani pneumonia akan memilihkan obat sesuai pertimbangan masing-masing,

setelah suhu pasien kembali normal, dokter akan menginstruksikan pengobatan lanjutan
untuk mencegah kekambuhan dikarenakan serangan berikutnya bisa lebih berat dibanding
yang pertama. Selain antibotka, pasien juga akan mendapat pengobatan tambahan berupa
pengaturan pola makan dan oksigen untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam darah.
Pada beberapa kasus, pneumonia yang sudah mengalami komplikasi tersebut bisa
meninggalka efek samping. Anak dapat mengalami berbagai efek samping seperti gangguan
kecerdasan, gangguan perkembangan motorik, gangguan pendengaran dan keterlambatan
berbicara. Walaupun demikian, anak dengan pneumonia juga bisa sembuh total dan hidup
dengan normal.
Pencegahan
Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA
(Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Program ini mengupayakan agar
istilah pneumonia lebih dikenal masyarakat, sehingga mumudahkan kegiatan penyuluhan dan
penyebaran informasi tentang penanggulannya Program P2ISPA mengklasifikasi penderita ke
dalam 2 kelompok usia. Yaitu, usai di bawah 2 bulan (Pneumonia Berat atau Bukan
Pneumonia) dan usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun.
Klasifikasi Bukan Pneunomia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak
menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pneumonia ini antara lain batukpilek biasa, pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Ungkapan klasik bahwa mencegah lebih baik
daripada mengobati benar-benar relevan dengan penyakit pneumonia ini. Mengingat
pengobatannya semakin sulit, terutama terkait dengan meningkatnya resistensi bakteri
pneumokolus, maka tindakan pencegahan sangatlah dianjurkan.
Pencegahan penyakit IPD, termasuk pneumonia, dapat dilakukan dengan cara vaksinasi
pneumokokus atau sering juga disebut sebagai vaksin IPD. Peluang mencegah Pneumonia
dengan vaksin IPD adalah sekitar 80-90%.
Adapun mengenai waktu ideal pemberian vaksin IPD, adalah sebanyak 4 kali, yakni pada
saat bayi berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan diulang lagi pada usai 12 bulan. Vaksin itu
aman dan dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lain seperti Hib, MMR maupun
Hepatitis B.
Selain imunisasi, pencegahan pneumonia dengan menjaga keseimbangan nutrisi anak dan
mengupayakan agar anak memiliki daya tahan tubuh yang baik, antara lain dengan cara
istirahat yang cukup juga olahraga.
Pneumonia oleh Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siap sajadari bayi sampai usia lanjut.
Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus
pneumonia sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun
oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan
kerusakan. Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke
seluruh tubuh melalui aliran darah.
Pasien yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah, dan
denyut jantungnya meningkat cepat.Bibir dan kuku mungkin membiru karena tubuh
kekurangan oksigen. Pada kasus yang ekstrem, pasien akan mengigil, gigi bergemeletuk,
sakit dada, dan kalau batuk mengeluarkan lendir berwarna hijau. Sebelum terlambat, penyakit

ini masih bisa diobati. Bahkan untuk pencegahanvaksinnya pun sudah tersedia.
Pneumonia oleh Virus
Setengah dari kejadian pneuimonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat ini makin
banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski virus-virus ini kebanyakan menyerang
saluran pernapasan bagian atas terutama pada anak-anak gangguan ini bisa memicu
pneumonia. Untunglah, sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam
waktu singkat.
Namun, bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan
kadang menyebabkan kematian. Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak
walaupun tak terlihat jaringan paru dipenuhi cairan. Gejala pneumonia oleh virus sama saja
dengan influenza yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, ngilu di seluruh tubuh. Dan letih
lesu selam 12-136 jam, napas menjadi sesak, batuk makin hebat dan menghasilkan sejumlah
lendir. Demam tinggi kadang membuat bibir menjadi biru.
Pneumonia Mikoplasma
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan dengan
pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang
belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal (Atypical Pneumonia).
Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski mamiliki
karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar
luas. Mikoplasma menyerang segala usia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia
muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.
Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir. Demam dan
menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa mual dan muntah. Rasa
lemah baru hilang dalam waktu lama.
Pneumonia Jenis Lain
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pnumonia (PCP) yang diduga
disebabkan oleh jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap
HIV/AIDS. PCP bisa diobati pada banyak kasus. Bisa saja penyakit ini muncul lagi beberapa
bulan kemudian, namun pengobatan yang baik akan mencegah atau menundah kekambuhan.
Pneumonia lain yang lebih jarang disebabkan oleh masuknya makanan, cairan,gas,debu
maupun jamur. Rickettsia juga masuk golongan antara virus dan bakteri menyebabkan
demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan psittacosis. Penyakit-penyakit ini juga
mengganggu fungsi paru, namun pneumonia tuberkolosis alias TBC adalah infeksi paru
paling berbahaya kecuali diobati sejak dini.
Penyebab Pneumonia Pada Anak
Dalam banyak penelitian menyebutkan bahwa pneumonia pada anak disebabkan oleh dua
jenis bakteri, yaitu: Haemophilus Influenzae tipe B (Hib) dan Streptococcus pneumoniae.
Kedua bakteri ini juga dapat menyebabkan meningitis akut (infeksi pada selaput yang
menutupi otak) pada anak-anak.
Selain kesulitan dalam bernapas, batuk rejan merupakan salah satu gejala umum pada anak
ketika ia terkena pnemonia. Pneunomia dapat diobati secara efektif dengan antibiotik. Namun
dalam kasus pneumonia yang lebih lanjut, pengobatan bisa dilakukan melalui metode sinarX. Pneumonia dapat dicegah dengan beberapa cara, seperti:

1. Memberikan ASI ekslusif selama enam bulan pertama, hal tersebut merupakan
langkah penting untuk memastikan bayi anda mendapatkan gizi yang cukup serta
membangun kekebalan alami terhadap bakteri maupun virus.
2. Memberikan vaksin yang disarankan oleh dokter dalam satu tahun pertama kelahiran.
3. Menjaga kebersihan lingkungan.
4. Membiasakan anak untuk hidup sehat seperti tidak jajan sembarangan dan mencuci
tangan sebelum makan.

Anda mungkin juga menyukai