Anda di halaman 1dari 17

REPLATING PELAT DIBAWAH KAMAR MESIN

Perbaikan Replating Plat kapal untuk memperbaiki kerusakan serta proses maintenance
kapal secara berkala untuk meningkatkan kinerja kapal saat beroperasi pada daerah yang
ditentukan.Pada proses replating plat ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam
proses replating pelat pada lambung kapal ,dengan tahapan dan ketentuan sesuai dengan
standart pengerjaan ,serta sebagai acuan untuk proses maintenance berikutnyaDefinisi
Replating Pelat BajaSuatu proses dimana kapal melakukan pergantian pelat baru untuk
menggantikan pelat lama yang telah mengalami penipisan pelat yang diakibatkan oleh korosi
terhadap air laut yang perlu dilakukan perbaikan secara berkesinambungan untuk
mempertahankan bagian-bagian kapal.Secara umum , replating pelat baja ini bertujuan
untuk proses pergantian pelat lama yang mengalami penipisan atau pengurangan ketebalan
akibat korosi.Tahapan proses Replating pelat pada lambung kapalProses masuknya kapal ke
Graving dock.
1. Persiapan
Jika berkaitan dengan ketebalan pelat maka diadakan Pemeriksaan Ketebalan Pelat
(Actually Thinkness) pada plat lingggi haluan dan. Pemeriksaan diukur dari satu sisi
dengan menggunakan alat ultrasonik.
Tahapan awal dari replating pada linggi haluan adalah berupa pembersihan seluruh
badan kapal dari kotoran-kotoran laut serta karat, marking pelat baru, pembersihan tangkitangki dan persiapan alat-alat. Diawali dengan bagian kapal yang akan direplating dengan
mencari letak kerusakannya.
Peralatan yang digunakan antara lain : mesin las listrik, palu ketok, kapur tulis,
tackle, mesin brander potong, peranca dan material pelat pengganti. Proses pengerjaannya
dengan bagian kulit yang akan dipotong diberi tanda (digambar pada pelat yang akan
dipotong) dengan kapur tulis sebagai batas penanda untuk alur pemotongan pelat. Masingmasing bagian dilakukan pemotongan sesuai alur dari frame/gading tempat pemotongan.
Perlu diperhatikan pada saat pemotongan pelat sekitar frame. Karena panas dari brander

potong dapat mengakibatkan kerusakan pada frame. Setelah pelat dipotong bagian
permukaan sisa-sisa yang kasar dihaluskan dengan gerinda.
Pelat yang diganti adalah pelat dengan tebal dibawah 80% dari tebal semula. Proses
pengerjaannya adalah :
1. Pelat dibersihkan dengan sand blasting.
2. Untuk pelat yang tipis dan tidak merata dilas dan digerinda sampai permukaannya rata
dengan permukaan sekitarnya.
Untuk pelat yang tipis dan merata dipotong pada bagian tersebut dengan menggunakan
las potong sesuai gambar bukaan kulit. Untuk menggantinya dipasang pelat dengan
ketebalan yang sama dengan tebal pelat asal dengan mengelaskan pada bagian pelat yang
dipotong.
Proses

replating

pada

badan

kapal

pada

akhir

pekerjaan

diakhiri

dengan laporan gambar bukaan kulit, yang menggambarkan kondisi pelat kapal
setelah dilaksanakan replating.
I.

Pemotongan
1. Marking
Sebelum melakukan pemotongan plat hal yang di lakukan adalah melakukan proses Marking
atau yang biasa di sebut "Penandaan". Yang berarti melakukan penandaan pada bagian linggi
haluan yang akan di potong. Diberikan tanda-tanda atau garis dengan kapur pada tempattempat yang akan dipotong dari pelat tersebut. Penempatan garis sambungan ini harus
memperhatikan beberapa ketentuan yaitu:

Panjang pelat yang akan diganti tidak boleh kurang dari dua kali jarak gading-gading.

Lebar belakang tidak boleh kurang dari 30 cm.

Sambungan pelat diusahakan tidak boleh lebih dari jarak gading karena pada tempat
tersebut momen yang terjadi paling minimum.

Apabila ujung pelat yang akan diganti tidak tepat pada sambungan las maka pada bagian
sudutnya dibuat tidak tajam. Hal ini dilakukan supaya pelat tidak mudah retak karena
deformasi.

Gambar 1.4. Marking pada Konstruksi Keling Ke Konstruksi Las pada


Bagian bawah kamar mesin
2. Pemotongan
Setelah melakukan penandaan pada bagian yang akan dipotong, pelat harus dibersihkan dari
karat, kemudian pelat dipotong dengan cara memotong pinggir pelat, dilanjutkan dengan
memotong bagian pelat yang berhubungan dengan gading. Berikut beberapa ketentuan
pemotongan pelat yang berhubungan dengan gading:

Pemotongan dilakukan dari luar.

Pemotongan dilakukan di tengah-tengah pelat yang berhubungan dengan gading.

Pemotongan dilakukan dari atas dengan cara zig zag.

Terak las yang menempel pada gading dibuang dengan cara dipalu.

Pemotongan biasanya menggunakan, brander potong, atau las potong

Gambar 1.5 Gading Dipotong dan Dilengkapi Backstrip

3. Proses Measuring/Pengukuran (mal)


Setelah melakukan proses Marking, hal yang harus di lakukan adalah proses Mal, atau
pengukuran untuk menandakan bentuk lengkungan pada plat yang akan di rakit.Proses
tersebut dilakukan dengan alat round bar. Round bar merupakan sebuah besi berukuran 8 10 mm yang dapat di lengkungkan dengan mudah. Proses mal tersebut di lakukan dengan
menempelkan besi tesebut ke daerah lengkung yang akan di mal, kemudian besi tersebut di
bengkok kan sesuai dengan bagian lengkung. Setelah itu bentuk lengkung besi tersebut di
bawa untuk di lanjutkan ke tahap forming,
II.

PERAKITAN
1. Cutting
Pelat baru (pengganti) dipotong dimana bentuknya disesuaikan dengan bentuk yang akan
diganti dengan ditambah kurang lebih 3 cm bentuk dari bagian yang dipotong. Ini dapat
dilaksanakan dengan membuat mal dari helon nascr / batang-batang kayu dengan tebal 1012 mm. Pelat kemudian dipasang braket-braket. Lalu

menggunakan dongkrak untuk

menahan / meletakkan pelat baru pada posisinya. Kemudian diatur pada posisinya dan
diadakan cantuman-cantuman dengan las, baik antara pinggir-pinggir pelat dengan jarak
antara 500-600 mm.
2. Forming
Pada beberapa konstruksi kapal terdapat bagian yang berbentuk lengkungan. Untuk
mendapatkan konstruksi bagian yang melengkung tersebut dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan:
a. Cara dingin, yaitu dengan menggunakan mesin press untuk melakukan
penekanan
b. Cara panas, yaitu dengan memakai panas api gas acetylen yang disemburkan secara line
heating, spot heating, atau keduanya.
Dalam melakukan pembendingan dibantu dengan menggunakan rambu bending. Rambu
bending ini berfungsi sebagai alat pemeriksa apakah hasil pembendingan atau bentukan tadi
sudah sesuai dengan yang diharapkan. Untuk pengerjaan ini juga harus dilakukan sesuai

dengan marking yang sudah diberikan.Pelat yang sudah dipotong sebagian ada yang
memerlukan proses pembentukan, di mana pelaksanaannya dapat dilakukan dengan :
A. Proses dingin (menggunakan mesin bending)
B. Proses panas/fairing (pemanasan dengan blander, setelah pelat memerah
karena panas lalu ditekuk)
Pemeriksaan apakah hasil pembentukan sudah sesuai dengan informasi dari marking.
Material pelat diperiksa dengan rambu bending (kayu) dengan cara menempatkan rambu
kayu di atas pelat yang telah dibentuk, kemudian dicocokkan tanda marking pelat dengan
tanda marking rambu dan harus segaris yaitu $ dengan tanda $. Tanda marking sudut dari
tiap-tiap rambu harus diperhatikan, sudut kemiringannya berapa derajat ke arah fore/after.
WL denganWL, C dengan C. Pemasangan rambu pada tiap garis gading dapat memakai
bantuan jig penahan untuk menyangga rambu agar berdiri dengan tegak. Penempatan rambu
pada tiap gading harus segaris dengan tanda marking pada pelat. Tepi pelat harus lurus atau
seara
Pelat kemudian dipasang braket-braket. Lalu menggunakan dongkrak untuk menahan /
meletakkan pelat baru pada posisinya. Kemudian diatur pada posisinya dan diadakan
cantuman-cantuman dengan las, baik antara pinggir-pinggir pelat dengan jarak antara 500600 mm.
III.

Pengelasan
Urutan pengelasan adalah sebagai berikut :

Cantuman antara pelat lama dengan pelat baru,

Pengelasan antara pelat lama dengan gading,

Pengelasan antara pelat lama dengan pelat baru pada satu sisi dengan urutan sesuai dengan
petunjuk agar tidak terjadi deformasi. Apabila pada sambungan ini memotong gading maka
harus dibuat lubang kampuh las (scalop) agar pengelasan terlihat sempurna.

Pengelasan pada sisi lain.


Pekerjaan pemasangan pelat pengganti dan pengelasan juga dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :

Menyiapkan peralatan pendukung seperti tackle, jig, dan peralatan pengelasan.

Membuat kaitan untuk dudukan tackle pada wrang dan pelat sisi.

Pemasangan pelat baru dengan peralatan pembantu tersebut.

Pengelasan dimulai pada bagian pelat yang menempel pada frame.

Pembendingan dilakukan dengan memanaskan pelat secara merata dengan brander las,
kemudian pelat ditarik dengan tackle dan ditekan dengan jog yang sudah disiapkan.

Pengelasan pada pelat-pelat yang sudah menempel pada linggi

Jika seluruh pelat sudah menempel pada frame pengelasan pinggir-pinggir pelat
dilaksanakan.

Dilakukan pemeriksaan hasil pengelasan.

Gambar 1.8. Gading Dipotong dan Dilas Kembali

IV.

Pemeriksaan Kekedapan Las


Macam-macam pemeriksaan untuk mengetahui kekedapan las:

1. Kerosin Test (Test Kapur Dengan Kerosin)


Cara pelaksanaannya adalah mengolesi salah satu bagian pengelasan (kampuh las) dengan
kapur, dan bagian lainnya dengan kerosin atau dengan solar. Apabila masih terjadi
kebocoran pada kampuh las, setelah kurang lebih satu jam maka solar akan merembes dan
menimbulkan bercak pada bagian yang diolesi dengan kapur. Apabila terjadi hal yang
demikian maka pada bagian tesebut harus dibuat bevel las dan harus dilas kembali. Kerosin
test ini yang paling banyak digunakan.

Gambar 1.9. Korosin Test

2.

Hose Test (Waterjet Test)


Cara kerja dari waterjet test ini adalah dengan cara menyemprotkan air pada salah satu sisi
pengelasan dan sisi lain dapat diperiksa apakah ada kebocoran atau tidak. Tekanan air yang
dipakai harus cukup kuat yaitu 75-125 kg/cm 2 dan jarak ujung dari nozzle dan ujung pelat
tidak boleh kurang dari 3 m. Penggunaan water jet test ini jarang dilakukan karena kurang
efektif, terutama pada waktu repair kapal

Gambar 1.10. Waterjet Test

3.

Loading Test (Dengan Pengisian Air)


Adapun cara pelaksanaannya adalah dengan mengisi tangki yang dites dengan memasukkan
air sampai dengan ujung pipa udara. Kemudian dilakukan pemeriksaan pada sambungansambungan las. Adapun keuntungan dari pemeriksaan ini adalah hasil pengetesan kebocoran

lebih teliti, akan tetapi rnembutuhkan air yang cukup banyak dan akan menimbulkann beban
pada stopblock dan bisa menyebabkan terjadinya deformasi pada pelat dasar.

Gambar 1.11 Loading Test

4.

Compressed Air Test (Dengan Tekanan Udara)


Cara ini biasanya dilakukan untuk menguji tangki-tangki yaitu tangki bahan bakar, tangki air
tawar, tangki muatan. Cara kerjanya adalah dengan mengisi udara dengan tekanan 1,2625
bar pada tangki yang akan diuji, kemudian pada pengelasan yang ada pada tangki diberi
sabun atau diolesi dengan sabun. Bila pada sambungan las terjadi kebocoran maka tekanan
udara akan turun dalam waktu satu jam, dan pada bagian yang diolesi air sabun akan terlihat
gelembung-gelembung.

Gambar 1.12 Compress Air Test

5.

Vacuum Test
Merupakan alat yang digunakan untuk memeriksa kekedapan las dengan cara rnenghisap
udara. Sistem kerjanya adalah sebelum dihisap material yang akan diuji diolesi dengan
sabun, kemudian jika terjadi kebocoran pada material tersebut akan timbul gelembunggelembung sabun.

Gambar 1.13. Vacum Test


6.

Ultrasonic Test
Ultrasonic Testing (UT) Merupakan salah satu metode Non Destructive Testing yang
menggunakan energi suara frekuensi tinggi untuk melakukan proses pengujian atau proses
pengukuran. Metode UT bisa digunakan untuk deteksi cacat, evaluasi material, pengukuran
dimensi, analisis karakteristik material dan lainnya.

V.

GAMBAR BUKAAN KULIT DI BAWAH KAMAR MESIN

REPARASI PADA PANGKAL BOOM

Derek boom mempunya 3 bagian utama yaitu pangkal, lengan dan ujung.
Adapun kerusakan yang biasa terjadi pada pangkal boom adalah :
1. Deformasi pada komponen pangkal boom
2. Aus pada lubang komponen pangkal boom
3. Keretakan pada komponen pangkal boom

Langkah Kerja :

Secara umum lankah kerja reparasi pangkal boom adalah :


1. Melepaskan goose neck dari lengan derek boom untuk dibawa ke bengkel
2. Menggambar sketsa lokasi kerusakan dan bentuk kerusakan yang terjadi
3. Mengukur diameter dan panjang kerusakan yang terjadi
4. Mengadakan colour check
5. Jika retak maka harus diganti dengan yang baru.
6. Jika belum ( hanya deformasi dan aus) maka dapat direkondisi dengan cara dilas dan
dibubut seperti bentuk semula.
7. Melakukan load test sesuai syarat klasifikasi jika telah selesai direparasi.

a. Deformasi

Deformasi dapat terjadi akibat beberapa hal seperti kelebihan beban atau pangkal
boom tertabrak benda tumpul dengan keras. Deformasi biasa terjadi pada bagian goose
neck, derrick head fitting serta derrick heel fitting Deformasi dapat di atasi dengan
mengelas bagian yang deformasi selanjutnya membubut sampai kembali ke bentuk awal.

Gambar 3.1 Deformasi Pada Goose Neck

b. Aus
Aus dapat terjadi akibat beberapa hal seperti usia komponen sudah terlalu lama
dan gesekan berlebihan antar komponen. Deformasi biasa terjadi pada bagian pena goose
neck, lubang pena goose neck, tempat dudukan goose neck ( bearing ), washer pada
goose neck, dan bush bronze pada goose neck. Deformasi dapat di atasi dengan mengelas
bagian yang deformasi selanjutnya membubut sampai kembali ke bentuk awal.

Gambar 3.2 Aus pada Goose neck

c. Retak
Keretakan adalah bentuk kerusakan fatal pada pangkal boom. Komponen yang
retak harus segera diganti, karena dikhawatirkan mengakibatkan patah pada komponen.
Keretakan dapat terjadi akibat deformasi berlebihan. Keretakan dapat diketahui melalui
NDT berupa colour check.

REPARASI PADA TONGKAT KEMUDI


Kerusakan yang sering terjadi pada tongkat kemudi dan cara memperbaikinya
1. Dudukan bantalan neck bearing dan upper bearing termakan aus

Gambar 2.1. Dudukan Bantalan Bearing Tongkat Kemudi yang Mengalami Keausan
Keausan pada komponen tongkat kemudi diakibatkan oleh gesekan antar
komponen. Keausan ini mengakibatkan beberapa hal yaitu bentuk yang buruk dari
komponen dan komponen menjadi rawan retak. Untuk memperbaiki aus pada sleve dan
aus pada dudukan bantalan tongkat kemudi maka harus dibubut hingga batas minimum.
Namun jika aus sudah termakan dalam maka harus di ganti atau di rekondisi dengan cara
dilapis metal dengan ketebalan tertentu lalu di bubut sesuai ukuran normal.

Gambar 2.2 Pemasangan Sleeve Bronze pada Tongkat Kemudi

2. Tongkat kemudi yang deformasi pada flens

Gambar 2.3 Deformasi pada Flens Tongkat Kemudi


Cara memperbaikinya :
Untuk memperbaiki Deformasi Pada Flens Coupling langkah yang harus di
lakukan adalah :

1. Mengukur dimensi Tongkat Kemudi


2. Mengebor Flens Coupling secara melingkar dengan diameter 8 mm sampai 10 mm.
Pengeborann flens coupling harus sangat hati-hati agar tidak merusak flens coupling
3. Memotong flens coupling yang telah di bor dengan cara menitik mata bor.
4. Bagian yang bengkok lalu di las hingga permukaan yang bengkok tertutupi.
5. Bubut bagian yang telah dilas tersebut hingga kembali seperti awal
6. Flens lama dipasang kembali dengan cara pengelasan

3. Tongkat kemudi yang mengalami deformasi

Cara memperbaiki :
1. Daun Kemudi dan tongkat kemudi dicabut diatas air dengan mengatur draft depan
dan belakang
2. As kemudi dan daun kemudi diturunkan ke darat dan dibawa ke bengkel medin untuk
direkondisi
3. Dilaksanakan pengecekan kelurusan antara as kemudi dan daun kemudi
4. Dilaksanakan pengecekan keretakan pada rumah spie tiller dan rudder carier dengan
menggunakan colour check
5. Sambungan las antara tongkat kemudi dan daun kemudi dipotong dengan blender.
6. Tongkat kemudi di naikkan di atas bangku bubut untuk dicek kelurusannya
7. Bagian tongkat kemudi yang bengkok dibersihkan dari karat dibubut untuk
mendapatkan kelurusan tongkat kemudi.
8. Dilakukan pre-heating pada tongkat kemudi yang bengkok kemudian di tambah
daging dengan di las dengan diameter 1,1 D
9. Rumah spie pada rudder carier yang rusak dipre-heating lalu dilas kembali
10. Dibuatkan rumah spie baru pada rudder carier sesuai bentuk dan ukuran aslinya
11. Hasil pengelasna dilakukan pengujian NDT dan pengujian PWHT dengan suhu 500600 derajat celcius selama 150 menit dengan detail :
Pemasangan elemen heater pada as kemudi, As kemudi yang tidak diberi elemen
ditutup themocloth, Temperature saat 15 menit pertama harus di cek terus dan
dimonitoring sampai menit 90, Temperature ditahan 2,5 jam setelah mencapai
temperature maksimal, Setelah 45 menit temperature dihentikan
12. Dilaksanakan aligment pengelasan antar as kemudi dengan daun kemudi sebelum
pengelasan
13. As kemudi dan daun kemudi di las kembali dan di aligment ulang
14. Hasil pengelasan weld joint as kemudi dengan daun kemudi dilakukan pengujian
NDT dengan colour check
15. Jika sudah teruji baik maka kemudi dapat dipasang kembali

Gambar 2.4. Pemeriksaan Keolengan Tongkat Kemudi

Gambar 2.5 Aligmen Kemudi dengan Acuan Tongkat Kemudi

Gambar 2.5 Aligmen Kemudi dengan Acuan Daun Kemudi

Anda mungkin juga menyukai