Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi
kesehatan yang baik dengan nutrisi yang baik dan olah raga yang cukup.
Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur.
Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup,
kemampuan untuk berkonsentrasi membuat keputusan dan berpartisipasi
dalam aktivitas harian akan menurun dan meningkatkan iritabilitas (Potter,
dkk, 2005).
Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani
dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang
dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan
persoalan yang dihadapi. Tidur yang cukup dapat memainkan peranan dalam
membantu tubuh kita untuk pulih dari penyakit atau luka. Penelitian
menunjukkan

bahwa kurang tidur mengakibatkan kehilangan kekuatan,

kerusakan pada sistem kekebalan dan meningkatkan tekanan darah (Nancy


W, 2006).

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang dialami oleh


seseorang, yang dapat dibandingkan kembali dengan indra atau rangsangan
yang cukup (Robert Priharjo, 1993).
Memperoleh

kualitas

tidur

yang

terbaik

adalah

penting

untk

peningkatan kesehatan yang baik dan pemulihan individu yang sakit. Perawat
memperhatikan klien yang sering kali mengalami gangguan tidur yang ada
sebelumnya dan klien yang mengalami masalah tidur karena penyakit atau
hospitalisasi. Kadang-kadang, klien mencari pelayanan kesehatan karena
mereka mempunyai masalah tidur yang mungkin telah hilang tanpa disadari
untuk beberapa tahun. Klien yang sakit

sering kali membutuhkan lebih

banyak tidur dan istirahat dari pada klien yang sehat. Akan tetapi, sifat
alamiah dari penyakit yang mencegah klien untuk mendapatkan istirahat dan
tidur yang cukup. Lingkungan institusi Rumah Sakit atau fasilitas Perawatan
jangka

panjang

dan

aktivitas

petugas

pelayanan

kesehatan

dapat

menyebabkan sulit tidur (Potter, dkk, 2005).


Secara umum, sebagian besar orang dewasa yang sehat rata-rata
memerlukan tujuh sampai sembilan jam tidur setiap malam, walaupun
kebutuhan tidur setiap orang berbeda. Kebutuhan akan tidur tidak berkurang
karena usia, walaupun kemampuan untuk mempertahankannya mungkin
menurun (Nancy W, 2006).
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai
dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan
2

rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat control irama
sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian
susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada
substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat
tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/
desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai
pusat penggugah atau aurosal state (Iskandar J, 2002).
Tidur juga penting bagi fungsi emosional dan mental. Kurang tidur
dapat

mempengaruhi

konsentrasi

dan

merusak

kemampuan

untuk

melakukan kegiatan yang melibatkan memori, belajar, pertimbangan logis,


dan penghitungan matematis. Sebuah penelitian yang baru-baru ini
dilaporkan dalam New York Times mengesankan bahwa kurang tidur yang
kronis bisa semakin membuat proses penuaan terasa menyulitkan. Bagi
Odha, ganggauan tidur dapat mengakibatkan kemerosotan mutu hidup.
Misalnya, gangguan tidur dapat menyebabkan kelelahan pada siang hari dan
mempengaruhi status fungsional dan mutu hidup (Nancy W, 2006).
Banyak orang HIV-positif dengan kelelahan pada siang hari juga
mengalami kelainan tidur. Jadi, diagnosis yang benar dan pengobatan medis
terhadap kelainan tidur dapat menghasilkan perbaikan bermakna dalam mutu
hidup. Keluhan gangguan tidur juga dihubungkan dengan depresi dan rasa
sakit, keduanya yang juga mempersulit kita untuk tertidur atau menyebabkan
terbangun pada malam atau dini hari. Insomnia, yaitu sulit tidur atau tidur
3

terus, juga meluas dan kurang terdiagnosis pada orang yang HIV-positif
(Nancy W, 2006).
Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa
kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalami
kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius. Prevalensi
gangguan tidur setiap tahun cenderung meningkat, hal ini juga sesuai dengan
peningkatan

usia

dan

berbagai

penyebabnya.

Kaplan

dan

Sadock

melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut menderita


gangguan tidur. Gangguan kronik (10-15%) disebabkan oleh gangguan
psikiatri, ketergantungan obat dan alkohol (Iskandar J, 2002).
Menurut data International of Sleep Disorder, prevalensi penyebabpenyebab gangguan tidur adalah sebagai berikut: Penyakit asma (61-74%),
gangguan pusat pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%),
psychophysiological (15%), sindroma kaki gelisah (5-15%), ketergantungan
alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (5-10%), depresi (65%). Demensia
(5%), gangguan perubahan jadwal kerja (2-5%), gangguan obstruksi sesak
saluran nafas (1-2%), penyakit ulkus peptikus (<1%), narcolepsy (mendadak
tidur) (0,03%-0,16%) (Iskandar J, 2002).
Dari latar belakang di atas, sehingga penulis tertarik untuk melakukan
penelitian

tentang

Gambaran

pengetahuan

pasien

tentang

manfaat

kebutuhan tidur terhadap proses penyembuhan penyakit di Rumah Sakit


Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2008.
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam Karya
Tulis Ilmiah ini adalah Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Pasien
Tentang Manfaat Kebutuhan Tidur Terhadap Proses Penyembuhan Penyakit
di Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2008 ?

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien tentang manfaat
kebutuhan tidur terhadap proses penyembuhan penyakit di Rumah Sakit
Umum Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2008.
C.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan pasien tentang manfaat kebutuhan
tidur terhadap proses penyembuhan penyakit berdasarkan umur di
RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga Tahun 2008.
b. Untuk mengetahui pengetahuan pasien tentang manfaat kebutuhan
tidur terhadap proses penyembuhan penyakit berdasarkan pekerjaan
di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga Tahun 2008.
c. Untuk mengetahui pengetahuan pasien tentang manfaat kebutuhan
tidur

terhadap

proses

penyembuhan

penyakit

pendidikan di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga Tahun 2008.

berdasarkan

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa/i di perpustakaan Akper Nauli
Husada

Sibolga,

dapat

sebagai

acuan

atau

pedoman

bagi

mahasiswa/i yang melakukan penelitian selanjutnya.


2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan tentang seberapa besar pengetahuan pasien
tentang manfaat kebutuhan tidur terhadap proses penyembuhan
penyakit.
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan dapat meningkatkan pengetahuan
dan memberi informasi kepada pasien dalam memenuhi kebutuhan
dasar manfaat tidur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan (Knowledge)
A.1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari TAHU dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,
pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca
indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoadmojo, 2003).
Penelitian Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1. Kesadaran (Awarenes), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau objek tertentu, di sini
sikap subjek sudah mulai timbul.

3. Menimbang-nimbang (Enaluation) terhadap baik buruknya stimulus


terhadap bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
sekali.
4. Mencoba (Trial), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adaptasi (Adaptation), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
A.2. Domain kognitif
Notoadmodjo (2002) menyatakan pengetahuan yang dicakup di dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Materi tersebut secara benar. Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
8

(sebenarnya), aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau


penggunaan

hukum-hukum,

rumus,

metode,

prinsip

dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


4. Analisis (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
struktur organisasi tersebut dan kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk suatu keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun komulasi dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi objek penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

A.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Menurut Notoadmodjo, 2003 faktor faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah :
1. Umur
Umur

merupakan

periode

penyesuaian

terhadap

pola-pola

kehidupan baru dan harapan harapan baru. Pada masa ini usia
reproduktif,

mas

bermasalah,

masa

ketergantungan,

masa

perubahan nilai, masa penyesuaian dengan hidup baru, masa kreatif,


pada dewasa ini ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani
dan mental. Semakin bertambah umur seseorang maka akan
semakin tinggi keinginan tentang kesehatan.
2. Pendidikan
Pendidikan

adalah

proses

menumbuh

kembangkan

seluruh

kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga


dalam

pendidikan

itu

perlu

dipertimbangkan

umur

(Proses

pengetahuan klien) dan hubungannya dengan proses belajar tingkat


pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide dan teknologi
baru

(Notoadmodjo,

2003).

Semakin

meningkat

pendidikan

seseorang maka akan bertambah pengalaman yang mempengaruhi


wawasan dan pengetahuan. Adapun tujuan yang hendak dicapai
melalui pendidikan adalah untuk mengubah pengtahuan (pengertian,
10

pendapatan, konsep-konsep) sikap dan persepsi serta menanamkan


tingkah laku atau kebiasaan yang baru.
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah seluruh aktifitas yang dilakukan sehari-hari,
dimana semua bidang pekerjaan umumnya diperlukan adanya
hubungan sosial dan hubunga dengan orang lain. Setiap orang harus
bergaul dengan teman sejawat maupun berhubungan dengan
atasan. (Notoadmodjo, 2003).

B. Kebutuhan Tidur
B.1. Defenisi Tidur
Tidur merupakan suatu keadan tidak sadar yang dialami seseorang
yang dapat dibandingkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup
(Notoadmodjo, 2003).
Tidur merupakan suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh
ketenagan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulangulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang
berbeda (Tarwoto W, 2006).
Tidur merupakan aktifitas yang merupakan susunan saraf pusat, saraf
perifer, endokrin, kardiovasakuler, respirasi, dan muskuloskletal (Tarwoto W,
2006).

11

B.2. Kebiasaan Tidur


Dalam mengkaji kebiasaan tidur, perawat perlu memperhatikan :
1. Kebiasaan banyaknya tidur
2. Kebiasaan menjelang tidur
3. Jam berangkat tidur
4. Waktu yang diperlukan untuk dapat tidur
5. Jumlah terjaga selama tidur
6. Obat-obatan yang diminum pasien dan pengaruhnya terhadap tidur
7. Lingkungan tidur sehari-hari
8. Persepsi pasien terhadap kebutuhan tidur
9. Posisi tubuh sewaktu tidur (Niven Neil, 2000)
B.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur ada 7 yaitu:
1. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan
pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.
2. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan
mengambat tidurnya.

12

3. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan
keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
4. Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode
pertama dari tahap REM.
5. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf
simpatis sehingga mengganggu tidurnya.
6. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal seseorang yang tahan
minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
7. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur
antara lain:
a. Diurektik

: Menyebabkan insomnia

b. Anti Depresan : Supresi REM


c. Kafein

: Meningkatkan saraf simpatis

d. Beta Bloker

: Menimbulkan insomnia

e. Narkotika

: Mensupresi REM (Hudak C, 1997)

13

B.4. Tujuan Tidur


Tujuan tidur secara jelas tidak diketahui namun diyakini tidur
diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional dan kesehatan.
Selama tidur, seseorang akan mengulang (Review) kembali kejadiankejadian sehari-hari, memproses dan menggunakannya untuk masa depan
(Nancy W, 2006).
B.5. Tanda-tanda klinis istirahat dan tidur
Ada beberapa tanda klinis yang perlu diketahui perawat terhadap
pasien yang kurang istirahat atau tidur, yaitu:
1. Pasien mengungkapkan rasa capai.
2. Pasien mudah tersinggung dan kurang santai
3. Apatis
4. Warna kehitam-hitaman di sekitar mata, kanjungtiva merah
5. Sering kurang perhatian
6. Pusing
7. Mual (Priharjo, 1993)
B.6. Penatalaksanaan Umum
1. Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter, tujuannya :
a) Untuk mencari penyebab dasarnya dan pengobatan yang
adekuat
b) Sangat efektif untuk pasien gangguan tidur kronik

14

c) Untuk mencegah komplikasi

sekunder yang diakibatkan oleh

gangguan obat hipnotik, alkohol, gangguan mental


d) Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek (Iskandar J, 2002).
2. Konseling dan Psikotherapi
Psikotherapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan
psikiatri seperti (depressi, obsessi, kompulsi), gangguan tidur kronik.
Dengan psikotherapi ini kita dapat membantu mengatasi masalahmasalah gangguan tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa
gangguan obat hipnotik.
3. Sleep hygiene terdiri dari:
a) Tidur dan bangunlah secara regular/kebiasaan
b) Hindari tidur pada siang hari/sambilan
c) Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari
d) Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan
e) Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur (Iskandar J,
2002).
4. Pendekatan Farmakologi
Dalam

mengobati

gejala

gangguan

tidur,

selain

dilakukan

pengobatan secara kausal, juga dapat diberikan obat golongan


sedative hipnotik. Pada dasarnya semua obat yang mempunyai
kemampuan hipnotik merupakan penekanan aktivitas dari reticular
activating system (ARAS) diotak. Hal tersebut didapatkan pada
15

berbagai obat yang menekan susunan saraf tersebut didapatkan


pada berbagai obat yang menekan susunan saraf pusat, mulai dari
obat anti anxietas dan beberapa obat anti depress. Obat hipnotik
selain penekanan aktivitas susunan saraf yang dipaksa dari proses
fisiologis, juga mempunyai efek kelemahan yang dirasakan efek
pada

hari

berikutnya

(long

acting)

sehingga

mengganggu

menimbulkan over dosis dan ketergantungan obat. Sebelum


mempergunakan obat hipnotik, harus terlebih dahulu

ditentukan

jenis ganggguan tidur, misalnya apakah gangguan pada latensi


panjang (NREM) gangguan pendek, bangun terlalu dini, cemas
sepanjang hari, kurang tidur pada malam hari, adanya perubahan
jadwal kerja/kegiatan atau akibat gangguan penyakit primernya
(Iskandar J, 2002).
B.7. Tahapan Tidur
Tahapan tidur dibagi atas dua bagian, yaitu: NREM dan REM.
1. NREM dibagi dalam beberapa tahap, yaitu:
a. NREM tahap I :
Tingkat transisi, Merespon cahaya, Berlangsung beberapa
menit, Mudah terbangun dengan rangsangan, Aktivitas fisik
menurun, tanda vital dan metabolisme menurun, Bila terbangun
terasa sedang bermimpi.

16

b. NREM tahap II :
Periode suara tidur, Mulai relaksasi otot, Berlangsung 10-20
menit, Fungsi tubuh berlangsung lambat, Dapat dibangun
dengan mudah.
c. NREM tahap III :
Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak, Sulit dibangunkan,
Relaksasi

otot

menyeluruh,

Tekanan

darah

menurun,

Berlangsung 15-30 menit.


d. NREM tahap IV :
Tidur nyenyak, Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif,
Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun, Sekresi
lambung menurun, Gerak bola mata cepat. (Iskandar J, 2002).
2. REM
Tahapan REM dibagi dalam 4 yaitu:
a. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan NREM
b. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur
malamnya
c. Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi
mimpi
d. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga
berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi (Iskandar J,
2002).
17

B.8. Pola Tidur Normal


1. Neonatus sampai dengan 3 bulan
a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari
b. Mudah berespon terhadap stimulus
c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM
2. Bayi
a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira 14 jam/hari
c. Tahap REM 20-30%
3. Todler
a. Tidur 10-12 jam/hari
b. Tahap REM 25%
4. Preschooler
a. Tidur 11 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
5. Usia sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari
b. Tahap REM 18,5%
6. Adolensia
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%

18

7. Dewasa muda
a. Tidur 7 jam/hari
b. Tahap REM 20%
8. Usia dewasa pertengahan
a. Tidur 7 jam/hari
b. Tahap REM 20%
9. Usia tua
a. Tidur 6 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%
c. Tahap IV NREM menurun dan kadang-kadang absen
d. Sering terbangun pada malam hari
B.9. Manfaat Tidur
Memiliki waktu tidur yang cukup dapat memberikan manfaat bagi
kesehatan tubuh. Berbagai hal dapat membuat seseorang kelelahan akibat
kurang tidur seperti jadwal kerja yang tidak teratur, bekerja lembur, dan
membawa kendaraan dalam waktu yang lama tanpa istirahat.
Manfaat tidur bagi kesehatan tubuh sama pentingnya kalau kita
berolahraga dan makan-makanan yang bergizi. Manfaat tidur adalah salah
satu untuk memulihkan metabolisme tubuh kita dimana pada saat kita lelah
dipikirkan kita hanyalah ingin beristirahat yaitu tidur. Tidur pun bisa menjadi
masalah, misalkan tidur yang berlebihan akan menyebabkan tubuh kurang

19

terasa nyaman dan malas untuk beraktifitas atau melakukan kegiatan pada
keesokan harinya.
Tidur yang pas menyehatkan karena waktu yang diatur kapan kita tidur
dan kapan kita bangun itulah hal yang baik dan perlu dilaksanakan (Iskandar
J, 2002)

20

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Pasien
Tentang Manfaat Kebutuhan Tidur Terhadap Proses Penyembuhan Penyakit
di Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2008.
Variabel Independen

Variabel Dependen

Umur

Pengetahuan pasien tentang

Pendidikan

kebutuhan tidur terhadap

Pekerjaan

proses penyembuhan penyakit

B. Defenisi Operasional
B.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala hal yang dapat diketahui pasien tentang
manfaat kebutuhan tidur terhadap proses penyembuhan penyakit, dengan
kategori:
a. Baik apabila

: 76-100% dengan skor benar 16-20 soal

b. Cukup apabila

: 60-75% dengan skor benar 12-15 soal

c. Kurang apabila

: <60% dengan skor benar 0-11 soal

Skala ukur

: Ordinal

21

B.2. Umur
Umur adalah lamanya hidup responden pada saat dilakukan penelitian
dengan kategori :
a. 20-25 tahun
b. 26-30 tahun
c. 31-35 tahun
d. 36-40 tahun
Skala ukur : Interval
B.3. Pendidikan
Pendidikan adalah pendidikan terakhir yang telah diselesaikan atau
yang sedang dijalani oleh responden, dengan kategori:
a. Pendidikan Dasar

: SD, SLTP

b. Pendidikan Menengah : SLTA


c. Pendidikan Tinggi: D III, S I
Skala Ukur : Ordinal
B.4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh
responden sehari-hari, dengan kategori :
a. Petani
b. Wiraswasta
c. PNS
d. Ibu Rumah Tangga
Skala Ukur : Nominal

22

C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan jenis deskriptif yaitu menggambarkan tingkat pengetahuan pasien tentang manfaat kebutuhan tidur pasien
terhadap proses penyembuhan penyakit di Rumah Sakit Umum Dr.
Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2008.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian


D.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban
Tobing Sibolga Tahun 2008.
D.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2008, adapun
kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Pengajuan judul, penyiapan
ijin

lokasi,

penyusunan

proposal,

persiapan

ujian,

ujian

proposal,

pengumpulan data, analisa data, konsultasi laporan penelitian, seminar hasil


penelitian dan penggandaan hasil penelitian.

E. Populasi dan Sampel


E.1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat
ke Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2008
berjumlah sebanyak rata-rata 80 orang.

23

Sampel penelitian adalah seluruh pasien yang dirawat di Rumah Sakit


Umum Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga yaitu di Ruangan Melati, Melur,
Anggrek, dan Bougenville sebanyak 50 orang.
E.2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah semua total populasi
yaitu sebanyak 50 orang.

F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan Data dilakukan dengan menggunakan data primer yang
diperoleh dengan kuisioner sebagian alat bantu, dimana terlebih dahulu
memberikan penjelasan singkat tentang kuisioner, dibagikan dan diisi oleh
responden kemudian dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa
selengkapnya.

G. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data


G.1. Tehnik Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah secara manual dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Editing
Dilakukan dengan memeriksa kuisioner telah terisi bila terdapat
kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data akan dilakukan
pengecekan ulang.

24

b. Coding
Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode sesuai dengan
petunjuk.
c. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data serta mengambil kesimpulan dan
dimasukkan dalam bentuk distribusi frekuensi.
G.2. Analisa Data
Analisa data dilakukand dengan melihat persentasi data yang
terkumpul dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, analisa data
dilanjutkan

dengan

pernyataan

responden

dari

semua

pertanyaan-

pertanyaan diberikan sebanyak 20 soal. Selanjutnya dilakukan pembahasan


dengan menggunakan teori kepustakaan yang ada.

25

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Dari hasi penelitian yang berjudul Gambaran Pengetahuan Pasien
tentang Manfaat Kebutuhan Tidur Terhadap Proses Penyembuhan Penyakit
di Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2008.
Tabel A.1

No.
1.
2.
3.

: Distribusi Responden berdasarkan pengetahuan di


Rumah Sakit Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga
Tahun 2008
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Jumlah
10
24
16
50

Presentase
20
48
32
100

Dari tabel A.1 dapat diketahui bahwa Mayoritas Responden yang


berpengetahuan cukup sebanyak 24 orang (48%) dan minoritas yang
berpengaruh baik sebanyak 10 orang (20%).

Tabel A.2

: Distribusi pengetahuan Responden berdasarkan Umur di


Rumah Sakit Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga

26

Tahun 2008.

No

Umur

1.
2.
3.
4.

20-25
26-30
31-35
36-40

f
6
1
1
2

Tingkat Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
%
f
%
f
%
37,5
9
50
3
12,5
6,66
8 53,33 6
40
12,5
4
50
3
37,5
22,22 3 33,33 4
44,44

Jumlah

18
15
8
9

100
100
100
100

Dari tabel A.2 dapat diketahui bahwa Mayoritas Responden yang


berumur 26-30 tahun sebanyak 8 orang (53,33%) berpendidikan cukup dan
Minoritas Responden yang berumur 26-30 tahun sebanyak 1 orang (6,66%)
berpengetahuan baik.

Tabel A.3

: Distribusi
Pengetahuan
Responden
berdasarkan
pendidikan di Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban
Tobing Sibolga Tahun 2008.

No Pendidikan
1.
2.
3.

SD, SLTP
SLTA
PT

f
4
6

Tingkat Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
%
f
%
f
%
5 35,71 9
64,28
16,66 13 54,17 7
29,17
50
6
50
-

Jumlah

14
24
12

100
100
100

Dari tabel A.3 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang


berpendidikan SD, SLTP sebanyak 9 orang (64,28%) berpengetahuan kurang
dan minoritas responden yang berpendidikan SLTA sebanyak 4 orang
(16,66%) berpengetahuan baik.
Tabel A.4

: Distribusi

Pengetahuan

27

Responden

berdasarkan

pekerjaan di Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban


Tobing Sibolga Tahun 2008.

No Pekerjaan
1.
2.
3.
4.

PNS
Wiraswasta
Petani
IRT

f
8
2
-

Tingkat Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
%
f
%
f
%
53,33 7 46,66 11,77 9 47,05 7
41,17
1
50
1
5
7 46,67 8
53,33

Jumlah

15
18
2
15

100
100
100
100

Dari tabel A.4 dapat diketahui mayoritas responden yang mempunyai


pekerjaan PNS sebanyak 8 orang (53,33%) berpengetahuan baik dan
pekerjaan IRT sebanyak 8 orang (53,33%) berpengetahuan kurang, minoritas
responden yang mempunyai pekerjaan petani sebanyak 1 orang (5%)
berpengetahuan kurang.

B. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 16-26 Juli 2008
dengan jumlah responden 50 orang dengan judul Gambaran Pengetahuan
Pasien tentang Manfaat Kebutuhan Tidur Terhadap Proses Penyembuhan
Penyakit di Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun
2008.
B.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

28

Dari hasil penelitian di atas terlihat bahwa mayoritas responden


berpengetahuan cukup sebanyak 24 orang (48%) dan minoritas responden
yang berpengetahuan kurang sebanyak 16 orang (32%).
Menurut pendapat Notoadmodjo (2003) yang menyatakan bahwa
pengetahuan merupakan hasil dari TAHU dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Menurut asumsi penulis dimana pengetahuan pasien tentang
manfaat kebutuhan tidur terhadap proses penyembuhan penyakit cukup,
pengetehuan yang dimiliki oleh pasien sangat mempengaruhi tindakan yang
akan dilakukan pasien khususnya tentang manfaat kebutuhan tidur terhadap
proses penyembuhan penyakit, dalam arti apabila pasien mengerti dan
memahami tentang manfaat kebutuhan tidur terhadap proses penyembuhan
penyakit maka pasien akan mau menangani sesuai dengan yang diketahui
pasien.
B.2. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur
Dari hasil penelitian di atas terlihat bahwa mayoritas responden yang
berumur 26-30 tahun sebanyak 8 orang (53,33%) berpengetahuan cukup dan
minoritas responden yang berumur 26-30 tahun sebanyak 1 orang (6,66%)
berpengetahuan baik.
Umur 20-25 tahun mayoritas berpengetahuan cukup karena pada
umur 20-25 tahun dapat mengerti/memahami tentang manfaat kebutuhan
29

tidur terhadap proses penyembuhan penyakit, umur 26-30 tahun mayoritasa


berpengetahuan

cukup

karena

pada

umur

26-30

tahun

dapat

mengerti/memahami tentang manfaat kebutuhan tidur terhadap proses


penyembuhan penyakit, umur 31-35 tahun hannya 1 orang berpengetahuan
baik karena umur 31-35 tahun dapat lebih mengerti/memahami tentang
manfaat kebutuhan tidur terhadap proses penyembuhan penyakit, umur 3640 tahun hannya 2 orang berpengetahuan baik karena pada umur 36-40
tahun pengetahuannya lebih luas dibandingkan umur yang lebih muda.
Menurut pendapat Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa
semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin bertambah keinginan
seseorang dan pengetahuannya tentang kesehatan.
Menurut asumsi penulis bahwa semakin bertambah umur seseorang
maka pengetahuan seseorang tersebut juga akan semakin membaik.
B.3 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan
Dari hasil penelitian di atas terlihat bahwa mayoritas responden yang
berpendidikan SD, SLTP sebanyak 9 orang (64,28%) berpengetahuan kurang
dan minoritas responden yang berpendidikan SLTA sebanyak 4 orang
(16,66%) berpengetahuan baik.
Pendidikan SD, SLTP tidak ada yang berpengetahuan baik karena
SD, SLTP tidak memiliki pengetahuan yang luas tentang manfaat kebutuhan
tidur terhadap proses penyembuhan penyakit karena memiliki pengetahuan
yang rendah dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan yang lebih
30

tinggi, pendidikan PT masih ada yang berpengetahuan cukup karena tidak


semua PT dapat memahami/mengerti dan memiliki pengetahuan yang baik
tentang manfaat kebutuhan tidur terhadap proses penyembuhan penyakit.
Menurut Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa semakin
meningkat pendidikan seseorang maka akan bertambah pengalaman yang
mempengaruhi wawasan dan pengetahuan.
Menurut asumsi penulis bahwa semakin tinggi pendidikan pasien
maka semakin luas pula pengetahuan pasien, karena pasien yang memiliki
pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah dalam mencerna pengetahuan
khususnya tentang manfaat kebutuhan tidur dibanding dengan pasien yang
memiliki pendidikan SD.

B.4. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pekerjaan


Dari hasil penelitian di atas terlihat bahwa mayoritas responden yang
mempunyai pekerjaan PNS sebanyak 8 orang (53,33%) berpengetahuan baik
dan

pekerjaan IRT sebanyak 8 orang (53,33%) berpengetahuan kurang,

minoritas responden yang mempunyai pekerjaan tani sebanyak 1 orang (5%)


berpengetahuan kurang.
Pekerjaan IRT dan Petani tidak ada yang berpengetahuan baik
karena IRT dan Petani kurang mengerti/memahami disebabkan karena IRT
dan Petani kurang mendapat informasi dan tidak mau tahu tentang manfaat
31

kebutuhan tidur terhadap proses penyembuhan penyakit, pekerjaan PNS


masih ada yang berpengetahuan cukup karena tidak semua PNS memiliki
pengetahuan yang baik dan ada juga PNS yang kurang memahami tentang
manfaat kebutuhan tidur terhadap proses penyembuhan penyakit disebabkan
karena memiliki aktifitas yang padat.
Menurut
merupakan

pendapat

kegiatan

yang

Arikunto

(2003)

dilakukan

dalam

mengatakan

pekerjaan

kehidupan

sehari-hari

kebahagiaan tergantung pada kesuksesan besar luasnya cakupan bakat dan


minat dengan tugas yang diemban artinya makin cocok bakat dan minat
dengan jenis pekerjaan yang diemban makin tinggi pengetahuan yang
dimiliki.
Menurut asumsi penulis bahwa dari hasil penelitian tidak terdapat
kesenjangan antara teori pekerjaan dengan penelitian yang sudah dilakukan
di lapangan. Hal ini terjadi apabila seseorang itu mempunyai
maka

hubungan

sosialnya

akan

semakin

luas,

pekerjaan,

sehingga

tingkat

pengetahuannya akan semakin tinggi dibandingkan dengan yang tidak


memiliki hubungan sosial yang luas.

32

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari

hasil

penelitian

yang

dilakukan

terhadap

Gambaran

Pengetahuan Pasien Tentang Manfaat Kebutuhan Tidur Terhadap Proses


Penyembuhan Penyakit di Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban Tobing
Sibolga Tahun 2008 dapat diambil sebagai berikut:

33

1. Dari 50 responden

mayoritas responden berpengetahuan cukup

sebanyak 24 orang (48%) dan minoritas responden yang berpengetahuan


kurang sebanyak 16 orang (32%).
2. Dari 50 responden yang diteliti didapatkan mayoritas responden yang
berumur 26-30 tahun sebanyak 8 orang (53,33%) berpengetahuan cukup
dan minoritas responden yang berumur 26-30 tahun sebanyak 1 orang
(6,66%) berpengetahuan baik.
3. Dari 50 responden yang diteliti didapatkan mayoritas responden yang
berpendidikan SD, SLTP sebanyak 9 orang (64,28%) berpengetahuan
kurang dan minoritas responden yang berpendidikan SLTA sebanyak 4
orang (16,66%) berpengetahuan baik.
4. Dari 50 responden yang diteliti mayoritas responden yang mempunyai
pekerjaan PNS sebanyak 8 orang (53,33%) berpengetahuan baik dan
pekerjaan IRT sebanyak 8 orang (53,33%) berpengetahuan kurang,
minoritas responden yang mempunyai pekerjaan petani sebanyak 1 orang
(5%) berpengetahuan kurang.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian maka saran yang diberikan
sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada pasien supaya lebih menambah pengetahuan dan
wawasan

tentang

manfaat

kebutuhan

34

tidur

terhadap

proses

penyembuhan penyakit dengan cara mencari informasi dari perawat


atau tenaga kesehatan lainnya.
2. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk lebih memperhatikan
kebutuhan tidur pasien agar proses penyembuhan penyakit dapat
tercapai.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian
lanjutan kepada objek yang lebih luas, dengan metode yang lebih
lengkap untuk lebih menyempurnakan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimum Hidayat, A, 2004, Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar


Manusia, EGC, Jakarta.
Hudak Carolyn, M, 1997, Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC,
Jakarta.
Iskandar J, 2002, Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara

35

Nancy W, 2006, Wake Up To The Healling Properties of Sleep.


Niven Neil, 2000, Psikologi Kesehatan, Edisi 2, EGC, Jakarta
Notoadmodjo, 2003, Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
------------------, 2002, Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakata
Potter, dkk, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan, EGC, Jakarta.
Prihardjo, dkk, 1993, Perawatan Nyeri : Pemenuhan Aktivitas Istirahat
Pasien, ECG, Jakarta.
Tarwoto Wartonah, 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta
---------------, 2008, Buku Rekam Medik Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand
Lumban Tobing, Sibolga.

36

Anda mungkin juga menyukai