Anda di halaman 1dari 37

BALOK TERHADAP LENTUR DENGAN TULANGAN

TARIK TUNGGAL
Juli 21, 2011 duniasipil31 Tinggalkan komentar Go to comments
Introduction
Dalam merencanakan struktur sebuah konstruksi bangunan (semisal : rumah tinggal dengan 2-3
lantai / kategori rumah mewah), kadangkala karena beberapa pertimbangan tertentu dari segi
arsitektural, dimensi balok struktur telah ditentukan sedemikian rupa dan tidak boleh untuk
diperbesar, padahal mungkin saja balok tersebut mempunyai bentang cukup besar atau mungkin
mengalami kondisi seperti gambar dibawah ini

Keadaan seperti ini bisa saja terjadi, karena kalau kita berbicara mengenai konstruksi rumah
tinggal, mengharap kolom bisa sentris/lurus dari lantai bawah ke lantai atas jelas tidak mungkin
sekali, karena posisi kolom didesain mengikuti pola tata ruang dari rumah tersebut
Seperti kita ketahui bersama bahwasanya balok dengan kondisi tubuh ramping sangat riskan
terhadap bahaya lentur dan memiliki resiko lendutan yang besar, sehingga dikhawatirkan balok
tidak dapat memberikan kemampuan layan yang memadai untuk menahan beban-beban
diatasnya.
Sebenarnya ada beberapa cara untuk mengatasi masalah diatas, diantaranya adalah dengan
memberikan kolom tambahan pada bentang balok tersebut yang berfungsi sebagai penyangga
sekaligus untuk memperkecil bentang balok tersebut sehingga otomatis dapat mengurangi
lendutan yang terjadi. Cara berikutnya adalah dengan memperbanyak jumlah tulangan balok
yang merupakan konsekuensi dari pembatasan ukuran dimensi balok tersebut. lihat ilustrasi
dibawah ini.
Cara I ( dengan menambahkan kolom untuk menyangga balok)

Cara diatas adalah cara yang paling ideal, namun jika cara tersebut tidak memungkinkan untuk
diterapkan semisal dikarenakan alasan kebutuhan ruang, maka mau tidak mau kita harus
memperbesar dimensi balok dan atau memperbanyak jumlah tulangan
Cara II (memperbesar dimensi balok dan memperbanyak jumlah tulangan)

Dari dua cara yang telah diungkapkan diatas, secara pribadi saya lebih suka dengan cara yang
pertama, karena apa?,
1. Berbicara tentang struktur rumah tinggal (rumah mewah) maka mengharapkan posisi kolom
sentris/lurus dari bawah sampai atas sangat tidak mungkin sekali, malah kenyataan yang kita
jumpai adalah ada kolom yang bertengger dibalok (lihat gb diatas). hal ini mengakibatkan
transfer pembebananya tidak efektif atau dengan kata lain beban yang seharusnya berakhir pada
kolom untuk segera diteruskan ke pondasi masih harus puter-puter dulu ke balok ke kolom ke

balok lagi, sehingga praktis hal ini harus dihindari. Selain itu kolom yang bertengger/menumpu
pada balok sangat tidak ideal karena bisa menimbulkan beban titik/ terpusat yang cukup besar
serta momen lentur dan puntir yang besar pula, sehingga dengan penambahan kolom dan dengan
penempatan posisi yang tepat (dalam kaitannya menyangga balok) diharapkan dapat
mengekonomiskan hasil desain struktur dari balok tersebut.
2. Balok dengan tulangan banyak dengan kondisi badan ramping (dimensi balok dibatasi), space
ruang tempat masuk material menjadi berkurang/terbatas (sempit), sehingga dikhawatirkan pada
waktu pengecoran, material pembentuk beton tidak bisa masuk secara sempurna, sehingga
mengakibatkan betonnya kurang padat. Selain itu, proses pengikatan dan perakitan tulangan
tentu saja juga jadi merepotkan, belum lagi pembengkokan, pengangangkutan material dan lain
sebagainya.
Ulasan yang saya utarakan diatas adalah sebuah introduksi sebelum pembahasan secara teknis
mengenai prosedur perencanaan balok terhadap lentur dengan tulangan tunggal, dan tentu saja
untuk posting kali ini saya batasi untuk tulangan tarik saja, sedangkan untuk prosedur
perencanaan balok dengan penulangan rangkap akan saya bahas pada posting berikutnya.
Secara garis besar diposting kali ini akan saya jelaskan bagaimana cara mendesain tulangan tarik
dari balok jika dimensinya belum diketahui (tidak ditentukan/dibatasi secara arsitektural) dan
bagaimana cara mendimensi balok yang dimensinya sudah ditetapkan berdasarkan pertimbangan
secara arsitektural.
Baik! mari kita lanjutkan, sekarang perhatikan gambar berikut :
(1)

(2)

(3)

indeks T menyatakan tension, sedangkan C menyatakan Compression


Keterangan :
Gb (1) : Gambar Balok, yang berwarna biru adalah bagian balok yang mengalami tegangan
tekan, sedangkan warna putih dibawahnya adalah bagian serat tarik dari balok.
Gb (2) : Gambar diagram tegangan tekan aktual

Gb (3) : Gambar diagram tegangan tekan efektif


Penurunan perumusan untuk perencanaan balok dengan tulangan tunggal adalah sebagai berikut

Ok! sekarang kita akan menginjak pada contoh kasus.


Kasus (1)
Dimensi (b, h) pada balok sudah diketahui atau ditentukan
(misal : karena adanya persyaratan arsitektural) maka prosedur perencanaannya adalah sebagai
berikut :
1. Hitung besarnya momen ultimate (Mu) akibat beban berfaktor
2. Hitung besarnya momen nominal yang dibutuhkan (Mn)
Mn

Mu

Mn = Mu/
3. Hitung m,

m = fy/(0.85 . fc)

4. Hitung Rn,

Rn = Mn/ (b.d2)

5. Hitung rasio tulangan yang diperlukan ()

Jika > 0,75 b maka harus memakai tulangan tekan (karena dimensi sudah ditetapkan / tidak
boleh diperbesar). Bila dimensi boleh diperbesar, maka sebaiknya dimensi diperbesar karena
akan lebih ekonomis bila dibandingkan memakai tulangan tekan.
6. Hitung luas tulangan yang diperlukan (As)
As = .b.d
2. Bila diperlukan, kontrol agar dipenuhi syarat :
Mn

Mu,

= 0.80

Contoh Soal

Balok menahan Beban mati gD = 10,6 Kn/m (sudah termasuk berat sendiri) dan beban hidup gL =
22 Kn/m = 2,2 t/m, mutu beton (fc) = 20 Mpa, mutu baja tulangan (fy) = 400 Mpa. Karena
pertimbangan arsitektural, maka dimensi balok telah ditentukan sebesar (2565)cm2
Pertanyaan : hitung penulangan balok tersebut !

(Catatan : Besi tulangan yang tersedia dilapangan D19,D25, dan D29)


Jawab :
1. Hitung besarnya momen ultimate (Mu) akibat beban berfaktor
Md = 1/8 (qd) L2 = 1/8 (10.6) (7)2 = 65 KNm
Ml = 1/8 (ql) L2 = 1/8 (22) (7)2

= 135 KNm

Mu = 1.2 (Md) + 1.6 (Ml) = 1.2 (65) + 1.6 (135)


= 78 + 216 = 294 KNm = 294.106 Nmm
2. Hitung momen nominal yang dibutuhkan (Mn)
Mn = Mu / = 294.106 / 0.8 = 367,5 . 106 Nmm
3. Hitung m, dimana m = fy / (0.85 fc)
m = 400 / (0.85 x 20) = 23.53
4. Hitung Rn, dimana Rn = Mn / (b.d2)

tebal selimut beton direncanakan = 30 mm


diameter sengkang direncanakan = 12 mm
tulangan utama direncanakan

a = tebal selimut beton

= 25 mm (D25)

b = diameter sengkang/begel
c = setengah diameter tulangan utama
d=habc
= 650 30 12 1/2(25)
= 595.5 mm diambil = 595 mm
Rn = 367,5 . 106 / (250 x 5952) = 4.15
5. Hitung rasio penulangan yang diperlukan

min = 1.4 / fy

= 1.4 / (400) = 0.0035 = 0.35%

max = 0.75 b = 0.75 ( 0.85 fc 1 600)/(fy (600 + fy))


= 0.75 (0.85x20x0,85600 )/(400(600+400))
= 0.0613 = 1.63 %
min < < max
0.0035 < 0.0121 < 0.0163
6. Hitung luas tulangan yang diperlukan
As = . b. d = 0.0121 x 250 x 595 = 1800 mm2
besi tulangan yang ada : D19, D25 dan D29
Luas penampang D19 = 1/4(3.14)(192) = 283.385 mm2
Luas penampang D25 =

1/4(3.14)(252) = 490.625 mm2

Luas penampang D29 =

1/4(3.14)(292) = 660.185 mm2

Jadi :

1. Kalau memakai D19 butuh = 7 buah = 7D19 = 7( 283.385)

= 1983.695 mm2 > 1800 mm2 ( memenuhi)


2. Kalau memakai D25 butuh = 4 buah = 4D25 = 4(490.625 )

= 1962.5 mm2

> 1800 mm2 ( memenuhi)

3. Kalau memakai D29 butuh = 3 buah = 3D29 = 7(660.185 )

= 1980.55 mm2 > 1800 mm2 ( memenuhi)


nah dari beberapa pilihan tersebut terserah anda mau pilih yang mana. tapi kalau saya
pribadi lebih suka memilih yang no.3 yaitu besi dengan ukuran 29 berjumlah 3 buah tulangan
atau 3D29, karena biar gak ribet dalam pembengkokan dan perakitan tulangan (biar ngirit kawat
bendratnya he..he..he), selain itu biar space ruangnya jadi lebar sehingga lebih mudah pada
waktu pengecoran dan pemadatan beton.
Ok, sekarang saya pilih 3D29.
- Cek lebar perlu : 2(30) + 2(12) + 3(29) + 2(29) = 229 < 250(OK!)
- Cek d sebenarnya : 650 30 12 (29/2) = 593 595(OK!)
Selesai.
Contoh yang saya lampirkan diatas adalah suatu cara atau prosedur perhitungan menghitung
tulangan balok jika dimensinya sudah ditentukan sebelumnya, Nah sekarang bagaimana cara
perhitungan tulangan dari sebuah balok jika dimensinya belum diketahui atau belum ditentukan
?.

Perhitungan Balok T dan Balok L


Juli 16, 2011 duniasipil31 Tinggalkan komentar Go to comments
Pelaksanaannya di lapangan, balok hampir selalu dicor monolit (bersamaan atau menyatu)
dengan pelat lantai (slab). Karena dicor monolit, maka mau tidak mau, kudu nggak kudu perilaku
balok juga dipengaruhi oleh pelat yang ada di sekitarnya.

Balok T dan Balok


L
Sewaktu menahan momen positif, serat atas akan mengalami tekan. Jika pada balok persegi,
bagian yang memikul tegangan tekan hanya sebesar lebar balok, maka pada balok T, bagian yang
memikul tekan lebih lebar lagi. Kan dicor monolit. Kalau nggak dicor monolit, misalnya ada
construction joint, maka nggak boleh dilakukan analisis balok T.
Tapi, bagian pelat yang ikut menahan tekan itu ada batasannya. Itu yang dinamakan lebar
efektif. Di dalam pembahasan kali ini kita gunakan simbol untuk menyatakan lebar efektif
balok T.
Di dalam SNI-Beton-2002, batas lebar efektif ini sudah diberikan dengan jelas. Ada perbedaan
besar lebar efektif antara balok T dan balok L.

Untuk balok T,

Untuk balok L,

Perhitungan balok T pada dasarnya sama dengan balok persegi, yaitu :

1. Tentukan momen ultimit


.
2. Tentukan dimensi balok dan

, dan juga tebal selimut.

3. Hitung luas tulangan perlu


4. Tentukan diameter tulangan dan jumlahnya, hitung luasnya (

5. Hitung tinggi blok tekan .


Naaah di sini bedanya. Persamaan di atas kan diturunkan dari rumus kesetimbangan antara
gaya tarik dari tulangan yang dianggap leleh (kondisi balance atau under-reinforced) dengan
resultan gaya tekan dari segiempat ekivalen blok tekan beton.

daerah tekan pada


balok T
Nilai ini harus dicek, apakah masih berada di area tebal pelat atau tidak.
Jika
Maka, penyelesaiannya sama dengan balok persegi, yaitu :
1. Hitung
2. Hitung
, dan . Pastikan kondisinya under-reinforced atau balanced, agar
asumsi tulangan sudah leleh adalah benar.Kenapa harus under-reinforced? Karena SNIBeton mensyaratkat bahwa tidak boleh melampaui
. Sementara kondisi underreinforced adalah dimana
3. Hitung

Jika
t_p
src=http://s0.wp.com/latex.php?latex=a+%3E+t_p++&bg=ffffff&fg=545454&s=-1 alt=a
> t_p />
Maka yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Seluruh bagian sayap akan mengalami tegangan tekan yang resultannya adalah

Gaya tekan
akan diimbangi oleh gaya tarik yang diambil dari sebagian dari
tulangan yang ada, sehingga luas tulangan yang mengimbangi gaya tekan ini
adalah sebesar :
o Kuat lentur dari pasangan gaya ini adalah
2. Luas tulangan selebihnya digunakan untuk menahan gaya tekan pada bagian badan (web)
yang tinggi blok tekannya ( ) lebih besar dari tebal pelat .
o

o
o
o

Kuat lenturnya adalah

3. Kuat lentur totalnya


Catatan penting

Pada perhitungan di atas, tulangan dianggap leleh (

). Kondisi ini harus dibuktikan

dengan membandingkan dengan .Jika <img title="\dfrac{a}{d} < \dfrac{a_b}{d} "


src="http://s0.wp.com/latex.php?latex=%5Cdfrac%7Ba%7D%7Bd%7D+%3C+%5Cdfra
c%7Ba_b%7D%7Bd%7D++&bg=ffffff&fg=cc0000&s=-1" alt="\dfrac{a}{d} , maka

, dimana
.
dan
masih berlaku, sama seperti balok persegi.

Balok-Perhitungan Beton Bertulang


Juli 15, 2011 duniasipil31 Tinggalkan komentar Go to comments
Tentu saja dalam hal ini momen lenturnya adalah momen positif di mana serat bawah mengalami
tarik, serat atas mengalami tekan. Kenyataannya, balok itu hampir mustahil tidak punya tulangan
atas. Penggunaan tulangan atas atau tulangan tekan itu ada alasannya. Beberapa di antaranya
adalah:

Meningkatkan daktilitas penampang.


Mengurangi defleksi jangka panjang. Insya Allah dibahas di bagian ke-5
Mempermudah pelaksanaan di lapangan. Coba bayangkan jika tidak ada tulangan tekan.
Bagaimana mau masang sengkangnya?!

Lantas, bagaimana hitung-hitungannya?


Kita akan menghitung kapasitas momen lentur sebuah penampang balok dengan
memperhitungkan tulangan atas (tekan).
Prosedur

1. Diketahui : dimensi balok


tulangan atas
.
Dimana

, tebal selimut

, luas tulangan bawah

, dan luas

Indeks t pada variabel luas tulangan menyatakan tension dan c menyatakan compression.
2. Hitung
3. Tentukan
4. Bagi
menjadi dua bagian.
untuk mengimbangi tulangan tekan
, dan
untuk mengimbani gaya tekan pada
beton

tulangan tarik
yang mengimbangi tulangan tekan

tulangan
tarik yang mengimbangi tekan pada beton
5. Asumsikan semua tulangan (atas dan bawah) mengalami leleh. Nanti kondisi ini harus
dicek.
6. Hitung kapasitas momen dari pasangan
dan
:
7. Hitung tinggi blok tekan
8. Hitung kapasitas momennya:
9. Kapasitas momen totalnya adalah

Apakah Tulangan Tekan Benar-Benar Leleh?

Dari diagram regangan di atas, dapat dihitung berapa besar regangan pada tulangan bawah dan
tulangan atas.
1. Tentukan posisi sumbu netral
Nilai bisa dilihat di artikel bagian pertama.
2. Dengan prinsip segitiga sebangun, dapat dihitung :

3. Jika
, maka tulangan tarik mengalami leleh.
4. Sementara untuk tulangan atas (tekan)

5. Jika

, maka tulangan atas mengalami leleh.

Bagaimana jika tulangan tekan ternyata belum leleh?


Ada beberapa metode yang bisa dilakukan. Yang jelas konsep yang digunakan adalah
kompatibilitas regangan dan kesetimbangan gaya tarik dan gaya tekan. Salah satu metoda
alternatif yang akan kami berikan adalah metoda iterasi, yaitu melanjutkan prosedur di atas.
1. Setelah mengetahui ternyata tulangan tekan tidak leleh, maka ulangi prosedur no #4 di
atas.

2. Hitung
3. Hitung tinggi blok tekan
4. Hitung
5. Hitung lagi
6.
7. Ulangi langkah no.1 dengan menggunakan nilai
yang baru.
8. Lakukan iterasi hingga diperoleh
yang konstan.
Sementara jika kita mau menggunakan metode lain, kita bisa menurunkan persamaan-persamaan
keseimbangan gaya-gaya pada penampang, yaitu
,
sehingga akhirnya diperoleh persamaan kuadratik

Dari sini nilai bisa dihitung dong.


Dan akhirnya hitung kapasitas momen lenturnya,

Catatan penting
Di hitung-hitungan di atas tidak sedikit pun disinggung tentang SNI-Beton-2002.
Ya.. memang SNI-Beton-2002 tidak banyak mengatur tentang tulangan atas/tekan. Pada butir
10.3(4), SNI bilang gini:

Perencanaan Struktur Beton (Pelat Lantai part.2) part.3


Untuk melanjutkan tulisan saya tentang Perencanaan Struktur Beton yang awal sudah menjelaskan
tentang proses dalam merencanakan tulangan pada pelat lantai tipe satu arah beserta satu contoh soal
dan penyelesaian perencanaan pelat satu arah kini akan saya jelaskan lagi tentang permasalahan pelat
lantai yang tipe dua arah.

Apabila Lx >= 0,4 Ly seperti gambar dibawah , pelat dianggap sebagai menumpu pada balok
B1,B2,B3,B4 yang lazimnya disebut sebagai pelat yang menumpu keempat sisinya disebut sebagai pelat
yang menumpu keempat sisinya. Dengan demikian pelat tersebut dipandang sebagai pelat dua arah (arah
x dan arah y), tulangan pelat dipasang pada kedua arah yang besarnya sebanding dengan momen-momen
setiap arah yang timbul.

Apabila Lx < 0,4 Ly Seperti pada gambar di atas pelat tersebut dapat dianggap sebagai pelat menumpu
balok B1 dan B3, sedangkan balok B2 dan B4 hanya kecil didalam memikul beban pelat. Dengan

demikian pelat dapat dipandang sebagai pelat satu arah (arah x), tulangan utama dipasang pada arah x
dan pada arah y hanya sebagai tulangan pembagi.

Pengertian balok tulangan rangkap


Yang dimaksud dengan balok tulangan rangkap ialah balok beton yang diberi tulangan pada
penampang beton daerah tarik dan daerah tekan. Dengan dipasangnya tulangan pada daerah tarik
dan tekan, maka balok lebih kuat dalam hal menerima beban yang berupa momen lentur.
Pada praktik di lapangan, (hampir) semua balok selalu dipasang tulangan rangkap. Jadi balok
dengan tulangan tunggal secara praktis tidak ada (jarang sekali dijumpai). Meskipun penampang
beton pada balok dapat dihitung dengan tulangan tunggal (yang memberikan hasil tulangan
longitudinal saja), tetapi pada kenyatannya selalu ditambahkan tulangan tekan minimal 2 batang,
dan dipasang pada bagian sudut penampang balok beton yang menahan tekan.
Tambahan tulangan longitudinal tekan ini selain menambah kekuatan balok dalam hal menerima
beban lentur, juga berfungsi untuk memperkuat kedudukan begel balok (antara tulangan
longitudinal dan begel diikat dengan kawat lunak yang disebut binddraad), serta sebagai
tulangan pembentuk balok agar mudah dalam pelaksanaan pekerjaan beton.

PERENCANAAN BALOK TULANGAN RANGKAP


1.Pemasangan tulangan balok
Tulangan longitudinal tarik maupun tekan pada balok dipasang dengan arah sejajar sumbu balok.
Biasanya tulangan tarik dipasang lebih banyak daripada tulangan tekan, kecuali pada balok yang
menahan momen lentur kecil. Untuk balok yang menahan momen lentur kecil (misalnya balok
praktis, cukup memasang tulangan tarik dan tulangan tekan masing-masing 2 batang (sehingga
berjumlah 4 batang), dan diletakkan pada 4 sudut penampang balok.
Untuk balok yang menahan momen lentur besar, tulangan tarik dipasang lebih banyak daripada
tulangan tekan. Keadaan ini disebabkan oleh kekuatan beton pada daerah tarik yang diabaikan,
sehingga praktis semua beban tarik ditahan oleh tulangan longitudinal tarik (jadi jumlahnya
banyak). Sedangkan pada daerah beton tekan, beban tekan tersebut sebagian besar ditahan oleh
beton, dan sisa beban tekan yang masih ada ditahan oleh tulangan, sehingga jumlah tulangan
tekan hanya sedikit.
Pada portal bangunan gedung, biasanya balok yang menahan momen lentur besar terjadi di
daerah lapangan (bentang tengah) dan ujung balok (tumpuan jepit balok), seperti dilukiskan
(a) Bidang momen (BMD) akibat kombinasi beban pada balok.

Keterangan Gambar =
BMD oleh kombinasi beban:
(1) : D, L dan E(+)/ke kanan.
(2) : D,L.
(3) : D,L dan E(+)/ke kiri
(b) Pemasangan tulangan longitudinal balok

Tampak pada gambar (a) bahwa di lapangan (bentang tengah balok) terjadi momen positif
(M(+)), berarti penampang beton daerah tarik berada di bagian bawah, sedangkan di ujung (dekat
kolom) terjadi sebaliknya, yaitu terjadi momen negatif (M(-)),berarti penampang beton daerah
tarik berada dibagian atas. Oleh karena itu pada gambar (b) di daerah lapangan dipasang
tulangan bawah 8D22 yang lebih banyak daripada tulangan atas 4D22, sedangkan di ujung
terjadi sebaliknya yaitu dipasang tulangan atas 6D22 yang lebih banyak daripada tulangan bawah
4D22.
Distribusi regangan dan tegangan
Regangan dan tegangan yang terjadi pada balok dengan penampang beton bertulang rangkap
dilukiskan seperti gambar (1), (2), dan (3). Pada gambar ini dilengkapi dengan notasi yang akan
dipakai pada perhitungan selanjutnya.

Design balok beton bertulang


Posted on 17 Oktober 2011 by oerlee syafroe

Rate This

b = lebar balok (cm)


h = tinggi balok (cm)
d = tinggi efektif balok (dari atas sampai titik berat tulangan bawah)
notasi d atau tinggi efektif umumnya adalah 0,9 h
As = luas tulangan tarik (cm2)
T = gaya tarik tulangan = As . fy
Cc = Gaya tekan beton = 0,85 . fc . b.d
a = tinggi blok tegangan beton
Rumus perhitungannya ada dibawah,

ADVERTISE MENT

kalo yang baru lihat pertama rumus di atas pasti membingungkan, tapi yang sudah pernah lihat
dan mendesign pasti sudah nggak asing lagi, memang saya tidak sepandai dosen saya dalam
menyampaikan, mungkin kita bisa langsung dalam contoh soalnya saja ya . .

Pertama-tama Cari Momen maksimal dulu la ditengah bentangnya ., q = 1000 kgcm dikalikan
bentang 40 cm. = 40000 kgcm . jadi Q = 40000 kg.
Reaksi A dan B adalah 20000 kg atau 20 ton. jadi Mmax = 20000.20 20000.10 = 20000 kgcm.
atau bila langsung dengan rumus, 1/8*q*L^2 = 200000 kgcm
ini adalah luas tampang besi dari bermacam2 diameter, dari rumus 1/4*3,14*D^2 , yang sudah
dihitung dengan menggunakan excel.,

lalu perhitungan dengan menggunakan rumus diatas saya gunakan excel hingga bertemu dengan
jumlah tulangan yang diperlukan, pada bagian terakhir luas tulangan tarik (As) dibagi dengan
luas tampang besi yang akan digunakan, sehingga kebutuhan untuk besi tulangan 8,10,12 dan 16
akan berbeda2., silahkan mencoba

PROSEDUR PERENCANAAN BALOK TERHADAP LENTUR DENGAN TULANGAN TARIK


(TUNGGAL). PART1

Introduction
Dalam merencanakan struktur sebuah konstruksi bangunan (semisal : rumah tinggal dengan 2-3
lantai / kategori rumah mewah), kadangkala karena beberapa pertimbangan tertentu dari segi
arsitektural, dimensi balok struktur telah ditentukan sedemikian rupa dan tidak boleh untuk
diperbesar, padahal mungkin saja balok tersebut mempunyai bentang cukup besar atau mungkin
mengalami kondisi seperti gambar dibawah ini

Keadaan seperti ini bisa saja terjadi, karena kalau kita berbicara mengenai 'konstruksi rumah
tinggal, mengharap kolom bisa sentris/lurus dari lantai bawah ke lantai atas jelas tidak mungkin
sekali, karena posisi kolom didesain mengikuti pola tata ruang dari rumah tersebut
Seperti kita ketahui bersama bahwasanya balok dengan kondisi tubuh ramping sangat riskan
terhadap bahaya lentur dan memiliki resiko lendutan yang besar, sehingga dikhawatirkan balok
tidak dapat memberikan kemampuan layan yang memadai untuk menahan beban-beban
diatasnya.
Sebenarnya ada beberapa cara untuk mengatasi masalah diatas, diantaranya adalah dengan
memberikan kolom tambahan pada bentang balok tersebut yang berfungsi sebagai penyangga
sekaligus untuk memperkecil bentang balok tersebut sehingga otomatis dapat mengurangi
lendutan yang terjadi. Cara berikutnya adalah dengan memperbanyak jumlah tulangan balok
yang merupakan konsekuensi dari pembatasan ukuran dimensi balok tersebut. lihat ilustrasi
dibawah ini.
Cara I ( dengan menambahkan kolom untuk menyangga balok)

Cara diatas adalah cara yang paling ideal, namun jika cara tersebut tidak memungkinkan untuk
diterapkan semisal dikarenakan alasan kebutuhan ruang, maka mau tidak mau kita harus
memperbesar dimensi balok dan atau memperbanyak jumlah tulangan
Cara II (memperbesar dimensi balok dan memperbanyak jumlah tulangan)

Dari dua cara yang telah diungkapkan diatas, secara pribadi saya lebih suka dengan cara yang
pertama, karena apa?,
1. Berbicara tentang struktur rumah tinggal (rumah mewah) maka mengharapkan posisi kolom
sentris/lurus dari bawah sampai atas sangat tidak mungkin sekali, malah kenyataan yang kita
jumpai adalah ada kolom yang bertengger dibalok (lihat gb diatas). hal ini mengakibatkan
transfer pembebananya tidak efektif atau dengan kata lain beban yang seharusnya berakhir pada
kolom untuk segera diteruskan ke pondasi masih harus puter-puter dulu ke balok ke kolom ke

balok lagi, sehingga praktis hal ini harus dihindari. Selain itu kolom yang bertengger/menumpu
pada balok sangat tidak ideal karena bisa menimbulkan beban titik/ terpusat yang cukup besar
serta momen lentur dan puntir yang besar pula, sehingga dengan penambahan kolom dan dengan
penempatan posisi yang tepat (dalam kaitannya menyangga balok) diharapkan dapat
mengekonomiskan hasil desain struktur dari balok tersebut.
2. Balok dengan tulangan banyak dengan kondisi badan ramping (dimensi balok dibatasi), space
ruang tempat masuk material menjadi berkurang/terbatas (sempit), sehingga dikhawatirkan pada
waktu pengecoran, material pembentuk beton tidak bisa masuk secara sempurna, sehingga
mengakibatkan betonnya kurang padat. Selain itu, proses pengikatan dan perakitan tulangan
tentu saja juga jadi merepotkan, belum lagi pembengkokan, pengangangkutan material dan lain
sebagainya.
Ulasan yang saya utarakan diatas adalah sebuah introduksi sebelum pembahasan secara teknis
mengenai prosedur perencanaan balok terhadap lentur dengan tulangan tunggal, dan tentu saja
untuk posting kali ini saya batasi untuk tulangan tarik saja, sedangkan untuk prosedur
perencanaan balok dengan penulangan rangkap akan saya bahas pada posting berikutnya.
Secara garis besar diposting kali ini akan saya jelaskan bagaimana cara mendesain tulangan tarik
dari balok jika dimensinya belum diketahui (tidak ditentukan/dibatasi secara arsitektural) dan
bagaimana cara mendimensi balok yang dimensinya sudah ditetapkan berdasarkan pertimbangan
secara arsitektural.
Baik! mari kita lanjutkan, sekarang perhatikan gambar berikut :
(1)

(2)

(3)

indeks T menyatakan tension, sedangkan C menyatakan Compression


Keterangan :
Gb (1) : Gambar Balok, yang berwarna biru adalah bagian balok yang mengalami tegangan
tekan, sedangkan warna putih dibawahnya adalah bagian serat tarik dari balok.
Gb (2) : Gambar diagram tegangan tekan aktual

Gb (3) : Gambar diagram tegangan tekan efektif


Penurunan perumusan untuk perencanaan balok dengan tulangan tunggal adalah sebagai berikut

Ok! sekarang kita akan menginjak pada contoh kasus.


Kasus (1)
Dimensi (b, h) pada balok sudah diketahui atau ditentukan
(misal : karena adanya persyaratan arsitektural) maka prosedur perencanaannya adalah sebagai
berikut :
1. Hitung besarnya momen ultimate (Mu) akibat beban berfaktor
2. Hitung besarnya momen nominal yang dibutuhkan (Mn)

Mn

Mu

Mn = Mu/
3. Hitung m,

m = fy/(0.85 . fc)

4. Hitung Rn,

Rn = Mn/ (b.d2)

5. Hitung rasio tulangan yang diperlukan ()

Jika > 0,75 b maka harus memakai tulangan tekan (karena dimensi sudah ditetapkan / tidak
boleh diperbesar). Bila dimensi boleh diperbesar, maka sebaiknya dimensi diperbesar karena
akan lebih ekonomis bila dibandingkan memakai tulangan tekan.
6. Hitung luas tulangan yang diperlukan (As)
As = .b.d
2. Bila diperlukan, kontrol agar dipenuhi syarat :
Mn

Mu,

= 0.80

Contoh Soal

Balok menahan Beban mati gD = 10,6 Kn/m (sudah termasuk berat sendiri) dan beban hidup gL =
22 Kn/m = 2,2 t/m, mutu beton (fc) = 20 Mpa, mutu baja tulangan (fy) = 400 Mpa. Karena
pertimbangan arsitektural, maka dimensi balok telah ditentukan sebesar (25x65)cm2

Pertanyaan : hitung penulangan balok tersebut !


(Catatan : Besi tulangan yang tersedia dilapangan D19,D25, dan D29)
Jawab :
1. Hitung besarnya momen ultimate (Mu) akibat beban berfaktor
Md = 1/8 (qd) L2 = 1/8 (10.6) (7)2 = 65 KNm
Ml = 1/8 (ql) L2 = 1/8 (22) (7)2

= 135 KNm

Mu = 1.2 (Md) + 1.6 (Ml) = 1.2 (65) + 1.6 (135)


= 78 + 216 = 294 KNm = 294.106 Nmm
2. Hitung momen nominal yang dibutuhkan (Mn)
Mn = Mu / = 294.106 / 0.8 = 367,5 . 106 Nmm
3. Hitung m, dimana m = fy / (0.85 fc)
m = 400 / (0.85 x 20) = 23.53
4. Hitung Rn, dimana Rn = Mn / (b.d2)

- tebal selimut beton direncanakan = 30 mm

- diameter sengkang direncanakan = 12 mm


- tulangan utama direncanakan

= 25 mm (D25)

a = tebal selimut beton


b = diameter sengkang/begel
c = setengah diameter tulangan utama
d=habc
= 650 30 12 1/2(25)
= 595.5 mm diambil = 595 mm
Rn = 367,5 . 106 / (250 x 5952) = 4.15
5. Hitung rasio penulangan yang diperlukan

min = 1.4 / fy

= 1.4 / (400) = 0.0035 = 0.35%

max = 0.75 b = 0.75 ( 0.85 fc 1 600)/(fy (600 + fy))


= 0.75 (0.85x20x0,85x600 )/(400(600+400))

= 0.0613 = 1.63 %
min < < max
0.0035 < 0.0121 < 0.0163
6. Hitung luas tulangan yang diperlukan
As = . b. d = 0.0121 x 250 x 595 = 1800 mm2
besi tulangan yang ada : D19, D25 dan D29
Luas penampang D19 = 1/4(3.14)(192) = 283.385 mm2
Luas penampang D25 =

1/4(3.14)(252) = 490.625 mm2

Luas penampang D29 =

1/4(3.14)(292) = 660.185 mm2

Jadi :
1. Kalau memakai D19 butuh = 7 buah = 7D19 = 7( 283.385)

= 1983.695 mm2 > 1800 mm2 ( memenuhi)


2. Kalau memakai D25 butuh = 4 buah = 4D25 = 4(490.625 )

= 1962.5 mm2

> 1800 mm2 ( memenuhi)

3. Kalau memakai D29 butuh = 3 buah = 3D29 = 7(660.185 )

= 1980.55 mm2 > 1800 mm2 ( memenuhi)


nah dari beberapa pilihan tersebut terserah anda mau pilih yang mana. tapi kalau saya
pribadi lebih suka memilih yang no.3 yaitu besi dengan ukuran 29 berjumlah 3 buah tulangan
atau 3D29, karena biar gak ribet dalam pembengkokan dan perakitan tulangan (biar ngirit kawat
bendratnya he..he..he), selain itu biar space ruangnya jadi lebar sehingga lebih mudah pada
waktu pengecoran dan pemadatan beton.
Ok, sekarang saya pilih 3D29.
- Cek lebar perlu : 2(30) + 2(12) + 3(29) + 2(29) = 229 < 250...(OK!)
- Cek d sebenarnya : 650 30 12 (29/2) = 593 595(OK!)
Selesai.

Anda mungkin juga menyukai