TARIK TUNGGAL
Juli 21, 2011 duniasipil31 Tinggalkan komentar Go to comments
Introduction
Dalam merencanakan struktur sebuah konstruksi bangunan (semisal : rumah tinggal dengan 2-3
lantai / kategori rumah mewah), kadangkala karena beberapa pertimbangan tertentu dari segi
arsitektural, dimensi balok struktur telah ditentukan sedemikian rupa dan tidak boleh untuk
diperbesar, padahal mungkin saja balok tersebut mempunyai bentang cukup besar atau mungkin
mengalami kondisi seperti gambar dibawah ini
Keadaan seperti ini bisa saja terjadi, karena kalau kita berbicara mengenai konstruksi rumah
tinggal, mengharap kolom bisa sentris/lurus dari lantai bawah ke lantai atas jelas tidak mungkin
sekali, karena posisi kolom didesain mengikuti pola tata ruang dari rumah tersebut
Seperti kita ketahui bersama bahwasanya balok dengan kondisi tubuh ramping sangat riskan
terhadap bahaya lentur dan memiliki resiko lendutan yang besar, sehingga dikhawatirkan balok
tidak dapat memberikan kemampuan layan yang memadai untuk menahan beban-beban
diatasnya.
Sebenarnya ada beberapa cara untuk mengatasi masalah diatas, diantaranya adalah dengan
memberikan kolom tambahan pada bentang balok tersebut yang berfungsi sebagai penyangga
sekaligus untuk memperkecil bentang balok tersebut sehingga otomatis dapat mengurangi
lendutan yang terjadi. Cara berikutnya adalah dengan memperbanyak jumlah tulangan balok
yang merupakan konsekuensi dari pembatasan ukuran dimensi balok tersebut. lihat ilustrasi
dibawah ini.
Cara I ( dengan menambahkan kolom untuk menyangga balok)
Cara diatas adalah cara yang paling ideal, namun jika cara tersebut tidak memungkinkan untuk
diterapkan semisal dikarenakan alasan kebutuhan ruang, maka mau tidak mau kita harus
memperbesar dimensi balok dan atau memperbanyak jumlah tulangan
Cara II (memperbesar dimensi balok dan memperbanyak jumlah tulangan)
Dari dua cara yang telah diungkapkan diatas, secara pribadi saya lebih suka dengan cara yang
pertama, karena apa?,
1. Berbicara tentang struktur rumah tinggal (rumah mewah) maka mengharapkan posisi kolom
sentris/lurus dari bawah sampai atas sangat tidak mungkin sekali, malah kenyataan yang kita
jumpai adalah ada kolom yang bertengger dibalok (lihat gb diatas). hal ini mengakibatkan
transfer pembebananya tidak efektif atau dengan kata lain beban yang seharusnya berakhir pada
kolom untuk segera diteruskan ke pondasi masih harus puter-puter dulu ke balok ke kolom ke
balok lagi, sehingga praktis hal ini harus dihindari. Selain itu kolom yang bertengger/menumpu
pada balok sangat tidak ideal karena bisa menimbulkan beban titik/ terpusat yang cukup besar
serta momen lentur dan puntir yang besar pula, sehingga dengan penambahan kolom dan dengan
penempatan posisi yang tepat (dalam kaitannya menyangga balok) diharapkan dapat
mengekonomiskan hasil desain struktur dari balok tersebut.
2. Balok dengan tulangan banyak dengan kondisi badan ramping (dimensi balok dibatasi), space
ruang tempat masuk material menjadi berkurang/terbatas (sempit), sehingga dikhawatirkan pada
waktu pengecoran, material pembentuk beton tidak bisa masuk secara sempurna, sehingga
mengakibatkan betonnya kurang padat. Selain itu, proses pengikatan dan perakitan tulangan
tentu saja juga jadi merepotkan, belum lagi pembengkokan, pengangangkutan material dan lain
sebagainya.
Ulasan yang saya utarakan diatas adalah sebuah introduksi sebelum pembahasan secara teknis
mengenai prosedur perencanaan balok terhadap lentur dengan tulangan tunggal, dan tentu saja
untuk posting kali ini saya batasi untuk tulangan tarik saja, sedangkan untuk prosedur
perencanaan balok dengan penulangan rangkap akan saya bahas pada posting berikutnya.
Secara garis besar diposting kali ini akan saya jelaskan bagaimana cara mendesain tulangan tarik
dari balok jika dimensinya belum diketahui (tidak ditentukan/dibatasi secara arsitektural) dan
bagaimana cara mendimensi balok yang dimensinya sudah ditetapkan berdasarkan pertimbangan
secara arsitektural.
Baik! mari kita lanjutkan, sekarang perhatikan gambar berikut :
(1)
(2)
(3)
Mu
Mn = Mu/
3. Hitung m,
m = fy/(0.85 . fc)
4. Hitung Rn,
Rn = Mn/ (b.d2)
Jika > 0,75 b maka harus memakai tulangan tekan (karena dimensi sudah ditetapkan / tidak
boleh diperbesar). Bila dimensi boleh diperbesar, maka sebaiknya dimensi diperbesar karena
akan lebih ekonomis bila dibandingkan memakai tulangan tekan.
6. Hitung luas tulangan yang diperlukan (As)
As = .b.d
2. Bila diperlukan, kontrol agar dipenuhi syarat :
Mn
Mu,
= 0.80
Contoh Soal
Balok menahan Beban mati gD = 10,6 Kn/m (sudah termasuk berat sendiri) dan beban hidup gL =
22 Kn/m = 2,2 t/m, mutu beton (fc) = 20 Mpa, mutu baja tulangan (fy) = 400 Mpa. Karena
pertimbangan arsitektural, maka dimensi balok telah ditentukan sebesar (2565)cm2
Pertanyaan : hitung penulangan balok tersebut !
= 135 KNm
= 25 mm (D25)
b = diameter sengkang/begel
c = setengah diameter tulangan utama
d=habc
= 650 30 12 1/2(25)
= 595.5 mm diambil = 595 mm
Rn = 367,5 . 106 / (250 x 5952) = 4.15
5. Hitung rasio penulangan yang diperlukan
min = 1.4 / fy
Jadi :
= 1962.5 mm2
Untuk balok T,
Untuk balok L,
Jika
t_p
src=http://s0.wp.com/latex.php?latex=a+%3E+t_p++&bg=ffffff&fg=545454&s=-1 alt=a
> t_p />
Maka yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Seluruh bagian sayap akan mengalami tegangan tekan yang resultannya adalah
Gaya tekan
akan diimbangi oleh gaya tarik yang diambil dari sebagian dari
tulangan yang ada, sehingga luas tulangan yang mengimbangi gaya tekan ini
adalah sebesar :
o Kuat lentur dari pasangan gaya ini adalah
2. Luas tulangan selebihnya digunakan untuk menahan gaya tekan pada bagian badan (web)
yang tinggi blok tekannya ( ) lebih besar dari tebal pelat .
o
o
o
o
, dimana
.
dan
masih berlaku, sama seperti balok persegi.
, tebal selimut
, dan luas
Indeks t pada variabel luas tulangan menyatakan tension dan c menyatakan compression.
2. Hitung
3. Tentukan
4. Bagi
menjadi dua bagian.
untuk mengimbangi tulangan tekan
, dan
untuk mengimbani gaya tekan pada
beton
tulangan tarik
yang mengimbangi tulangan tekan
tulangan
tarik yang mengimbangi tekan pada beton
5. Asumsikan semua tulangan (atas dan bawah) mengalami leleh. Nanti kondisi ini harus
dicek.
6. Hitung kapasitas momen dari pasangan
dan
:
7. Hitung tinggi blok tekan
8. Hitung kapasitas momennya:
9. Kapasitas momen totalnya adalah
Dari diagram regangan di atas, dapat dihitung berapa besar regangan pada tulangan bawah dan
tulangan atas.
1. Tentukan posisi sumbu netral
Nilai bisa dilihat di artikel bagian pertama.
2. Dengan prinsip segitiga sebangun, dapat dihitung :
3. Jika
, maka tulangan tarik mengalami leleh.
4. Sementara untuk tulangan atas (tekan)
5. Jika
2. Hitung
3. Hitung tinggi blok tekan
4. Hitung
5. Hitung lagi
6.
7. Ulangi langkah no.1 dengan menggunakan nilai
yang baru.
8. Lakukan iterasi hingga diperoleh
yang konstan.
Sementara jika kita mau menggunakan metode lain, kita bisa menurunkan persamaan-persamaan
keseimbangan gaya-gaya pada penampang, yaitu
,
sehingga akhirnya diperoleh persamaan kuadratik
Catatan penting
Di hitung-hitungan di atas tidak sedikit pun disinggung tentang SNI-Beton-2002.
Ya.. memang SNI-Beton-2002 tidak banyak mengatur tentang tulangan atas/tekan. Pada butir
10.3(4), SNI bilang gini:
Apabila Lx >= 0,4 Ly seperti gambar dibawah , pelat dianggap sebagai menumpu pada balok
B1,B2,B3,B4 yang lazimnya disebut sebagai pelat yang menumpu keempat sisinya disebut sebagai pelat
yang menumpu keempat sisinya. Dengan demikian pelat tersebut dipandang sebagai pelat dua arah (arah
x dan arah y), tulangan pelat dipasang pada kedua arah yang besarnya sebanding dengan momen-momen
setiap arah yang timbul.
Apabila Lx < 0,4 Ly Seperti pada gambar di atas pelat tersebut dapat dianggap sebagai pelat menumpu
balok B1 dan B3, sedangkan balok B2 dan B4 hanya kecil didalam memikul beban pelat. Dengan
demikian pelat dapat dipandang sebagai pelat satu arah (arah x), tulangan utama dipasang pada arah x
dan pada arah y hanya sebagai tulangan pembagi.
Keterangan Gambar =
BMD oleh kombinasi beban:
(1) : D, L dan E(+)/ke kanan.
(2) : D,L.
(3) : D,L dan E(+)/ke kiri
(b) Pemasangan tulangan longitudinal balok
Tampak pada gambar (a) bahwa di lapangan (bentang tengah balok) terjadi momen positif
(M(+)), berarti penampang beton daerah tarik berada di bagian bawah, sedangkan di ujung (dekat
kolom) terjadi sebaliknya, yaitu terjadi momen negatif (M(-)),berarti penampang beton daerah
tarik berada dibagian atas. Oleh karena itu pada gambar (b) di daerah lapangan dipasang
tulangan bawah 8D22 yang lebih banyak daripada tulangan atas 4D22, sedangkan di ujung
terjadi sebaliknya yaitu dipasang tulangan atas 6D22 yang lebih banyak daripada tulangan bawah
4D22.
Distribusi regangan dan tegangan
Regangan dan tegangan yang terjadi pada balok dengan penampang beton bertulang rangkap
dilukiskan seperti gambar (1), (2), dan (3). Pada gambar ini dilengkapi dengan notasi yang akan
dipakai pada perhitungan selanjutnya.
Rate This
ADVERTISE MENT
kalo yang baru lihat pertama rumus di atas pasti membingungkan, tapi yang sudah pernah lihat
dan mendesign pasti sudah nggak asing lagi, memang saya tidak sepandai dosen saya dalam
menyampaikan, mungkin kita bisa langsung dalam contoh soalnya saja ya . .
Pertama-tama Cari Momen maksimal dulu la ditengah bentangnya ., q = 1000 kgcm dikalikan
bentang 40 cm. = 40000 kgcm . jadi Q = 40000 kg.
Reaksi A dan B adalah 20000 kg atau 20 ton. jadi Mmax = 20000.20 20000.10 = 20000 kgcm.
atau bila langsung dengan rumus, 1/8*q*L^2 = 200000 kgcm
ini adalah luas tampang besi dari bermacam2 diameter, dari rumus 1/4*3,14*D^2 , yang sudah
dihitung dengan menggunakan excel.,
lalu perhitungan dengan menggunakan rumus diatas saya gunakan excel hingga bertemu dengan
jumlah tulangan yang diperlukan, pada bagian terakhir luas tulangan tarik (As) dibagi dengan
luas tampang besi yang akan digunakan, sehingga kebutuhan untuk besi tulangan 8,10,12 dan 16
akan berbeda2., silahkan mencoba
Introduction
Dalam merencanakan struktur sebuah konstruksi bangunan (semisal : rumah tinggal dengan 2-3
lantai / kategori rumah mewah), kadangkala karena beberapa pertimbangan tertentu dari segi
arsitektural, dimensi balok struktur telah ditentukan sedemikian rupa dan tidak boleh untuk
diperbesar, padahal mungkin saja balok tersebut mempunyai bentang cukup besar atau mungkin
mengalami kondisi seperti gambar dibawah ini
Keadaan seperti ini bisa saja terjadi, karena kalau kita berbicara mengenai 'konstruksi rumah
tinggal, mengharap kolom bisa sentris/lurus dari lantai bawah ke lantai atas jelas tidak mungkin
sekali, karena posisi kolom didesain mengikuti pola tata ruang dari rumah tersebut
Seperti kita ketahui bersama bahwasanya balok dengan kondisi tubuh ramping sangat riskan
terhadap bahaya lentur dan memiliki resiko lendutan yang besar, sehingga dikhawatirkan balok
tidak dapat memberikan kemampuan layan yang memadai untuk menahan beban-beban
diatasnya.
Sebenarnya ada beberapa cara untuk mengatasi masalah diatas, diantaranya adalah dengan
memberikan kolom tambahan pada bentang balok tersebut yang berfungsi sebagai penyangga
sekaligus untuk memperkecil bentang balok tersebut sehingga otomatis dapat mengurangi
lendutan yang terjadi. Cara berikutnya adalah dengan memperbanyak jumlah tulangan balok
yang merupakan konsekuensi dari pembatasan ukuran dimensi balok tersebut. lihat ilustrasi
dibawah ini.
Cara I ( dengan menambahkan kolom untuk menyangga balok)
Cara diatas adalah cara yang paling ideal, namun jika cara tersebut tidak memungkinkan untuk
diterapkan semisal dikarenakan alasan kebutuhan ruang, maka mau tidak mau kita harus
memperbesar dimensi balok dan atau memperbanyak jumlah tulangan
Cara II (memperbesar dimensi balok dan memperbanyak jumlah tulangan)
Dari dua cara yang telah diungkapkan diatas, secara pribadi saya lebih suka dengan cara yang
pertama, karena apa?,
1. Berbicara tentang struktur rumah tinggal (rumah mewah) maka mengharapkan posisi kolom
sentris/lurus dari bawah sampai atas sangat tidak mungkin sekali, malah kenyataan yang kita
jumpai adalah ada kolom yang bertengger dibalok (lihat gb diatas). hal ini mengakibatkan
transfer pembebananya tidak efektif atau dengan kata lain beban yang seharusnya berakhir pada
kolom untuk segera diteruskan ke pondasi masih harus puter-puter dulu ke balok ke kolom ke
balok lagi, sehingga praktis hal ini harus dihindari. Selain itu kolom yang bertengger/menumpu
pada balok sangat tidak ideal karena bisa menimbulkan beban titik/ terpusat yang cukup besar
serta momen lentur dan puntir yang besar pula, sehingga dengan penambahan kolom dan dengan
penempatan posisi yang tepat (dalam kaitannya menyangga balok) diharapkan dapat
mengekonomiskan hasil desain struktur dari balok tersebut.
2. Balok dengan tulangan banyak dengan kondisi badan ramping (dimensi balok dibatasi), space
ruang tempat masuk material menjadi berkurang/terbatas (sempit), sehingga dikhawatirkan pada
waktu pengecoran, material pembentuk beton tidak bisa masuk secara sempurna, sehingga
mengakibatkan betonnya kurang padat. Selain itu, proses pengikatan dan perakitan tulangan
tentu saja juga jadi merepotkan, belum lagi pembengkokan, pengangangkutan material dan lain
sebagainya.
Ulasan yang saya utarakan diatas adalah sebuah introduksi sebelum pembahasan secara teknis
mengenai prosedur perencanaan balok terhadap lentur dengan tulangan tunggal, dan tentu saja
untuk posting kali ini saya batasi untuk tulangan tarik saja, sedangkan untuk prosedur
perencanaan balok dengan penulangan rangkap akan saya bahas pada posting berikutnya.
Secara garis besar diposting kali ini akan saya jelaskan bagaimana cara mendesain tulangan tarik
dari balok jika dimensinya belum diketahui (tidak ditentukan/dibatasi secara arsitektural) dan
bagaimana cara mendimensi balok yang dimensinya sudah ditetapkan berdasarkan pertimbangan
secara arsitektural.
Baik! mari kita lanjutkan, sekarang perhatikan gambar berikut :
(1)
(2)
(3)
Mn
Mu
Mn = Mu/
3. Hitung m,
m = fy/(0.85 . fc)
4. Hitung Rn,
Rn = Mn/ (b.d2)
Jika > 0,75 b maka harus memakai tulangan tekan (karena dimensi sudah ditetapkan / tidak
boleh diperbesar). Bila dimensi boleh diperbesar, maka sebaiknya dimensi diperbesar karena
akan lebih ekonomis bila dibandingkan memakai tulangan tekan.
6. Hitung luas tulangan yang diperlukan (As)
As = .b.d
2. Bila diperlukan, kontrol agar dipenuhi syarat :
Mn
Mu,
= 0.80
Contoh Soal
Balok menahan Beban mati gD = 10,6 Kn/m (sudah termasuk berat sendiri) dan beban hidup gL =
22 Kn/m = 2,2 t/m, mutu beton (fc) = 20 Mpa, mutu baja tulangan (fy) = 400 Mpa. Karena
pertimbangan arsitektural, maka dimensi balok telah ditentukan sebesar (25x65)cm2
= 135 KNm
= 25 mm (D25)
min = 1.4 / fy
= 0.0613 = 1.63 %
min < < max
0.0035 < 0.0121 < 0.0163
6. Hitung luas tulangan yang diperlukan
As = . b. d = 0.0121 x 250 x 595 = 1800 mm2
besi tulangan yang ada : D19, D25 dan D29
Luas penampang D19 = 1/4(3.14)(192) = 283.385 mm2
Luas penampang D25 =
Jadi :
1. Kalau memakai D19 butuh = 7 buah = 7D19 = 7( 283.385)
= 1962.5 mm2