Besi
Stefanus Gunawan
Andreas Budi Wijaya
Mesha Syafitra
Rindu Rahmatika
0910714054
0910710002
0910710096
0910713033
Pembimbing:
dr. Shinta O W, SpPD
Laporan Kasus
1. Identitas Pasien
Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
Alamat
:
Pekerjaan :
Pendidikan
Status
:
Suku
:
Agama
:
MRS
:
No. Register/RM
Tn. Manan
88 tahun
:
Laki-laki
Ds. Sukoanyar,Pakis, Malang
Petani
:
Tidak sekolah
Menikah
Jawa
Islam
11 Mei 2012
:
1412xxx/11175xxx
2. Anamnesis (Autoanamnesis)
Keluhan utama
: Sesak nafas
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas, 5 jam sebelum MRS. Keluarga
mengatakan pasien sesak mendadak, pasien sulit bernafas, sulit menelan, tidak
bisa makan dan minum. Oleh keluarga pasien dibawa ke puskesmas dan dirujuk
ke RSSA.
Sehari sebelum MRS pasien dikeluhkan berak cair warna merah 1x, volume 1
gelas, tidak ada riwayat sakit perut sebelumnya. Oleh keluarga diberi obat
pencernaan dari apotik (lupa namanya), dari apotik diberi 2 macam obat, pasien
meminum obatnya. Sehari sebelum MRS pasien muntah 1x, muntah sisa
makanan dan cairan, tidak ada darah, kemudian pasien tidur. BAK (+) normal
tidak nyeri, kuning jernih, 50cc/ jam
Pasien mengeluh penurunan nafsu makan 1 minggu terakhir, makan hanya roti
dan minum susu. Pasien mengalami pernurunan berat badan tapi tidak pernah
timbang berat badan.
Pasien juga mengeluh nyeri dada kiri, tidak menjalar, timbul mendadak, dan
mereda dengan istirahat.
Pasien mengeluh bengkak pada kaki sejak 3 minggu sebelum MRS, tidak
pernah berkurang sampai dengan pasien MRS. Disertai ngongsrong jika berjalan 5
meter, pasien tidur dengan 3 bantal, sering terbangun pada malam hari, batuk
berdahak warna putih, demam (-), terkadang disertai berdebar-debar. Pasien lalu
dibawa ke poli jantung, dikatakan bahwa jantungnya bengkak, diberi 5 macam
obat, tapi keluarga tidak tahu nama obatnya. 3 hari setelah minum obat kaki tidak
bengkak dan dada terasa enteng.
Riwayat sakit dahulu: pasien mengaku tidak pernah ada
Riwayat sakit keluarga: DM (-), HT (-)
Riwayat sosial: menikah, anak 8, merokok >12 batang perhari, kopi
Riwayat pengobatan: hanya minum obat saat sakit dan beli di apotik, obat jantung
dari poli.
3. Pemeriksaan Fisik
Tampak sakit sedang
Gizi Kurang
PR: 76 times/minute
regular
GCS: 456
100/60 mmHg
Head
Neck
Chest
RR: 18 times/minute
Wall
Heart
Lung
Tax: 36,8 C
Tanda meningen
Wh - - - -
Abdomen
Flat, Bising usus normal, liver span 8 cm, Traubes space timpani, abdominal tenderness (-),
Shifting dullness (-).
Extremities
Akral hangat; edema kaki +|+, Anemis tangan dan kaki +|+
4. Pemeriksaan Laboratorium
Lab
Value
(Normal)
Lab
Value
(Normal)
Leukocyte
13.600
4.300-10.300/L
RBS
103
<200 mg/dl
Haemoglobine
MCV
MCH
3,7
73.50
22.80
13,4-17,7 g/dl
80-93
27-31
Ureum
206.70
16,6-48,5 mg/dL
Eritrocyte
1.62
4.0-5.5 x 103L
Creatinine
4,3
<1,2 mg/dL
PCV
11,90 %
40-47%
BUN/creat ratio
22.46
Trombocyte
20.000
142.000424.000/L
Na
133
Albumin
3,50
3.37
SGOT
12
0-32 mU/dl
Cl
110
98 106 mmol/L
SGPT
0-33 mU/dl
LDH
392
240-480
Diff Count
1.0/1.0/80.0
/16.0/2.0
PTT
10.8
11.1 11.6
As. Urat
10.0
3.4-7,0
APTT
30.2
28,9 - 30.6
Urinalisis
ECG
PROBLEM
LIST
INITIAL
DIAGNOSE
PLANNING
DIAGNOSE
1. Anemia
defisien
si besi
2. Perdara
han
3. Infeksi
parasit
PLANNING
THERAPY
Istirahat
Pemasangan
NGT
Mulai diet cair
jika GL 1 kali
negatife 6 x
200 cc
Inj OMZ 80 mg
iv bolus
Drip
Lanzoprazole 8
mg/hour
PLANNING
MONITORIN
G
Tanda Vital
Subjektif
Melena
Subjective
VS
CBC paska
transfusi
PROBLEM
LIST
INITIAL
DIAGNOSE
3.1 Coronary
artery disease
3.2 Hypertensi
heart disease
PLANNING
DIAGNOSE
PLANNING
THERAPY
Bed rest
O2 nasal
canule 2-4
Lpm
Equal fluid
balance
Iv plug
inj
furosemide
1x40 mg
postponed
untl melena
(-)
PO:
Captoprile
3x12.5 mg
Simvastatin
1x20 mg
PLANNING
MONITORIN
G
Subjective
VS
Produksi
urin
Berat badan
Pembahasan
1. Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik
Keluhan utama sesak nafas, timbul secara mendadak, dimana
pasien sulit bernafas, sulit menelan, serta tidak bisa makan dan
minum.
Hal ini sesuai dengan gejala umum anemia (sindrom anemia) timbul karena
iskemia organ target disertai akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap
penurunan kadar hemoglobin.
Muncul setelah penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb<7 g/dl).
Sindrom anemia terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga
mendenging (tinnitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin,
sesak nafas dan dispepsia.
Berat atau ringannya gejala umum anemia tergantung pada derajat
penurunan hemoglobin, kecepatan penurunan hemoglobin, usia,
serta adanya kelainan jantung maupun paru sebelumnya
2. Hasil Pemeriksaan
Laboratorium
Sesuai dengan gambaran hapusan darah pasien. Jika terjadi
hipokromia dan mikrositosis esktrim, tampak sel cincin (ring
cell), atau sel pensil (pencil cell atau cigar cell).
Kadar Hemoglobin dan Indeks Eritrosit patokan anemia
hipokromik mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin
mulai dari ringan sampai berat.
MCVdan MCH pada anemia defisiensi besi menurun.
MCHC menurun pada defisiensi yang lebih berat dan
berlangsung lama.
Peningkatan anisositosis ditandai oleh peningkatan RDW
Konsentrasi Besi Serum Menurun pada anemia defisiensi besi,
diikuti dengan TIBC yang meningkat
3. Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang teliti disertai
pemeriksaan laboratorium yang tepat.
Tahap pertama adalah menentukan adanya anemia
dengan mengukur kadar hemoglobin atau hematokrit.
Cut off point anemia tergantung kriteria yang dipilih.
Tahap kedua adalah memastikan adanya defisiensi
besi, sedangkan tahap ketiga adalah menentukan
penyebab dari defisiensi besi yang terjadi.
Kriteria Kerlin et al
b. Feritinserum<20mgll,atau
c. Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (Perl's stain) menunjukkan
cadangan besi (butir-butir hemosiderin) negatif, atau
d. Dengan pemberian sulfas ferosus 3 x200 mgftrari (atau preparat besi lain
yang setara) selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin lebih
dari2 gl/dl.
Harrison
Anemia defisiensi besi yang mencolok (stadium akhir).
Sel darah merah menjadi sangat hipokromik dan mikrositik
Sering hanya kerangka tipis sitoplasma yang muncul di tepi
sel darah merah. Fragmen kecil dan poikilositosis yang aneh
juga dapat terlihat. Membran eritrosit kaku, kelangsungan
hidup sel darah merah ini lebih pendek dalam sirkulasi.
Retikulosit (N: 50.000/ml)
Leukosit N
Trombosit N/
Sum-sum tulang menunjukkan hiperplasia eritrosit sedang.
4. Terapi
1. Terapi Kausal
Terapi kausal ini harus dilakukan segera kalau
tidak, anemia ini dengan mudah akan kambuh lagi
atau bahkan pemberian preparat besi tidak akan
memberikan hasil yang diinginkan.
Terapi terhadap penyebab perdarahan. Misalnya
pengobatan cacing tambang, pengobatan hemoroid,
pengobatan menorhagia
Ferrous sulfate
Ferrous gluconate
Feostat chewable
Feostat liquid
Slow Fe
Fe 50 extended release
Ferro-Sequels timed release
Feosol caplets
324
325
100
100
160
160
50
50
66
36
33
33/5 ml
50
50
50
50
Pengobatan lain
Diet: sebaiknya diberikan makanan bergizi
dengan tinggi protein terutama yang berasal
dari protein hewani.
Vitamin c: vitamin c diberikan 3 x 100 mg per
hari untuk meningkatkan absorposi besi.
Transfusi darah: ADB jarang memerlukan
transfusi darah
6. Pencegahan
Pendidikan kesehatan:
Kesehatan dan kebersihan lingkungan, serta penyuluhan gizi untuk
mendorong konsumsi makanan yang membantu absorbsi besi.
Kesimpulan
Kesimpulan
Pada pasien ini tampak gejala umum anemia defisiensi besi seperti sesak nafas
yang manifestasinya baru timbul jika Hb <7mg/dl, oleh karena pasokan oksigen
kebutuhan perifer kurang. Dan orang tersebut mengalami gagal jantung karena
anemia yang berkepanjangan sehingga kerja jantung dipacu untuk berkerja lebih
keras dan dalam waktu yang lama. Pada pasien ini anemia defisiensi besi juga
dipererat dengan adanya melena.
Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk eritropoesis karena cadangan besi kosong (depleted iron
store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.
Anemia Defisiensi Besi (ADB) ditandai oleh sekumpulan gejala umum seperti
rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging (tinnitus), mata berkunangkunang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan dispepsia. Selain itu, pada anemia
defisiensi besi, dapat timbul suatu atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dan
kuku sendok (koilonikia) bahkan disfagia.