TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat larutan
komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah yang besar disebut pelarut
atau solvent, sedang komponen yang terdapat dalam jumlah yang kecil disebut
zat terlarut atau solute. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah
solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat
dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan
sebagainya. Molaritas yaitu jumlah mol solute dalam satu liter larutan, molalitas
yaitu jumlah mol solute per 1000 gram pelarut sedangkan normalitas yaitu
jumlah gram ekuivalen solute dalam 1 liter larutan (Rendra, 2010).
Berdasarkan keadaan fase zat setelah bercampur, maka campuran ada
yang homogen dan heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang
membentuk satu fase; yaitu yang mempunyai sifat dan komposisi yang sama
antara satu bagian dengan bagian lain didekatnya. Contohnya air gula dan
alkohol dalam air. Campuran heterogen adalah campuran yang mengandung dua
fase atau lebih, contohnya air susu dan air kopi (Syukri, 1999).
Berdasarkan wujud zat terlarut dan pelarut, larutan dapat dibagi atas
tujuh macam. Dari tiga jenis wujud zat seharusnya terbentuk sembilan macam
larutan, tetapi zat berwujud padat dan cair tidak dapat membentuk larutan dalam
pelarut berwujud gas. Partikel yang berwujud padat dan cair dalam zat lain yang
berwujud gas akan membentuk campuran heterogen (Syukri, 1999).
Tabel 1. Tujuh macam larutan
Zat terlarut
Gas
Gas
Pelarut
Gas
Cair
Contoh
Udara (nitrogen+oksigen)
Oksigen dalam air
Gas
Padat
Cair
Cair
Cair
Padat
Padat
Padat
Padat
Cair
(Syukri, 1999).
Berdasarkan pelarut, larutan dapat dibagi tiga, yaitu larutan gas, larutan
cair, dan larutan padat. Dalam larutan gas tidak banyak interaksi atau pengaruh
suatu komponen terhadap yang lain, karena partikelnya sangat berjauhan. Sifat
larutan sedikit menyimpang dari sifat pelarut, karena adanya zat terlarut.
Penyimpangan itu makin besar jika komposisi zat terlarut ditambah. Untuk
menyatakan
komposisi
larutan
secara
kuantitatif
disebut
konsentrasi.
Nama
Lambang
Fraksi mol
Molar
Molal
Normal
6
7
Persen
massa
Persen
volume
Part per
million
(Syukri, 1999).
%w
Definisi
Mol zat terlarut
Mol zat terlarut + mol zat pelarut
Mol zat terlarut
Liter larutan
Mol zat terlarut
1000 gram pelarut
mol ekivalen zat terlarut
liter larutan
gram zat terlarut X 100%
gram larutan
%V
ppm
Titrasi
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan
asam tak berwarna sedangkan dalam suasana basa berwarna merah muda (Brady,
1999).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas piala, gelas
ukur, pipet tetes, pipet ukur, pipet gondok, labu takar dan buret.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam klorida
pekat, larutan natrium hidroksida 0,1 M, pelet natrium hidroksida, larutan
asam klorida 0,1 M, indikator metil merah, indikator phnophtalein, indikator
metil orange dan akuades.
IV. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan dan Pengenceran Larutan Asam Klorida
2. Diisi buret dengan larutan NaOH, kemudian dibaca dan dicatat skala
volume awalnya pada meniskus bawah larutan.
3. Dipindahkan larutan HCl encer (larutan B) ke dalam erlenmeyer dengan
pipet gondok atau pipet ukur sebanyak 10 ml, kemudian ditambahkan
indikator metil merah.
4. Di titrasi larutan dalam erlemeyer dengan larutan NaOH di dalam buret
hingga terjadi perubahan warna. Titrasi dihentikan setelah terjadi
perubahan warna.
5. Dihitung volume yang diperlukan untuk titrasi.
6. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.
II. Titrasi dengan Indikator Fenoftalein
1. Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas dengan larutan NaOH
yang akan digunakan.
2. Diisi buret dengan larutan NaOH, kemudian dibaca dan dicatat skala
volume awalnya pada meniskus bawah larutan.
3. Dipindahkan larutan HCl encer (larutan B) ke dalam erlenmeyer dengan
pipet gondok atau pipet ukur sebanyak 10 ml, kemudian ditambahkan
indikator fenoftalein.
4. Di titrasi larutan dalam erlemeyer dengan larutan NaOH di dalam buret
hingga terjadi perubahan warna. Titrasi dihentikan setelah terjadi
perubahan warna.
5. Dihitung volume yang diperlukan untuk titrasi.
6. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.
7. Dibandingkan hasil antara perlakuan menggunakan indikator metil
merah dengan indikator fenoftalein.
B. Pembuatan larutan NaOH
1.
Ditimbang 0,4 gram butiran NaOH menggunakan kaca arloji dan neraca
analitik, kemudian segera dipindahkan ke dalam gelas beker yang berisi
20-25 ml akuades hangat.
2.
3.
4.
5.
2.
Percobaan
Pembuatan larutan A
Pengamatan
14,75 gr
4,15 mL
1190 gr/L
37 % (b/b)
80,58 gr
100 mL
-Volume
larutan
sebelum
diencerkan
20 mL
diencerkan
100 mL
larutan
setelah
(larutan B)
Titrasi
Percobaan
menggunakan
Pengamatan
Indikator
Metil Merah
a. Titrasi I
- Volume awal
0 mL
- Volume akhir
10 mL
10 mL0 mL = 10 mL
- Volume akhir
10 mL
20 mL
20 mL10 mL = 10 mL
Kuning Merah Muda
10 mL + 10 mL
Volume rata-rata titrasi I dan titrasi II =
= 10 mL
2
2. Titrasi
menggunakan
Indikator
Fenoftalein
a. Titrasi I
- Volume awal
20 mL
- Volume akhir
30,5 mL
30,5mL-20mL=10,5 mL
b. Titrasi II
- Volume awal
30,5 mL
- Volume akhir
40,7 mL
40,7mL-30,5mL=10,2 mL
10,5 mL+10,2 mL
Volume rata-rata titrasi I dan II =
= 10,35 mL
2
III. Pembuatan Larutan NaOH
No
Percobaan
1 Pembuatan Larutan D
- Volume larutan sebelum diencerkan
Pengamatan
25 mL
100 mL
(larutan D)
IV.Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH
No
1.
Percobaan
Titrasi NaOH dengan larutan HCl sebagai
Pengamatan
Titran
a. Titrasi I
- Volume awal
0 mL
- Volume akhir
21,3 mL
- Volume titrasi
21,3 mL
Kuning Pink
b. Titran II
- Volume awal
21,3 mL
- Volume akhir
50,5 mL
- Volume titrasi
29,2 mL
Kuning Pink
21,3 mL+29,2 mL
Volume rata-rata titrasi I dan II =
= 25,25 mL
2
2.
24 mL
- Volume akhir
29,5 mL
- Volume titrasi
5,5 mL
Pink Kuning
b. Titrasi II
- Volume awal
29,5 mL
- Volume akhir
33 mL
- Volume titrasi
3,5 mL
Pink Kuning
= 4,5 mL
2
2. Perhitungan
I. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl pekat
Diketahui :
Massa Jenis HCl
= 37% (b/b)
= 36,5 gram/mol
VHCl
4,15 ml
MHCl
12,06 M
Volume Larutan A
VA
100 ml
MA
Ditanya :
Molaritas Larutan A
Jawab :
MA . VA
MHCl . VHCl
MA . 100 ml
12,06 M . 4,15 ml
MA
12,06 M 4,15ml
100ml
MA
0,5 M
b. Konsentrasi Larutan B
Diketahui :
MA= 0,5 M
VA = 20 ml
Volume Larutan B = VB = 100 ml
Ditanya :
Molaritas Larutan B = MB = ?
Jawab :
MA . VA = MB . VB
0,5 M . 20 ml = MB . 100 ml
0,5M 20ml
100ml
MB =
MB
= 0,1 M
2. Melalui Titrasi
a. Dengan Indikator Metil Merah
Diketahui :
MNaOH
0,1 M
VNaOH
10,5 ml
VHCl
20 ml
Ditanya :
NHCl
=?
Jawab :
ekuivalen asam
ekuivalen basa
NHCl
MNaOH .
VHCl
VNaOH
ml =
NHCl
0,1 M .
10
10,5 ml
NHCl
0,1M 10,5ml
20ml
NHCl
0,0525 N
maka MHCl
0,0525 M
= 0,1 M
VNaOH
= 11 ml
VHCl
= 20 ml
Ditanya
: NHCl
Jawab
: ekuivalen asam
= ekuivalen basa
NHCl
. VHCl
NHCl
= MNaOH . VNaOH
20 ml
= 0,1 M . 11 ml
NHCl
NHCl
= 0,055 N
maka MHCl =
0,1M 11ml
20ml
0,055 M
= 0,4 M
VC
= 25 ml
VD
= 100 ml
Ditanya
: MD
Jawab
: MC
0,4 M
. VC
.
25 ml
= MD
. VD
= MD
. 100 ml
0,4 M 25ml
100ml
MD
MD
= 0,1 M
= 0,1 M
VNaOH
= 10 ml
VHCl
= 4,6 ml
NHCl
Ditanya
: NNaOH
Jawab
: ekuivalen asam
= ekuivalen basa
NHCl
. VHCl
0,1 N
= NNaOH . VNaOH
4,6 ml
= NNaOH . 10 ml
NNaOH
0,1N 4,6ml
10ml
NNaOH=
0,046 N
= 0,1 M
VNaOH
= 10 ml
VHCl
= 10 ml
NHCl
Ditanya
: NNaOH
Jawab
: ekuivalen asam
= ekuivalen basa
NHCl
. VHCl
0,1 N
= NNaOH . VNaOH
10 ml
= NNaOH . 36 ml
NNaOH
NNaOH=
0,0278 N
0,1N 10ml
36ml
B. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini kita mencoba untuk membuat larutan baru
dengan cara mengencerkan larutan yang konsentrasinya lebih pekat daripada
konsentrasi larutan yang kita inginkan. Setelah larutan tersebut berhasil dibuat
maka kita akan mencoba menentukan konsentrasi larutan yang talah kita buat
tersebut. Jumlah zat sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama dan
memenuhi persamaan :
M1
V1
M2
V2
percobaan ini, yang termasuk larutan standar primer adalah HCl dan larutan
standar sekunder adalah NaOH.
Pada pembuatan larutan NaOH digunakan akuades sebagai pelarut.
NaOH merupakan senyawa basa yang berwujud padat. NaOH merupakan
senyawa yang mudah menyerap kelembapan udara,dalam udara terbuka
NaOH akan berubah wujud.
Penentuan konsentrasi larutan HCl melalui titrasi menggunakan dua
indikator yaitu indikator metil merah dan indikator fenoftalein. Pada titrasi
yang menggunakan indikator metil merah didapat konsentrasi larutan HCl
yaitu sebesar 0,0525 M dan pada titrasi yang menggunakan indikator
fenoftalein didapat konsentrasi sebesar 0,055 M.
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk
mengetahui ukuran jumlah dari suatu larutan yang caranya direaksikan
dengan larutan lain yang konsentrasinya sudah duketahui. Pada percobaan
kali ini, titrasi berguna untuk mengetahui jumlah zat yang dititrasi supaya kita
dapat mengetahui konsentrasi dari larutan itu. Hal-hal yang diperlukan untuk
titrasi ini adalah indikator, yang mana indikator ini mempunyai warna dalam
keadaan asam maupun basa. Fungsinya adalah untuk mengetahui titik akhir
titrasi caranya dengan mengamati perubahan warna yang terjadi, jika warna
sudah berubah secara konstan,maka itulah titik akhir titrasi dan titrasi
dihentikan. Indikator itu sebenarnya terbagi menjadi dua, yaitu indikator
alami dan indikator buatan. Indikator alami dapat dibuat dari tumbuhan,
misalkan saja dari bunga sepatu, mawar, kunyit dan bunga kertas. Tentu
sebelum dijadikan indikator, tumbuhan atau bunga tersebut mengalami proses
terlebih dahulu yaitu di hancurkan atau ditumbuk sampai lembut dan diberi
air. Sedangkan indikator buatan yaitu indikator yang sering kita gunakan di
laboratorium, termasuk dalam percobaan kali ini, contoh indikator
fenolftalein,metil merah,metil jingga, dan bromtimul biru
Dari percobaan titrasi yang telah dilakukan didapatkan data bahwa
ternyata volume yang diperlukan HCl untuk menitrasi NaOH sampai terjadi
perubahan warna lebih kecil daripada volume NaOH yang diperlukan untuk
menitrasi HCl sampai terjadi perubahan warna pada indikator.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Brandy, J. 1999. Kimia Universitas : Asas dan Struktur (terjemahan
Dra.Sukmariah Maun, dkk). Jilid Satu, edisi kelima. Binarupa : Jakarta
Petrucci, H. Ralph. 1987. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga : Jakarta
Surya, Rendra 2010. Pembuatan Larutan dan Standarisasinya.
http://www.geocities.com/../standarisasi.pdf
Diakses tanggal 19 Oktober 2010
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. ITB : Bandung