Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang subur dan memiliki potensi keanekaragaman hayati yangsangat melimpah
(mega biodiversity). Potensi keanekaragaman hayati tersebut merupakan salah satu yang terbesar di dunia setelah
Zaire dan Brazil. Kekayaan sumber daya alam iniadalah anugerah dari Sang Pencipta yang harus bisa
dimanfaatkan seefisien mungkin untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk dapat memanfaatkan
kekayaan alam yang melimpah tersebut, pasti diperlukan sumber daya manusia yang melimpah pula.
Namun sayangnya potensi sumber daya manusia itu, tidak tersebar secara merata di seluruh
wilayahIndonesia. Potensi sumber daya manusia Indonesia lebih banyak terkonsentrasi di pulauJawa, Madura dan
Bali. Kepadatan penduduk di pulau-pulau ini sampai sekarang adalah yangpaling tinggi di Indonesia, padahal
daya tampung dan daya dukung dari pulau-pulau ini untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan hidup bagi
penduduknya sudah sangat minim.Melihat ketimpangan antara potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia tersebut,maka pemerintah mencanangkan suatu program khusus yang diberi nama transmigrasi.
Transmigrasi merupakan istilah bahasa Indonesia untuk migrasi. Transmigrasi secara lebihspesifik
merupakan pemindahan penduduk dari pulau-pulau yang terlalu padat penduduknyake pulau-pulau yang
kepadatan penduduknya masih cukup rendah dan potensi alamnya masihbelum digarap secara lebih intensif.Pola
transmigrasi sebenarnya sudah cukup lama dikenal oleh bangsa Indonesia. Menurutsejarah, program transmigrasi
awalnya diselenggarakan oleh pemerintahan Kolonial Belandapada masa penjajahan dengan nama kolonisasi
pertanian, walaupun terdapat perbedaan istilahdengan program saat ini serta di dalamnya terdapat kepentingan
kaum penjajah.
Pada masa itu, secara tidak langsung pemerintahan kolonial Belanda telah menerapkan polatransmigrasi
dengan membawa banyak orang pribumi (terutama suku jawa) untuk melakukanekspansi ke pulau-pulau yang
memiliki potensi sumber daya alam yang besar sepertiSumatera dan Kalimantan. Orang-orang pribumi tersebut
awalnya dipekerjakan sebagaipembantu dan pelayan, atau tukang kebun bagi orang-orang Belanda.Hingga
adanya pergantian kekuasaan oleh pemerintahan pusat kolonial Belanda, makamereka tetap mengabdi pada satu
majikan (meneer) yang sama hingga akhirnya sangmajikannya harus pindah tugas ke tempat lain. Namun karena
merasa betah dan merasacukup sejahtera tinggal di pulau itu, maka orang-orang pribumi tadi tetap tinggal dan
berkeluarga ditempat itu.
2. Rumusan Masalah

A. Apakah Pengertian Dari Transmigrasi ?


B. Bagaimana Transmigrasi dari Beberapa Periode di Lampung?
C. Contoh Gambaran Transmigrasi di Lampung?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori Transmigrasi


Secara umum pengertian transmigrasi ialah perpindahan, dalam hal ini
memindahkan orang dari daerah yang padat ke daerah yang jarang penduduknya dalam batas
negara dalam rangka kebijaksanaan nasional untuk tercapainya penyebaran penduduk yang
lebih seimbang (Heeren, 1979: 6). Transmigrasi di Indonesia bermula dari upaya

pemerintah Hindia Belanda untuk memindahkan penduduk Pulau Jawa yang semakin
padat ke pulau-pulau lain yangmembutuhkan tenaga kerja untuk mengembangkan
potensi ekonominya dan merupakan bagian dari Politik Etis. Istilah transmigrasi
sendiri secara resmi baru digunakan pada awal tahun 1946 oleh pemerintah Republik
Indonesia ketika kebijaksanaan tentangpengembangan industrialisasi di pulau-pulau
seberang atau luar Jawa dirumuskan dalamKonferensi Ekonomi di Yogyakarta (Siswono
Yudohusodo, 1998: 6).Pelaksanaan transmigrasi di Indonesia dapat dibedakan atas
beberapa kategori, yaitutransmigrasi spontan, transmigrasi umum, transmigrasi keluarga,
transmigrasi bedol desa, dan transmigrasi lokal.
Taransmigrasi umum merupakan pelaksanaan transmigrasi yang dapat dipandang sebagai bentuk
normal. Dalam sistem ini, seluruh urusan untuk migran, dari pendaftaran dan seleksi hingga bertempat tinggal
di tempat pemukiman yang baru, menjadi tanggungjawabJawatan Transmigrasi. Yang tercakup di sini adalah
pangan dan biaya hidup yang lain selamadelapan bulan pertama. Mereka tidak lagi tergantung pada bawon
dan dapat datang kapansaja sepanjang tahun. Mereka mendapat sandang, bahan tanaman, dan selanjutnya
beras,minyak, ikan, serta garam. Secara resmi semuanya ini dianggap sebagai pinjaman yang harusdibayar
kembali setelah jangka waktu tiga tahun.Transmigrasi keluarga merupakan transmigrasi yang pelaksanaannya
dapat dilakukan kapansaja sepanjang tahun, tidak hanya pada bulan-bulan menjelang panen. Perumahan
danpenghidupan menjadi tanggungan keluarga penerima, sehingga biayanya jauh lebih murahdaripada
transmigrasi umum. Setelah mencapai titik puncaknya pada tahun 1952,transmigrasi jenis ini lambat laun
menyusut dan setelah tahun 1959 lenyap sama sekali.Transmigrasi bedol desa adalah perpindahan penduduk
suatu daerah atau desa secarakeseluruhan termasuk aparat desanya. Hal ini terjadi karena adanya bencana alam
ataupembangunan suatu proyek pembangunan yang membutuhkan lokasi yang luas seperti pemindahan
penduduk dari Wonogiri Jawa Tengah ke Sitiung Sumatera Barat pada tahun1977 akibat pembangunan Waduk
Gajah Mungkur.Transmigrasi lokal mencakup migrasi dalam daerah atau provinsi tertentu, seperti dari
suatudaerah di Lampung yang penduduknya sudah terlalu padat ke daerah lainnya yang barudibuka dalam Provinsi Lampung.
Hal ini terutama terjadi pada generasi kedua paratransmigran yang merasa bidang tanah yang merejka
miliki sudah tidak mencukupi lagiakibat adanya pembagian dengan saudara-saudara mereka yang lain. Dr. Hilde Wander
(1959), seorang demograf perempuan asal Jerman, yang pernah bekerja diIndonesia sebagai tenaga ahli PBB,
dalam suatu laporan yang tajam telah mencobamemperhitungkan akibat-akibat transmigrasi 100.000 orang tiap
tahun selama dua dasawarsa(1958-1977), dengan menggunakan data-data yang ada mengenai susunan umur
transmigran.Tentang angka-angka kelahiran dan kematian para transmigran itu, ia bertitik tolak darianggapan
bahwa kesuburan perempuan tidak akan menurun dengan perlahan-lahan, sedangkematian memang akan
demikian. Di samping itu ia pun menerima anggapan bahwa paratransmigran itu dalam satu setengah tahun
setelah tiba di sana tidak akan mempunyai anak..Atas dasar titik tolak ini ia lalu mengurangi jumlah pertumbuhan
penduduk Jawa sebanyak 2.655.000 dalam jangka waktu 20 tahun ini. Jatuhnya adalah 9,6% dari seluruh
jumlahpertambahan penduduk Jawa seperti yang telah dihitungnya berdasarkan premis-premistersebut.

Selanjutnya ia menunjukkan bahwa migrasi demikian tidak sama pengaruhnyaterhadap berbagai kelompok umur
di Jawa dan bahkan secara mutlak kategori pemudadewasa akan berkurang jumlahnya.
B. Transmigrasi dari Beberapa Periode
Dalam periode 1905-1942, penduduk yang berhasil dipindahkan sebanyak 235.802 orangpenduduk.
(Lampiran I). Daerah asal terbanyak ialah Jawa Timur 27.044 KK (90.086 jiwa)dan yang terkecil D.I. Yogyakarta
188 KK (750 jiwa). Daerah tujuan terbanyak ialahLampung 44.687 KK (175.867 jiwa) dan yang terkecil
Sulawesi Selatan 137 KK (457 jiwa).Setelah Indonesia merdeka, program pemindahan penduduk yang kemudian
disebut transmigrasi, dimulai kembali. Pada tanggal 12 Desember 1950, diberangkatkan 23 KK (77
jiwa) dari Provinsi Jawa Tengah menuju Lampung. Program ini terus dikembangkan hinggasekarang dalam berbagai
macam pola dan cara.Pengiriman keluarga transmigran dari Pulau Jawa, Bali, dan Lombok selama Pelita I, II,
III,dan IV berturut-turut adalah 46.268, 82959, 535.474, dan 402.756 (Ida Bagus Mantra, 1987:7). Hal ini tidak
jauh berbeda dengan target yang dicanangkan pemerintah (Lampiran II).Perubahan yang cukup mendasar dalam
kebijakan kependudukan terjadi pada Peliata I.Pemahaman bahwa satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah
kependudukan diIndonesia hanya dengan transmigrasi mulai berubah. Pemerintah mulai mengadopsi program
Keluarga Berencana untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat, terutama diJawaProvinsiprovinsi yang dijadikan daerah pemukiman transmigrasi dewasa ini adalahNanggroe Aceh Darussalam, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu,Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimanatan Selatan, KalimantanTimur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Maluku, danPapua.
Di daerah-daerah tersebut, pengaruh demografi cukup terasa oleh karena di masalampau jumlah penduduk
setempat relatif masih sedikit. Di samping itu perekonomian daerahtujuan kemungkinan juga terpengaruh dengan
adanya pertambahan tenaga kerja danpembukaan tanah-tanah pertanian baruProvinsi-provinsi yang dijadikan
daerah pemukiman transmigrasi dewasa ini adalahNanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Riau, Jambi, Bengkulu,Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimanatan Selatan,
KalimantanTimur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, danPapua.
Di daerah-daerah tersebut, pengaruh demografi cukup terasa oleh karena di masalampau jumlah penduduk
setempat relatif masih sedikit. Di samping itu perekonomian daerahtujuan kemungkinan juga terpengaruh dengan
adanya pertambahan tenaga kerja danpembukaan tanah-tanah pertanian baru.
C. Contoh Gambaran Transmigrasi di Lampung
Punggur merupakan Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) yang terletak di Kabupaten Lampung Tengah
yang kemudian menjadi nama kecamatan di derah tersebut. Pada tahun1965, daerah ini mempunyai 27.425

penduduk yang tersebar di 14 desa dan menempati arealseluas 10.000 ha. Bagi warga Punggur, desa-desa itu
bukan merupakan satu kesatuan yangkuat. Desa-desa itu tidak dapt dibeda-bedakan, sedang batas-batasnya tidak
menurutkanbatas-batas

alamiah.

Dalam

kesadaran

penduduk

yang

jelas

menjadi

satuannya

adalahkecamatan.Kepindahan penduduk dari Jawa ke Punggur yang terbesar adalah pada tahun 1954.Transmigran tersebut,
67% di antaranya berasal dari Jawa Tengah dan 33% dari berasal JawaTimur. Motif perpindahan penduduk ini
adalah karena tidak memiliki tanah di tempat asal,ingin maju, adu untung, ikut keluarga, dan lain-lain.
Kekurangan tanah merupakan faktorpendorong utama yang menyebabkan penduduk ikut transmigrasi. Faktor
ingin majumerupakan faktor penarik yang bukan alasan utama transmigran untuk menetap di Punggur.Setelah
sampai di Punggur, sesuai ketentuan setiap transmigran seharusnya transmigranmendapatkan tanah dua hektar yang
terdiri dari Ha tanah pekarangan, Ha tanah ladang,dan 1 Ha tanah sawah seperti yang ditetapkan Jawatan
Transmigrasi. Dalam kenyataannyahanya 19% transmigran yang memiliki tanah demikian. Hal ini berkaitan
dengan kenyataanbahwa daerah Punggur yang pada mulanya disediakn sebagai daerah hutan cadangan dibukadan didiami
secara illegal.
Maka tanah-tanah yang dimiliki para migran dengan cara tersebut,acap kali lebih kecil dari 2 Ha areal
resmi tersebut. Tanah yang sempit ini juga disebabkankarena para transmigran itu dahulu menjual sebagian
tanahnya akibat butuh uang. Akibatnyataraf kesejahteraan para transmigran di Punggur tidak begitu baik. 37%
transmigran diPunggur memperoleh tanah dari Jawatan Transmigrasi dan 63% lainnya memiliki tanahkarena
pembelian.Setelah sekian lama menempati areal transmigrasi, para transmigran masih tetap menjalinhubungan
yang baik dengan kampung halaman mereka. Sebanyak 59,6% transmigran masihmempunyai anggota keluarga di Jawa.
49,5% di antaranya tetap mengadakan hubungan surat-menyurat atau bentuk komunikasi lainnya dengan sanak
saudaranya di Jawa, sedang 19,8%selalu mengunjungi keluarga di Jawa. Meskipun demikian, 67,8% transmigran
di Punggurternyata tidak rindu kembali ke Jawa, hanya 25,9% yang menyatakan mau pergi ke Jawauntuk
mengunjungi sanak saudara. Untuk kembali ke Jawa selamanya, tidak seorang punyang mau.Di antara
transmigran, ada yang sudah berkali-kali ke Jawa untuk menjemput sanak saudaranya supaya mau
bertransmigrasi juga. Bahkan kepala-kepala desa pun menyediakantanah khusus di desanya untuk keluargakeluarga transmigran baru yang mereka jemput.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Indonesia dewasa ini berada dalam proses transformasi dari masyarakat agraris tradisional rural, menuju
masyarakat industri modern urban. Para pemikir berada dalam proses itu dan perlu ikut menyiasati berbagai
perubahan yang sedang terjadi. Besarnya tekanan untuk melakukan orientasi agribisnis di bidang pertanian
merupakan salah satu wujud dari perubahan wawasan dalam mengikuti arus perubahan itu.
Untuk memodernisasi usaha pertanian, sekaligus memeratakan penyebaran penduduk secara lebih
seimbang, perlu diciptakan pusat-pusat produksi pertanian baru di luar Pulau Jawa. Upaya untuk mengubah
sekitar 11 juta petani miskin menjadi produktif dan dan berkecukupan, merupakan tantangan yang perlu dijawab
dengan pembukaan areal-areal pertanian baru dalam skala luas, lalu membagikannya kepada petani-petani gurem,
buruh-buruh tani, peladang berpindah, dan perambah hutan. Mereka juga dilengkapi dengan mekanisasi pertanian
dan usaha tani yang berorientasi agrobisnis dan agroindustri.
Untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia melalui pengolahan sumbersumber daya alam, diperlukan upaya untuk mencptakan masyarakat Indonesia yang berjiwa pionir dan suka
merantau, terutama pada suku-bangsa Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Sasak, untuk menggali potensi-potensi
yang terpendam di luar kampung halamannya.
Untuk mengubah sikap mental sedentary menjadi sikap suka merantau, dan merangsang minat penduduk
agar mau berpindah ke luar Pulau Jawa, pertama-tama perlu ditingkatkan kemampuan mereka dalam menangkap
dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh daerah-daerah di luar Jawa. Saat ini, meskipun banyak orang
Jawa dan Sunda yang telah tersebar di berbagai pelosok tanah air, bahkan sampai ke luar negeri, seperti Malaysia
dan Arab Saudi, tetapi jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah asalnya, jumlahnya masih sangat
kecil. Oleh karena itu perlu diupayakan agar beban kependudukan di Pulau Jawa tidak terlalu berat. Orang-orang
Jawa dan Sunda yang merantau perlu menggerakkan saudara-saudara atau teman-temannya untuk mengikuti jejak
mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Sulistinah I., 1995, Pelaksanaan Program Transmigrasi dan Permasalahannya, dalam Warta Demografi,
No. 2, Th. 25.
Heeren, H.J., 1979, Transmigrasi di Indonesia, PT Gramedia, Jakarta.
Mantra, Ida Bagus, 1987, Migrasi Penduduk di Indonesia Berdasarkan Hasil Survey Penduduk Antar Sensus
1985, Laporan Penelitian, Kerjasama Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Penelitian Universitas Gadjah
Mada dengan Biro Pusat Statistik.
Rusli, Said, 1995, Pengantar Ilmu Kependudukan, LP3ES, Jakarta..
Swasono, Sri-Edi & Masri Singarimbun (eds.), 1985, Sepuluh Windhu Transmigrasi di Indonesia 1905-1985,
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Wiyono, Nur Hadi, 1995, Pasang Surut Perjalanan Transmigrasi di Indonesia, dalam Warta Demografi, No. 2, Th.
25.
Yudohusodo, Siswono, 1998, Transmigrasi Kebutuhan Negara Kepualauan Berpenduduk Heterogen dengan
Persebaran Penduduk yang Timpang, PT Jurnalindo Aksara Grafika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai