A. Definisi
Palsi serebralis adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif, oleh
karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang
tumbuh/beluym selesai pertumbuhannya (Soetjiningsih, 1995). Serebral palsi adalah suatu
spectrum defisit neurologis motorik yang predominan yang terjadi akibat gangguan prenatal
atau perinatal, kadang disertai dengan kesulitan belajar, masalah perilaku, dan eplepsi, tetapi
sering mampu bertahan hidup hingga dewasa (Ginsberg, 2008).
Cerebral palsy merupakan paralisis dari otak, merupakan gangguan yang mempengaruhi
pergerakan dan keseimbangan tubuh atau posisi tubuh. Gangguan ini berasal dari kerusakan
otak yang terjadi pada saat bayi dalam kandungan, pada saat persalinan, atau pada masa bayi.
Gangguan ini dapat menjadi lebih buruk dan sebaliknya tergantung pada kita merawatnya
dan seberapa berat kerusakan otak yang terjadi. Semakin awal kita memulai untuk merawat
dengan baik dan cermat, perbaikan dapat kita dapatkan (Hesperian heath guides, 2012).
Menurut Eilert (2008) dalam Pillieteri (2010) Cerebral palsy adalah sekumpulan kelainan
nonprogressive dari kerusakan saraf motorik atas yang menyebabkan disfungsi motorik. anak
tersebut juga bisa mengalami kesulitan berbicara, hiperaktif. kejang otot dapat menyebabkan
kesulitan berjalan.
B. Etiologi
Menurut Wong (2011), 70-80% faktor prenatal yang tidak diketahui menyebabkan
berkembangnya CP pada anak. Namun ada beberapa faktor yang dimungkinkan
menyebabkan terjadinya CP adalah:
1. Prenatal
-Maternal
a. Diabetes / hipertensi
b. Malnutrisi
c. Infeksi
d. Servis inkompeten
e. Perdarahan
f. Polyhidroamnion
g. Abnormalitas genetik
h. Anak sebelumnya dengan kelainan
i. Kelahiran anak sebelumnya prematur
j. Abortus
k. Penggunaan obat-obatan
l. Respojn inflamasi
m. Proteinurea berat
- Gestational
a. Abnormalitas pada kromosom
b. Syndrom genetik
c. Teratrogen
d. Inkompatable infeksi Rh
e. Malformasi konginetal
f. Perkembangan fetal abnormal
g. Kelainan fungsi plasenta
h. Respon inflamasi
-Kelahiran
a. Kelahiran prematur
b. Ketuban pecah dini
c. Depresi DJJ
d. Partus lama
e. Preeklampsia
f. Asfiksia
2. Perinatal
a. Prematuritas
b. Sepsis/ infeksi SSP
c. Kejang
d. Perdarahan intraventricular
e. Leukomalasi Periventricular
f. Aspirasi mekonium
g. Penggunaan ventilasi berhari-hari
h. Hipertensi pulmonar persisten
i. Restriksi intrauterine
j. BBLR
3. Childhood atau Postnatal
a. Cedera otak
b. Meningitis atau encephalitis
c. Toxin
d. Cedera otak traumatik
e. Infeksi
f. Stroke
C. Faktor Resiko
Faktor Resiko dari Cerebral Palsy, antaralain sebagai berikut:
1. Letak sungsang.
Proses persalinan sulit. Masalah vaskuler atau respirasi bayi selama persalinan
merupakan tanda awal yang menunjukkan adanya masalah kerusakan otak atau otak bayi
tidak berkembang secara normal. Komplikasi tersebut dapat menyebabkan kerusakan
otak permanen.
2. Apgar score rendah. Apgar score rendah hingga 10-20 menit setelah kelahiran
3. BBLR dan prematuritas. Resiko CP lebih tinggi diantara bayi dengan berat lahir
<2500gram dan bayi lahir dengan usia kehamilan <37 minggu. Resiko akan meningkat
sesuai dengan rendahnya berat lahir dan usia kehamilan.
4. Kehamilan ganda
5. Malformasi SSP. Sebagian besar bayi-bayi yang lahir dengan CP memperlihatkan
malformasi SSP yang nyata, misalnya lingkar kepala abnormal (mikrosefali). hal tersebut
menunjukkan bahwa masalah telah terjadi pada saat perkembangan SSP sejak dalam
kandungan.
6. Perdarahan maternal atau proteinuria berat pada saat masa akhir kehamilan.
D. Manifestasi Klinis
Pada masing-masing anak dengan Cerebral Palsy (CP) memiliki gejala ringin atau berat
yang berbeda. Sekitar duapertiga mengalami gangguan intelektual. Berikut ini adalah tanda
dan gejala dari CP, diantaranya :
1. Skor APGAR kurang dari 5.
2. Kejang , biasanya dalam waktu 48 jam setelah kelahiran.
3. Keterlambatan dalam mencapai tahap perkembangan seperti duduk, merangkak,
merayap, berdiri, dan meraih benda.
4. Kesulitan dengan keterampilan motorik seperti memegang peralatan makan, menulis, dan
menggunakan gunting.
5. Kesulitan makan seperti sulit mengisap dan menelan air liur, dan lidah sering menjulur.
6. Gerakan involunter seperti gerakan menggeliat tak terkendali dari tangan
7. Peningkatan tonus otot: bayi mungkin kaku ketika ditarik ke posisi duduk (Price & Gwin,
2014)
Adapun menurut sumber lain mengenai tanda awal Cerebral Palsy pada bayi (infants),
diantaranya :
1. Perilaku abnormal bayi
a. Sangat patuh (dalam gerakan) dan peka
b. Kontak mata lemah (sangat rendah)
c. Sulit tidur
2. Masalah oromotor
a. Sering muntah
b. Daya hisap lemah
c. Retraksi lidah
d. Menggigit dan sulit dilepaskan
e. Wajah menyeringai (Grimacing)
3. Mobilitas rendah
a. Kontrol kepala lemah
b. Mampu menggerakkan tangan menjelang usia 2 tahun
c. Tonus abnormal (Nadire Berker and Selim Yalcin, 2010)
E. Patofisiologi
Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya neuron dan degenerasi
laminar akan menimbulkan narrower gyiri, suluran sulci dan berat otak rendah. serebral palsi
digambarkan sebagai narrower gyiri, suluran sulci dan berat otak rendah. Cerebral palcy
digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh cacat
nonprogressive atau luka otak pada saat anak-anak. Suatu presentasi serebral palsi dapat
diakibatkan oleh suatu dasar kelainan (structural otak : awal sebelum dilahirkan , perinatal,
atau luka-luka /kerugian setelah kelahiran dalam kaitan dengan ketidakcukupan vaskuler,
toksin atau infeksi) (Eaton, 2009)
F. Klasifikasi
Klasifikasi Klinis Cerebral Palsy:
Spastik, melibatkan satu atau dua sisi tubuh. Hipertonisitas dengan kontrol postur tubuh
yang buruk, keseimbangan, koordinasi gerakan. Kerusakan keterampilan motorik halus dan
kasar. upaya yang aktif pada gerakan meningkatkan postur yang abnormalcdan gerakan yang
berlebihan pada bagian tubuh yang lain.
Diskinesia/ atetoid. Bentuk CP ini mempunyai karakteristik gerakan menulis yang tidak
terkontrol dan perlahan. gerakan abnormal ini mengenai tangan, kaki lengan, atau tungkai
dan pada sebagian besar kasus, otot, muka dan lidah, menyebabkan anak tampak
menyeringai dan selalu mengeluarkan air liur. Gerakan sering meningkat selama periode
peningkatan stress dan hilang pada saat tidur. penderita juga mengalami masalah koordinasi
gerakan otot bicara.
Ataksid.Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam. penderita yang
terkena sering menunjukkan koordinasi yang buruk; berjalan tidak stabil dengan gaya
berjalan kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi yang saling berjauhan;
kesulitan dalam melakukan gerakan cepat dan tepat, misalnya menulis atau mengancingkan
baju. mereka juga sering mengalami tremor, dimulai dengan gerakan volunter misalnya
mengambil buku, menyebabkan gerakan seperti menggigil pada bagian tubuh yang baru
digunakan dan tampak memburuk sama dengan saat penderita akan menuju obyek yang
dikehendaki.
Campuran.sering ditemukan pada seorang penderita mempunyai lebih dari satu bentuk CP
yang dijabarkan diatas. bentuk campuran yang sering dijumpai adalah spastik dan gerakan
atetoid tetapi kombinasi lain juga mungkin dijumpai (Jackson, 2007).
Adapun klasifikasi menurut sumber lain diantaranya:
a. Berdasarkan keterlibatan alat gerak atau ekstremitas (Mangunsong, 2011), yaitu:
1) Monoplegia, hanya satu anggota tubuh saja yang terserang (ini jarang terjadi).
2) Hemiplegia, yang terserang adalah tangan dan kaki, tetapi hanya satu sisi (bagian
kiri atau kanan).
3) Triplegia, dimana menyerang lengan pada kedua sisi tubuh dan salah satu kaki
pada salah salah satu sisi tubuh
4) Diplegia, keempat anggota gerak tubuh terserang tetapi lebih besar pada bagian di
bawah pinggang.
5) Quadriplegia, keempat anggota gerak tubuh terserang semuanya.
b. Berdasarkan karakteristik disfungsi neurologic (Mardiani, 2006), yaitu:
1) Spastik
Spasik merupakan bentukan terbanyak (70-80%), otot mengalami kekakuan dan
secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika tungkai mengalami spastisitas,
pada saat seseorang berjalan, kedua tungkai tampak bergerak kaku dan lurus.
2) Athetonik
Kondisi
ini
melibatkan
sistem
ekstrapiramidal.
Karakteristik
yang
b) Diskinetik
Didominasi oleh abnormalitas bentuk atau gerakangerakan involunter,
tidak terkontrol, berulang - ulang dan kadangkala melakukan gerakan
stereotype.
3) Ataksia
Kondisi ini melibatkan cerebelum dan yang berhubungan dengannya. CP tipe
ini mengalami abnormalitas bentuk postur tubuh dan / atau disertai dengan
abnormalitas gerakan.
4) Campuran
Cerebral palsy campuran menunjukkan manifestasi spastik dan bektra
piramidal, seringkali ditemukan adanya komponen ataksia.
c. Tingkat kerusakan Cerebral Palsy (CP)
Menurut Mangunsong (2011), tingkat kerusakan atau berat ringannya kerusakan
CP bisa dibagi menjadi:
1)
2)
3)
mandiri dalam ADL buruk. Sebanyak 30-50% individu dengan Cerebral Palcy memiliki
kerusakan kognitif khusus dan presentase yang lebih tinggi memiliki kognitif yang rata rata
an kurang dalam belajar. Bagaimanapun banyak anak dengan kasus Cerebral Palcy yang
memiliki i intelegensi normal. Menurut studi di Australia, individu dengan Cerebral Palcy
dan kerusakan kemampuan kognitif memiliki angka bertahan rendah (Wong, 2011).
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian yang pelu dilakukan pada anak dengan Cerebral Palsy yaitu:
1) Menilai setiap kunjungan ke posyandu mengenai keterlambatan perkembangan.
2) Mencatat masalah defisit pada ortopedi, visual, auditori atau intelektual.
3) Menilai reflek bayi baru lahir, pada anak dengan cerebral palsy dapat bertahan
setelah usia normal.
4) Mengidentifikasi bayi yang memiliki gangguan pada otot atau postur tubuh tidak
normal (tulang belakang melengkung, kaku saat bergerak melawan gravitasi, leher
atau ekstremitas resisten terhadap gerakan pasif).
5) Mengidentifikasi gangguan motorik, seperti asimetris dan abnormal saat merangkak
f. Fungsi Intelektual :
Biasanya ditemukan pembelajaran dan penalaran subnormal (retardasi mental pada kirakira dua pertiga individu), kecerdasan di bawah normal, kesulitan belajar dan gangguan
perilaku.
g. Pemeriksaan reflek
Refleks infantile primitive menetap (reflek leher tonik ada pada usia berapa pun, tidak
menetap diatas usia 6 bulan), Refleks Moro, plantar, dan menggenggam menetap atau
hiperaktif, hiperefleksia, klonus pergelangan kaki dan reflek meregang muncul pada
banyak kelompok otot pada gerakan pasif cepat.
h. Pemeriksaan tonus
Peningkatan ataau penurunan tahanan pada gerakan pasif, postur opistotonik (lengkung
punggung berlebihan), merasa kaku dalam memegang atau berpakaian, kesulitan dalam
menggunakan popok, kaku atau tidak menekuk pada pinggul dan sendi lutut bila ditarik
ke posisi duduk (tanda awal).
i. Pertumbuhan dan Perkembangan
1) Perlambatan perkembangan motorik kasar
Manifestasi umum, pelambatan pada semua pencapaian motorik, meningkat sejalan
dengan pertumbuhan.
2) Tampilan motorik abnormal
Penggunaan tangan unilateral yang terlalu dini, merangkak asimetris abnormal, berdiri
atau berjinjit, gerakan involunter atau tidak terkoordinasi, menghisap buruk, kesulitan
makan, sariawan lidah menetap.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik b.d spasme dan kelemahan otot.
b. Perubahan tumbuh dan kembang b.d gangguan neurovaskular.