Anda di halaman 1dari 29

PRESENTASI KASUS

Dislipidemia dan Gout Arthritis pada Pria usia 26 tahun


dengan faktor resiko, kategori rumah dalam kondisi
sedang, dan tidak menerapkan perilaku hidup bersih
sehat
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga
Puskesmas Gedong Tengen Yogyakarta

Disusun Oleh:
Dwi Arif Wahyu Wibowo
20090310156

Diajukan Kepada:
dr. Kusbaryanto, M.Kes
dr. Suharno

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
Dislipidemia dan Gout Arthritis pada Pria usia 26 tahun dengan
faktor resiko, kategori rumah dalam kondisi sedang, dan tidak
menerapkan perilaku hidup bersih sehat.

Telah dipresentasikan pada tanggal:


16 Januari 2015

Disusun Oleh:
Dwi Arif Wahyu Wibowo
20090310156

Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing

dr. Kusbaryanto, M.Kes

Dokter Pembimbing

dr. Suharno

BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama

Taufan Nugroho

Jenis Kelamin

Laki-laki

Umur

26 tahun

Alamat

Pajeksan GT 01-609

Pekerjaan

Wiraswasta

Agama

Islam

Status Pernikahan

Belum menikah

Pendidikan Terakhir

SMA

No RM

Tanggal kunjungan PKM :

13 Januari 2015

Kunjungan Rumah

14 Januari 2015

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Rasa nyeri di kedua lutut dan pergelangan tangan kanan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Gedong Tengen dengan keluhan nyeri lutut.
Awalnya nyeri dirasakan pada lutut sebelah kanan, lalu ke lutut kiri dan terakhir di
pergelangan tangan. Nyeri yang dirasakan tumpul dan nyeri sekali. Nyeri timbul
beberapa kali dalam sehari, terutama jika kelelahan atau terlalu lama berdiri, dan
membaik jika beristirahat dan rebahan. Pasien sudah mencoba obat herbal yang
dibeli di toko, namun keluhan belum membaik. Pasien juga merasakan lututnya
membengkak dan terkadang merasakan demam. Pasien pernah mengalami trauma
pada lutut kanan nya tetapi sudah beberapa tahun yang lalu. Pasien juga pernah
memeriksakan kolesterolnya dan hasilnya tinggi, tetapi pasien lupa kadarnya.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami gejala yang sama sebelumnya.


Riwayat penyakit Hipertensi disangkal.
Riwayat penyakit Diabetes Melitus disangkal.
Riwayat penyakit Jantung disangkal.
Riwayat alergi juga disangkal.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi
Riwayat Diabetes Melitus
Riwayat Kolesterol tinggi
Riwayat Asam Urat
Riwayat Stroke

: Bapak dan Ibu pasien.


: Ibu pasien
: Bapak pasien.
: Kakak pasien.
: Tidak ada.

5. Riwayat Personal Sosial Lingkungan


a. Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah Sekolah Menengah Atas. Pasien tidak
meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, dikarenakan pasien
berwirausaha dan membantu ayahnya sebagai tukang masak di warung pinggir
jalan.
b. Pekerjaan
Pasien saat ini bekerja sebagai tukang masak di sebuah warung makan di
pinggir jalan bersama ayahnya. Penghasilannya dirasa cukup untuk membiayai
kehidupan sehari-hari dikarenakan semua kakak dan adiknya mempunyai
pekerjaan dan dapat membantu perekonomian keluarga.
c. Perkawinan
Sampai saat ini pasien masih belum menikah, dan masih belum tau kapan
akan menikah.
d. Lingkungan
pasien di rumah tinggal bersama kedua orang tuanya beserta keempat
saudaranya serta seorang kakak ipar dan seorang keponakan yang masih kecil.
Pasien tinggal di daerah perkotaan yang cukup padat, dan jarak antar rumah hanya
dipisahkan oleh tembok. Lingkungan tempat tinggal pasien cukup bersih dan
mempunyai sanitasi yang baik.

e. Bersosialisasi
Pasien menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar, dan sering
mengikuti kegiatan yang diadakan. Pasien juga sering bermain dan berkumpul
dengan pemuda disekitar rumahnya.
f. Gaya Hidup
Pasien makan 3 kali sehari, menu makanan yang dimakan bervariasi,
namun pasien suka makan makanan yang berlemak dan gorengan yang dijual di
pinggir jalan. Pasien juga merupakan seorang perokok dan meminum minuman
beralkohol. Pasien jarang melakukan aktifitas fisik dan berolahraga.
6. Review Sistem

Neurologi
Respirasi
Kardiovaskular
Gastrointestinal
Urogenital
Muskuloskeletal

: nyeri kepala (-), kesadaran baik.


: batuk (-), pilek (-), sesak napas (-),
: takikardi (-), nyeri dada (-)
: mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB lancar.
: BAK lancar, nyeri BAK (-)
: nyeri kedua lutut dan pergelangan tangan, lutut

bengkak
Integumentum

: gatal (-)

7. Anamnesis Illness
a

Perasaan
Pasien merasa khawatir dengan penyakitnya karena takut lama kelamaan

nyeri nya bertambah berat dan membuatnya tidak dapat berdiri.


g. Ide
Pasien tidak mengetahui jika sakit yang diderita dapat disebabkan oleh
gaya hidup yang tidak sehat dan tidak harus kontrol.
h. Harapan
Pasien berharap agar nyeri di kaki dan tangannya dapat berkurang dan
sembuh, karena nyeri yang dirasakan jika kambuh sangat mengganggu dan
membuat tidak nyaman.

i. Efek terhadap fungsi dan sosial.


Sejak kedua lututnya sering merasakan nyeri, pasien jadi tidak dapat
berdiri lama dan mengganggu pekerjaannya sebagai seorang tukang masak yang
harus berdiri lama.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
: baik
2. Kesadaran
: compos mentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi
: 82x/menit, reguler, isi, dan tegangan cukup
Suhu badan : 36.5 C
Pernapasan : 20x/menit
4. Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala : Simetris, Mesosefal
Rambut
: Warna hitam, tidak mudah dicabut
5. Pemeriksaan Mata
Palpebra
: Edema (-/-)
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
Kornea
: Arcus senilis (-/-)
Pupil
: Reflek cahaya (+/+), isokor
Lensa
: Jernih/jernih
6. Pemeriksaan telinga
: Nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
7. Pemeriksaan Hidung
: Sekret(-/-), epistaksis(-/-)
8. Pemeriksaan mulut dan gigi: Faring hiperemis(-), caries gigi(-), gigi
berlubang(-)
9. Pemeriksaan Leher
Kelenjar tiroid
Kelenjar limfonodi
JVP
10. Pemeriksaan Dada
Paru

Inspeksi
Palpasi

: Tidak membesar
: Tidak membesar, nyeri(-)
: Tidak meningkat

Anterior
Simetris, retraksi(-)
Ketinggalan gerak(-)
Vocal fremitus kanan = kiri

Posterior
Simetris, retraksi(-)
Ketinggalan
gerak(-)

Vocal
Perkusi

Sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi

Suara dasar vesikuler


Suara tambahan(-/-)

fremitus

kanan = kiri
Sonor pada seluruh
lapang paru
Suara

dasar

vesikuler
Suara
tambahan(-/-)

Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi
: Iktus kordis teraba, kuat angkat cukup
Perkusi batas jantung
Kanan atas
: SIC II linea para strenalis
Kiri atas
: SIC II linea para sternalis sinistra
Kanan bawah
: SIC IV linea para sternalis
Kiri bawah
: SIC V midclavicula sinistra
Auskultasi : Suara 1 dan suara 2 reguler, suara bising jantung
tambahan (-)

11. Pemeriksaan Abdomen


Inspeksi
: Jejas (-)
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Palpasi
: Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak ada
pembesaran, massa (-)
Perkusi
: Timpani, nyeri ketok costovertebra (-/-)
12. Pemeriksaan Ekstremitas

Gerakan
Tonus
Trofi
Edema
Akral
Nyeri
Pembengkakan

Ekstremitas Bawah
Kanan
Kiri
Bebas
Bebas
Normal
Normal
Eutrofi
Eutrofi
Hangat
Hangat
+
+
+

Ekstremitas Atas
Kanan
Kiri
Bebas
Bebas
Normal
Normal
Eutrofi
Eutrofi
Hangat
Hangat
-

Luka
Nyeri Tekan
Krepitasi

+
-

+
-

+
-

D. Diagnosis Banding

Dyslipidemia
Gout Arthritis
Dyslipidemia sekunder
Rheumatoid arthritis

E. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 13 Januari 2015
Kolesterol

: 128 mg/dl

Trigliserid

: 258 mg/dl

Asam Urat

: 6,64

F. Diagnosis Klinis

Dislipidemia
Gout Arthritis

G. Penatalaksanaan
1

Farmakologis
R/ Gemfibrozil tab No X
S 1 dd tab I
R/ Allopurinol tab No X
S 1 dd tab I
R/ Na Diclofenac tab No VI
S 3 dd tab I

8. Non Farmakologis
a. Memberikan pemahaman yang benar mengenai penyakit dan
komplikasi penyakit yang diderita pasien.

b. Modifikasi gaya hidup sehat serta memberikan daftar diet makanan


yang perlu dihindari.
c. Memberikan pemahaman mengenai bahaya merokok dan konsumsi
minuman

beralkohol

dan

supaya

dapat

mengurangi

sampai

menghentikannnya.
d. Menyarankan untuk melakukan kontrol rutin.

H. Kunjungan Rumah
1

Kondisi Pasien
Kunjungan ke rumah pasien dilakukan pada tanggal 14 Januari 2015

sekitar pukul 14:00 WIB. Saat itu pasien sedang beristirahat di rumah. Pasien
mengaku kalau keluhan nyeri nya sudah berkurang karena sudah meminum obat
dari puskesmas. Dari pemeriksaan fisik didapatkan Nadi 86 kali/menit, tekanan
darah 120/80 mmHg, dan nafas 20 kali/menit.
9. Keadaan Rumah
a. Lokasi
Rumah pasien terletak di perkampungan tengah kota yang padat
penduduk dan saling berdekatan dengan rumah tetangganya.
b. Kondisi Rumah
Rumah pasien bertingkat dua dan merupakan bangunan yang
permanen dengan tembok dari batu bata dan lantai dari keramik. Untuk atap
menggunakan genting dan terdapat langit-langit.
c. Luas
Ukuran rumah pasien kira-kira 10 x 8 meter. Di dalamnya dihuni oleh
16 orang.
d. Lantai Rumah
Seluruh lantai rumah pasien terbuat dari keramik.
e. Jendela Rumah
Terdapat jendela pada ruang tamu dan kamar tidur.
f. Pencahayaan
Meskipun banyak terdapat jendela, namun karena letak rumah yang
berdekatan dan saling menempel, maka sinar matahari yang masuk ke dalam
rumah kurang. Hanya ruang tamu saja yang mendapat cukup sinar matahari.
g. Kebersihan dna Tata Letak Ruang

Kebersihan rumah pasien sebenarnya cukup bersih, namun letak


barang dan perabotan lumayan berantakan. Selain itu banyak terdapat kasur di
setiap ruangan karena untuk menampung penghuni yang cukup banyak.
h. Sanitasi Dasar
Persediaan air berasal dari air sumur yang tertutup. Jamban dan kamar
mandi terletak di dalam rumah, namun ada yang terletak di luar rumah. Sarana
pembuangan air limbah dialirkan ke selokan kecil dibelakang rumah, tempat
pembuangan sampah jadi satu dengan tetangga.
i. Halaman
Dikarenakan letak rumah yang sangat berdekatan, maka rumah pasien
tidak memiliki halaman yang cukup dan langsung berhubungan dengan gang.
j. Kesan Kebersihan
Kebersihan cukup, namun tidak rapid an terasa gelap.
Tabel 1 Tabel indikator Rumah Sehat

No.
a.
b.
Kepadatan
a.
b.
Rumah
a.
Lantai
b.
a.
Pencahayaan
b.
a.
Ventilasi
b.
a.
b.
c.
d.
Air bersih
e.
f.
g.
h.
a.
Pembuangan b.
c.
kotoran kakus d.
e.
Septic tank
a.

1. Lokasi
2.
3.
4.
5.

6.

7.

8.

Variabel
Tidak rawan banjir
Rawan banjir
Tidak padat (> 8 m2/orang)
Padat (< 8 m2/orang)
Semen, ubin, keramik, kayu
Tanah
Cukup
Tidak cukup
Ada
Tidak ada
Air dari kemasan
Ledeng/PAM
Mata air terlindung
Sumur pompa tangan
Sumur terlindung
Sumur tidak terlindung
Mata air tidak terlindung
Lain-lain
Leher angsa
Plengsengan
Cemplung/cubuk
Kolam ikan/sungai/kebun
Tidak ada
Jarak > 10 meter dari sumbu

Skor
3
1
3
1
3
1
3
1
3
1
3
3
2
2
2
1
1
1
3
2
2
1
1
3

Skor
Rumah
Pasien

b.
9. Kepemilikan a.
b.
WC
c.
a.
11. SPAL
b.
c.
a.
b.
12. Saluran got
c.
d.
a.
b.
c.
13. Pengelolaan
d.
sampah
e.
f.
g.
a.
14. Polusi udara
b.
a.
15. Bahan bakar b.
c.
masak
d.

air
Lainnya
Sendiri
Bersama
Tidak ada
Saluran tertutup
Saluran terbuka
Tanpa saluran
Mengalir lancar
Mengalir lambat
Tergenang
Tidak ada got
Diangkut petugas
Ditimbun
Dibuat kompos
Dibakar
Dibuang ke kali
Dibuang sembarangan
Lainnya
Tidak ada
Ada gangguan
Listrik, gas
Minyak tanah
Kayu bakar
Arang/batu bara
TOTAL

1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
1
3
2
3
2
1
1
1
3
1
3
2
1
1

Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut :


Baik

: skor 35-42 (>83 %)

Sedang

: skor 29-34 (69-83 %)

Kurang

: skor <29 (<69 %)

Pada pasien termasuk kedalam kategori rumah dalam kondisi sedang

10. Family Assessment Tools


a

Genogram
Genogram keluarga Taufan, dibuat 14 Januari 2015.

32

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
C

: Caregiver

: Breadwinner

AU

:Asam Urat

: Kolesterol tinggi

HT

: Hipertensi

DM

: Diabetes Melitus
: Tinggal serumah

j. Family Map

Bapak

Kakak II

Ibu

Kakak I
Adik
Keterangan
: Hubungan Fungsional
: Hubungan Disfungsional
k. Family Life Cycle
Bentuk keluarga ini adalah keluarga besar atau extended family karena
terdiri dari suami, istri, dan anak-anak kandung serta terdiri dari sanak saudara
lainnya. Keluarga ini berada dalam tahap keluarga usia jompo atau aging family
members.

l. Family APGAR
Komponen

Indikator

Adaptation

Saya puas dengan keluarga saya


karena
masing-masing
anggota

Hampir
tidak
pernah

Kadang
kadang

Hampir
selalu

keluarga
sudah
menjalankan
kewajiban sesuai dengan seharusnya
Partnership

Growth

Saya puas dengan keluarga saya


karena dapat membantu memberikan
solusi terhadap permasalahan yang
saya hadapi

Saya puas dengan kebebasan yang


diberikan keluarga saya untuk
mengembangkan kemampuan yang
saya miliki

Affection

Saya puas dengan kehangatan/kasih


sayang yang diberikan keluarga saya

Resolve

Saya puas dengan waktu yang


disediakan keluarga untuk menjalin
kebersamaan

Skor total

Keterangan klasifikasi APGAR:


8-10

: Fungsi keluarga sehat (high functional family).

4-7

: Fungsi keluarga kurang sehat (moderate dysfunctional family).

0-3

: Fungsi keluarga sakit (severe dysfunctional family).


m. Family SCREEM
ASPEK
SOCIAL

SUMBER DAYA
PATOLOGI
Hubungan dan komunikasi
pasien dengan tetangga tidak

CULTURAL

ada kendala.
Pasien hanya percaya pada
Allah swt dalam penyakitnya,
bukan karena hal gaib.

RELIGIUS

Pasien

beragama

islam namun tidak


taat beribadah.
ECONOMY

Pasien

merasa

kebutuhan

ekonominya tercukupi karena


hamper

semua

keluarganya
EDUCATION

pekerjaan.
Pendidikan

anggota
mempunyai

terakhir

pasien

adalah SMA.
MEDICAL

Paien

tidak

mempunyai jaminan
kesehatan

dan

rumahnya agak jauh


dari Puskesmas.

n. Family Life Line

Tahun 2006 pasien lulus SMA


Tahun 2007 pasien mulai membantu keluarganya menjadi tukang masak

I. Diagnosis Holistik
Dislipidemia dan Gout Arthritis pada Pria usia 26 tahun dengan faktor
resiko, kategori rumah dalam kondisi sedang, dan tidak menerapkan perilaku
hidup bersih sehat.

J. Manajemen Komprehensif
1

Promotive

Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan pasien mengenai penyakit

kolesterol, asam urat beserta komplikasinya.


Edukasi mengenai gaya hidup bersih dan sehat seperti menjaga pola
makan, dan menghindari kebiasaan yang buruk seperti merokok dan
minum alkohol.

11. Preventive

Menjelaskan kepada pasien untuk kontrol rutin untuk mengevaluasi


hasil terapi.

Menyarankan pasien untuk rutin cek kolesterol, trigliserid serta asam

urat nya.
Membantu pasien mengatur pola makan dan mengurangi konsumsi
rokok dan alcohol.

12. Kuratif

Gemfibrozil 1 x 1 tab
Allopurinol 1 x 1 tab
Na Diclofenac 3 x 1 tab

13. Palliative
Pada pasien ini belum diperlukan.
14. Rehabilitative
Pada pasien ini belum diperlukan.

BAB II
ANALISA KASUS
A Analisa Penyakit Klinis
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada kedua lutut dan pergelangan
tangan kanan yang sudah diderita sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan tibatiba dan membaik jika pasien beristirahat. Pasien juga merasakan demam ringan
dan kedua lututnya menjadi bengkak. Pasien juga mengatakan di pernah
mengecek kolesterol darahnya dan hasilnya sangat tinggi. Pasien menyangkal
pernah mengalami hal serupa dan adanya riwayat alergi. Namun dalam keluarga
ada yang memiliki sakit serupa yaitu ayahnya yang menderita kolesterol tinggi
dan kakaknya yang pertam menderita sakit kedua lutut karena asam urat. Dari sini
sudah dapat dilihat faktor resiko dari pasien, yaitu genetic. Ditambah lagi dengan
gaya hidup dan pola makan pasien yang gemar mengkonsumsi gorengan dan
makanan berlemak serta mengkonsumsi alkohol dan merokok yang merupakan
faktor resiko dari dyslipidemia dan Gout arthritis. Berdasarkan pemeriksaan fisik
hasilnya normal, namun pada pemeriksaan status lokalis terdapat pembengkakan
dari sendi lutut dan pergelangan tangan kanan dengan konsistensi keras dan
terdapat nyaeri tekan. Kemudian dari pemeriksaan penunjang didaptkan kadar
trigliserid dan asam urat yang meningkat. Sehingga diagnosis pada pasien ini
adalah gout arthritis dan dyslipidemia.

K. Analisa Home Visit


Pada hasil home visit yang telah dilakukan pasien merupakan anak
ketiga dari 4 bersaudara. Keseharian pasien merupakan seorang tukang masak
yang berjualan pada malam hari, namun karena penyakitnya ini sudah 2 bulan ia
hanya di rumah saja. Dari hasil Family Assesment Tools, pasien tinggal bersama
16 orang dalam satu rumah yang berisi ayah, ibu dan ketiga saudaranya beserta
kaki par dan keponakannya. Kemudian saudara kandung dari ayahnya dan anakanaknya, serta ibu dari ayahnya. Hubungan pasien dengan anggota keluarga lain

baik. Keluarga pasien termasuk keluarga yang memiliki fungsi baik. Penilaian dari
rumah pasien adalah sedang. Hal ini dikarenakan rumah yang berukuran 10 x 8
meter itu ditinggali 16 orang. Selain itu jarak rumah yang berdekatan membuat
rumah pasien tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup. Pasien juga
memounyai gaya hidup yang jelek yaitu mengkonsumsi alcohol dan merokok.

L. Analisa Manajemen Komprehensif


Penanganan

komprehensif

pada

pasien

ini

perlu

dilakukan.

Penanganannya berupa promotif yaitu mengedukasi pasien mengenai penyakitnya


beserta komplikasinya, selain itu pasien juga diberikan edukasi mengenai gaya
hidup yang sehat sehingga dapat membantu pengobatan. Untuk preventif pasien
disarankan untuk sering kontrol ke puskesmas dan mengecek kadar kolesterol,
Trigliserid, dan asam uratnya. Kemudian pasien juga dibantu dalam mengatur pola
makan agar kadar kolesterol dan asam uratnya tidak semakin meningkat.
Manajemen kuratif pada pasien diberikan obat NSAID untuk meredakan radang
dan nyeri pada sendi, serta diberikan simvastatin dan allopurinol untuk
menurunkan kadar trigliserid dan asam urat. Pada pasien ini belum diperlukan
terapi rehabilitative dan paliatif.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A Dyslipidemia
1

Definisi
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (>240mg/dl), kolesterol
LDL(>160mg/dl), kenaikan kadar trigliserida (>200 mg/dl) serta penurunan kadar
HDL (<40 mg/dl). Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai
peran yang penting dan sangat kaitannya satu dengan yang lain, sehingga tidak
mungkin dibicarakan sendiri-sendiri.
15. Etiologi
Etiologi dari dislipidemia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalahsebagai berikut:
a Faktor Jenis Kelamin
Risiko terjadinya dislipidemia pada pria lebih besar daripada wanita.
Haltersebut

disebabkan

karena

pada

wanita

produktif

terdapat

efek

perlindungandari hormon reproduksi. Pria lebih banyak menderita aterosklerosis,


dikarenakanhormon

seks

pria

(testosteron)

mempercepat

timbulnya

aterosklerosissedangkan hormon seks wanita (estrogen) mempunyai efek


perlindunganterhadap aterosklerosis. Akan tetapi pada wanita menopause
mempunyai risikolebih besar terhadap terjadinya aterosklerosis dibandingkan
wanitapremenopouse.
o. Faktor Usia
Semakin

tua

usia

seseorang

maka

fungsi

organ

tubuhnya

semakinmenurun, begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL,


sehinggabercak perlemakan dalam tubuh semakin meningkat dan menyebabkan
kadar kolesterol total lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL relatif tidak berubah.

Padausia 10 tahun bercak perlemakan sudah dapat ditemukan di lumen


pembuluhdarah dan meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun.
p. Faktor Genetik
Faktor

genetik

merupakan

salah

satu

faktor

pencetus

terjadinyadislipidemia. Dalam ilmu genetika menyebutkan bahwa gen untuk sifat


sifattertentu

(spesific

trait)

diturunkan

secara

berpasangan

yaitu

kita

memerlukansatu gen dari ibu dan satu gen dari ayah, sehingga kadar
hiperlipidemia tinggidapat diakibatkan oleh faktor dislipidemia primer karena
faktor kelainan genetik.
q. Faktor Kegemukan
Kegemukan erat hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah
komplikasi yang dapat terjadi sendiri sendiri atau bersamaan. Kegemukan
disebabkan olehketidakseimbangan antara energi yang masuk bersama makanan,
dengan energiyang dipakai. Kelebihan energi ini ditimbun dalam sel lemak yang
membesar.Pada orang yang kegemukan menunjukkan output VLDL trigliserida
yang tinggidan kadar trigliserida plasma yang lebih tinggi. Trigliserida berlebihan
dalamsirkulasi juga mempengaruhi lipoprotein lain. Bila trigliserida LDL dan
HDLmengalami lipolisis, akan menjadi small dense LDL dan HDL, abnormalitas
inisecara tipikal ditandai dengan kadar HDL kolesterol yang rendah.
r. Faktor Olahraga
Olah raga yang teratur dapat menyebabkan kadar kolesterol total,
kolesterolLDL, dan trigliserida menurun dalam darah, sedangkan kolesterol
HDLmeningkat secara bermakna. Lemak ditimbun dalam di dalam sel lemak
sebagaitrigliserida. Olahraga memecahkan timbunan trigliserida dan melepaskan
asamlemak dan gliserol ke dalam aliran darah.
s. Faktor Merokok
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
trigliserida,dan menekan kolesterol HDL. Pada seseorang yang merokok, rokok
akan merusak dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap
rokokakan

merangsang

hormon

adrenalin,

sehingga

akan

mengubah

metabolismelemak yang dapat menurunkan kadar kolesterol HDL dalam darah.

t. Faktor Makanan
Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan
aterosklerosis. Asupan tinggi kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol totaldan LDL sehingga mempunyai risiko terjadinya dislipidemia.
16. Faktor Resiko

Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia.


Obesitas.
Diet kaya lemak.
Kurang melakukan olah raga.
Penyalahgunaan alkohol.
Merokok.
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik .
Hipotiroidisme.
Sirosis.

17. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penyakit dyslipidemia dijelaskan dalam bagan
berikut:

Gambar 1 Penatalaksanaan Dislipidemia

Gambar 2 Penatalaksanaan Dislipidemia

Gambar 3 Penatalaksanaan Dislipidemia

M. Gout
1

Definisi
Gout adalah penyakit metabolik yang bersifat heterogen, dikaitkan

dengan jumlah uratyang abnormal dalam tubuh yang awalnya ditandai oleh
arthritis akut berulang, biasanya monoarticular, dan kemudian menjadi arthritis
kronis. Gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan
berulang dariartritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal

monosodium urat, yangterkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya


kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).
18. Etiologi
Penyebab timbulnya gejala artritis akut adalah reaksi inflamasi jaringan
terhadap

pembentukan

kristal

monosium

urat

monohidrat

atau

akibat

supersaturnasi asam uratdidalam cairan ekstraseluler. Sehingga dari penyebabnya,


penyakit ini digolongan sebagaikelainan metabolik. Asam urat merupakan produk
akhir dari metabolik purin. Penyakit asam urat ditandai dengan serangan
mendadak dan berulang yang terasa sangat nyeri. Penyakit ini umumnya
menyerang pria dari pada perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki
hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat melalui urin.
Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asamurat yaitu hiperurisemia.
Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena :
1) Pembentukan asam urat yang berlebihan.
Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang bertambah.
Gout sekunder metabolik, disebabkan oleh pembentukan asam urat yang
berlebihan karena penyakit lain seperti leukemia, terutama bila diobatidengan
sitostatika, psoriasis,polisitemia vera, dan mielofibrosis.
2) Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal.
Gout primer renal, terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di
tubulidistal ginjal yang sehat. Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan
ginjal, misalnya gagal ginjal kronik.
3) Perombakan dalam usus yang berkurang, namun secara klinis hal ini
tidak begitu penting.
Selain itu umumnya asam urat terjadi karena konsumsi makanan yang
mengandung purin secara berlebihan. Akibatnya kadar asam urat dalam darah
meningkat, kemudian terakumulasi pada persendian hingga menyebabkan
peradangan. Berikut ini penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin :

Golongan A

Makanan

yang

mengandung

purin

tinggi

150-800mg/100gr

makanan ).Contoh : jeroan, udang, remis, kerang, ekstrak daging ( abon / dendeng
),sardin, ragi, alkohol.

Golongan B

Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100gr makanan).


Contoh : kacang-kacangan kering, bayam, kembang kol, asparagus, buncis, jamur,
singkong, pepaya, kangkung.

Golongan C

Makanan yang mengandung purin rendah ( 0-50mg/100gr makanan ).


Contoh : keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
19. Diagnosis
Menurut Kriteria ACR ( American Collage of Rheumatology ) diagnosis
dapatditegakkan jika:
1) Menemukan monosodium urat dalam cairan synovial.
2) Ditemukan tofus yang mengandung kristal MSU.
3) Ditemukan 6 dari kriteria dibawah ini
a) inflamasi maksimal hari pertama.
b) arthritis monoartikuler.
c) kulit diatas sendi kemerahan.
d) bengkak + nyeri pada MTP1.
e) dicurigai tofi.
f) hiperurisemia.
g) pembengkakan sebuah sendi asimetrik pada foto roentgen.
h) kista subkortikal tanpa erosi pada foto roentgen.
i) kultur cairan sendi selama serangan inflamasi negative.
Diagnosis gout ditetapkan ketika didapatkan kriteria A dan/atau kriteria
B dan/atau 6 hal atau lebih dari kriteria C.
20. Penatalaksanaan
a

Non Medikamentosa
Kondisi yang terkait dengan hiperurisemia adalah diet kaya purin,

obesitas, sertas ering meminum alkohol. Purin merupakan senyawa yang akan
dirombak menjadi asam urat dalam tubuh, sehingga diet purin merupakan cara

terbaik dalam pengobatan asam urat. Penanganan gout arthritis secara non
medikamentosa adalah memberikan edukasi, pengaturan diet dan istirahat sendi.
Pengaturan diet seharusnya rendah lemak dan protein.
u. Terapi medikamentosa

NSAID
NSAID dapat mengontrol inflamasi dan rasa sakit pada penderita gout

secaraefektif. Efek samping yang sering terjadi karena NSAID adalah iritasi pada
system gastroinstestinal, ulserasi pada perut dan usus, dan bahkan pendarahan
pada usus.Penderita yang memiliki riwayat menderita alergi terhadap aspirin atau
polip tidak dianjurkan menggunakan obat ini. Contoh dari NSAID adalah
indometasin. Dosis obatini adalah 150-200 mg/hari selama 2-3 hari dan
dilanjutkan 75-100 mg/hari sampai minggu berikutnya.

Kolkisin
Merupakan pilihan utama dalam pengobatan maupun pencegahan

dengan dosis lebih rendah. Colchicine mengontrol gout secara efektif, tetapi
seringkali membawa efek samping, seperti nausea, vomiting

and diare.

Colchicine diberikan secara oral, dan diberikan setiap 1 sampai 2 jam dengan
dosis maksimal 6mg hingga adanya peningkatan yang lebih baik pada kondisi
pasien. Efek samping yang sering terjadi adalah diare.Pada pengobatan gout,
colchicine digunakan bila penderita tidak dapat menggunakan NSAID. Pada
pasien yang tidak dapat menelan bisa diberikan intravena dengan dosis 2-3
mg/hari, maksimal 4 mg. Hati-hati karena potensi toksisitas berat. Hasil dari obat
ini sangat baik bila diberikan secepatnya setelah serangan.

Steroid
Steroids biasanya berbentuk pil atau dapat pula berupa suntikan yang

lansung disuntikkan ke sendi penderita. Efek samping dari Steroids antara lain
penipisan tulang, susah menyembuhkan luka dan juga penurunan pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Steroids digunakan pada penderita gout yang tidak bisa
menggunakan NSAID ataupun colchicines.

Daftar Pustaka
1. Adam, MF Jhon dkk. Petunjuk Praktis Penatalaksanaan Dislipidemia.
Jakarta: Balai Penerbitan FKUI. 2004.
2. Aru W. Sudoyo, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. Jilid III.
Jakarta: Balai Penerbitan FKUI. 2004.
3. Fauci, Braunwald, Kasper, et al. Harrisons Principles of Internal
Medicine. 17th Edition. New York: 2008.
4. Mansjoer,A., dkk, 2004. Reumatologi. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
ketiga Jilid 1 Cetakan keenam. Media Aesculapius Fakultas kedokteran
UI, Jakarta. Hal 542-546.
5. Stefanus, E.I., Arthritis Gout, In Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
keempat Jilid3. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI
Jakarta, 2006. Hal 1218-1220.

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai