Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I.
Pendahuluan
Secara historis zaman terus berkembang melalui hirarkis perkembangan yang
terus dibarengi pula dengan perubahan-perubahan sosial, dimana dua hal ini selalu
berjalan beriringan. Keberadaan manusia yang dasar pertamanya bebas, menjadi hal yang
problematis ketika ia hidup dalam komunitas sosial. Kemerdekaan dirinya mengalami
benturan dengan kemerdekaan individu-individu lain atau bahkan dengan mahlukyang
lain. Sehingga ia terus terikat dengan tata kosmik,
berhubungan dengan dengan orang lain, dengan alam, dengan dirinya sendiri maupun
dengan Tuhannya. Maka muncullah tata aturan, norma atau nilai-inilai yang menjadi
kesepakatan universal yang harus ditaati. Dimana manusia harus selalu menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaaan. Ia harus memegangi aturan yang berlaku mengatur hidup
manusia.1
Munculnya teori hukum tidak dapat dilepaskan dari lingkungan zaman yang terus
berkembang, karena teori hukum hadir sebagai salah satu jawaban yang diberikan
terhadap permasalahan hukum atau menggugat satu pemikiran hukum yang dominan
pada suatau masa. Oleh karena itu, meskipun teori hukum mengajukan pemikiran secara
universal tapi dalam peoses perkembangannya berjalan secara bijaksana. 2
Dalam perkembangannya Teori Hukum memiliki berbagai macam aliran, dari
teokrasi, madzhab hukum alam, aliran positivisme sampai teori hukum sejarah, dan
masing-masing memiliki perpesktif berbeda tentang hukum. Pada makalah ini penulis
akan menguraikan tentang kajian teori hukum sejarah yang digegas oleh Friedrich Carl
von Savigny, seorang yuris Jerman yang sukses membuat Jerman tidak mengkodifikasi
hukum perdata selama hampir 100 tahun.
Definisi Sejarah
Istilah sejarah dalam bahasa Arab dikenal dengan tarikh, dari akar kata arrakha
(a-rk-h), yang berarti menulis atau mencatat, dan catatan tentang waktu serta peristiwa.
Akan tetapi, istilah tersebut tidak hanya berasal dari kata ini, ada yang berpendapat
bahwa istilah sejarah berasal dari istilah bahasa Arab syajaroh, yang berarti pohon atau
silsilah. Makna silsilah inl ebih tertuju pada makna padanan tarikh, termasuk padanan
1
pengertian abad, mitos, legenda dan seterusnya. Syajaroh berarti terjadi. Sedangkan
syajarah an-nasab berarti pohon silsilah.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal- muasal istilah sejarah yang dipakai
dalam literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi.
Meskipun demikian,
banyak yang mengakui bahwa istilah sejarah berasal dari bahasa Yunani, historia. Dalam
bahasa Inggris dikenal dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia,
bahasa Jerman geschihte, yang bermakna yang terjadi, dan dalam bahasa Belanda dikenal
dengan geschiedenis.
Menurut pengertian istilah, kata sejarah juga memiliki beberapa versi. Redaksi
R.G Collingwood, misalnya mendefinisikan sejarah sebagai ungkapan history is the
history of thought (sejarah adalah sejarah pemikiran), history is kind of research or
inquiry (sejarah adalah sejenis penelitian atau penyelidikan). Collingwood memaknai
sejarah (dalam arti penulisan sejarah historiografi), seperti membangun dunia fantasi (are
people who build up a fantasy world). 3
Teori Hukum Sejarah
Aliran teori sejarah dipelopori Friedrich Carl von Savigny (Volk geist) hukum
kebiasaan sebagai sumber hukum formal. Hukum tidak dibuat melainkan tumbuh dan
berkembang bersama sama dengan masyarakat. Pandangannya bertitik tolak bahwa di
dunia ini terdapat banyak bangsa dan tiap-tiap bangsa memiliki volksgeist jiwa rakyat.
Savigny berpendapat bahwa semua hukum berasal dari adat-istiadat dan kepercayaan
dan bukan berasal dari pembentukan undang-undang .4 Penggegas teori ini melihat
hukum sebagai entitas yang organis-dinamis. Hukum menurut teori ini, dipandang
sebagai sesuatu yang natural, tidak dibuat, melainkan hidup dan berkembang bersama
masyarakat. Hukum bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dinamis karena akan
senantiasa
berubah
seiring
dengan
perubahan
tata
nilai
di
masyarakat.
Hukum bersumber dari jiwa rakyat (volksgeist) dan karenanya undang-undang tidak
3
. Moh Hsbullah dan Dedi Supriyadi, Filsafat Sejarah. Bandung, CV Pustaka
Setia 2012., halal 21-22
4
Lili Rasjidi, Ira Thania Rasjidi. Bandung, Pengantar Filsafat Hukum: Mandar
Maju. 2002, hal 63.
begitu penting. Cerminan jiwa suatu bangsa tercermin dari hukumnya dan karenanya,
teori hukum hukum tidak dibuat, melainkan ditemukan dan bersumber dari jiwa rakyat.5
Asal Usul Teori Sejarah Hukum
Mazhab Teori Sejarah lahir pada awal abad ke-19, yaitu pada tahun 1814.
Lahirnya mazhab ini ditandai dengan diterbitkannya manuskrip yang ditulis oleh
Friedrich Karl von Savigny yang berjudul Vom Beruf unserer Zeit fur Gezetgebung und
Rechtwissenschaft (tentang seruan masa kini akan undang-undang dan ilmu hukum) .
Friedrich Karl von Savigny dipandang sebagai perintis lahirnya mazhab Sejarah .
Kelahiran mazhab yang dirintis oleh Savigny ini dipengaruhi oleh buku yang
berjudul L esprit des Lois (Semangat Hukum) karangan Montesquieu (1689-1755)
yang terbit pada tahun 1748. Dalam buku tersebut, Montesquieu mengemukakan bahwa
ada relasi yang kuat antara jiwa suatu bangsa dengan hukum yang dianutnya . Hukum
yang dilandasi dan dianut suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh jiwa bangsa yang
direpresentasikan oleh nilai-nilai dan tatanan sosial yang ada. Nilai dan tatanan sosial itu
bersifat dinamis, sehingga berimplikasi pada dinamisnya hukum.
bahwa dinamisasi nilai-nilai dan tatanan sosial menyebabkan dinamisasi pada hukum
yang diperpegangi masyarakat.6 Teori sejarah hukum secara garis besar merupakan
reaksi terhadap tiga hal:
1. .Rasionalisme Abad ke-18 yang didasarkan atas hukum alam, kekuatan akal,
dan prinsip-prinsip dasar yang semuanya berperan pada filsafat hukum.
Karena mengandalkan jalan pikiran deduktif tanpa mempehatikan fakta
sejarah, kehuusan dan kondisi nasional.
2. Semangat Revolusi Perancis yang menentang wewenang tradisi dengan misi
kosmopolitannya (kepercayaan pada rasio dan daya kekuatan tekad manusia
untuk mengatasi lingkungannya, yaitu seruannya ke penjuru dunia).
3. Pendapat yang berkembang saat itu yang melarang hakim menafsirkan hukum
karena undang-undang dianggap dapat memecahkan semua masalah hukum.
http://panglimaw1.blogspot.com/2011/10/inti-ajaran-mazhab-sejarah.html.
http://asikinzainal.blogspot.com/2012/10/mashab-sejarah-hukum.html, Diakses
tanggal 12 November 2013, Jam 10 45 Wib.
Selain tiga poin diatas,, terdapat faktor lain, yaitu masalah kodifikasi hukum
Jerman setelah berakhirnya masa Napoleon Bonaparte, yang diusulkan oleh Thibaut
(1772-1840). Karena dipengaruhi oleh keinginannya akan kesatuan negara, ia
menyatakan keberatan terhadap hukum yang tumbuh berdasarkan sejarah. Hukum itu
sukar untuk diselidiki, sedangkan jumlah sumbernya bertambah banyak sepanjang masa,
sehingga hilanglah keseluruhan gambaran darinya. Karena itulah harus diadakan
perubahan yang tegas dengan jalan penyusunan undang-undang dalam kitab.
Savigny menolak hukum tersebut dengan argumen, asal usul kodifikasi hukum
Perdata Jerman bersumber dari Code Civil Perancis sedangkan Code Civil Perancis
sebenarnya bersumber dari kode Romawi. Oleh karena itu Savigny mengatakan bahwa
hukum Jerman tentulah tidak sama dengan hukum bangsa lain, sehingga apabila hendak
membuat
kodifikasi
hukum
haruslah
bersumber
pada
hukum
kebiasaan
masyarakat/bangsa Jerman yang melalui bantuan para ahli hukum untuk merumuskan
prinsip prinsip hukum dari hukum kebiasaan tersebut.7
1.
kebiasaan, tetapi karena perasaan keadilan yang terletak di dalam jiwa bangsa itu. Jiwa
bangsa itulah yang menjadi sumber hukum. Pandangan Savigny ini bertentangan pula
dengan Positivisme Hukum. Ia mengingatkan bahwa untuk membangun hukum, studi
terhadap sejarah suatu bangsa mutlak diperlukan.
2.
Puchta (1798-1846)
Puchta berpendapat bahwa hukum suatu bangsa terikat pada jiwa bangsa yang
bersangkutan. Hukum tersebut menurut Puchta dapat berbentuk (1) langsung berupa adat
istiadat, (2) melalui undang-undang, (3) melalui ilmu hukum dalam bentuk karya para
ahli hukum.
Menurut Puchta, keyakinan hukum yang hidup dalam jiwa bangsa harus
disahkan melalui kehendak umum masyarakat yang terorganisasi dalam negara. Negara
mengesahkan hukum itu dengan membentuk undang-undang. Puchta mengutamakan
pembentukan hukum dalam negara sedemikian rupa sehingga akhirnya tidak ada tempat
http://radityakuntoro.blogspot.com/2012/02/aliran-aliran-filsafat-hukum.html.
Diakses pada tanggal 11 November 2013, Jam 8: 40 wib.
lagi bagi sumber-sumber hukum lainnya yakni praktek hukum dalam adat istiadat bangsa
dan pengolahan ilmiah hukum oleh ahli-ahli hukum.
3.
penelitiannya yang terkenal adalah tentang studi perbandingan perkembangan lembagalembaga hukum yang ada pada masyarakat sederhana dan masyarakat yang telah maju,
yang dilakukannya berdasarkan pendekatan sejarah.kesimpulan penelitian itu kembali
memperkuat pemikiran von Savigny yang membuktikan adanya evolusi pada berbagai
masyarakat dalam situasi sejarah yang sama.8
Pokok dan Doktri Ajaran Teori Hukum
Pokok Ajaran (Ideologi Hukum) Savigny
1.
8
9
Purnadi Purbacaraka dan M Chidir Ali, Disiplin Hukum,. Bandung : Citra Aditya Bakti,
1990, hal 18
Inti dari mazhab sejarah von Savigny diurainya dalam bukuVon Beruf unserer
Zeit fur Gesetzgebung und Rechtswissenschsft (tentang tugas jaman kita bagi
pembentuk undang-undang dan ilmu hukum).10
2.
b.
c.
Hukum
tidak
mempunyai
memperkembangkan
daya
kebiasaan
laku
universil.
hukumnya
sendiri;
Tiap
bangsa
Hal
tersebut
4.
Keyakinan Savigny
a.
10
b.
Kesadaran (hukum) rakyat adalah sumber bagi segala hukum dan dalam
peradaban yang termaju. Oleh karena itu sarjana hukumlah yang
merumuskan kesadaran hukum rakyat menjadi prinsip-prinsip hukum.
5.
6.
12
(asli)
penduduk pribumi
dan mencegah
terjadinya
pembaratan
(westernisasi) yang terlalu cepat, kalau tidak hendak dikatakan berhasil mencegahnya
samasekali, kecuali bagi sebagian kecil golongan pribumi.
Dalam konteks kekinian, lahirnya gerakan pemikiran hukum yang mengarah pada
pengoptimalisasian fungsi lembaga mediasi yang ada dilevel masyarakat grass root secara
tidak langsung dapat dikatakan sebagai pengaruh tidak langsung mazhab sejarah bagi
pemikiran hukum di Indonesia. Di Nusa Tenggara Barat gerakan ini mulai diawali di desa
Lebah Sempaga dan Desa Bagu yang telah membuat Balai Mediasi Desa yang sudah
mengarah kepada penggalian budaya dan kebiasaan masyarakat.13
Madzhab Teori Sejarah Hukum Dalam Syariah Islam
Dalam kajian Qowaidul Fiqhiyah (kaidah-kaidah fiqih) terdapat satu kaidah adat
yang dijadikan pijakan oleh para mujtahid sebagai salah satu sumber hukum Syariah
Islam yaitu kaidah Al-aadah Muhakkamah14. Dalil dari kaidah adat yang muhakkamah ini
adalah hadis Nabi Saw :
.
"Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam, maka baik pula di sisi Allah,
dan apa saja yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, maka menurut Allah-pun
digolongkan sebagai perkara yang buruk" (HR. Ahmad, Bazar, Thabrani dalam Kitab AlKabiir dari Ibnu Mas'ud)
Al-Qur'an maupun Al-hadis sebagai sumber utama syariah Islam memberikan
ruang dan tempat yang cukup agar manusia dapat mengatur sendiri hal-hal teknis yang
paling pas pada ruang, tempat dan waktu yang berbeda. Contoh kongkrit dari kaidah aladah muhakkamah ini seperti: ketentuan mahar mistl15 dalam akad nikah, standar batas
lama dan tidaknya waktu haid dan nifas, dan lain sebagainya.
Batasan-batasan tersebut ditentukan berdasarkan adat kebiasaan yang berlaku baik
pada masyarakat secara menyeluruh, atau daerah tertentu atau kebiasaan secara individu.
Penutup
Savigny sebagai pengegas Madzhab teori Sejarah melihat hukum sebagai entitas
yang organis-dinamis. Hukum dipandang sebagai sesuatu yang natural, tidak dibuat,
melainkan hidup dan berkembang bersama masyarakat.
Hukum bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dinamis karena akan senantiasa
berubah seiring dengan perubahan tata nilai di masyarakat. Hukum bersumber dari jiwa
13
10
rakyat (volksgeist) dan karenanya undang-undang tidak begitu penting. Cerminan jiwa
suatu bangsa tercermin dari hukumnya dan karenanya, teori hukum hukum tidak dibuat,
melainkan ditemukan dan bersumber dari jiwa rakyat.
Savigny berpangkal pada pendapat yang menyatakan bahwa di dunia ini terdapat
bermacam-macam bangsa. Tiap-tiap bangsa tersebut punya Volkgeist (jiwa rakyat)
sendiri-sendiri. Jiwa rakyat ini berbeda-beda, baik menurut waktu dan menurut tempat.
Jadi, tidak masuk akal jika terdapat hukum yang berlaku universal dan pada semua
waktu.
Kelemahan teori sejarah ala Savingy adalah tidak mengakui adanya kodifikasi hukum
Padahal dalam masyarakat modern, ketentuan hukum yang tertulis diperlukan demi
terwujudnyaa kepastian hukum. Terutama untuk menghindari tindakan kesewenangwenangan dari kekuasaan yang absolut.
Teori sejarah hukum ternyata telah dipakai oleh Undang-undang Negara Indonesia ,
pemikiran dan sikap madzab ini terhadap hukum telah memainkan peranan yang penting
dalam mempertahankan ( preservation) hukum adat sebagai pencerminan dari nilainilai kebudayaan (asli) penduduk pribumi dan mencegah terjadinya pembaratan
(westernisasi) yang terlalu cepat, kalau tidak hendak dikatakan berhasil mencegahnya
samasekali, kecuali bagi sebagian kecil golongan pribumi.
Dalam syariah Islam, konsep hukum adat telah dilegalkan keberadaannya sebagai
pegangan hukum yang digali oleh para mujtahid dalam kajian Aadah Muhakkamahnya.
Daftar Pustaka
Al-ansori, Zakaria. Ghoyatul Wushul, Darul Fikr,Beirut 2002
Purnadi Purbacaraka dan M Chidir Ali, Disiplin Hukum,. Bandung : Citra Aditya
Bakti, 1990
Anshori, Abdul Ghfur. Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan.
Yogyakarta. Gajah Mada University Press, 2006
Moh Hsbullah dan Dedi Supriyadi, Filsafat Sejarah. Bandung, CV Pustaka Setia
2012
Lili Rasjidi, Ira Thania Rasjidi. Bandung, Pengantar Filsafat Hukum: Mandar Maju.
2002
S Praja, Juhaya. Teori Hukum dan Aplikasinya, Bandung . Pustaka Setia 2011
http://asikinzainal.blogspot.com/2012/10/mashab-sejarah-hukum.html
http://saepudinonline.wordpress.com/2011/06/09/pengaruh-pemikiran-mazhabsejarah-dalam-pembaharuan-hukum/
http://panglimaw1.blogspot.com/2011/10/inti-ajaran-mazhab-sejarah.html
http://radityakuntoro.blogspot.com/2012/02/aliran-aliran-filsafat-hukum.html.
11
http://mihuksw.edublogs.org/2011/01/28/pembentukan-dan-perkembanganmazhab-sejarah-dalam-hukum/