Proteksi Sistem Tenaga Listrik
Proteksi Sistem Tenaga Listrik
PENDAHULUAN
Keandalan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem dan konstruksi instalasi
listrik yang memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
Keamanan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem pengaman (protection
system) yang baik, benar, andal atau tepat sesuai dengan kebutuhan sistem
yang ada.
Pengertian/ definisi :
Proteksi : perlindungan/ pengaman.
Sistem tenaga listrik : suatu sistem yang terdiri dari dari beberapa sub
sistem, yaitu : pembangkitan (pembangkit tenaga listrik), penyaluran
(transmisi), pendistribusian (distribusi) dan instalasi pemanfaatan.
Proteksi sistem tenaga listrik : perlindungan/ pengaman pembangkitan
(pembangkit tenaga listrik), penyaluran (transmisi), pendistribusian
(distribusi) dan instalasi pemanfaatan.
Sistem tenaga listrik terdiri dari seksi-seksi (sub sistem), yang satu dengan
yang lainnya dapat dihubungkan dan diputuskan dengan menggunakan alat
pemutus tenaga (PMT).
Masing-masing seksi (sub sistem) diamankan ole rele pengaman dan setiap
rele mempunyai kasawan pengamanan, yang berupa bagian dari sistem.
Jika terjadi gangguan di dalamnnya, rele akan mendeteksi dan dengan
bantuan PMT melepaskan seksi yang terganggu dari bagian sistem lainnya.
Gambar kawasan pengamanan (zone of protection) :
Lanjutan 1.3.
Over Current Relay Trafo sisi 150 KV, sebagai pengaman cadangan lokal
Trafo pengaman cadangan jauh Bus B.
Over Current Relay dan Ground Fault Relay Trafo sisi 20 KV pengaman
utama Bus B1 pengaman cadangan jauh saluran BC.
Over Current Relay dan Ground Fault Relay pengaman utama saluran BC
pengaman cadangan jauh saluran CD.
Lanjutan 1.5.
Selektifitas (selectivity) :
Peralatan proteksi (pengaman) harus cukup selektif dalam mengamankan
sistem.
Dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu sekecil mungkin, yaitu
hanya sub sistem yang terganggu saja yang memang menjadi kawasan
pengaman utamanya.
Rele harus mampu membedakan, apakah gangguan terletak di kawasan
pengaman utamanya, dimana rele harus bekerja cepat, atau terletak di sub
sistem berikutnya, dimana rele harus bekerja dengan waktu tunda atau
tidak bekerja sama sekali.
Kecepatan (speed) :
Peralatan proteksi (pengaman) harus mampu memisahkan sub sistem yang
mengalami gangguan secepat mungkin.
Untuk menciptakan selektifitas yang baik, ada kemungkinan suatu
pengaman terpaksa diberi waktu tunda (time delay), tetapi waktu tunda
tersebut harus secepat mungkin.
Dengan tingkat kecepatan yang baik, maka terjadinya kerusakan/ kerugian,
dapat diperkecil.
7
BAB II
PENGAMAN GENERATOR
Lanjutan 2.1.
Lanjutan 2.1.
3 - 51V, backup overcurrent relay,
pengendalian tegangan atau
kontrol tegangan
1 - 32,
10
BUS GEN.
CT
CB
Beban
GEN.
OCR
MCCB
11
BUS GEN.
CB
Beban
PT
GEN.
UVR
PENYEBAB:
Generator mengalami beban lebih
12
Beban
PT
GEN.
OVR
PENYEBAB:
Lepas nya beban (Ppemb > P beban)
AKIBAT:
Generator mengalami kapasitif.
AVR generator mengalami kerusakan bila berlanjut, merusak instalasi
alat bantu di generator bisa rusak.
Frekwensi naik > 50 Hz.
TRF
Rn
CT
Beban
GEN.
OCR 51N
PENYEBAB:
Terjadi kebocoran isolasi di stator, sehingga terjadi gangguan hubung
Singkat fasa ketanah antara stator dan tanah
AKIBAT:
Kerusakan pada belitan stator
14
SISTEM
GEN.
PT
32
40
PENYEBAB:
PRIME-MOVER DARI SALAH SATU GENERATOR RUSAK ,
MENGAKIBATKAN GENERATOR TIDAK BERPUTAR.
AKIBAT:
ADA PASOKAN LISTRIK DARI GENERATOR LAIN ATAU SISTEM
SEHINGGA GENERATOR MENJADI MOTOR.
PENGAMAN -- REVERSE POWER (32)
15
SISTEM
GEN.
PT
32
40
26
CB
RTD
PENYEBAB:
pembebanan melebihi kapasitas generator
kerusakan sistem pendingin
AKIBAT:
belitan generator bisa panas
bisa merusak konduktor stator dan isolasi
antara belitan ke inti
PENGAMAN -- PENGAMAN TEMPERATUR (26)
17
PENYEBAB:
gangguan pada sistem sehingga lepas beban
governor tidak mampu kembalikan put. normal
AKIBAT:
over speed
bisa terjadi vibrasi balancing pada put. tertentu
bisa rusakkan bearing dan shaft
frekwensi naik
PENGAMAN : UNDER SPEED (81 U)
OVER SPEED (81- O)
18
CB
SET
DIFERENSIAL
GENERATOR
PENYEBAB:
GANGGUAN PADA BELITAN GENERATOR
AKIBAT:
KERUSAKAN ISOLASI BELITAN GENERATOR
PENGAMAN: DIFFRENTIAL RELAY (87 G).
19
BUS GEN.
CB
CT
BEBAN
GEN.
OLR
PENYEBAB:
Arus beban melebihi nominal dan bertahan lama
AKIBAT:
Memanaskan belitan generator. merusak konduktor dan isolasi belitan
PENGAMAN :
20
CB
NEG.SEQ
FILTER
OCR
PENYEBAB:
KETIDAK SEIMBANGAN ARUS FASA BEBAN
AKIBAT:
MEMANAS KAN ROTOR GENERATOR BILA BERTAHAN LAMA
PENGAMAN :
21
BAB III
PENGAMAN
TRANSFORMATOR
TENAGA
Relai Buchollz
Relai Jansen
Relai suhu
Relai diffrential
22
KRAN
TRIP
PELAMPUNG
TUAS TRIP
ALARM
TUAS ALARM
TANGKI TRAFO
Relai buchholz dipasang pada pipa dari maintank ke konservator ataupun dari
OLTC ke konservator tergantung design trafonya apakah di kedua pipa tersebut
dipasang relai bucholz.
Gunanya: untuk mengamankan trafo dari gangguan internal trafo yang menimbulkan
gas dimana gas tersebut timbul akibat adanya hubung singkat di dalam trafo
Cara kerja: yaitu gas yang timbul di dalam trafo akan mengalir melalui pipa dan
besarnya tekanan gas ini akan mengerjakan relai dalam 2 tahap yaitu:
Mengerjakan alarm (Bucholz 1st) pada kontak bagian atas 1.
23
Lanjutan 3.2.
Analisa gas yang terkumpul di dalam relai Bucholz
H2 dan C2H2
menunjukkan adanya busur api pada minyak antara bagian-bagian
konstruksi.
H2, C2H2 dan CH4
menunjukkan adanya busur api sehingga isolasi phenol terurai,
misalnya terjadi gangguan pada sadapan.
H2, C2H4 dan C2H2
menunjukkan adanya pemanasan pada sambungan inti.
H2, C2H, CO2 dan C3H4
menunjukkan adanya pemanasan setempat pada lilitan inti.
24
Reset Mekanis
Relai HV/LV Oil Temperature bekerja apabila suhu minyak Trafo melebihi
seting dari pada relai HV/LV oil. Besarnya kenaikan suhu adalah sebanding dengan
faktor pembebanan dan suhu udara luar Trafo.
27
28
indikator
F51G
30
87N
87N
31
Fungsi:
untuk mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat yang
terjadi didalam daerah pengaman transformator.
IIN
PERALATAN
IOUT
Cara Kerja:
Membandingkan antara arus yang masuk dengan arus yang keluar
32
Lanjutan 3.10.
DIFFERENSIAL SEBAGAI PENGAMAN TRAFO (lanjutan)
IP
CTP
TRAFO TENAGA
IS
CTS
BEBAN
iS
DIFF. RY
DOT POLARITY
iP
Lanjutan 3.10.
CTP
TRAFO TENAGA
CTS
BEBAN
DOT POLARITY
DIFF. RY
iP
PERHATIKAN :
PMS BUS 1
PMS BUS 2
Trip
PMT 150kV
Meter
CT
200/5-5-5A
OCR & EF
TRAFO
20 MVA
150 / 20 kV
DIFFRENSIAL
NGR 40 ohm CT
CT
300A/12 kV
1000/5
300/5A 10 Sec
Z = 12,4 5
REF
EF
CT
1000/5-5-5A
OCR & EF
Meter
Trip
PMT 20kV
PT
BUS 20 kV
Trip
PMT 20kV
20kV/110V
V3
OCR & EF
CT
V3
KETERANGAN :
OCR & EF : Over Current Relay & Earth Fault
DIFF
Meter
PENYULANG 20 kV
: Diffrencial Relay
REF
Meter
35
BAB IV
CURRENT
TRANSFORMER &
POTENTIAL
TRANSFORMER
PERALATAN PROTEKSI
Over Current Relay
Ground Fault Relay
Differential Relay
Distance Relay
36
PROTEKSI
HARUS PUNYA KETELITIAN / ERROR KECIL PADA
DAERAH ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT BESAR
TIDAK JENUH PADA ARUS GANGGUAN YANG BESAR,
UNTUK KEANDALAN ALAT PROTEKSI
37
Lanjutan 4.2.
RANGKAIAN EKIVALEN CT
IP
P1/K
S1/k
P2/L
IS
S2/l
is dan ip merupakan nilai arus sesaat sisi sekunder dan sisi primer.
39
20
100
120
20
100
120
0,1
0,4
0,2
0,1
0,1
15
0,2
0,75
0,35
0,2
0,2
30
15
10
10
0,5
1,5
0,75
0,5
0,5
90
45
30
30
1,0
3,0
1,5
1,0
1,0
180
90
60
60
Kelas
ketelitian
20
100
120
20
100
120
0,2S
0,75
0,35
0,2
0,2
0,2
30
15
10
10
10
0,5S
1,5
0,75
0,5
0,5
0,5
90
45
30
30
30
Kelas
ketelitian
100
40
: CL2 or CL1
: CL0.5
: CL0.2S
: CL0.1
: CL3 or CL5
2,5 VA; 10 VA; 30 VA
5 VA ; 15 VA
7,5 VA ; 20 VA
41
CT Metering
ES
Kurva CT untuk proteksi
Knee point
Kurva CT untuk pengukuran
CT Proteksi
IeXct
42
43
Lanjutan 4.7.
Inti besi
Rogowski coil
44
Lanjutan 4.7.
Conventional
Dead Tank CT
45
Lanjutan 4.7.
Type batang /Bar primary
Inverted CT
46
Lanjutan 4.7.
Teriminal primer
1 belitan
Pola (mould)
Pola (mould)
Resin
Resin
Belitan
sekunder
Untuk
pengukuran
Belitan
sekunder
Untuk
pengukuran
Belitan sekunder
Untuk Proteksi
Teriminal sekunder
P1(C1)
Belitan sekunder
Untuk Proteksi
Teriminal sekunder
P2 (C2)
2S1 2S2
3S1 3S2
4S1 4S2
4 Teriminal sekunder
Trafo tegangan:
Instrumen trafo yang dipergunakan untuk memperkecil tegangan
tinggi ke tegangan rendah , dipergunakan untuk pengukuran atau
proteksi
Accuracy classes sesuai IEC 60044-2
Range
Class
0,1
0,2
0,5
1,0
3,0
3P
6P
Burden
(%)
Voltage
(%)
25
25
25
25
25
25
25
80 - 120
80 - 120
80 - 120
80 - 120
80 - 120
5-Vf
5-Vf
100
100
100
100
100
100
100
Limit of Errors
Ratio
Phase
(%)
displacement
(min)
0,1
5
0,2
10
0,5
20
1,0
40
3
3,0
120
6,0
240
Application
laboratory
Precision and revenue metering
standard revenue metering industrial
grade meters intruments
Protection
Protection
48
Lanjutan 4.8.
Rangkaian ekivalen
R
S
T
Primer
20.000/3
Sekunder
100/3
50
4. Belitan Sekunder
4
5. Isolator Keramik
3
6. Dehydrating Breather
7. Terminal Primer
8. Terminal Sekunder
51
5) Isolator keramik
7) Terminal sekunder
52
Composite Error
vs dan vp merupakan nilai tegangan sesaat sisi sekunder dan sisi primer.
53
BAB V
SISTEM PEMBUMIAN
PERALATAN & SISTEM
akibat
tegangan
lebih
55
Transformator tenaga
Netral ditanahkan
langsung
56
Lanjutan 5.3.
Pemasangannya:
Pada transformator tenaga yang dipasok dari sistem tegangan
menengah (GI) atau PLTD kecil.
Keuntungan :
Tegangan lebih pada phasa-phasa yang tidak terganggu relatif
kecil.
Kerja pemutus daya untuk melokalisir lokasi gangguan dapat
dipermudah, sehingga letak gangguan cepat diketahui.
Sederhana dan murah dari segi pemasangan
Kerugian :
Setiap gangguan phasa ke tanah selalu mengakibatkan
terputusnya daya.
Arus gangguan ke tanah besar, sehingga akan dapat
menimbulkan
kerusakan pada peralatan listrik yang
dilaluinya.
57
Lanjutan 5.3.
ZL
XT
IGF
Arus gangguan tanah dihitung dengan memasukkan
Reaktansi XT dan Impedansi ZL
Arus gangguan tanah dipakai untuk penyetelan Relai Arus
Lebih gangguan tanah.
58
Lanjutan 5.3.
Pembebanan pada transformator tenaga di GI atau
PLTD yang memasok kebeban:
Bisa single phase (Transformator 1 fasa)
Bisa three phase (Transformator 3 fasa)
Beban tidak seimbang, kawat
netral dialiri
arus beban
59
dihubungkan
dengan
tanah
Transformator tenaga
Netral ditanahkan
Melalui Tahanan
Tahanan
60
Lanjutan 5.4.
Pemasangannya :
Pada transformator tenaga yang dipasok pada
sistem tegangan 70 atau 150 kV (GI) atau pada
sistem PLTD kecil
Tahanan pembumian (netral grounding resistance)
yang terpasang di GI atau sistem PLTD :
NGR dengan tahanan 12 ohm.
NGR dengan tahanan 40 ohm.
NGR dengan tahanan 500 ohm.
Catatan: Nilai tahanan perlu dihitung yang
didasarkan pada besarnya arus gangguan
1 fasa ketanah
61
Lanjutan 5.4.
Contoh NGR yang terpasang di Gardu Induk
40 ohm
Adalah tahanan yang dipasang antara titik neutral trafo dengan tanah dimana
berfungsi untuk memperkecil arus gangguan tanah yang terjadi
sehinggadiperlukan proteksi yang praktis dan tidak terlalu mahal karena
karakteristik rele dipengaruhi oleh sistem pentanahan titik neutral.
62
Lanjutan 5.4.
ZL
XT
Rn
IGF
Arus gangguan tanah dihitung dengan memasukkan Tahanan 3RN, Reaktansi XT dan Impedansi ZL
Lanjutan 5.4.
Keuntungan :
Besar arus gangguan tanah dapat diperkecil
Bahaya gradient voltage lebih kecil karena arus
gangguan tanah kecil.
Mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat arus
gangguan yang melaluinya.
Kerugian :
Timbulnya rugi-rugi daya pada tahanan pentanahan
selama terjadinya gangguan fasa ke tanah.
Karena arus gangguan ke tanah relatif kecil, kepekaan
relai pengaman menjadi berkurang.
64
Netral tidak
ditanahkan
65
Lanjutan 5.5.
ZL
XT
ICe
IGF
Lanjutan 5.5.
Gangguan Fasa - tanah
Akibatnya :
Lanjutan 5.5.
Lanjutan 5.5.
Pembebanan :
69
Guna :
Lanjutan 5.6.
Transformator tenaga
Netral ditanahkan
Melalui Reaktor
Lanjutan 5.6.
ZL
ICe
XT
IL
ICe
IL
72
Lanjutan 5.6.
Keuntungan :
Arus gangguan dapat dibuat kecil sehingga tidak berbahaya bagi
mahluk hidup.
Kerusakan peralatan sistem dimana arus gangguan mengalir dapat
dihindari.
Sistem dapat terus beroperasi meskipun terjadi gangguan fasa ke
tanah.
Gejala busur api dapat dihilangkan.
Kerugian :
Rele gangguan tanah (ground fault relay) sukar dilaksanakan karena
arus gangguan tanah relatif kecil.
Tidak dapat menghilangkan gangguan fasa ke tanah yang menetap
(permanen) pada sistem.
Operasi kumparan Petersen harus selalu diawasi karena bila ada
perubahan pada sistem, kumparan Petersen harus disetel (tuning)
kembali.
73
Pembumian
peralatan
adalah
menghubungkan kerangka/ bagian
terhadap ground (tanah).
pentanahan
dari peralatan
yang
listrik
74
Lanjutan 5.8.
Tahanan Jenis Tanah
JENIS TANAH
TANAH RAWA
30
100
PASIR BASAH
200
KERIKIL BASAH
500
1,000
TANAH BERBATU
3,000
4.L
. ln
1
2. L r
76
Lanjutan 5.8.
Sirkulasi arus akibat adanya kebocoran pada peralatan listrik
R
Sekunder
trafo
gardu
distribusi
RL
S
T
RN
Netral
Re1
Re2
Peralatan Listrik
77
Lanjutan 5.8.
Titik terjadi gangguan
phasa - tanah
Tegangan sentuh
Tegangan langkah
Bumi
20 m
20 m
Lanjutan 5.8.
Sistem pembumian peralatan di gardu induk dengan
menghubungkan elektroda membujur dan melintang dibawah
tanah yang disebut sistem mesh dengan tujuan untuk
memperoleh tahanan tanah kecil (< 1 ohm).
79
BAB VI
PENGAMAN TRANSMISI
saja.
80
81
F
21
Zone - 1
Zone 1= 80%
ZAB
= 80% x ZAB
F
21
82
Lanjutan 6.3.
Zone 2
Untuk mengamankan sisa yang tidak diamankan Zone 1,
diaman- kan oleh Zone 2 dengan perlambatan waktu.
Zone 2 juga sebagai pengaman rel ujung seksi yang
diamankan bila tidak mempunyai proteksi rel.
A
F
21
Zone - 2
Zone 1= 80%
ZAB
F
21
83
Lanjutan 6.3.
Zone 3
Zone 1= 80%
ZAB
F
21
F
21
Zone - 3
84
ZL
Karakteristik mho
Z1 Z2 Z3
R
ZL
Z3
Karakteristik Quadrilateral
Z2
Z1
85
I1
CT1
I2
CT2
86
Lanjutan 6.5.
PRINSIP DASAR PROTEKSI RELAI DIFFERENTIAL
Relai diferensial arus berdasarkan H. Khirchof,
dimana arus yang masuk pada suatu titik, sama
dengan arus yang keluar dari titik tersebut.
I1
I2
I1 = I2
Daerah pengamanan
I1
I2
CT1
CT2
87
dan
88
Lanjutan 6.6.
I2
I1
PMT
Saluran yg diproteksi
PMT
B
CT1
CT2
F 87
F 87
Lanjutan 6.6.
Diffrential untuk saluran diperlukan :
Sarana komunikasi antara ujung saluran yg lazim
disebut kawat pilot, dapat berupa :
- Kawat tembaga.
- Serat optik
- Mikro wave
Relai sejenis disetiap ujung saluran.
Lanjutan 6.6.
Trafo isolasi, karena kemungkinan terjadi induksi
tegangan dari saluran yang diamankan (khususnya pilot
dengan kawat tembaga)
Yg membatasi panjang saluran yang diamankan :
- Saluran komunikasi dengan kawat dibatasi
adanya arus kapasitansi dan resistans kawat.
oleh
91
Lanjutan 6.6.
Prinsip operasi yang digunakan.
Circulating current
Prinsipnya dalam keadaan normal/tidak ada gangguan
arus mengalir melalui CT di kedua ujung, kumparan
penahan dan kawat pilot, kumparan kerja tidak dilalui
arus.
Opose Voltage
Prinsipnya dalam keadaan normal/tidak ada gangguan
arus mengalirhanya disetiap CT dan kumparan penahan
disetiap sisinya, pada kawat pilot dan kumparan kerja
tidak dilalui arus.
92
Lanjutan 6.6.
I2
I1
PMT
CT1
Trafo
penjumlah
id
Saluran yg diproteksi
s2 p
2
s1 p
F 87
Trafo isolasi
PMT
CT2
p s2
2
id
Trafo
penjumlah
p s1
1
F 87
5 kV untuk JTM
15 kV untuk JTT
93
i1
I1
PMT
Saluran yg diproteksi
Kumparan kerja
CT1
id
F 87
Kawat pilot
Kumparan penahan
PMT
i2
I2 B
CT1
id
i2
F 87
Pada
&
DIR
DIR
Signalling
&
channel
95
F 51
F 51
96
BAB VII
PENGAMAN DISTRIBUSI
20 KV
AWAN
PETIR
RANTING
POHON
I (DARI SUMBER)
97
51
51
51G
51G
3 FASA
1 FASA-TANAH
51N
98
PLTD A
V<20 kV
6
3
PLTD B
JIKA SETELAN RELAI ANTARA KEDUA PUSAT LISTRIK TIDAK SESUAI, AKAN
TERJADI BLACK OUT (SELURUH PUSAT LISTRIK PADAM)
99
IF
PLTD A
IF>>
FCO
Gangguan HS
20 kV
Saat FCO trip dalam tabung terjadi arcing yang waktunya melebihi waktu setting
Yang dapat tripkan Rele di outgoing.
100
Lanjutan 7.4.
GANGGUAN YANG TERJADI:
GANGGUAN 3 : bisa terjadi
pada fasa R , S dan T terhubung singkat
101
PMT
NGR
TRAFO 6,3/20 KV
CT
Jaringan distribusi
OCR/GFR
PMT
CT
ON
NGR
OCR
OCR
OCR
RELAY
GFR
103
CT
TRAFO 6,3/20 KV
HUBUNG
SINGKAT
3 FASA
ON
OFF
NGR
OCR
OCR
OCR
GFR
Lanjutan 7.7.
PMT
CT
TRAFO 6,3/20 KV
R
HUBUNG
SINGKAT
1 FASA
3Io
S
T
ON
OFF
NGR
OCR
OCR
OCR
GFR
Gangguan HS terjadi pada fasa T, arus mengalir masuk ke GFR - PMT trip
105
Penyulang
Gangguan
CT mentransfer besaran primer
ke besaran sekunder
+
-
106
Elektromekanis
Sederhana Definite, (instant)
Rele definite hanya menyetel waktu
Saat terjadi gangguan hubung singkat arus
dari CT masuk ke kumparan Rele.
Setelan
waktu
107
Lanjutan7.9.
Karakteristik Inverse
Rele inverse menyetel waktu & arus
Saat terjadi gangguan hubung singkat arus
108
Lanjutan7.9.
Elektrostatik
CT
Rect
Kontak
Output
Set timer
Comp
C
Set I (arus)
109
t SET
I SET
I (ampere)
Karakteristik definite time: bisa di setting arus besar setting waktu kecil
110
t (detik)
I SET
I SET MOMENT
I (ampere)
t SET
I SET MOMENT
I (ampere)
SUMBER
KIT
TRAFO UNIT/
TRAFO DAYA
51
51
51
51
51G
51G
51G
51G
51N
113
Lanjutan7.13.
UNTUK :
V
Z
114
Lanjutan7.13.
DARI KETIGA JENIS GANGGUAN, PERBEDAANNYA ADA PADA
UNTUK GANGGUAN 3 FASA
FASA
: TEGANGANNYA ADALAH E
FASA-FASA
NILAI EKIVALEN Z1 + Z2 * Z0
Z2 + Z0
UNTUK GANGGUAN 1 FASA KETANAH
FASA
115
Lanjutan7.13.
PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN :
: RUMUSNYA :
I =
V
Z
V =
Z =
IMPEDANSI Z1 ekivalen
: RUMUSNYA :
I =
V
Z
116
I =
V
Z
V =
Z =
IMPEDANSI Z1 + Z2 * Z0 ekivalen
Z2 + Z 0
I =
V =
3 x TEGANGAN FASA
Z = IMPEDANSI ( Z + Z + Z ) eki
1
2
0
117
Tms
0,14
t
0,14 Tms
k
IFAULT
1
I
SET
detik
0,02
0.02
0.02
EEE inverse
t
= Waktu trip (detik).
Tms = Time multiple setting.
Ifault = Besarnya arus gangguan Hub Singkat (amp)
Setelan over current relay (inverse) diambil arus gg hub singkat terbesar.
Setelan ground fault relay (inverse) diambil arus gangguan hub singkat terkecil.
ISET = Besarnya arus setting sisi primer
Setelan over current relay (Invers) diambil 1,05 s/d 1,1 x Ibeban
Setelan ground fault relay (inverse) diambil 0,06 s/d 0,12 x arus gg hub singkat terkecil.
118