( 13.821.0072 )
2. BENNY GUNARSO
( 13.821.0067 )
( 13.821.0038 )
4. RIDHO PASARIBU
( 13.821.0065 )
5. SELVI HANDAYANI
( 13.821.0015 )
KELOMPOK 4 ( EMPAT )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan
karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum
yang
berjudul
INVENTARISASI
JAMUR
Kelompok 4
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum ................................................................................................ 6
C. Manfaat Praktikum .............................................................................................. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 7
A. Tanaman Tomat .................................................................................................... 7
B. Kelompok Jamur ................................................................................................ 11
1. Gymnomycota ............................................................................................. 12
2. Amastigomycota .......................................................................................... 13
3. Mastigomycota ............................................................................................ 13
BAB III. BAHAN DAN PROSEDUR KERJA .......................................................... 15
A. Waktu dan Tempat ............................................................................................. 15
B. Bahan dan Alat ................................................................................................... 15
C. Metode Percobaan ............................................................................................. 15
D. Prosedur Kerja ................................................................................................... 16
1. Penyediaan Alat dan Bahan ......................................................................... 16
2. Pembuatan Media ........................................................................................ 16
3. Sterillisasi Penuangan Media ....................................................................... 17
4. Inokulasi ...................................................................................................... 18
a. Penuangan Media .................................................................................. 18
b. Penanaman Sampel ................................................................................ 19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................... 20
A. Hasil ................................................................................................................... 20
B. Pembahasan ....................................................................................................... 21
1. Aspergillus Flavus ...................................................................................... 21
2. Acremonium Sp .......................................................................................... 23
BAB V. PENUTUP ...................................................................................................... 25
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 25
B. Saran .................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya
baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain tanah
yang keras, miskin unsur hara mikro, serta hormon pemupukan tidak berimbang,
serangan hama dan penyakit, pengaruh cuaca dan iklim, serta teknis budidaya
petani. Pertumbuhan tomat yang baik, membutuhkan tanah yang gembur, kadar
pH antara 5 - 6, sedikit mengandung pasir, pengairan secara intensif, dan cukup
pada saat mulai penanaman hingga panen. (Tugiyono, 2001)
Buah tomat mempunyai nama ilmiah Licopersicum Esculentum, dan
merupakan buah asli amerika tengah dan amerika selatan. Buah tomat sering kita
jumpai dalam berbagai menu masakan maupun dalam bentuk jus. Tomat
dikategorikan sebagai buah yang berkeluarga dekat dengan kentang, hanya saja
berwarna merah saat matang. Buah tomat adalah jenis buah yang mempunyai
kandungan vitamin yang cukup banyak sehingga sangat baik bagi kesehatan tubuh
anda. Berdasarkan penelitian, buah tomat yang telah masak / matang memililiki
berbagai kandungan vitamin di antaranya adalah sebagai berikut: Kalsium = 5
mg,
Vitamin A = 1500 SI, Kalori + 20 kal, Vitamin C = 40 mg, Protein = 1.0 g,
Lemak = 0.3 mg, Karbohidrat = 4.2 g.
Berdasarkan kandungan nutrisi di dalamnya tersebut, maka buah tomat
baik dikonsumsi setiap hari karena akan membantu menjaga kesehatan tubuh.
Maka tidak heran jika sebagian besar orang menyukai buah tomat untuk
dikonsumsi dalam sajian yang beraneka ragam. Berikut ini adalah beberapa
manfaat buah tomat bagi kesehatan tubuh manusia : Menjaga kesehatan mata
anda, Mencegah penggumpalan darah, Antioksidan, Anti inflamasi, Mencegah
wasir dan sembelit, Membantu menurunkan demam, Menambah jumlah produksi
sperma. ( Constiti, 2013 dalam www.constiti.com )
Di Indonesia hasil produksi buah tomat setiap tahunnya bisa meliputi
angka yang fantastis dan juga penurunan hasil produksi yang cukup tajam.
Berdasarkan data yang telah dihasilkan dari tahun 2000 tahun 2013
pertumbuhan produksi buah tomat tidaklah begitu stabil dan cukup sering
terjadinya kenaikan produksi dan penurunan produksi yang cukup tajam seperti
halnya pada tahun 2013 penurunan produksi buah tomat se-Indonesia mengalami
penurunan yang sangat signifikan hingga mencapai di angka 441.250 ton, hal ini
menunjukkan begitu sulitnya penanganan produk buah tomat agar dapat
menghasilkan produksi yang cukup stabil. Hal ini dapat terjadi karena akibat dari
kendala yang dihadapi baik dari segi budidaya tanaman tomat sampai pada
proses pasca panen buah tomat. ( bps.go.id. )
Pasca panen adalah semua kegiatan yang di lakukan terhadap suatu
komoditi sejak komoditi tersebut di panen sampai penggunaan akhir, baik untuk
konsumsi maupun untuk maksud lain. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi
pemanenan, pemasaran, pemilihan, dan penyimpanan. Masalah penanganan
produk hortikultura setelah dipanen (pasca panen) sampai saat ini masih mejadi
masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius, baik dikalangan petani,
pedagang, maupun dikalangan konsumen sekalipun. Walau hasil yang diperoleh
petani mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila penanganan setelah dipanen
tidak mendapat perhatian, maka hasil tersebut segera akan mengalami penurunan
mutu atau kualitasnya. Seperti diketahui bahwa produk hortikultura relatif tidak
tahan disimpan lama dibandingkan dengan produk pertanian yang lain.
Hasil tanaman hortikultura khususnya pada buah tomat pada umumnya
mudah rusak (perishable), sehingga kehilangan hasil setelah panen akan sangat
tinggi jika produk tersebut tidak segera diolah menjadi bahan yang lebih tahan
simpan. Kehilangan hasil pada tahap pascapanen ini umumnya lebih besar di
negara-negara berkembang dibandingkan dinegara maju. Besarnya porsi
kehilangan hasil pasca panen di Indonesia disebabkan antara lain karena:
1. Sistem transportasi yang kurang baik, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
mengangkut produk pertanian dari lahan produksi ke pasar menjadi lebih lama.
2. Kurang tersedianya fasilitas untuk penyimpanan produk pertanian yang layak.
3. Kurangnya pengetahuan petani tentang cara pengolahan produksi pertanian
4. Kurang tersedianya fasilitas pengolahan produk pertanian
5. Rendahnya rangsangan pasar (harga jual produk olahan tetap rendah atau tidak
sepadan
antara
tenaga
dan
ongkos
yang
dikeluarkan
dalam
proses
berubah
menjadi
basah
dan
berwarna
cokelat
sampai
kehitaman. Penyakit blossom and rot ini disebabkan kekurangan unsur hara mikro
Ca (kalsium). Berikutnya adalah Busuk Buah Antrak. Penyakit tomat ini
disebabkan
cendawan Colletotrichum
coccodes.
serangan
pada
buah
B.
Tujuan Praktikum
Menginventarisasi jenis jenis cendawan atau kapang pada buah tomat
yang terbawa pasca panen sehingga dapat menurunkan kualitas produk buah
tomat yang biasa terjadi dalam penyimpanan pada saat pemasaran.
C. Manfaat Praktikum
Memberikan informasi jenis jenis cendawan atau kapang penyebab
penyakit pada buah tomat sehingga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan
untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menangani produk buah tomat pasca
panen agar tidak mengalami penurunan kualitas dan kuantitas buah tomat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Tomat
Tomat
merupakan
salah
satu
tanaman
hortikultura.
Ciri-
ciri tanaman hortikultura adalah di panen dan dimanfaatkan dalam keadaan hidup,
produknya bersifat mudah rusak (perishable), serta komponen utama dari mutu
ditentukan oleh kandungan air, bukan oleh kandungan kering (dry matter). Selain
itu, bersifat melimpah (voluminous) dan kualits produk sangat penting bagi
konsumen. Jenis tanaman hortikultura bukanlah sumber karbohidrat, melainkan
sumber vitamin, mineral, dan zat-zat yang diperlukan tubuh. Karena itu, perlakuan
pascapanen sangat penting guna menjaga agar produk bisa bertahan lebih lama.
Menurut ilmu tumbuh-tumbuhan (botani) tomat diklasifikasikan kedalam
golongan sebagai berikut.
Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
Subduvisi
Kelas
Ordo
: Tubiflorae (solanales)
Famili
Genus
: Lycopersicum (lycopersicon)
Spesies
: Lycopersicum esculentum
mill./syn;solanum licopersicum
Genus tanaman tomat dibedakan lagi menjadi subgenus sebagai berikut ini.
1. Subgenus Eulycopersicum
Memiliki buah berwarna merah atau kadang-kadang kuning, sedikit
berbulu, dan enak dimakan. Umumnya di budidayakan sebagai tanaman setahun,
meski bisa hidup sebagai tanaman tahunan. Subgenus ini dibedakan menjadi dua
spesies.
2. Lycopersicum Esculentum Mill
Spesies ini memiliki buah yang enak dimakan, dengan bentuk ukuran yang
bervariasi. Umumnya, diameter buah berkisar 1,5-2,5 cm. Tanaman ini melakukan
penyerbukan sendiri. Jenis tomat ini dibedakan menjadi lima varietas.
Esculantum var. Pyriforme alrf atau biasa disebut tomat apel atau pir,
karna bentuk buahnya seperti buah apel atau pir.
Esculantum var. Grandifolium bailey atau biasa disebut tomat kentang atau
tomat daun lebar.
memiliki celah yang menyirip, berbulu, berwarna hijau, panjang antara 20-30 cm
dan lebar 15-20 cm. ( Wiryanta, 2004 dalam anitawidya08.student.ipb.ac.id )
Bunga tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan
jumlah 5-10 bunga/dompolan atau tergantung varietasnya. Kuntum bunga terdiri
dari 5 helai daun kelopak dan 5 helai mahkota. Pada serbuk sari terdapat kantong
yang letaknya jadi satu dan berbentuk bumbung yang mengelilingi tangkai kepala
putik, sehingga mampu melakukan penyerbukan sendiri. ( Wiryanta 2004 dalam
anitawidya08.student.ipb.ac.id )
Buah tomat adalah buah buni. Selagi muda berwarna hijau, berbulu dan
relatif keras, namun pada saat tua berwarna merah muda, merah, atau kuning
cerah, mengkilat, serta relatif lunak. Diameter antara 2-15 cm tergantung
varietasnya. Jumlah ruang dalam buah juga bervariasi, ada yang dua seperti tomat
ceri dan tomat roma atau lebih dari dua, seperti tomat marmade yang beruang
delapan. Pada buah masih terdapat tangkai bunga yang berubah fungsi menjadi
tangkai buah, serta kelopak bunga berubah fungsi menjadi kelopak buah (Pitojo,
2005)
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, berwarna putih kekuningan dan coklat
muda. Panjang antara 3-5 mm dan lebar 2-4 mm. Jumlah biji berbeda tiap
buahnya, tergantung varietasnya, maksimum 200 biji/buah. Biji mulai tumbuh
setelah ditanam 5-10 hari. ( Agromedia, 2007 dalam http ://id. Wikipedia . org
/wiki/ Phytophthora_infestans ).
Tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik baik di dataran rendah hingga
dataran tinggi yakni 1250 m dpl. Di Indonesia, tanaman tomat dapat
dibudidayakan di daerah ketinggian 100 m dpl. Ketinggian tempat berkaitan erat
10
dengan suhu udara siang maupun malam. Pertumbuhan tomat yang baik,
membutuhkan tanah yang gembur, kadar pH antara 5-6, sedikit mengandung pasir,
pengairan secara intensif dan cukup pada saat mulai penanaman hingga panen.
(Tugiyono, 2001)
B. Kelompok Jamur
Jamur dalam beberapa pustaka masih dimasukkan dalam dunia tumbuhan,
yakni Thallophyta, akan tetapi tidak mempunyai klorofil, sehingga untuk
hidupnya memerlukan sumber bahan organik. Dinding selnya kebanyakan
mengandung
zat
khitin,
yang
terdiri
dari
rangkayan
molekul
N-
sepesies fungi. Beberapa fungi khusus bersel tunggal, namun sebagian besar
memiliki tubuh multiseluler yang kompleks, yang pada banyak kasus mencakup
struktur yang kita kenal sebagai cendawan. Jamur dibedakan dalam beberapa
divisi yaitu antara lain Gymnomycota, Mastigomycota, Amastigomycota.
1. Gymnomycota
Gymnomycota dapat dikatan sebagai jamur lendir karena jamur divisi
Gymnomycota dapat tumbuh dilingkungan yang lembab. Jamur lendir atau
Myxomicota adalah sekelompok protista yang berpenampilan mirip jamur namun
berperilaku menyerupai amoeba. Myxomycota berasal dari kata myxo yang
artinya lendir, dan mykes yang artinya cendawan. Ciri umum myxomycota adalah
memiliki fase soma berupa plasmodium. Plasmodium yang mengering membentuk
sklerotium. Fase reproduktifnya berupa sporangium yang berisi miksospora.
Dinding sel sporangium disebut peridium. Habitat cendawan ini adalah di tempat
yang lembap, kayu busuk, daun mati, dan benda organik lainnya.
Jamur lendir (slime mold) mempunyai pola pertumbuhan yang khusus.
Jamur ini lebih mirip dengan protozoa, tetapi pada satu tahap perkembangannya
jamur ini membentuk spora. Dalam skema klasifikasi, jamur lendir dikelompokan
ke dalam Myxomycetes. Perkembangan jamur lendir bervariasi sesuai dengan
jenisnya. Tahap plasmodium terdiri atas massa protoplasma bernukleus banyak.
Pada tahap plasmodium ini jamur dapat bergerak pada substrat seperti amoeba dan
melakukan ingesti terhadap bakteri maupun benda kecil. Jika kondisi tidak
menguntungkan, misalnya subtrat mengering, akan berubah menjadi sel berinti
yang berfungsi sebagai spora atau membentuk kantong (sporangium) tanpa
tangkai yang berisi banyak spora. Jika kondisi menguntungkan lagi, spora akan
12
memproduksi
protoplas
berflagela
satu
kemudian
berpasangan,
berfusi
membentuk zigot yang berflagela dua. Zigot yang berflagela ganda ini kemudian
melepaskan kedua flagelanya dan melakukan pembelahan sehingga terbentuk
plasmodium.
2. Mastigomycota
Mastigomycota merupakan cendawan berflagel yang memiliki beberapa diskripsi
yaitu :
Kelas Chytridiomycetes
Kelas Hyphochytridiomycetes
Kelas Plasmodiophoromycetes
Jamur parasit dengan plasmodia banyak inti dan sel pada inang; sel istirahat
(kista) dihasilkan dalam masa tetapi tidak dalam sporofor yang jelas; sel motil
dengan dua anterior flagella yang berbentuk cambuk
Kelas Oomycetes
13
3. Amastigomycota
Tidak seperti Gymnomycota dan Mastigomycota, pada Amastigomycota tidak
menghasilkan sel-sel motil. Terdiri dari empat subdivisio yaitu: Zygomycotina,
Ascomycotina, Basidiomycotina dan Deuteromycotina.
Zygomycota
Ascomycota,
Basidiomycota,
Deuteromycota,
reproduksi
seksual.
Suroso
Adi
Yudianto,
1992
dalam
nurhidayat.lecture.ub.ac.id )
14
BAB III
BAHAN DAN PROSEDUR KERJA
A. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2014, pukul
14.00 WIB sampai dengan selesai. Dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Medan Area.
C. Metode Percobaan
Percobaan
praktikum ini
menggunakan
Metode
Deksriptif
yaitu
15
D. Prosedur Kerja
1. Penyediaan Bahan dan Alat
Penyediaan bahan dan alat harus dilakukan dengan tepat agar tidak
kesulitan dalam melakukan percobaan praktikum nanntina. Penyediaan bahan dan
alat nantinya akan melewati proses sterillisasi. Sterillisasi merupakan suatu proses
yang dilakukan untuk tujuan membunuh atau menghilangkan mikroorganisme
yang tidak diinginkan pada suatu objek atau specimen. Untuk sterilisasi alat yang
digunakan biasanya bersuhu 220oC selama 1 2 jam.
2. Pembuatan Media
Bahan yang terdiri dari campuran zat zat hara ( nutrient ) yang berguna
untuk membiakkan mikroorganisme. Untuk pembuatan media ini nantinya
membutuhkan proses sterilisasi pemanasan basah menggunakan auto clave.
Adapun bahan bahan yang digunakan untuk pembuatan media PDA adalah
sebagai berikut.
Bahan bahan
1. Kentang 1,5 kg
2. 1,5 liter air
3. 500 ml Aquadest
4. 10 gr Agar ( bubuk )
5. 200 gr Gula
Cara kerja :
a. Kentang dikupas hingga bersih, kemudian dicuci dengan air bersih.
16
b. Setelah dicuci, kentang dipotong halus dengan tujuan agar kentang bila
dipanaskan lebih cepat lunak.
c. Kentang dimasak / direbus sampai kentang menjadi lunak.
d. Setelah kentang lunak kemudian dihancurkan hingga halus lalu disaring
hingga menghasilkan ekstrak kentang.
e. 500 ml Ekstrak kentang ditambahkan 500 ml Aquadest kemudian dimasak
dan ditambahkan agar dan gula aduk hingga rata.
f. Setelah selesai tuang kedalam wadah ( Erlenmayer ) untuk kemudian
disterilkan
3. Sterilisasi Penuangan Media
Sterilisasi alat dan bahan dilakukan bertujuan agar nantinya pada saat
penanaman mikroorganisme dari buah tomat tidak terjadi kontaminasi dari bakteri
lain yang dapat mengganggu proses biakkan yang akan diteliti nantinya.
Cara kerja :
a. Bungkus alat alat yang ingin digunakan nantinya pada saat penanaman
mikroorganisme dari buah tomat dengan kertas, baik itu erlen mayer, dan
cawan petri.
b. Kemudian masukkan kedalam oven untuk sterilisasi pemanasan kering.
Sterilisasi pemanasan kering dilakukan selama 2 ( dua ) jam hingga suhu
mencapai 2200C.
c. Lalu persiapkan auto clave untuk sterilisasi pemanasan basah yang
digunakan untuk sterilisasi media PDA yang telah dibuat.
d. Sterilisasi media PDA dilakukan menggunakan autoclave yang biasa
disebut sterilisasi pemanasan basah. Sterilisasi media dengan metode
17
Hidupkan bunsen yang telah disiapkan, ambil media PDA dan juga cawan
petri yang telah disterilkan. panaskan seluruh pinggiran cawan petri
dengan bunsen, setelah itu buka tutup media PDA dengan jari jentik
sebelah kiri, lalu panaskan bibir erlen mayer tempat media PDA secara
merata.
Tuangkan media PDA dengan perlahan diatas api bunsen, lalu segera tutup
cawan petri, dan panaskan seluruh pinggiran cawan petri.
kemudian panaskan tutup erlen mayer beserta dengan bibir erlen mayer
lalu segera tutup media hingga rapat.
18
b. Penanaman Sampel
Cara kerja :
a. Persiapkan kembali alat dan bahan yang akan digunakan kedalam laminar
air flow.
b. Gunakan kembali alkohol dengan menyemprotkannya di kedua tangan
hingga merata.
c. Ambil media yang telah mengeras tadi kemudian panaskan seluruh
pinggirannya dengan api bunsen, kemudian ambil pinset dan panaskan
hingga berwarna kemerahan biarkan sesaat lalu ambil kulit buah tomat,
kemudian cuci selama 5 detik.
d.
kontaminasi,
dan
pastikan
pada
saat
penanaman
tidak
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Terdapat
miselium
Aspergillus Flavus
Acremonium Sp
20
B. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan pada sampel buah tomat
terdapat kapang yang terdiri dari 2
miselium yang berbentuk longgar,
Miselium pertama berwarna kuning
dan miselium kedua berwarna hitam.
Setelah di identifikasi ternyata 2 miselium yang tumbuh pada sampel buah tomat
yang dilakukan penanaman cendawan ( inokulasi ) dengan menggunakan metode
PDA adalah Aspergillus Flavus, dan Acremonium sp.
1. Aspergillus Flavus
Klasifikasi Aspergillus flavus :
Super kingdom
: Eukaryota
Kingdom
: Fungi
Phylum
: Ascomycota
Classis
: Eurotiomycetes
Ordo
: Eurotiales
Familia
: Trichocomaceae
Genus
: Aspergillus
Spesies
: Aspergillus flavus
Aspergillus
flavus merupakan
kapang
saprofit
di
tanah
yang
21
yang tinggi dan suhu yang tinggi. Sifat morfologis Aspergillus flavus yaitu
bersepta, miselia bercabang biasanya tidak berwarna, konidiofor muncul dari kaki
sel, sterigmata sederhana atau kompleks dan berwarna atau tidak berwarna,
konidia berbentuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam.
Aspergillus flavus memiliki konidiofor yang panjang (400-800 m) dan
relatif kasar, bentuk kepala konidial bervariasi dari bentuk kolom, radial, dan
bentuk bola, hifa berseptum,dan koloni kompak. Koloni dari Aspergillus
flavus umumnya tumbuh dengan cepat dan mencapai diameter 6-7 cm dalam 10-14
hari Kapang ini memiliki warna permulaan kuning yang akan berubah menjadi
kuningkehijauan atau coklat dengan warna inversi coklat keemasan atau tidak
berwarna,sedangkan koloni yang sudah tua memiliki warna hijau tua. Aspergillus
flavus tersebar luas di dunia. Hal ini disebabkan oleh produksi konidia yang dapat
tersebar melalui udara (airborne) dengan mudah maupun melalui serangga. Komposisi
atmosfir juga memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan kapang
dengan
kelembaban
sebagai
variabel
yang
paling
penting.Tingkat
grup Aspergillus
flavus yang
mengkontaminasi
produk
22
aflatoksin pada berbagai produk pangan meskipun tipe toksin yang dihasilkan
berbeda.
Aspergillus flavus merupakan kapang yang menghasilkan toksin atau racun
berupa aflatoksin. Aflatoksin adalah senyawa racun/toksin yang dihasilkan oleh
metabolit sekunder kapang/jamur Aspergillus flavus dan A.parasiticus. Aflatoksi
merupakan
segolongan
mikotoksin
(racun/toksin
yang
berasal
dari
2. Acremonium Sp
Acremonium sp., dikatagorikan sebagai jenis jamur penginduksi wangi
gaharu yang tinggi. Sehingga dari jenis jamur yang telah berhasil diisolasi dari
KRUS tidak menutup kemungkinan untuk diuji (diinokulasikan)
pada pohon gaharu yang ada di KRUS atau pada pohon gaharu yang ada di
tempat lain. Klasifikasi jamur Acremonium kilense.
Kingdom
: Fungi
Division
: Eumycota
Subdivision
: Deuteromycotina
Class
: Deuteromycetes
Ordo
: Moniliales
Family
: Moniliaceae
Genus
: Acremonium
23
Species
: Acremonium kilense
ditemukan,
sehingga
fungi
ini
dimasukkan
dalam
kelas
24
The genus Acremonium saat ini berisi 100 spesies, yang sebagian besar
saprophytic, yang diisolasi dari bahan tanaman yang mati dan tanah. Sejumlah
spesies diakui sebagai patogen oportunistik manusia dan hewan, menyebabkan
misetoma, onikomikosis, dan hyalohyphomycosis, ini termasuk A. falciforme, A.
kiliense,
A. recifei,
A.
alabamensis,
banyak
A.
laporan
potroni,
hanya
A.
Roseo-
mengidentifikasi
arthritis,
osteomyelitis,
peritonitis,
25
BAB. V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan tentang inventarisasi jamur
pada buah tomat, dihasilkan dua jenis kapang yang tumbuh pada media PDA yaitu
Aspergillus Flavus dan Acremonium Sp
B. Saran
Sebaiknya para petani lebih memperhatikan bagaimana menangani proses
pasca panen yang baik khususnya dalam proses penyimpanan dan pemasaran
produk buah tomat, agar tidak terjadinya pertumbuhan kapang / cendawan pada
buah tomat, yang dapat bersifat merusak hasil produksi buah tomat atau
menurunkan kualitas produk buah tomat.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2011.http://anitawidya08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/penyakitpada-tanaman-tomat/, ( diakses pada tanggal 23 Juni 2014 )
Anonymous. 2011. Phytophthora infestans . http ://id. Wikipedia . org /wiki/
Phytophthora_infestans, ( diakses pada tanggal 23 Juni 2014 )
Domsch, KH, W. Gams, dan TH Anderson. 1980. Compendium jamur
anah. Volume 1. Academic Press, London, Inggris.
http://blog.faedahjaya.com/petunjuk-budidaya/tanaman-tomat, ( diakses pada
tanggal 23 Juni 2014 )
http://fadielunderground666.blogspot.com/2013/05/aspergillus-flavus.html
( Diakses pada tanggal 20 juni 2014 )
(http://id.shvoong.com/exact-sciences-biology/1990208-peranan-jamur-bagikehidupan-manusia/), ( diakses pada tanggal 23 Juni 2014 )
Kartikasari, Otavia Dewi. 2013. Isolasi dan Identifikasi Spesies Kapang
Kontaminan
dalam Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)
http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id/2009/05/25/kingdom-jamur/
tanggal 20 juni 2014 )
Diakses
pada
27
28