Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

AUDIT FORENSIK

OLEH :
1. IRAWAN
2. KADEK BUDI SURYANATA
3. RABIATUN ADAWIYAH

(A1C012063)
(A1C012067)
(A1C012117)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MATARAM
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini terutama kepada dosen mata kuliah Audit Forensik.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyajian masalah ini. Untuk menyempurnakan
makalah ini kami mohon kritik dan saran. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Atas perhatian kami ucapkan banyak terima kasih.

Mataram, 26 Mei 2015

Kelompok 3

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasca Krisis Moneter 1997 yang meluluhlantakkan perekonomian dan
menghancurkan rezim orde baru yang berkuasa berimbas ke berbagai aspek dari ekonomi,
politik, hukum dan tata negara, Sistem perekonomian yang dibangun orde baru dengan
kekuasaan sekelompok elit politik dan didukung militer telah menampakkan
kebobrokannya, dimana faktor kolusi, korupsi dan nepotisme menjadi sebab utama
mengapa negara ini tidak mampu bertahan dari krisis bahkan dampaknya masih terasa
hingga sekarang. Reformasi yang dilakukan pemerintah setelah orde baru memberikan
harapan akan adanya perubahan dari sisi demokrasi kepempimpinan melalui pemilihan
umum langsung dan pemilihan kepala daerah, distribusi prekonomian dengan lebih merata
dengan diberlakukannya otonomi daerah maupun transparansi dan akuntabilitas pemerintah
yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang No 28 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan
yang bebas KKN, Undang-Undang No 31 Tahun 1999 Tentang Tindak Pidana Korupsi, dan
Undang-Undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.Namun harapan tersebut
seakan jauh panggang dari api, kasus korupsi di Indonesia seakan semakin berkembang
dengan metode baru yang lebih canggih. Pemberantasan korupsi dilakukan selama ini
kurang memberikan efek jera yang diharapkan timbul dari terpidananya pelaku koruptor.
Pada makalah ini pembahas akan membahas Audit Investigasi Dengan Menganalisis
Unsur Perbuatan Melawan Hukum, Investigasi Pengadaan, Computer Forensics,
Wawancara Dan Interogasi, Operasi Penyamaran, Peniup Peluit. Akuntan forensik bekerja
sama dengan praktisi hukum dalam menyelesaikan masalah hukum, oleh karenanya akuntan
forensik perlu memahami hukum pembuktian sesuai masalah-masalah hukum yang
dihadapi, dalam bab ini khususnya tindak pidana khusus yaitu korupsi. Dalam hal terkait
korupsi biasanya tindakan melawan hukum diantaranya terdiri dari kegiatan memperkaya
diri, penyalahgunaan wewenang, suap menyuap, gratifikasi, penggelapan dan pembiaran
penggelapan, pengrusakkan bukti dan memalsukannya, pemerasan, penggunaan tanah
negara oleh pegawai negeri, dan lain-lain.
Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan
publik. Setiap tahun, BPK dan BPKP melaporkan kasus pengadaan yang mengandung unsur
tindak pidana korupsi. Tidak banyak yang masuk ke persidangan pengadilan, hanya 30 %
yang diselesaikan.
Computer forensics adalah penerapan teknik-teknik analitis dan investigtif untuk
mengidentifikasi, mengumpulkan, memeriksa, dan melidungi (preserve) bukti atau
informasi digital.
Proses hukum yang mengisyaratkan adanya tindak pidana, sengketa perdata, dan
hukum administrative meskipun lingkup yang popular adalah tindak pidana yang dikenal
sebagai cyber crime, diantaranya:
Penyalahgunaan dan penipuan melalui internet

Pemerasan
Pengungkapan rahasia perusahaan
Kegiatan mata-mata industry (industrial espionage)
Penyimpanan informasi berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan
Wawancara bersifat netral dan tidak menuduh, dengan tujuan mengumpulkan
informasi (Tuanakotta:2007). Auditor Investigatif selama melakukan wawancara harus
mengumpulkan informasi yang penting bagi investigasinya dan informasi mengenai
perilaku dari orang yang diwawancarai (behavioral information), seperti: perilaku orang
yang diwawancarai pada waktu menjawab pertanyaan, bagaimana cara duduknya, kontak
mata dengan yang mewawancarai, ekspresi wajahnya, cara memberikan jawaban, pilihan
kata atau kalimat, hal itu semua dapat memberi petunjuk apakah orang yang diwawancarai
jujur atau tidak.

BAB II
PEMBAHASAN

BAB 16 : AUDIT INVESTIGASI DENGAN MENGANALISIS UNSUR PERBUATAN


MELAWAN HUKUM
Akuntan forensik bekerja sama dengan praktisi hukum dalam menyelesaikan masalah
hukum, oleh karenanya akuntan forensik perlu memahami hukum pembuktian sesuai
masalah-masalah hukum yang dihadapi, dalam bab ini khususnya tindak pidana khusus
yaitu korupsi. Dalam hal terkait korupsi biasanya tindakan melawan hukum diantaranya
terdiri dari kegiatan memperkaya diri, penyalahgunaan wewenang, suap menyuap,
gratifikasi, penggelapan dan pembiaran penggelapan, pengrusakkan bukti dan
memalsukannya, pemerasan, penggunaan tanah negara oleh pegawai negeri, dan lain-lain.
Untuk lebih jelasnya tersaji pada tabel 1, terkait 30 Jenis tindak pidana korupsi menurut
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
1. Pasal 2: Memperkaya diri
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.
2. Pasal 3: Penyalahgunaan wewenang
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau saranayang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
3. Pasal 5, ayat (1), a: Menyuap pegawai negeri
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara tersebut berbuat atau tidak
berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya
4. Pasal 5, ayat (1), b: Menyuap pegawai negeri
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
karena atau berhubungan dengan yang bertentangan dengan jabatannya, dilakukan atau
tidak dilakukan dalam jabatannya
5. Pasal 13: Memberi hadiah kepada pegawai negeri
Setiap orang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh
pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukantersebut.
6. Pasal 5, ayat (2): Pegawai negeri terima suap
Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji
7. Pasal 12, a: Pegawai negeri terima suap
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahui hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakan atau melakukan atau tidak

melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.


8. Pasal 12, b: Pegawai negeri terima suap
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui hadiah
tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.
9. Pasal 11: Pegawai negeri terima hadiah
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan
atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau menurut pikiran orang yang
memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan secara jabatan.
10. Pasal 6, ayat (1), a: Menyuap hakim
memberi atau menanjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili.
11. Pasal 6, ayat (1), b: Menyuap advokat
memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan ditentukan menjadi advocat untuk menghadiri sidang pengadilan
dengan maksud untuk mempengaruhi nasehat atau pendengar yang akan diberikan
berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.
12. Pasal 6, ayat (2): Hakim dan advokat terima suap
bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksu pada ayat (1) huruf a
atau advocad yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksu pada ayat (1)
huruf b.
13. Pasal 12, c: Hakim terima suap
Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan
kepadanya untuk diadili.
14. Pasal 12, d: Advokat terima suap
Advokat untuk menghadiri sidang, menerima hadiah atau janji. Padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang
akan diberikan.
15. Pasal 8: Pegawai negeri menggelapkan uang/membiarkan penggelapan
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja
menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan
uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu
dalam melakukan perbuatan tersebut.
16. Pasal 9: Pegawai negeri I memalsukan buku
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja
memalsukan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.
17. Pasal 10, a: Pegawai negeri I merusakkan bukti
Menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang,
akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka
pejabat yang berwenang, yang dikuasai jabatannya.

18. Pasal 10, b: Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
Membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak
dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.
19. Pasal 10, c: Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti
Membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak
dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.
20. Pasal 12, e: Pegawai negeri memeras
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
21. Pasal 12, f: Pegawai negeri memeras
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta,
atau pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya,
padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.
22. Pasal 12, g: Pegawai negeri memeras
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas meminta,
menerima, memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggaranegara yang lain
atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut
bukan merupakan utang.
23. Pasal 7, ayat (1), a: Pemborong berbuat curang
Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bangunan
yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan
perang.
24. Pasal 7, ayat (1), b: Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau peneyerahan bahan bangunan,
sengaja membiarkan perbuatan curang.
25. Pasal 7, ayat (1), c: Rekanan TNI/Polri berbuat curang
Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia
dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keselamatan dalam keadaan perang.
26. Pasal 7, ayat (1), d: Pengawas rekanan TNI/Polri berbuat curang
Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara Nasional
Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan
perbuatan curang.
27. Pasal 7, ayat (2): Perima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang menerima
penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan membiarkan perbuatan curang.
28. Pasal 12, h: Pegawai negeri menggunakan tanah negara
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, telah
menggunakan tanah negara yang diatasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak, paahal diketahuinya


bahwa perbuatan tersebut bertentangann dengan peraturan perundang-undangan.
29. Pasal 12, i: Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud baik langsung maupun
tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan,
yang pada saat dilakukan perbuatan, u ntuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk
mengurus atau mengawasinya.
30. Pasal 12B jo.12C: Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak melapor ke KPK
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya
Selain ke-30 tindak pidana tersebut juga terdapat tindak pidana lain yang terkait tidak
pidana korupsi. Tindak pidana tersebut menurut Undang-Undang Tipikor sebagai berikut.
Mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka, terdakwa, atau saksi
dalam perkara korupsi.
Tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan palsu
Melanggar KUHP Pasal 220 (mengadukan perbuatan pidana, padahal dia tahu perbuatan itu
tidak dilakukan), Pasal 231 (menarik barang yang disita), Pasal 421 (pejabat
menyalahgunakan wewenang, memaksa orang untuk melakukan atau tidak melakukan, atau
membiarkan sesuatu), Pasal 422 (pejabat menggunakan paksaan untuk memeraspengakuan
atau mendapat keterangan), Pasal 429 (pejabat melampaui kekuasaan ... memaksa masuk ke
dalam rumah atau ruangan atau pekarangan tertutup ...
atau berada disitu melawan hukum) atau Pasal 430 (pejabat melampaui kekuasaan
menyuruh memperlihatkan kepadanya atau merampas surat, kartu pos, barang atau paket ...
atau kabar lewat kawat).

Konsep dalam KUHP dan KUHAP


Alat bukti yang sah
Pengertian alat bukti yang sah, salah satunya menurut penjelasan Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999, yaitu bisa berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau
disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu tetapi tidak
terbatas pada data penghubung elektronik, surat elektronik, telegram, teleks dan faksmile,
dan dari dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca atau
dikirim, dan atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana,
baik yang tertuang di atas kertas atau benda fisik apapun selain kertas, maupun yang
terekam secara elektronik, yang berupa tulisan/suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf,
tanda, angka, atau perforasi yang memilii makna.
Pembalikan beban pembuktian
Pembalikan beban pembuktian adalah peletakan beban pembuktian yang tidak lagi
pada diri Penuntut Umum, tetapi kepada terdakwa. Hal ini diberlakukan pada tindak pidana
terkait gratifikasi dan tuntutan perampasan harta benda terdakwa yang diduga berasal dari
salah satu tindak pidana.

Gugatan perdata atas harta yang disembunyikan


Gugatan perdata dapat dilakukan setelah adanya kekuatan hukum tetap oleh
pengadilan. Gugatan dilakukan terhadap terpidana atau ahli warisnya apabila masih terdapat
harta hasil rampasan atau korupsi.
Perampasan harta benda yang disita
Dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum putusan dijatuhkan dan terdapat bukti
yang cukup kuat bahwa yang bersangkutan telah melakukan tindak pidana korupsi maka
hakim atas tuntutan penuntut umum menetapkan perampasan barang-barang yang telah
disita.
Pemidanaan secara in absentia
Karena seringnya koruptor yang melarikan diri dan tiak hadir selama persidangan,
sehingga dalam proses hukumnya diberlakukan secara in absentia, yaitu proses mengadili
seorang terdakwa tanpa dihadiri oleh terdakwa sendiri sejak mulai pemeriksaan sampai
dijatuhkannya hukuman oleh pengadilan.
Memperkaya vs menguntungkan
Istilah tersebut dalam proses hukum berbeda. Memperkaya bermakna adanya
tambahan kekayaan sedangkan menguntungkan bermakna keuntungan materiil dan
immateriil. Pembuktian memperkaya lebih sulit daripada menguntungkan.
Pidana mati
Pidana mati merupakan sebuah proses eksekusi mati terhadap terdakwa yangdidasari
atas putusan pengadilan. Pidana mati terkait koruptor salah satunya diatur pada pasal 2 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, yaitu dalam hal tindak pidana korupsi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikatakan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat
dijatuhkan.
Nullum delictum
Maknanya tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP, intinya bahwa suatu perbuatan
tidak dapat dipidana kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan-ketentuan perundangundangan pidana yang telah ada.
Concursus idealis dan concursus realis
Concursus idealis (eendaadsche samenloop) yaitu suatu perbuatan yang masuk ke
dalam lebih dari satu aturan pidana. Disebut juga sebagai gabungan berupa satu perbuatan
yakni suatu perbuatan meliputi lebih dari satu pasal ketentuan hukum pidana. Sistem
pemberian pidana yang dipakai dalam concursus idealis adalah sistem absorbsi, yaitu hanya
dikenakan pidana pokok yang terberat. Concursus idealis diatur dalam Pasal 63 KUHP.
Dalam KUHP bab II Pasal 63 tentang perbarengan peraturan.
Concursus realis
Concursus realis (meerdaadse samenloop) terjadi apabila seseorang melakukan
beberapa perbuatan, dan masing-masing perbuatan itu berdiri sendiri sebagai suatu tindak
pidana (tidak perlu sejenis dan tidak perlu berhubungan). Concursus realis diatur dalam
Pasal 65-71 KUHP.
Perbuatan berlanjut
Perbuatan berlanjut terjadi jika beberapa perbuatan, meskipun masing-masing
merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus

dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, sehingga diterapkan ancaman pidana pokok
paling berat.
Lepas vs Bebas dari tuntutan hukum
Perbedaan dari istilah diatas adalah dalam hal putusan lepas dari segala tuntutan
hukum, jaksa penuntut umum dapat melakukan kasasi, namun untuk putusan bebas murni,
maka jaksa penuntut umum tidak dapat melakukan kasasi.
BAB 17 : INVESTIGASI PENGADAAN
Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan
publik. Setiap tahun, BPK dan BPKP melaporkan kasus pengadaan yang mengandung unsur
tindak pidana korupsi. Tidak banyak yang masuk ke persidangan pengadilan, hanya 30 %
yang diselesaikan.
Pengadaan Publik- Sumber Utama Kebocoran Negara
Secara luas, sistem pengadaan publik Indonesia diyakini merupakan sumber utama
bagi kebocoran anggaran yang memungkinkan korupsi dan kolusi yang memberikan
sumbangan besar terhadap kemerosotan pelayanan jasa bagi rakyat miskin Indonesia.
Namun, suatu sistem pengadaan efektif harus dipusatkan pada upaya untuk memastikan
bahwa dana publik dibelanjakan dengan baik guna meningkatkan efektivitas pembangunan.
Apabila suatu sistem pengadaan berfungsi baik, dipastikan pembelian barang akan bersaing
dan efektif. Supaya berfungsi efektif, suatu rezim pengadaan perlu mencakup ciri-ciri :
Kerangka hukum yang jelas, komprehensif, dan transparan diantara lain mewajibkan
pemasangan iklan yang luas tentang kesempatan-kesempatan penawaran, pengungkapan
sebelumnya tentang semua kriteria untuk mendapatkan kontrak, pemberian kontrak yang
didasarkan atas kriteria yang objektif bagi penawar yang dinilai paling rendah, pemaparan
publik bagi penawaran-penawaran itu, akses terhadap mekanisme peninjauan untuk keluhan
penawar, pengungkapan publik dari hasil-hasil proses pengadaan dan pemeliharaan catatan
lengkap tentang seluruh proses tersebut.
Kejelasan tentang tanggung jawab dan akuntabilitas fungsional, termasuk penunjukan
tanggung jawab yang jelas atas pengelolaan proses pengadaan, memastikan bahwa aturanaturan yang ditaati dan mengenakan sanksi-sanksi jika aturan-aturan itu dilanggar.
Suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk kebijakan pengadaan dan pengawasan
penerapan tepat dari kebijakan tersebut. Secara ideal,badan ini jangan bertanggung jawab
pula untuk mengelola proses pengadaan. Badan tersebut harus memiliki wewenang dan
independensi untuk bertindak tanpa takut atau pilih kasih dalam menjalankan tanggung
jawabnya.
Suatu mekanisme penegakan. Tanpa penegakan, kejelasan aturan, dan fungsi tidak ada
artinya. Badan audit pemerintah harus dilatih untuk mengaudit pengadaan publik dan
memulai tindakan terhadap mereka yang melanggar aturan-aturan. Pemerintah perlu
menetapkan mekanisme-mekanisme yang memiliki kepercayaan penuh dari para pegawai.
Staf pengadaan yang terlatih baik, kunci untuk memastikan sistem pengadaan yang sehat.
Faktor Penyebab Kerangka Akuntabilitas Untuk Pengadaan Gagal
Kerangka akuntanbilitas untuk pengadaan public di Indonesia cacat dalam beberapa

hal :
Kerangka hukum cacat
Keppres (UU No. 18/2000) mempunyai kelemahan-kelemahan lain yang berupa
memungkinkan kebijaksanaan cukup besar untuk menghindari pengadaan kompetitif
melalui belanja serta pengontrakan langsung, tidak mewajbkan lelang dan pemberian
kontrak yang dipublikasikan secara luas, gagal mengunci prosedur-prosedur bagi penawar
yang kecewa untuk mendaftarkan keluhan, dan tidak mewajibkan sanksi-sanksi wajib
terhadap perusahaan-perusahaan yang ditemukan terlibat dalam kolusi atau mal praktik
lainnya.

Pemerintah tidak terorganisasi untuk menangani pengadaan


Pemerintah tidak mempunyai badan yang jelas harus bertanggung jawab untuk
kebijakan dan pematuhan pengadaan publik. Pengadaan itu sendiri terutama dikelola oleh
manajemen proyek (Pimpro).
Insentf-insentif terdistorsi
Akibat pamong praja yang dikelola dengan buruk dan peradilan yang lemah, kerangka
insentif melenceng jauh sehingga tidak ada imbalan untuk efisiensi dan kejujuran dan tidak
ada hukuman untuk korupsi. Baik Pimpro maupun anggota panitia lelang menghadapi
insentif-insentif kuat untuk berpartisipasi dalam korupsi dan kolusi.
Pengadaan dilakukan di balik pintu tertutup
Sebagian besar proses tersebut berlangsung di balik pintu tertutup. Hasil-hasil
penawaran berikut pembenaran yang sesuai dengan pemenangan penawaran tidak
diumumkan.
Pengauditan Lemah
Auditor Pemerintah kurang mengenal aturan dan prinsip pengadaan. Keengganan
untuk menerapkan sanksi-sanksi administratif terhadap pegawai negeri yang ketahuan
berkolusi dengan lingkaran-lingkaran penawar berarti bahwa secara efektif tidak ada
mekanisme penegakan.
Kententuan Perundangan-Undangan
Ketentuan perundang-undangan mengenai pengadaan barang dan jasa yang dibiayai
dengan APBN dan APBD terdapat dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003.
Keputusan presiden ini telah diubah beberapa kali sebagai berikut: dengan Keputusan
Presiden Nomor 61 Tahun 2004, Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005, dan Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2005. Tujuan dikeluarkannya ketentuan perundangan adalah agar
pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayai dengan APBN/APBD dapat dilaksanakan
dengan efektif dan efisien dengan prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka dan
perlakuan yang adil bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik
dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas Pemerintah dan
Pelayanan Masyarakat.
Dalam proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yang
memerlukan penyedia barang/jasa dibedakan menjadi empat cara yaitu pelelangan umum,
pelelangan terbatas pembelian langsung, dan penunjukan langsung.

Investigasi Pengadaan
Cara investigasi diterapkan dalam pengadaan yang menggunakan sistem tender atau
penawaran secara terbuka. Dalam sistem ini, lazimnya ada tiga tahapan berikut :
Tahap pretender (presolicitation phase)
Tahap penawaran dan negosiasi (solicitation and negotiation phase)
Tahap pelaksanaan dan penyelesaian administratif (performance and administration phase)
BAB 18 : COMPUTER FORENSICS
Computer forensics adalah penerapan teknik-teknik analitis dan investigatif untuk
mengidentifikasi, mengumpulkan, memeriksa, dan melidungi (preserve) bukti atau
informasi digital.
Proses hukum yang mengisyaratkan adanya tindak pidana, sengketa perdata, dan
hukum administrative meskipun lingkup yang popular adalah tindak pidana yang dikenal
sebagai cyber crime, diantaranya:
Penyalahgunaan dan penipuan melalui internet
Pemerasan
Pengungkapan rahasia perusahaan
Kegiatan mata-mata industry (industrial espionage)
Penyimpanan informasi berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan
kejahatan.
Ada tiga langkah utama dalam computer forensic, yaitu:

Imaging
Secara sederhana, suatu alat dihubungkan ke salah satu communication port (biasanya
parallel port atau scsi port) dan alat ini akan merekam seluruh data yang ada pada electronic
stroge media (seperti hard disk) dalam computer secara lengkap, tidak kurang tidak lebih.
Hard disk terkadang dilepas dari rumah computer (computer housing). Dikopi secara
lengkap, byte-byte copy atau mengopi byte demi byte, tanpa ada yang ditambah atau
dikurangi. Hal ini penting di pengadilan dan ketika computer forensic specialist

Processing
Sesudah mendapat bayangan cermin dari data aslinya, citra atau image ini harus
diolah untuk memulihkan file yang terlanjur dihapus (deleted) atau yang ditulisi kembali
(overwritten) dengan current file. Dengan memulihkan image hasil kopian, files dan folders
akan tampil seperti pada media penyimpanan data yang asli.
Perlu dijelaskan penyebab computer umumny tidak menghapus file ketika kita
memberi perintah delete. Di bagian awal suatu hard disk, terdapat index dari lokasi semua
file pada disk tersebut. Index ini, juga dikenal sebagai file allocation table, member tahu
kepada operating system (seperti windows) di bagian mana dari disk suatu file berada.
Ketika kita memanggil suatu file, petunjuk atau identifier yang ada bagian atas file akan
diakses sesuai dengan tempatnya dalam index.

Ketika kita memberi perintah delete, yang sesungguhnya terjadi adalah entry pada
index dihapus sehingga computer tidak lagi dapat mengakses file tersebut. Juga computer
mengerti bahwa ruang atau space yang tadi teisi dengan file yang kita delete, sekarang boleh
diisi dengan file baru, atau dalam bahasa inggris: is now available to be overwritten.
Ada program yang benar-benar men-delete dan langsung overwritte suatu file baru di
lokasi tempat file lama berada. Namun, program ini tidak umum umum atau tidak
digunakan dengan tepat. Dari sudut security, cara yang paling aman menghancukan data
sensitive pada hard disk adalah menghancurkan data sensitive apad hard disk adalah
menghancurkan hard-disk secara fisik.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

1.

2.

3.

Analyzing
Pada langkah ketiga ini memerlukan keahliannya, kreativitasnya, dan penerapan
gagasan orisinal. Ketiak memeriksa current file, yang sering menjadi perhatian adalah nama
file, seperti nama-nama seksi untuk bahan pornografi; dewa perang untuk penyelundupan
senjata, warna-warni untuk uang suap kepada pimpinan partai, bahkan istilah yang
menunjukan jabatan seorang pejabat sipil atau militer dalam kasus korupsi.Semua file
dalam langkah ketiga (analyzing) ini diupanyakan membangun fraud theorynya. Inilah yang
dilakukan oleh penyidik dalam kisah-kisah detektif di awal bab ini.
Seperti penyidik pada umunya, ahli computer forensics mencari bukti kejahatan.
Perlindungan terhadap bukti dan barang bukti sangat penting. Computer forensics specialist
akan bekerja dengan kehati-hatian professional untuk memastikan:
Tidak ada kemungkinan bukti menjadi rusak, dihancurkan, atau tidak lagi murni
(compromised) karena prosedur yang diguanakn dalam investigasi.
Tidak ada kemungkinan masuknya (atau dimasukannya) computer virus sejak kedatangan
penyidik.
Semua bukti yang diperoleh ditangani sedemikian rupa sehingga terlindug dari kerusakan
mekanis dan kerusakan electromagnetic
Ada mata rantai penyimpanan, pengawasan, dan dokumentasi yang berkesinambungan atas
bukti dan barang bukti.
Kalau tidak dapat dihindari, terhentinya kegiatan usaha ditekan serendah mungkin.
Semua informasi rahasia yang dilindungi oleh undang-undang (seperti clientattorney
information di Amerika Serikat dan informasi yang diperoleh seorang pastor Katolik dari
pengakuan dosa umatnya, menurut (KUHAP) tidak boleh disadap. Kalau hal itu terjadi
tidak sengaja, maka penanganan informasi itu harus dilakukan secara hukum dan
memperhatikan segi etika.
Secara lebih spesifik, computer forensic specialist menentukan bukti yang mungkin
terkandung dalam system computer dan berupaya untuk mendapatkannya (retrieve) dengan:
Melindungi seluruh system computer yang menjadi subyek pemeriksaan forensiknya dari
segala perubahan, perusakan, kerusakan, korupsi data atau kemasukan dan pemasukan
virus.
Menemukan semua files yang terdiri atas files yang terlihat di monitor, files yang sudah didelete tetapi masih ada, files yang tersembunyi (hidden files), files yang dilindungi dengan
password, dan file yang dilindungi dengan sandi (encrypted files)
Memulihkan sedapat mungkin, semua files yang ditemukan

4. Mengungkapkan isi dari files yang tersembunyi dan temporary files (file sementara) swap
files (file yang dipertukarkan) yang diguanakan oleh program aplikasi dan operating system.
5. Mengakses, kalau bisa dan kalau tidak melawan hukum; files yang dilindugi dengan
password, dan file yang dilindungi dengan sandi (encrypted files)
6. Menganalisis semua data relevan yang mungkin ada. Ini lazimnya ditemukan pada area
khusus di disk yang tidak dapat diakses dengan cara biasa. Area ini meliputi, tetapi tidak
terbatas kepada unallocated space pada disk (berisi area yang dahulunya tempat
penyimpanan data lama yang bisa merupakan bukti penting).dan slack space dalam file
(area tersisa pada akhir pada akhir file atau pada disk cluster terakhir di-assigned, yang
sekarang ini tidak terpakai lagi, tetapi merupakan tempat yang diadakan untuk menyimpan
data atau bukti penting).
7. Mencetak hasil analisis yang menyeluruh mengenai system computer yang diperisa, daftar
dari semua file yang relevan dan data relevan yang ditemukan; systems layout, files
structures, infomasi yang mencantumkan pengarang atau pembuatnya, catatan mengenai
upaya menyembunyikan (hide), menghilangkan (delete), melindungi (protect), member
sandi (encrypt), dan segala sesuatu yang yang terungkap yang kelihatannya relevan dlam
pelaksnaan computer forensics.
8. Memberikan konsultasi sebagai seorang ahli bidang computer forensics dan kesaksian
pengadilan.

1.
2.
3.
4.
5.

Siapa yang dapat memanfaatkan bukti forensic computer? Pemaainya umumnya sama
dengan pemakai jasa akuntansi forensic.
Para penyidik (dalam upaya penggeledahan dan penyitaan) dan penuntut umuum dalam
kasus pidana.
Litigasi dalam kasus perdata.
Perusahaan asuransi yang berusaha menghentikan klain karena adanya unsure fraud
Perusahaan yang menangani perkara tuduhan pelecehan seksual di tempat kerja, asset
misappropriation termasuk rahasia dagang, korupsi, dan informasi konfidensial lainnya.
Individu dalam kasus perceraian dan pelecehan seksual.
Spesifikasi dari disk imaging tool
Peralatan computer forensics yang canggih, akurat, dan andal mutlak diperlukan
dalam menginvestigasi kejahatan yang melibatkan computer. Di Amerika Serikat, NIST (the
Natioal Institute of Standards and Technology) mengatur dan memberikan petunjuk yang
memberikan keyakinan terhadap perangkat lunak yang digunakan dalam investigasi
forensik. NIST menyiapkan penegak hukum dengan segala wewenang untuk menentukan
apakah perangkat lunak yang dirancang memang boleh diterapkan untuk tujuan yang
ditetapkan.
NIST misalnya, menerbitkan dokumen yang menjadi bahan tulisan ini. Dokumen
tersebut memerinci persyaratan dari alat- alat pencitraan cakram digital (disk imaging tool)
yang digunakan dalam investigasi forensic dan metode pengujian untuk memastikan bahan
alat-alat itu memenuhi syarat.
Dokumen NIST itu menetapkan lingkup dari spesifikasi yang dibahasnya, yakni
terbatas pada software tools yang mengopi atau membuat pencitraan (image) hard disk

drives saja. Spesifikasi itu tidak meliputi software tools yang membuat pencitraan dari
emovable media seperti floppy disks atau zip disks, analog media, dan digital media lainnya
seperti telepon selular dan pegers.

1.
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.

Persyaratan Yang Wajib Dipenuhi (Mandatory Requirements)


Persyaratan berikut ini wajib dipenuhi oleh semua disks imaging tools (disingkat DIT)
DIT tidak boleh mengubah objek aslinya
Kalau tidak ada kesalahan (eror) dalam mengakses objek aslinya, maka DIT akan
menghasilkan bit-stream duplicate atau bit-stream image dari aslinya
Kalau kesalahan input/ output (I/O errors). Maka DIT akan menghasilkan qualified bitstream duplicate atau qualified bit-stream image dari aslinya. Tempat yang diidentifikasi
mengandung kesalahan akan di-replace dengan nilai yang ditentukan oleh dokumentasi
dalam DIT.
DIT akan membuat daftar (log) dari semua kesalahan input/output (I/O errors ) dalam
bentuk yang dapat diakses dan dibaca, termasuk jenis da lokasi kesalahan.
DIT dapat dapat mengakses disks drivesmelalui atau lebih inefaces yang ditentuakan.
Dokumentasi berkenaan dengan persyaratan wajib (mandatory requirements) harus benar.
Artinya, sepanjang seluruh prosedur DIT menghasilkan hasil yang diharapkan, maka
dokumentasi harus dianggap benar.
Kalau DIT mengopi sumber (source) ke tujuan akhir (destination) yang lebih besar dari
sumbernya, maka DIT akan mendokumentasikan is dari area yag tidak merupakan bagian
dari copy-an
Kalau DIT mengopi sumber (source) ke tujuan akhir (destination) yang lebih kecil dari
sumbernya, maka DIT akan member tahu si pemakai (user), memotong (truncate)
kopiannya, dan membuat log (catatan) tentang apa yang dilakukannya.
Cloning Atas Data Dalam Ponsel
Alat untuk meng-clone data dalam telepon selular dipakai untuk mengambil (extract)
data seperti daftar nomor telepon (phonebook), citra atau image berupa gambar dan videos,
pesan-pesan (text messages), daftar telepon masuk dan keluar (call logs), dan informasi
mengenai identitas ponsel tersebut (IMEI-International Mobile Equipment Indentification
atas ESN-Electronic Serial Number)
Disamping data yang disebut di atas, perlatan ini juga dapat meng-extract pesan-pesan
yang sudah dihapus (deleted text messages), rekaman audio dan video, serta ringtones.
Seperti halnya dengan data imaging atau data cloning untuk data di hard disk, data
dalam ponsel hanya dibaca, tanpa modifikasi apa pun sesuai standar industry di Amerika
Serikat untuk keperluan pengadilan
Mengenali Bukti Digital
Computer dan media digital semakin sering dimanfaatkan dalam kegiatan melawan
hukum. Ia bisa menjadi alat atau sarana kejahatan (misalnya penggunaan telepon selular
untuk memeras), hasil kejahatan (misalnya informasi digital hasil curian), atau sebagai
sarana penyimpan informasi mengenai kejahatan.
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sederhana berikut ini akan dapat

1.

2.

3.

4.

1.
2.
3.
4.

menentukan yang sebenarnya peranan computer dalam kejahatan


Apakah computer digunakan untuk penyeludupan informasi atau merupakan hasil
kejahatan? Misalnya, dalam pencurian perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software)
Apakah system computer digunakan untuk kejahatan. Pelaku menggunakan system
computer secara aktif untuk kejahatan, seperti identitas palsu atau identitas asli (password)
yang dicuri , downloading dari informasi yang tersimpan dalam system atau data base, dan
lain-lain
Ataukah computer hanya digunakan untuk menyimpan data, misalnya nama, alamat,
perincian kontrak-kontrak yang dibuat dengan para penyuplai yang memberikan uang
suap atau kickback
Apakah computer digunakan dalam kejahatan, sekaligus untuk menyimpan informasi.
Misalnya, computer hacker yang menyerang system dan data base dari penerbit kartu kredit
untuk mencuri informasi mengenai mengenai kartu kredit pelanggan. Hacker ini juga
menyimpan informasi hasil curiannya dalam computer atau media digital.
Setelah mengetahui peranan computer dalam kejahatan, pertanyaan penting berikut
harus dijawab.
Apakah ada alasan untuk meyita perangkat keras?
Apakah ada alasan untuk menyita perangkat lunak?
Apakah ada alasan untuk menyita data?
Di mana penggeledahan akan atau harus dilakukan?

a. Misalnya, apakah lebih praktis melakukan penggeledahan di mana system computer berada
atau di lapangan? Contoh: system computer berada di Jakarta, tetapi tempat yang dicuragai
berada di lading-ladang minyak yang tersebar.
b. Apabila penegak hukum menyita system dan membawanya pergi dari lokasi semula, apakah
system tersebut
Disamping computer yang menyimpan data dan informasi digital, ada beberapa
peralatan elektronis yang kita gunakan sehari-hari yang juga menyimpan informasi digital.
1. Telepon nirkabel (wireless telephones) Telepon nirkabel menyimpan data berikut
a. Nomor telepon yang dihubungi
b. Nomor telepon yang disimpan untuk akses cepat (speed dialing)
c. Caller ID untuk telepon yang diterima
d. Informasi lain yang tersimpan dalam memori dari telepon nirkabel:
1) Nomor telepon atau pager
2) Nama dan alamat
3) Nomor PIN
4) Nomor akses voice mail
5) Kode voice mail
6) Nomor debit cards
7) Nomor calling cards
8) Informasi mengenai akses ke e-mail atau Internet
9) Kalau ada layar, maka nformasi tampilan di layar (on screen image) bisa berisi informasi
penting lainnya

2. Alat penyeranta (electronic paging device)


Berikut bukti-bukti digital yang mungkin tersimpan dalam pesawat penyeranta
a. Data yang tersimpan dalam bentuk angka (untuk penyeranta yang disebut numeric pagers
komunikasi dilakukan hanya dalam bentuk angka atau kode)
b. Data yang tersimpan dalam bentuk angka dan huruf (untuk penyeranta yang disebut alpha
numeric pagers komunikasi dilaukan dalam angka, huruf, dan teks penuh atau full text).
c. Voice pagers dapat mengirimkan komunikasi suara, terkadang sebagai tambahan atas
komunikasii alpha numeric.
d. Pesan-pesan masuk dan keluar dalam 2-way pagers atau penyeranta dua arah
3. Mesin faks
Alat ini bisa berisi nomor telepon dan informasi mengenai pelanggan telepon dari
telepon yag masuk. Gangguan atau terputusnya arus listrik dapat menyebabkan hilangnya
data apabila tidak dilindungi degan baterai pedukung. Dokumentasikan semua data yang
tersimpan sebelum penyitaan atau sebelum kemungkinan hilangnya data.
Mesin faks dapat menyimpan informasi berikut
a. Daftar nomor telepon yang dapat dihubungin dengan dial cepat
b. Faks masuk dan keluar yang tersimpa secara digital
c. Catatan mengenai faks masuk dan keluar
d. Judul di faks
e. Setelan waktu
4. Kartu cerdas
Kartu cerdas, lazimnya seukuran kartu kredit, dilengkapi dengan chip atau
microprocessor yang menyimpan sejumlah nilai uang dan informasi lain. Kartu cerdas ini
digunakan untuk
a. Pembayaran transaksi pada point off sale, misalnya utuk pulsa telepon
b. Pembayaran antar pemegang kartu cerdas
c. Melakukan pembayaran untuk transaksi internet
d. Kemampuan ATM
e. Kemampuan menyimpan data dan file lainnya, seperti pada disk computer
5. Lain-lain
Pemebahasan di atas yang diambil dari United States Secret Service hanyalah
mengenai informasi digital dalam beberapa peralatan sederhana yang digunakan seharisehari. Secara terpisah, akan dibahas cloning dari data digital yang tersimpan dalam hard
disk suatu computer.
Perspektif Hukum dari Bukti Digital
Penanganan Perangkat Keras dan Lunak
Penyidikan yang diarahkan kepada perangkat keras secara konseptual tidaklah sulit.
Seperti halnya pemeriksaan terhadap senjata yang dipakai dalam kejahatan, perangkat keras

merupakan benda berwujud. Benda-benda menggunakan ruang dan dapat dipindahkan


dengan cara-cara yang kita kenal secara tradisional. Penyelidikan terhadap data, informasi,
dan perangkat lunak lebih rumit dari pemeriksaan perangkat keras.
Karena itu, untuk memudahkan pembahasan, jenis pemeriksaan dibedakan antara:
( a ) pemeriksaan di mana informasi yang dicari ada pada komputer di mana pemeriksaan
dilakukan, dengan ( b ) pemeriksaan atas informasi yang disimpan off-site di tempat lain di
mana komputer digunakan untuk mengakses data.
Informasi Hasil Kejahatan
Informasi hasil kejahatan bisa berupa penggandaan perangkat lunak dengan
pelanggaran hak cipta atau harta kekayaan intelektual dan pencurian informasi perusahaan
atau negara yang dirahasiakan. Karena itu, teori dan praktik yang berlaku untuk penyitaan
benda berwujud lazimnya juga berlaku untuk informasi yang merupakan hasil kejahatan.
Informasi sebagai Instrumen Kejahatan
Dalam hal tertentu, informasi dapat digunakan sebagai alat atau instrumen untuk
melakukan kejahatan, misalnya perangkat lunak yang dirancang khusus untuk membuka
kode atau password, atau untuk memperoleh daftar nomer kartu kredit yang hilang dicuri.
Apabila secara wajar, informasi tersebut patut diduga telah atau dapat digunakan
sebagai instrumen kejahatan, penyidik boleh atau dapat menyitanya.
Informasi sebagai Bukti Kejahatan
Secara umum, di Amerika Serikat, informasi sebagai instrumen kejahatan. Sementara
itu, informasi sekedar sebagai bukti diperlakukan sebagai tidak dapat disita. Dengan
perkembangan ini, pengakuan bahwa dokumen dan informasi lain yang mengkaitkan
perbuatan tersangka dengan kejahataannya umumnya harus dilihat sebagai bukti kejahatan
dan bukan instrumen kejahatan. Bukti kejahatan bisa berupa cetakan (hard copy printouts).
Bukti ini (kalau ada atau ditemukan berada dalam tangan si pelaku) merupakan bukti
yang penting. Misalnya pelaku mengaku ia buta komputer, tidak tahu isi dari data base.
Fakta bahwa dia mempunyai hard copy printouts merupakan bantahan terhadap
ketidakmampuannya menggunakan informasi dalam data base. Bukti kejahatan lainnya
adalah catatan yang dibuat berupa tulisan tangan yang ada did dekat komputer atau
peralatan elektronis lainnya, seperti catatan mengenai password atau sandi-sandi yang dapat
memberi petunjuk, daftar nama rekan-rekan yang ikut dalam kejahatan, atau daftar nama
korban, dan seterusnya.
Data Mining atau Penambangan Data
Salah satu definisi data mining adalah the extraction of hidden predictive information
from large database. Yang mengandung beberapa unsur berikut:
1. Dalam data mining, terdapat sesuatu yang diekstraksi atau ditarik ke permukaan.
2. Yang diekstraksi adalah hidden predictive information atau informasi tersembunyi yang
bersifat prediktif. Kemamuan mengekstraksi informasi seperti inilah yang membuat data
mining menjadi suatu teknologi yang sangat ampuh, misalnya sebagai alat marketing atau
investigasi.

3. Data yang ditambang ini berada dalam data base yang sangat besar. Data base yang besar ini
dapat digabungkan dengan data base besar lainnya, misalnya yang berisi semua transaksi
yang mencurigakan menurut undang-undang tindak pidana pencucian uang. Dari data base
ini saja, penyidik akan dapat menambang banyak informasi.
Date base yang besar itulah yang membuat data yang berlimpah menjadi informasi
yang seolah-olah tersembunyi, yang hanya bisa diangkat ke permukaan (diekstraksi) dengan
menggunakan perangkat lunak. Umumnya, dikenal perangkat luank yang sifatnya
rerospektif, orientasinya adalah pada data yang lalu. Informasi prediktif melihat tren ke
depan, mencoba memprediksi apa saja yang bakal terjadi.
Perkembangan Data Mining
Pada perkembangan terakhir, kemampuan teknologi untuk menagrungi samudera data
dalam real time. Data mining melanjutkan proses evaluasi ini: bukan sekedar pengaksesan
data secara retrospektif, tetapi harus berkembang sampai pengaksesan dan navigasi data
untuk penyampaian informasi yang prospektif dan proaktif. Data mining siap untuk aplikasi
bisnis, termasuk investigasi karena didukung oleh tiga teknologi yang saat ini sidah matang,
yaitu teknologi untuk mengumpulkan data secara besar-besaran, adanya multiprocessor
computers yang sagat tangguh, dan tersedianya data mining algorithms.
Tabel 1
Empat Evolusioner Data Mining
Langkah-langkah
Teknologi
Evolusioner

(Enabling Technologies)

Product Providers Karakteristik

Data Collection

Computers, tapes, disk

IBM, CDC

Retrospective,static
data delivery

(1960-an)

Data Access
(1980-an)

Relational databases
(RDBMS), Structured
Query

Oracle,Sybase,
Informix,IBM,
Microsoft

Retrospective,dynami
c
data delivery at
record
level

Language (sql), ODBC


Data Warehousing
&

Arbor,Cognos,

Retrospective,dynami
c
data delivery at
record

Microstrategy

multiple level

Pilot,Locheed,

Prospective,

On-Line analytic processing Pilot,Comshare,

Decision Support
(OLAP), multidimensional
(1990-an)
Databases, data warehouses
Data Mining

Advanced algorithms,

(Berembang terus

Sampai sekarang)

Multiprocessor
massive
database

computers, IBM,SGI,
bermacam-macam

proactive
information delivery

perusahaan baru

Lingkup Data Mining


Dengan database yang cukup besar dan bermutu baik, data mining memberikan
peluang dalam investigasi melalui kemampuan berikut.
1. Automated prediction of trends an behavoiurs. Data mining memproses pencarian informasi
prediktif secara otomatis dalam databases yang besar.
2. Automated discovery of previously unknown patterns. Data mining tools seperti meyapu
database dan mengidentifikasi hidden patterns (pola-pola tersembunyi) yang tidak diketahui
sebelumnya, dalam satu langkah saja.
Teknik-teknik data mining memberi manfaat yang besar, baik untuk software
platforms dan hardware platforms yang ada sekarang, maupun dalam sistem yang baru
dengan berkembangnya platforms dan produk baru. Data mining tools yang diimplementasi
pada sistem pengolahan paralalel dengan kinerja yang tinggi mampu menganalisis database
maha besar dalam hitungan menit. Dengan pengolahan data yang lebih cepat, para pemakai
dapat melakukan eksperimen secara otomatis dan langsung dengan model yang lebih
banyak untuk mengerti dan menafsirkan data yang begitu rumit dan banyak. Selanjutnya,
database yang besar cenderung membuat presiksi yang lebih baik.

1.
2.
3.
4.

1.
2.

Bagaimana Data Mining Bekerja


Data mining sebenarnya menjembatani dua teknologi, yaitu teknologi yang berkenaan
dengan informasi skala besar dengan teknologi yang berkenaan dengan sistem transaksi dan
analitikal. Kedua teknologi ini berkembang dan dikembangkan secara terpisah, dan data
mining menjadi mata rantai yang menghubungkan keduannya. Data mining software
menganalisis hubungan dan pola dalam data transaksi yang dismpan secara elektronis
melalui open-ended user queries. Perangkat lunak analitikal bermacam-macam: statistical,
machine learning, dan neural networks. Perangkat lunak ini umumnya mencari hubungan
erikut.
Classes: data digunakan untuk menentukan suatu atau beberapa kelompok yang mempunya
karakteristik tertentu.
Clusters: data items dikelompokkan menurut hubungan yang logis antara prefensi tertentu.
Associations: data juga dapat ditambang untuk menunjukan adanya keterkaitan.
Sequential patterns: data juga ditambang untuk mengantisipasi perilaku dan trens. Ini
merupakan langkah lanjutan dari clusters dan associations tadi.
Data mining terdiri atas ima unsur besar berikut.
Menyarikan, mengubah, dan mengirimkan (extract, transform, dan load) data transaksi ke
data warehouse system.
Menyimpan dan mengelola (store dan manage) data tersebut multidimensional database
system.

3. Memberikan data acces kepada business analysts dan information technology professionals,
termasuk investigator dan computer financial spesialist.
4. Menganalisis data dengan perangkat lunak aplikasi.
5. Menyajikan informasi dalam format yang tepat guna, seperti gambar, grafik, tabel, dan
sebagainnya. Berikut berbagai tingkat analisis yang dapat digunakan.
1. Artificial neural networks: model-model prediktif non-linier yang belajar melalui
pelatihan dan menyerupai jaringan syaraf biologis dalam strukturnya.
2. Genetic algorithms: Teknik-teknik optimisasi yang menggunakan proses seperti genetic
combination, mutation, dan natural seection dalam rancangan yang didasarkan atas konsep
evolusi alamiah.
3. Deciaion tress: pengungkapan struktur yang berbentuk pohon untuk menggambarkan suatu
atau beberapa set keputusan. Keputusan-keputusan ini akan menghasilkan aturan untuk
mengklasifikasika suatu dataset.
4. Nearest neighbor method: teknik ini menghasilkan setiap record dalam dataset berdasarkan
kombinasi kelompok record k di mana k record mempunyai ciri yang paling serupa dalam
historical dataset. Teknik ini terkadang juga disebut k-nearest neighbor technique.
5. Rule induction: penemuan rumusjika-maka yang relevan dari dataset berdasarkan
signifikansi statistikal.
6. Data visualization: merupakan interprestasi dengan penginderaan mata dari hubungan yang
rumit dalam data multidimensional. Untuk menggambarkan hubunagn ini, peralatan grafis
lazimnya digunakan.
Infrastruktur Teknologi Apa yang Diibutuhkan
Sekarang, data mining applications tersedia dalam sistem untuk semua ukuran bagi
mainframe, client/server, dan PC platforms. Terdapat dua hal kunci yang menetukan
teknologi, yaitu besarnya database dan rumit atau kompleksnya serta besarnya
queries(pertanyaan yang akan diajukan si pemakai dalam memprobe data).
Suatu Arsitektur untuk Data Mining
Untuk menerapkan tenik-teknik data mining yang mutakhir denagn baik, peralatan ini
sebaiknya terintegrasi penuh dengan data warehouse dan alat analisis bisnis interaktif.
Banyak data mining tools yang beroperasi di luar data warehouse sehingga membutuhkan
langkah-langkah tambahan untuk data extracing, dan importing, dan data analyzing. Ketika
ada insight baru yang memerlukan implementasi operasioanl, alat yang terintegrasi dengan
warehouse memudahkan aplikasi dari apa yang diahasilkan dari data mining.
Data Interrogation (Interogasi Data)
Dalam data interrogation, seorang investigator (auditor) menganalisis data yang
tersimpan dalam bermacam-macam media penyimpanan data untuk menemukan sesuatu
yang dicarinya. Tidak berbeda dengan seorang auditor yang dalam sistem manual, misalnya
mencari apakah ada faktur penjualan ganda. Hanya saja data, data tersimpan secara digital,
tidak langsung dapat dibaca, dan jumlahnya banyak. Disinilah peluang untuk menggunakan
perangkat lunak untuk melakukan data interrogation. Perangkat lunak semacam ACL dapat
membantu kita memilih kolom-kolom dari spread sheet, tanpa mengganggu integritas

data. Perangkat lunak membantu auditor atau investigator melakukan data interrogation atau
menimba data yang diperlukan dari sumur yang besar dan dalam.
Sebelum perangkat lunak menghasilkan informasi, investigator sudah harus
merancang bentuk dari laporan yang diinginkannya. Tidak jarang, investigator harus
mengubah pertanyaan yang diajukannya.
Karena itu, perangkat lunak mendokumentasikan seluruh langkah ini yang disebut
command log. Perangkat lunak mendokumentasikan seluruh langkah ini dalam apa yang
disebut command log. Perangkat lunak berikut dapat melakukan data interrogation lainnya
yang berguna untuk audit atau investigation lainnya yang berguna untuk audit dan
investigasi.
1. Meng-extract data tertentu. Contohnya pada investigasi utang, data yang di extract adalah
nama penyuplai, alamat penyuplai, tanggal dan jumlah invoice, serta tanggal pembayaran.
Dalam file utang, data tersebut disebut record atau field seperti kolom dalam spread sheet.
2. Meng-export record yang kita pilihuntuk menciptakan file baru yang akan kita gunakan
dengan program lain seperti Word atau Excel.
3. Men-short data, misalnya Sort menurut nama kota menunjukan ada puluhan penyuplai di
suatu kota yang memenuhi persyaratan tender pengadaan pemerintah. Namun, hanya dua
dari mereka yang mengikuti tender tersebut.
4. Meng-classify dan men-summarize. Contoh classify: dari buku pembelian diketahui
pembelian per transaksi lengkap dengan nomor faktur dan nilai perfaktur. Kitabisa mengclassify data pembelian untuk tahun 2006, misalnya menurut penyuplai. Kita akan mendapat
banyaknya (lembar) dan nilai total faktur dari setiap penyuplai, dengan angka persentase
(lembar dan nilai faktur).
1 Men-summarize. Contoh: persediaan suku cadang di suatu perusahaan penerbangan terdiri
atas jutaan item dengan nilai total hampir mencapai triliunan rupiah. Kitabisa mensummarize persediaan ini berdasarkan nilai per unit. Hasil summarize menunjukan dua
ekstrim. Pertama, ada beberapa item yang niali per unitnya miliaran. Secara total, mereka
meliputi 40% dari nilai total persediaan. Kedua, ada jutaan item yang nilai per unitnya
hanya ratusan ribu rupiah, dan secara total meliputi 35% dari nilai total persediaan.
Sementara itu, persediaan lainnya terletak di antara kedua ekstrim.
6. Men-stratify. Contoh: direktorat Jenderl Pajak ingin mnstratifikasi para pembayar pajak
penghasilan di seluruh indonesia. Data pembayaran pajak dapat distratifikasi, misalnya
berdasarkan income tax bracket atau kelompik penghasilan yang mempunyai tarif pajak
tersendiri.
7. Melakukan analisis umur (aging analysis). Contoh analisis umur piutang, utang, persediaan
barang, dan lain-lain.
8. Menggabungkan files, istilah tekns yang dipakai bisa bermacam-macam, seperti joining,
relating, merging, dan lain-lain. Menggabungkan files memungkinkan kita menghubungkan
data yang berada dalam beberapa files sehingga kita mempunyai lebih banyak data untuk
di-manipulasi lebih lanjut. Dalam menggabungkan files, juga ada kemungkinan data
terkait tidak diperoleh dalam files lainnya. Unmatched records ini bisa kita teliti lebih lanjut.
Contoh dari suatu current file yang akan digabung dengan master file ditemukan puluhan
penyuplai yang aktif memasok barang, tetapi mereka tidak mempunyai data dasar dalam
master file.

9. Melakukan sampling. Dari data yang banyak, perlu diambil contoh (samples) untuk
diperiksa. Hasil pemeiksaan sample dipakai untuk menarik kesimpulan mengenai seluruh
data (population). Perangkat lunak dapat digunakan untuk emlakukan sampling dengan
bermacam teknik,s eperti random sampling, statistical sampling dan lain-lain. Dalam
statistical sampling, kita juga dapat menaksir jumlah kesalahan (error) dalam population
dengan mengevaluasi kesalahan dalam sample.
10. Melakukan digital analysis berdasarkan Benfords Law. Ini adalah data interogasi yang
ampuh, tetapi hampir tidak dikenal apalagi diprakktikan di Indonesia. Hal ini akan
dijelaskan dengan contoh pengungkapan fraud melalui mark-up.
Analisis dengan Menggunakan BenfordS Law
Frank Benford, seorang ahli fisika yang bekerja di GE Research Laboratories, New
York membuat pengamatan sederhana pada tahun 1920-an. BenfordS Law sangat
membantu auditor pada umumnya dan investigator pada khususnya dalam melihat indikasi
terjadinya fraud dari suatu daftar bilangan.
Perangkat lunak yang meneydiakan Benford analysis memungkinkan investigator
memusatkan perhatian pada potensi penyimpangan atau anomali. Perangkat lunak ini tidak
membuktikan bahwa fraud memang terjadi. Ia hanya menunjuk pada hal-hal yang perlu
pengkajian lebih lanjut atas dasar perhitungan-perhitungan satistik. Terdapat perangkat
lunak dengan fungsi BenfordS Law yang membaca nilai dalam kolom yang kita temukan,
dan memeberi tahu apakah deretan bilangan wajar dalam suatu daftar yang menyerupai
naturally occuring data. Makin banyak jumlah bilangan, makin banyak BenfordS Law
berfungsi. Perangkat lunak menyediakan pengjian digit pertama (first-digit test), digit kedua
(second-digit test), dan pengujian dua digit pertama (first-two-digits test). Pengujian atas
digit pertama (first-digit test) digunakan untuk menentukan kelayakan (reasonableness) data
yang akan diuji. Artinya, apakah data yang kita periksa umumnya memenuhi norma
(BenfordS Law) atau perlu dikaji lebih mendalam. Perangkat lunak ini menunjukan hal
dalam angka dan grafik.
BAB 19 : WAWANCARA DAN INTEROGASI
Wawancara
Wawancara bersifat netral dan tidak menuduh, dengan tujuan mengumpulkan
informasi (Tuanakotta:2007). Auditor Investigatif selama melakukan wawancara harus
mengumpulkan informasi yang penting bagi investigasinya dan informasi mengenai
perilaku dari orang yang diwawancarai (behavioral information), seperti: perilaku orang
yang diwawancarai pada waktu menjawab pertanyaan, bagaimana cara duduknya, kontak
mata dengan yang mewawancarai, ekspresi wajahnya, cara memberikan jawaban, pilihan
kata atau kalimat, hal itu semua dapat memberi petunjuk apakah orang yang diwawancarai
jujur atau tidak. Pada akhirnya pewawancara harus menilai kredibilitas dari jawaban yang
diberikan oleh orang yang diwawancarai melalui evaluasi atas sikapnya selama wawancara,
seiring dengan penilaian atas substansi informasi yang diberikan. Pada umumnya
wawancara yang dilakukan oleh auditor investigatif apabila bukti-bukti sudah terkumpul,
namun kadang-kadang wawancara sudah dimulai pada saat gambaran kasar tentang suatu

kasus sudah dimiliki dengan asumsi bahwa wawancara adalah untuk


mengumpulkan/menambah informasi.
Seringkali wawancara disinonimkan dengan interogasi, tetapi sebetulnya sangat
berbeda karena interogasi bersifat menuduh, dilakukan dengan persuasi yang aktif, dengan
tujuan untuk mengetahui yang sebenarnya. (Tuanako tta:2007). Tetapi dalam audit
investigasf lebih cenderung menggunakan wawancara dalam mengumpulkan informasi dan
meyakinkan bukti-bukti audit. Dalam wawancara terdapat tiga tingkat atau saluran yang
digunakan untuk komunikasi yaitu:
a. Verbal channel adalah ucapan atau perkataan yang keluar dari mulut orang yang
diwawancarai, pilihan kata dan susunan kata-kata yang dipergunakan untuk mengirimkan
pesan. Dalam metode ini dinyatakan bahwa orang yang berbohong akan cemas, karena takut
kebohongannya terungkap (Verbal Behavior).
b. Paralinguistic channel adalah ciri-ciri percakapan diluar apa yang diucapkan oleh orang yang
diwawancarai, maksudnya adalah ucapan yang makna sesungguhnya berbeda dari apa yang
keluar dari mulutnya (Paralinguistic Behavior).
c. Non verbal channel adalah merupakan sikap tubuh, gerak tangan dan mimik wajah orang
yang diwawancarai, jadi setiap ucapan selalu diperkuat dan dimodifikasi dengan gerak
tubuh/bahasa tubuh (Nonverbal Behavior).
Ketiga saluran atau metode tersebut semuanya digunakan untuk mengetahui adanya
kebohongan. (Tuanakotta:2007).
Untuk keberhasilan dalam wawancara persiapan yang harus dilakukan oleh auditor
investigatif adalah: (BPKP:2007)
a. Auditor investigatif harus mempelajari berkas kasus/permasalahan dan dokumen
untukmemastikan adanya informasi penting yang belum diperoleh
b. Menetapkan tujuan informasi yang akan digali dalam wawancara
c. Mempelajari informasi apa yang dapat diperoleh dari calaon responden yang akan
diwawancarai
d. Mempersiapkan catatan yang berisi poin-poin yang akan ditanyakan agar informasi yang
digali tidak terlewatkan
e. Mempersiapkan tempat untuk wawancara
Pihak-pihak yang diwawancarai dalam audit investigatif adalah: (BPKP:2007)
a. Saksi pihak ketiga yang netral (Neutral Third-Party Witness)
b. Saksi yang dapat membenarkan (Corroboraative Witness)
c. Pihak yang diduga ikut terlibat (Co-Conspirators)
d. Pihak yang diduga melakukan penyimpangan (Subject/Target)
Sebagai contoh misalnya Auditor Investigatif akan melakukan wawancara dengan
pihak yang diduga terlibat/target yaitu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk kegiatan
pengadaan barang dan jasa suatu instansi pemerintah. Berdasarkan data-data yang sudah
tersedia, auditor pertama kali akan menanyakan kepada pihak yang netral, misalnya Bagian
Kepegawaian yang tidak ada sangkut paut dengan kegiatan pengadaan barang dan jasa
tersebut. Wawancara dengan Bagian Kepegawaian akan ditanyakan riwayat pekerjaan PPK,
sanksi yang pernah diberikan ataupun penghargaan yang pernah diberikan, jadi auditor
sudah memperoleh riwayat pekerjaan yang dapat digunakan untuk wawancara ketahap
berikutnya.
Setelah diperoleh data dari pihak yang netral tahap berikutnya adalah wawancara dengan
saksi yang dapat membenarkan, misalnya ditanyakan kepada atasan langsungnya atau bekas

atasan langsungnya yang mengetahui betul menganai PPK tersebut, sehingga auditor akan
memperoleh informasi tentang PPK tersebut apakah pernah kena sanksi kepegawaian atau
belum, ataupun pernah berbuat curang..
Selanjutnya wawancara dilanjutkan kepada pihak yang ikut terlibat misalnya auditor
mewawancarai rekanan yang memasok barang-barang tersebut, sangat mengetahui bahwa
barang yang diserahkan kualitasnya rendah, tetapi dalam Berita Acara Serah Terima
(BAST) barang dinyatakan sesuai dengan spesifilasinya. Jadi auditor berdasarkan bukti
yang sebelumnya sudah dimiliki dapat membuat simpulan sementara, bahwa telah terjadi
penyimpangan kualitas dan rekanan tersebut nantinya juga akan dijadikan pihak yang ikut
bertanggung jawab.
Tahap terakhir dari wawancara adalah mewawancarai subyek/target atau kadang juga
disebut dengan suspect yaitu PPK, untuk meyakinkan auditor investigatif bahwa pengadaan
barang telah terjadi penyimpangan kualitas sehingga mengakibatkan kerugian negara, Dari
hasil wawancara tersebut dan disertai bukti-bukti yang sudah diperoleh sebelumya
misalnya kontrak, hasil pemerilsaan fisik, maka auditor dapat menyimpulkan bahwa telah
terjadi penyimpangan kualitas dan merugikan keuangan negara serta PPK tersebut dapat
dinyatak pihak yang diduga bertanggung jawab.
Wawancara Dalam Audit Investigatif
Audit investigatif dilakukan apabila sudah terdapat indikasi adanya unsur melawan
hukum dan adanya indikasi kerugian keuangan negara yang biasanya dilakukan dengan
telaah 5W dan 1H. Setelah dilakukan telaah baru dimulai dengan audit investigatif dengan
tujuan untuk mengumpulkan bukti-bukti/informasi dalam rangka pembuktian atas kasus
yang terjadi. Informasi harus sebanyak-banyaknya dikumpulkan, karena informasi
merupakan nafas dan darahnya audit investigatif. Informasi tersebut diperoleh melalui
pengumpulan bukti-bukti seperti: Pemeriksaan Fisik, Dokumen, Konfirmasi, Prosedur
Analitis, Penghitungan Ulang, Observasi maupun Tanya Jawab. Semua bukti-bukti tersebut
biasanya dikumpulkan dulu sebelum dilakukan wawancara. Karena kalau bukti-bukti
tersebut belum lengkap auditor investigatif belum mempunyai bekal, fakta atau informasi
yang banyak mengenai permasalahan/kasus tersebut sehingga sulit untuk dilanjutkan
dengan wawancara. Setelah auditor investigatif mengetahui banyak fakta dan informasi
melalui bukti-bukti yang telah diperoleh, maka tahap berikutnya adalah wawancara dalam
rangka meyakinkan bukti-bukti yang telah diperoleh betul-betul bukti audit yang kompeten
dan bisa digunakan sebagai dasar penyusunan Laporan Hasil Audit Investigasi (LHAI).
Wawancara biasanya dilakukan untuk memverifikasi bukti-bukti audit yang sudah diperoleh
dalam tahap sebelumnya., sehingga dapat dikatakan wawancara merupakan teknik audit
yang tepat/jitu untuk meyakinkan auditor dalam perolehan bukti audit investigatif.
Untuk memperoleh hasil wawancara yang memadai, maka wawancara seharusnya
dilakukan oleh auditor investigatif yang mempunyai karakteristik berikut (BPKP:2007)
yaitu:
a. Orang yang mudah bergaul, berbakat dalam berinteraksi
b. Ingin membuat orang lain ingin berbagi informasi
c. Pewawancara tidak akan mengiterupsi responden dengan pertanyaan yang tidak penting

d. Dapat menyusun pertanyaan yang spesifik yang bisa membuat responden secara sukarela
memberikan informasi
e. Menunjukkan keseriusan dan perhatian atas jawaban yang diberikan responden
f. Cara mengajukan pertanyaan tidak dengan sikap yang menyalahkan
g. Pewawancara harus tepat waktu, berpakaian rapi dan bersikap fair dalam berinteraksi dengan
responden.
Namun dalam kenyataan sering wawancara dilakukan oleh auditor yang tidak
mempunyai karakteristik seperti tersebut diatas, sehingga hasil wawancaraya kurang
berhasil atau justru tidak berhasil, yang mengakibatkan hasil audit investigasinya kurang
meyakinkan. Hal itu banyak disebabkan kurangnya auditor investigatif yang tersedia di
instansi tersebut. Selain kriteria tersebut diatas auditor investigatif dalam melaksanakan
auditnya harus selalu dilandasi dengan sikap mental dan independensi serta integritas yang
tinggi untuk menghindarkan adanya penyimpangan yang dilakukan oleh auditor, misalnya
adanya penyuapan.

BAB 20 : OPERASI PENYAMARAN


Undercover Operation
Ada dua bentuk cover operation, yaitu undercover operation (operasi penyamaran)
dan survelliance operation (operasi pengintaian)
Undercover operation merupakan kegiatan yang berupaya mengembangkan bukti
secara langsung dari pelaku kejahatan dengan menggunakan samaran dan tipuan.
Pemerikasa tidak menunggu informasi yang dikumpulkan melalui jalur yang bisa di
tempuh.keputusan dilakukan secara sadar dan matang untuk melakukan undercover
operation.
Surveilliance operation merupakan pengamatan untuk memastikan tindak tanduk
pelaku kejahatan. Operasi ini dilakuakn dengan penuh keterampilan dan kesabaran.
Covert operation membutuhkan keterampilan yang tinggi dan perancanaan yang
matang. Apabila dilaksanakan tepat waktu dan tingkat kehati hatian dan kecermatan yang
tinggi, covert operation bisa menuai hasil yang menakjubkan yang tidak dapat dicapai
melalui cara lain. Namun, jika dilaksanakan dengan kliru atau ditangani dengan buruk,
covert operation bisa mendatangkan bencana.
Samaran dan tipuan dikenal dalam hukum dan sistem peradilan AS sebagai bentuk
atau cara penegakan hukum.
Sebelum melakukan undercover operation, pemimpin operasi harus membuat memorandum
mengenai :
1. Informasi yang sudag terkumpul.
2. Informasi yang diharapkan dapat dikumpulkan melalui operasi ini.
3. Indentitas tersangka kalau diketahui
4. Para pelaksana yang berada dalam binaannya, dalam penjagaannya, atau dibawah kendalinya.
Tujuan Undercover Operation
Paul OConell menulis, langkah pertama dalam merencanakan suatu undercover
operation adalah menetapkan tujuan dari investigasi ini. Tujuan ini harus menetapkan

spesifik mungkin, apa yang ingin dicapai operasi itu, misalnya membongkar identitas
pelaku.
Beberapa Masalah Dalam Melakukan Covert Operation
Disamping ketentuan perundang undangan yang harus diperhatikan, covert operation
merupakan kegiatan investigator yang berisiko tinggi dan sangat mahal. Karena itu, covert
operation hanya boleh dilakukan sebagai upaya terakhir.
Penjebakan
Penjebakan merupakan masalah hukum terbesar dalam covert operation, khususnya
dalam undercover operation. Operasi ini harus ditangani dengan tepat.
Surveilliance
Surveilliance atau pengintaian adalah pengamatan terencana terhadap manusia,
tempat, atau objek. Tempat atau objek biasanya merupakan prioritas kedua yang utama
adalah pengamatan terhadap manusia.
BAB 21 : PENIUP PELUIT
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), adalah lembaga yang bertugas dan
berwenang untuk memberikan perlindungan dan hak-hak lain kepada Saksi dan/atau
Korban.[3] LPSK merupakan lembaga yang mandiri, LPSK bertanggung jawab untuk
menangani pemberian perlindungan dan bantuan pada Saksi dan Korban berdasarkan tugas
dan kewenangan sebagaimana diatur dalam No 13 Tahun 2006.
Keanggotaan LPSK
Anggota LPSK terdiri atas 7 (tujuh) orang yang berasal dari unsur profesional yang
mempunyai pengalaman di bidang pemajuan, pemenuhan, perlindungan, penegakan hukum
dan hak asasi manusia, Kepolisian, Kejaksaan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Akademisi, Advokat, atau Lembaga Swadaya Masyarakat.[4]
Dalam pelaksanaan tugasnya, LPSK dibantu oleh sebuah sekretariat yang bertugas
memberikan pelayanan administrasi bagi kegiatan LPSK.Sekretariat LPSK dipimpin oleh
seorang Sekretaris yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil.[5]
Struktur Organisasi LPSK
Dalam menjalankan tugasnya LPSK terdiri atas unsur Pimpinan dan Anggota.Unsur
pimpinan LPSK terdiri atas Ketua dan Wakil Ketua yang merangkap anggota yang dipilih
dari dan oleh anggota LPSK. Pelaksanaaan kegiatan LPSK dilakukan oleh beberapa anggota
yang bertanggung jawab pada bidang-bidang yakni Bidang Perlindungan, Bidang Bantuan,
Kompensasi, dan Restitusi, Bidang Kerjasama, Bidang Pengembangan Kelembagaan, dan
Bidang Hukum Diseminasi dan Humas.[6]
Agar tugas dan fungsi LPSK sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 13 Tahun 2006
dapat berjalan, maka diangkat seorang Sekretaris berdasarkan Permensesneg No. 5 Tahun
2009 tentang Organisasi Tata Kerja Sekretariat LPSK.[7]

Untuk mengefektifkan kinerjanya, LPSK merubah susunan Bidang-bidang menjadi


Divisi-divisi.Sebelumnya ada 5 bidang dalam pelaksanaan kegiatan LPSK dimana masingmasing anggota bertanggungjawab pada masing-masing bidang.Seiring berjalannya
pelaksanaan tugas dan fungsi LPSK, susunan tersebut dirubah menjadi dua divisi.Divisi
Pemenuhan Hak Saksi dan Korban dan Divisi Hukum, Kerjasama dan Pengawasan
Internal.Diseminasi dan Humas menjadi sebuah Unit langsung dibawah tanggungjawab
Ketua LPSK. Dengan susunan baru ini, LPSK berharap akan lebih fokus dalam pelaksanaan
kegiatannya.[8]
Sejarah Lahirnya LPSK
Gagasan untuk menghadirkan undang-undang perlindungan saksi dan korban dimulai
pada tahun 1999, di mana beberapa elemen masyarakat mulai mempersiapkan perancangan
undang-undang perlindungan saksi. Hal ini kemudian disusul dengan adanya naskah
akademis tentang undang-undang perlindungan saksi dalam proses peradilan pidana.
Naskah akademis ini kemudian menghasilkan RUU perlindungan saksi.[9]
Selanjutnya, tahun 2001 undang-undang perlindungan saksi diamanatkan untuk
segera dibentuk berdasarkan Ketetapan MPR No.VIII Tahun 2001 tentang Rekomendasi
Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Juni 2002
Badan Legislasi DPR RI mengajukan RUU Perlindungan Saksi dan Korban yang
ditandatangani oleh 40 anggota DPR dari berbagai fraksi sebagai RUU usul inisiatif DPR.
[10]
Sebagai konsekuensi Indonesia meratifikasi UN Convention Against Corruption pada
tahun 2003, dalam pasal 32 dan 33 konvensi ini disebutkan bahwa kepada setiap negara
peratifikasi wajib menyediakan perlindungan yang efektif terhadap saksi atau ahli dari
pembalasan atau intimidasi termasuk keluarganya atau orang lain yang dekat dengan
mereka. Awal 2005 Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN PK) yang
disusun oleh Bappenas menjadwalkan pembahasan RUU Perlindungan Saksi pada triwulan
kedua 2005.Februari 2005 Rapat Paripurna ke 13 DPR RI Peridoe 2004-2009 telah
menyetujui Program Legislasi Nasional.Salah satu RUU yang diprioritaskan untuk segera
dibahas adalah RUU Perlindungan Saksi. Sepuluh fraksi di DPR RI memandang bahwa
RUU Perlindungan Saksi yang juga memuat mengenai ketentuan pembentukan Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) memiliki peran strategis dalam upaya penegakan
hukum dan memciptakan pemerintahan yang bebas dari korupsi, melalui Perlindungan
Saksi dan Korban.[11]
Pada bulan Juni 2005 RUU Perlindungan Saksi dan Korban disampaikan dalam surat
pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Presiden. Lalu, tanggal 30 Agustus 2005
Presiden mengeluarkan surat penunjukan wakil untuk membahas RUU tentang
Perlindungan Saksi dan Korban yang menugaskan Menteri Hukum dan HAM mewakili
pemerintah dalam pembahasan RUU tersebut. Januari 2006 pemerintah yang diwakili
Departemen Hukum dan HAM menyerahkan Daftar Inventarisasi Masalah, tentang RUU
Perlindungan Saksi dan Korban kepada DPR RI. Awal Februari 2006 komisi III DPR RI
membentuk Panitia Kerja yang terdiri dari 22 orang untuk membahas RUU Perlindungan
Saksi dan Korban. Pada bulan Juli 2006, Rapat Paripurna DPR RI akhirnya mengesahkan
RUU Perlindungan Saksi dan Korban menjadi UU Perlindungan Saksi dan Korban.[12]

Sepuluh fraksi di DPR RI mendukung keberadaan UU tersebut.11 Agustus 2006


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengesahkan Undang-Undang Perlindungan Saksi
dan Korban (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64). Salah satu
amanat yang ada dalam UU Perlindungan Saksi dan Korban ini adalah pembentukan
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) yang dibentuk paling lambat setahun
setelah UU Perlindungan Saksi dan Korban disahkan. Dalam perkembangan selanjutnya,
LPSK dibentuk dan dipilih 7 (tujuh) pada tanggal 8 Agustus 2008.[13]
Tugas, Fungsi dan Kewenangan LPSK
UU PSK menyatakan bahwa LPSKH adalah lembaga yang mandiri .Apa yang
dimaksud mandiri dalam UU ini, lebih tepatnya adalah sebuah lembaga yang yang
independen (biasanya disebut sebagai komisi independen),yakni organ negara (state organ)
yang diidealkan independen dan karenanya berada di luar cabang kekuasaan baik eksekutif,
legislatif maupun judikatif ,namun memiliki fungsi campuran antara tiga cabang kekuasaan
tersebut.[14] Sifat independen tercermin dari kepemimpinan yang kolektif, bukan hanya
seorang pimpinan.[15] Di dalam UU Perlindungan Saksi dan Korban disebutkan bahwa
LPSK bertanggung jawab kepada Presiden. Disebutkan pula bahwa Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban adalah lembaga yang bertugas dan berwenang untuk memberikan
perlindungan dan hak-hak lain kepada Saksi dan/atau Korban sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Ruang
lingkup perlindungan ini adalah pada semua tahap proses peradilan pidana. Tujuan
Perlindungan ini adalah untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban dalam
memberikan keterangan dalam proses peradilan pidana.[16]
UU No . 13 Tahun 2006 dalam ketentuan umumnya telah menyatakan bahwa
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban ,yang selanjutnya disingkat LPSKH ,adalah
lembaga yang bertugas dan berwenang untuk memberikan perlindungan hak-hak lain
kepada Saksi dan /atau Korban, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.Namun UUPSK
tidak merinci tugas dan wewenang dari LPSKH tersebut lebih lanjut 20,perumus UU
kelihatannya menjabarkan tugas dan wewewnang LPSKH dalam suatu bagian atau bab
tersendiri dalam Tugas dan kewenangan LPSKH yang tersebar dalam UU No.13 Tahun
2006,yaitu :
a.
Menerima permohan Saksi dan /atau Korban untuk Perlindungan (pasal 29)
b.
Memberikan keputusan pemberian perlindungan Saksi dan/atau korban (pasal 29)
c.
Memberikan perlindungan kepada saksi dan /atau Korban (Pasal 1)
d.
Menghentikan progam perlindungan Saksi dan/ Korban (pasal 32)
e.
Mengajukan ke pengadilan (berdasarkan keinginan korban)berupa hak atas
kompensasi dalam kasus pelanggaran hak asasai manusia yang berat dan hak atas restitusi
atau ganti kerugian yang menjadi tanggung jawab pelaku tindak pidana (pasal 7)
f.
Menerima permintaan tertulis dari Korban ataupun orang yang mewakili korban untuk
bantuan (pasal 33 dan 34)[17]
g.
Menentukan diperlukan diberikannya bantuan kepada Saksi dan /atau Korban (Pasal
34)
h.
Bekerja sama dengan instansi terkait yang berwenang dalam melaksanakan pemberian
perlindungan dan bantuan (pasal 39)

LPSK bertanggung jawab untuk menangani pemberian perlindungan dan bantuan


kepada saksi dan korban berdasarkan tugas dan kewenangan sebagaimana diatur di dalam
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban.[18]
Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud di atas, LPSK melaksanakan:[19]
a.
merumuskan kebijakan di bidang Perlindungan Saksi dan Korban;
b.
melaksanakan perlindungan terhadap Saksi dan Korban;
c.
melaksanakan pemberian kompensasi, restitusi, dan bantuan kepada Saksi dan atau
Korban;
d.
melaksanakan diseminasi dan hubungan masyarakat;
e.
melaksanakan kerjasama dengan instansi dan pendidikan pelatihan;
f.
melaksanakan pengawasan, pelaporan, penelitian dan pengembangan;
g.
melaksanakan tugas lain berkaitan dengan pelindungan Saksi dan Korban.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, LPSK memiliki struktur yang terdiri dari
pimpinan, anggota dan sekretaris. Anggota LPSK memiliki tanggung jawab atas tugas dan
fungsi:
a.
perlindungan;
b.
bantuan;
c.
kerjasama;
d.
pendidikan dan Pelatihan;
e.
pengawasan:
f.
pelaporan;
g.
penelitian dan pengembangan;
h.
pembentukan hukum; dan
i.
diseminasi dan humas.[20]
D. Mekanisme Perlindungan Saksi dan Korban oleh LPSK
Perlindungan terhadap saksi dan korban diberikan berdasarkan beberapa asas seperti
yang tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 yaitu: penghargaan
atas harkat dan martabat, rasa aman, keadilan, tidak diskriminatif, dan kepastian hukum.
Sebelum saksi dan korban bisa mendapatkan perlindungan hukum dari LPSK, mereka harus
melewati beberapa prosedur yang telah ditetapkan oleh LPSK disamping mereka harus
memenuhi persyaratan untuk mendapat perlindungan dari LPSK ini seperti yang telah
dijelaskan dalam pasal 28 pasal 36 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006.
Proses Pemberian Perlindungan Bagi Saksi dan/atau Korban[21]
a.
Permintaan diajukan secara tertulis oleh pihak yang bersangkutan, baik atas inisiatif
sendiri, diajukan oleh orang yang mewakilinya, dan atau oleh pejabat yang berwenang
kepada LPSK;
b.
Pemberian perlindungan dan bantuan kepada Saksi dan/atau Korban ditentukan dan
didasarkan pada Keputusan LPSK;
c.
Dalam hal LPSK menerima permohonan tersebut, Saksi dan/atau Korban yang
bersangkutan berkewajiban menandatangani pernyataan kesediaan mengikuti syarat dan
ketentuan perlindungan Saksi dan Korban;
d.
Perlindungan LPSK diberikan kepada Saksi dan/atau Korban termasuk keluarganya
sejak ditandatanganinya pernyataan kesediaan;

e.
Perlindungan bagi Saksi dan/ atau Korban diberikan sejak ditandatanganinya
perjanjian pemberian perlindungan;
f.
Pembiayaan perlindungan dan bantuan yang diberikan dengan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara;
g.
Perlindungan bagi Saksi dan/ atau Korban hanya dapat dihentikan berdasarkan alasan:
(a) inisiatif sendiri dari Saksi dan/ atau Korban yang dilindungi, (b) atas permintaan pejabat
yang berwenang, (c) saksi dan/ atau korban melanggar ketentuan sebagaimana tertulis
dalam perjanjian; atau (d) LPSK berpendapat bahwa Saksi dan/ atau Korban tidak lagi
memerlukan perlindungan berdasarkan bukti-bukti yang meyakinkan; dan
h.
Penghentian perlindungan bagi Saksi dan/ atau Korban harus dilakukan secara tertulis.
Adapun beberapa persyaratan yang telah di tentukan oleh LPSK untuk pemberian
perlindungan dan bantuan terhadap saksi dan korban tercantum dalam Pasal 28 UndangUndang Nomor 13 Tahun 2006 yang berbunyi:
Perjanjian perlindungan LPSK terhadap Saksi dan/atau Korban tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) diberikan dengan mempertimbangkan syarat
sebagai berikut:
a. Sifat pentingnya keterangan Saksi dan/atau Korban;
b. Tingkat ancaman yang membahayakan Saksi dan/atau Korban;
c. Basil analisis tim medis atau psikolog terhadap Saksi dan/atau Korban;
d. Rekam jejak kejahatan yang pernah dilakukan oleh Saksi dan/atau Korban.[22]
Ada pula Syarat untuk mendapatkan perlindungan bagi Pelapor dan Saksi
Pelapor menurut PeraturanBersama, Menteri
hukuk
dan
hak
asasi
manusia Republik Indonesia, Jaksa Agung RI, Kepala Kepolisian RI, Komisi
Pemberantasan Korupsi RI, Ketua LPSK No: M.HH-11.HM.03.02.th.2011 No : PER045/A/JA/12/2011 No : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 No : 4 Tahun
2011 Tentang Perlindungan Bagi Pelapor, Saksi Pelapor dan saksi pelaku yang
bekerjasama, adalahsebagai berikut:
a. adanya informasi penting yang diperlukan dalam mengungkap terjadinya atau akan
terjadinya suatu tindak pidana serius dan/atau terorganisir;
b. adanya ancaman yang nyata atau kekhawatiran akan adanya ancaman atau tekanan,
baik secara fisik maupun psikis terhadap Pelapor dan Saksi Pelapor atau keluarganya
apabila tindak pidana tersebut diungkap menurut keadaan yang sebenarnya; dan
c. laporan tentang adanya ancaman atau tekanan tersebut disampaikan kepada pejabat
yang berwenang sesuai dengan tahap penanganannya dan dibuatkan berita acara penerimaan
laporan.
Tata cara memperoleh perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sebagai
berikut:
a. Saksi dan/atau Korban yang bersangkutan, baik atas inisiatif sendiri maupun atas
permintaan pejabat yang berwenang, mengajukan permohonan secara tertulis kepada LPSK;
b. LPSK segera melakukan pemeriksaan terhadap permohonan sebagaimana dimaksud
c. Keputusan LPSK diberikan secara tertulis paling lambat 7 (tujuh) hari sejak
permohonan perlindungan diajukan.
Dari ketentuan Pasal 29 ini ada pengaturan mengenai apakah permohonan itu secara
tertulis atau permohonan perlindungan seharusnya bukan cuma dari pihak saksi/korban dan

pejabat yang berwenang tetapi juga oleh keluarga saksi dan korban yang bersangkutan dan
pendamping saksi dan korban.Pengajuan seharusnya dapat dilakukan oleh orang tua atau
walinya terhadap korban atau saksi masih dibawah umur atau anak-anak.[23]
Permohonan yang telah diterima akan dilanjutkan kepada UP2 oleh ketua LPSK. UP2
(Unit Penerimaan Permohonan) adalah Unit yang bertugas untuk memberikan pelayanan
penerimaan permohonan perlindungan bagi saksi dan korban yang terkait pelaksanaan
fungsi dan tugas Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.Sedangkan mengenai keputusan
LPSK perihal diterima ataupun ditolaknya suatu permohonan perlindungan yang
berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan disampaikan paling lambat 7 hari sejak
permohonan perlindungan tersebut diajukan.
Selanjutnya dalam pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006
menyebutkan bahwa: Dalam hal LPSK menerima permohonan Saksi dan/atau korban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Saksi dan/atau Korban menandatangani pernyataan
kesediaan mengikuti syarat dan ketentuan perlindungan Saksi dan Korban. Adapun
mengenai pernyataan kesediaan mengikuti syarat dan ketentuan perlindungan yang harus
ditandatangani oleh saksi dan/atau korban diatur dalam pasal 30 ayat (2) yang berisi:
Pernyataan kesediaan mengikuti syarat dan ketentuan perlindungan Saksi dan Korban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a.
Kesediaan Saksi dan/atau Korban untuk memberikan kesaksian dalam proses
peradilan;
b.
Kesediaan Saksi dan/atau Korban untuk menaati aturan yang berkenaan dengan
keselamatannya;
c.
Kesediaan Saksi dan/atau Korban untuk tidak berhubungan dengan cara apa pun
dengan orang lain selain atas persetujuan LPSK, selama ia berada dalam perlindungan
LPSK;
d.
Kewajiban Saksi dan/atau Korban untuk tidak memberitahukan kepada siapa pun
mengenai keberadaannya di bawah perlindungan LPSK; dan
e.
Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh LPSK.
Proses pengajuan permohonan hingga disetujuinya permohonan tersebut sering kali
membingungkan para saksi dan korban, karena mereka harus melewati proses yang tidak
pendek untuk mendapat perlindungan dari LPSK ini. Hal inilah yang sering menjadi
penyebab saksi dan atau korban merasa enggan untuk meminta perlindungan dari LPSK dan
memilih untuk diam. Para saksi dan korban merasa kurang mengerti akan prosedur-prosedur
yang ditetapkan oleh LPSK. Apalagi bagi para saksi dan korban yang tidak begitu mengerti
akan hukum. Karena itulah pemdampingan akan seorang advokat akan sangatlah membantu
para saksi dan korban ini.
Dengan berada dibawah perlindungan LPSK, saksi dan/atau korban ini tidaklah secara
sepenuhnya merasa aman, karena banyaknya persoalan yang kian datang sesuai dengan
berjalannya suatu persidangan.Dalam realita social penegak hukum tidak mau mendengar,
melihat, atau merasakan bahwa saksi yang dipanggil oleh penegak hukum, apakah dirinya
merasa aman atau nyaman, termasuk anggota keluarganya.Apalagi dalam setiap tahap
pemeriksaan mulai dari tingkat penyidikan sampai pemeriksaan di pengadilan yang berteletele memakan waktu cukup lama. Kadang-kadang perkara yang telah berlangsung cukup
lama, sehingga secara manusiawi saksi atau korban lupa akan peristiwa itu, tetapi di depan

sidang pengadilan harus dituntut kebenaran kesaksiannya.[24] Dalam fase yang seperti
inilah campur tangan LPSK sangat diperlukan. Karena kehadiran LPSK diharapkan dapat
memberikan rasa nyaman dan aman bagi saksi atau korban agar dapat memberikan
kesaksiannya di depan persidangan dan proses persidangan pun dapat berjalan tanpa berteletele.

Anda mungkin juga menyukai