Abses Hati Amuba
Abses Hati Amuba
a.
Epidemiologi
Amebiasis merupakan penyakit endemik yang berhubungan dengan aspek sosial
kemasyarakatan yang luas, terutama di daerah dengan sanitasi, status hygiene yang
kurang baik dan status ekonomi yang rendah. Indonesia memiliki banyak daerah
endemik untuk strain virulen E. histolytica. E. histolytica hidup komensal di usus manusia,
namun dengan keadaan gizi yang buruk dapat menjadi patogen dan menyebabkan angka
morbiditas yang tinggi. Penelitian di Indonesia menunjukan perbandingan pria : wanita
berkisar 3:1. Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun, terutama pada dewasa muda, jarang
pada anak-anak.4
Abses hati amuba lebih jarang ditemukan dibandingkan abses hati piogenik, angka
kejadiannya hanya sekitar 20% dari semua abses hati. Infeksi ini sering terjadi di daerah
tropis, dimana sekitar 10-20% populasi mengandung organ ini. Pusat pengendalian penyakit
melaporkan 1,3 kasus amubiasis per 100.000 populasi.3
b.
Etiologi
Abses hati amuba terjadi karena Entamoeba histolytica terbawa aliran vena porta ke
hepar, tetapi tidak semua amuba yang masuk ke hepar dapat menimbulkan abses. Untuk
terjadinya abses, diperlukan faktor pendukung atau penghalang berkembang biaknya amuba
tersebut. Faktor tersebut antara lain adalah pernah terkena infeksi amuba, kadar kolesterol
meninggi, pascatrauma hepar, dan ketagihan alkohol. Akibat infeksi amuba tersebut, terjadi
reaksi radang dan akhirnya nekrosis jaringan hepar. Sel hepar yang jauh dari fokus infeksi
juga mengalami sedikit perubahan meskipun tidak ditemukan amuba. Perubahan ini diduga
akibat toksin yang dikeluarkan oleh amuba.5
c.
Patogenesis
E. Hystolitica memiliki dua bentuk yaitu tropozoit dan kista. Bentuk kista ini dapat
bertahan di luar tubuh manusia. Kista dipindahkan melalui kontaminasi makanan dan air
minum atau secara langsung. Tropozoid akan berubah dari bentuk kista dalam usus kecil dan
akan terus ke kolon dan dari sini akan memperbanyak diri. Baik bentuk trophozoit maupun
kista dapat ditemukan pada lumen usus. Namun hanya bentuk trophozoit yang dapat
menginvasi jaringan. Amuba ini dapat menjadi patogen dengan mensekresi enzim cys-teine
protease, sehingga melisiskan jaringan maupun eritrosit dan menyebar
keseluruh organ
disebabkan karena cabang vena porta kanan lebih lebar dan lurus dari pada cabang vena porta
kiri. Ukuran abses bervariasi dari diameter 1-25 cm. Dinding abses bervariasi tebalnya,
bergantung pada lamanya penyakit.4,7
Abses ini sebetulnya bukan abses yang sebenarnya, tetapi lebih menyerupai proses
pencairan jaringan nekrosis multipel yang makin lama makin besar dan bergabung
membentuk apa yang disebut abses. Cairan abses terdiri atas jaringan hati yang nekrosis dan
eritrosit yang berwarna tengguli. Cairan ini terbungkus oleh hiperplasia jaringan ikat yang
disebut simpai walaupun bukan berupa simpai sejati. Jaringan ikat ini membatasi perusakan
lebih jauh, kecuali bila ada infeksi tambahan. Kebanyakan abses hati bersifat soliter, steril
dan terletak di lobus kanan dekat kubah diafragma. Jarang ditemukan amuba pada cairan
tersebut; bila ada amuba biasanya terdapat di daerah dekat dengan simpainya. Secara klasik,
cairan abses menyerupai achovy paste dan berwarna coklat kemerahan, sebagai akibat
jaringan hepar serta sel darah merah yang dicerna. Evaluasi cairan abses untuk penghitungan
sel dan enzimatik secara umum tidak membantu dalam mendiagnosis abses amuba. Amuba
bisa didapatkan ataupun tidak di dalam cairan pus.4,5
d.
Gejala klinis
Pada penderita abses hepar amuba tidak selalu ditemukan riwayat diare sebelumnya.
Diare hanya dialami oleh 20-50% penderita. Penyakit ini timbul secara perlahan, disertai
demam, berkeringat, dan berat badan menurun. Tanda lokal yang paling sering adalah nyeri
spontan dan nyeri tekan perut kanan atas, di daerah lengkung iga dengan hepar yang
membesar. Kadang nyeri ditemukan di daerah bahu kanan akibat iritasi diafragma.
Hepatomegali dan nyeri biasanya ditemukan, tetapi jarang sekali disertai ikterus, prekoma
atau koma. Bila lobus kiri yang terkena, akan ditemukan massa di daerah epigastrium. Gejala
khas adalah suhu tubuh yang tidak lebih dari 38,5C. Penderita tak kelihatan sakit berat
seperti pada abses karena bakteria. Kadang gejalanya tidak khas, timbul pelan-pelan atau
asimptomatis.4,5
e.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Jumlah leukosit berkisar antara 5.000 dan 30.000, tetapi umumnya antara 10.000-
12.000. Kadar fosfatase alkali serum meningkat pada semua tingkat abses amuba. Tes
serologi titer amuba di atas atau sama dengan 1:128. Dapat ditemukan anemia ringan sampai
sedang. Pada pemeriksaan faal hati, tidak ditemukan kelainan yang spesifik. Kista dan
tropozoit pada kotoran hanya teridentifikasi pada 15-50% penderita abses amuba hepar,
karena infeksi usus besar seringkali telah mereda saat penderita mengalami abses hepar.
Complement fixation test lebih dapat dipercaya dibanding riwayat diare,
pemeriksaan
Pencitraan
Tak ada perbedaan radiologi yang jelas antara abses hati piogenik dan amuba.
Perbedaan terlihat pada hasil tes serologi E. histolytica. Pada foto roentgen pasien dengan
abses hati amuba dapat terlihat kubah diafragma kanan meninggi, efusi pleura, abses paru dan
atelektasis. Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang penting untuk
membantu diagnosis serta menentukan lokasi abses dan besarnya. Sensitivitasnya dalam
mendiagnosis amebiasis hati adalah 85%-95%. Gambaran ultrasonografi pada amebiasis
hati adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
Diagnosis
Untuk membuat diagnosis abses hati amuba yang penting adalah kesadaran akan
kemungkinan penyakit ini. Bila ada nyeri daerah epigastrium kanan dan hepatomegali serta
demam yang tidak begitu tinggi, dugaan abses hepar harus dipertimbangkan. Riwayat diare
dan ditemukannya amuba dalam feses membantu diagnosis meskipun tidak ditemukannya
kedua hal ini tidak berarti bukan abses hati amuba.5
Beberapa kriteria diagnosis abnses hepar amubik
g.
Diagnosis banding
Penyakit lain yang gejala klinisnya mirip dengan abses hati amuba antara lain:
Disebabkan paling banyak oleh bakteri gram negatif yang terbanyak yaitu E. coli
serta kuman yang lainnya yaitu S. faecalis, P. vulgaris dan S. typhi. Dapat juga
disebabkan oleh bakteri anaerob yang berasal dari v. porta, saluran empedu (yang
paling sering), infeksi langsung (seperti luka pada penetrasi, fokus septik
berdekatan), septisemia atau bakterimia pada infeksi tempat lain, kriptogenik
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
c.
d.
e.
f.
g.
percobaan
pengobatan
dengan
amubisid
yang
merupakan
diagnosis
per
eksklusionem.2,5,7
h.
Penatalaksanaan
Pengobatan medis3,4,5
Obat amebisid digolongkan berdasarkan tempat kerjanya menjadi:
dehidroemetin, klorokuin,
amebisid luminal, yaitu yang bekerja dalam usus dan disebut juga amebisid
kontak contohnya, diyodohidroksikuin, yodoklorhidroksikuin, kiniofon,
glikobiarsol, karbason, klifamid, diklosanid furoat, tetrasiklin dan
paromomisin dan
amebisid yang bekerja pada lumen maupun jaringan, contohnya obat-obat
golongan nitroimidazol
Abses hati ameba tanpa komplikasi lain dapat menunjukan penyembuhan yang
besar bila diterapi hanya dengan antiamuba. Pengobatan yang dianjurkan adalah:
a) Metronidazole.
Metronidazole
merupakan
derivat
nitroimidazole.
Dosis
50mg/kgBB/hari. Dosis yang dianjurkan untuk kasus abses hati amuba adalah 3 x
750 mg/hari selama 7-10 hari. Derivat nitroimidazole lainnya yang dapat digunakan
adalah tinidazole dengan dosis 3 x 800 mg perhari selama 5 hari. Metronidazol
merupakan obat terpilih dan telah dilaporkan menyembuhkan 80-100% abses hati
amuba. Pasien yang berhasil diterapi dengan metronidazol mempunyai respon klinis
dramatis, biasanya menjadi tidak demam dan bebas nyeri dalam 24 dan 48 jam.
Komplikasi
Komplikasi abses hati amuba umumnya berupa perforasi atau ruptur abses ke
berbagai rongga tubuh (pleura, paru, perikardium, usus, intraperitoneal) dan ke kulit, sebesar
5-5,6%. Perforasi ke kranial dapat terjadi ke pleura dan perikard. Insiden perforasi ke rongga
pleura adalah 10-20%. Akan terjadi efusi pleura yang besar dan luas yang memperlihatkan
cairan cokelat pada aspirasi. Perforasi dapat berlanjut ke paru sampai ke bronkus sehingga
didapat sputum yang berwarna khas cokelat. Penderita mengeluh bahwa sputumnya terasa
seperti rasa hati selain didapatkan hemoptisis. Perforasi ke rongga perikard menyebabkan
efusi perikard dan tamponade jantung. Bila infeksi dapat diatasi, akan terjadi inflamasi kronik
seperti tuberkulosis perikard dan pada fase selanjutnya terjadi penyempitan jantung
(perikarditis konstriktiva).4,5
Perforasi ke kaudal terjadi ke rongga peritoneum. Perforasi akut menyebabkan
peritonitis umum. Abses kronik, artinya sebelum perforasi, omentum dan usus mempunyai
kesempatan untuk mengurung proses inflamasi, menyebabkan peritonitis lokal. Perforasi ke
depan atau ke sisi terjadi ke arah kulit sehingga menimbulkan fistel. Infeksi sekunder dapat
terjadi melalui sinus ini. Meskipun jarang, dapat juga terjadi emboli ke otak yang
menyebabkan abses amuba otak.5
j.
Prognosis
Tidak seperti abses hati piogenik, angka kematian pada abses amuba hepar tercatat
dalam sejarah lebih rendah. Tahun 1935, Ochner melaporkan 9% pasien dengan abses amuba
meninggal karena penyakitnya. Para peneliti mengevaluasi pengobatan dengan antibiotik
saja, antibiotik dikombinasikan dengan aspirasi jarum, dan antibiotik dengan drainase
terbuka, telah dilaporkan dengan angka kematian yang sama antara 2% sampai 3%.14
Beberapa faktor klinis telah dikaitkan dengan prognosis yang jelek pada pasien-pasien
dengan abses amuba hepar. Peningkatan umur, manifestasi klinis yang lambat,
encephalopathy, multipel abses, volume abses > 500 ml, dan komplikasi seperti ruptur
intraperikardial atau komplikasi pulmonum meningkatkan tiga kali angka kematian.
Hiperbilirubinemia (>3,5 mg/dL) juga termasuk faktor resiko, dengan ruptur timbul lebih
sering pada pasien-pasien dengan jaundice. Kadar hemoglobin 8 g/dL dan serum albumin <2
g/dL juga meningkatkan resiko ruptur. Meskipun demikian, kebanyakan pasien dengan abses
amuba hepar, dengan atau tanpa komplikasi, memiliki respons yang baik terhadap
pengobatan medis dan dapat sembuh.11,14