TEORI BIROKRASI
Dosen Pengampu
LARBI ELHADI, S. SAP
Disusun oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Mu-ya Allah. Berkat rahmat dan
hidayah-Nya serta bimbingan-Nya semata-mata, Akhirnya penulisan makalah ini
dapat selesai. Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan ke pangkuan
Nabiyullah Muhamad, SAW. Makalah ini penulis susun guna memenuhi tugas
mata kuliah Teori Birokrasi. Dan dalam penulisan makalah ini, Penulis menyadari
bahwa sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, Maka makalah
yang berjudul Kinerja dan Akuntabilitas Birokrasi Indonesia ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Satu kepala dengan sepuluh jari penulis utus sebagai duta penyampaian
hatur terimakasih terhadap banyak pihak yang sudah ikut menjemput peran dalam
prosesi lahirnya makalah ini. Yang pertama kepada Bapak Larbi Elhadi, S. SAP
selaku dosen pengampu, berikutnya kepada kedua orang tua yang telah sudi
menjadi partisipan penyandang dana tak lupa juga kepada rekan-rekan mahasiswa.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
1
Rumusan Masalah....................................................................................
2
Tujuan Penulisan......................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
1
2.2 Perbandingan Sistem Politik dan Kinerja Birokrasi Pada Masa Orde
Baru dan Masa Reformasi di Indonesia.................................................
5
2.3 Perkembangan Akuntabilitas dan Survei Kinerja Pemerintahan.............
7
A. Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono...............................
3
7
B. Era Pemerintahan Joko Widodo.......................................................
9
2.4 Perkembangan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Pusat dan
Provinsi...................................................................................................
13
A. Survei Perkembangan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi (20092012).13
B. Survei Perkembangan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi dan Instansi
Pemerintahan (2014)........................................................................
14
2.5 Ukuran Keberasilan Reformasi Birokrasi Menurut Kementrian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reormasi Birokrasi
................................................................................................................
.16
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
..................................................................................................................
17
3.2 Saran..................................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Konsep akuntabilitas di Indonesia memang bukan merupakan hal yang
baru. Hampir seluruh instansi dan lembaga-lembaga pemerintah menekankan
konsep akuntabilitas ini khususnya dalam menjalankan fungsi administratif
kepemerintahan. Fenomena ini merupakan imbas dari tuntutan masyarakat yang
mulai digemborkan kembali pada awal era reformasi di tahun 1998. Tuntutan
masyarakat ini muncul karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas tidak
mampu diterapkan secara konsisten di setiap lini kepemerintahan yang pada
akhirnya menjadi salah satu penyebab lemahnya birokrasi dan menjadi pemicu
munculnya berbagai penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan keuangan
dan administrasi negara di Indonesia. Era reformasi telah memberi harapan baru
dalam implementasi akuntabilitas di Indonesia. Apalagi kondisi tersebut didukung
oleh banyaknya tuntutan negara-negara pemberi donor dan hibah yang menekan
pemerintah Indonesia untuk membenahi sistem birokrasi agar terwujudnya good
governance.
Implementasi
akuntabilitas
di
Indonesia
pada
prinsipnya
telah
4. Untuk
mengetahui
perkembangan
akuntabilitas
kinerja
instansi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Birokrasi, Kinerja, dan Akuntabilitas.
A. Pengertian Birokrasi
Birokrasi berasal dari kata bureaucracy (bureau, cracy), diartikan sebagai
suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, dimana
lebih banyak orang berada ditingkat bawah dari pada tingkat atas, biasanya
ditemui pada instansi yang sifatnya administratif maupun militer.
Birokrasi adalah suatu organisasi formal yang merupakan sistem
penyelenggara pemerintah yang dijalankan pegawai berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Birokrasi adalah struktur organisasi digambarkan dengan
hierarki yang pejabatnya diangkat atau ditunjuk.1
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari Birokrasi adalah sistem
pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai bayaran yang tidak dipilih oleh rakyat
dan cara pemerintahan yang sangat dikuasai oleh pegawai.
Blau dan Page mengemukakan Birokrasi sebagai tipe dari suatu
organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administratif yang
besar dengan cara mengkoordinir secara sistematis (teratur) pekerjaan dari banyak
1 Sedarmayanti, Reformasi administrasi publik, reformasi birokrasi, dan
kepemimpinan masa depan, Bandung, 2010, hlm. 67.
orang. Jadi menurut Blau dan Page, birokrasi justru untuk melaksanakan prinsipprinsip organisasi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi administratif,
meskipun kadang kala di dalam pelaksanaannya birokratisasi seringkali
mengakibatkan adanya ketidakefisienan.
B. Pengertian Kinerja
Menurut Srimindarti, Kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas
operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran,
standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Selanjutnya Mangkunegara menjelaskan, kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang telah atau hendak
dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kualitas dan kualitas
terukur.2
C. Akuntabilitas
Menurut The Osford Adance Leaners Dictionary, Akuntabilitas adalah
required or expected to give an explanation or ones ation. Dalam akuntabilitas
terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporka segala tindak tanduk dan
kegiatan terutama dibidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih
tinggi/atasannya.3
Menurut carino, akuntabilitas mmerupakan evolusi yang dilaksanakan oleh
2Perpres2014,
Diakses
dari
http://www.bkn.go.id/wpcontent/uploads/2014/06/perpres2014_029.pdf, pada tanggal 16 April 2015
pukul 11.15
seorang petugas baik masih berada pada jalur otoritasnya atau sudah berada jauh
di luar tanggung jawab dan kewenangannya.4
D. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Menurut Peraturan Presiden No.29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah
mengartikan
bahwa,
Sistem
Era Reformasi
Kinerja Birokrasi:
Kinerja Birokrasi:
Sangat buruk, karena badan pengawas Lebih baik, karena dibuat lembaga yang
tunduk kepada Presiden.
Akuntabilitas:
baik,
karena
tidak
hanya
langsung dengan Presiden, tanpa tanggung bertanggung jawab kepada presiden saja,
4 Sedarmayanti, loc. cit.
5 Perpres2014, loc. cit.
Efisiensi Kinerja:
Inefisien terlihat dengan jelas, dan belum Kinerja belum terlalu efisien namun sedikit
mampu untuk ditekan, karena partisipasi demi
publik sama sekali belum ada.
sedikit
mampu
ditekan,
karena
10
pemerintahan
dari
Sentralisasi
menjadi
desentralisasi,
dengan
dikeluarkannya UU nomor 22 tahun 1999 pada masa pemerintahan Gus Dur, yang
kemudian direvisi dengan Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah pada masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri.
Selama pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 20042009, dimana proses pemilihannya merupakan proses pemilihan Presiden pertama
yang dipilih oleh rakyat secara langsung. Sehingga legitimasi terhadap
pemerintahan SBY, cukup kuat dan mengakar, karena partisipasi rakyat langsung
dalam memilihnya, selama pemerintahan SBY berlangsung dapat kita lihat dan
rasakan kebijakan yang telah ia lakukan dalam kurun waktu lima tahun berjalan.
Reformasi pada Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono :
Pada masa pemerintahan SBY tahun 2004-2009 cukup banyak yang telah
dilakukan oleh pemerintahan ini pada pembenahan birokrasi baik secara,
Ekonomi, Politik dan kelembagaan, antara lain :
a. Terbentuknya Lembaga-Lembaga Baru
Pada masa pemerintahan SBY yang paling kontroversi adalah dibentuknya
lembaga baru yang konsentrasi pada penghapusan Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme, yaitu berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dimana
tindakan yang dilakukan oleh lembaga ini cukup banyak membuahkan hasil,
11
dengan mengungkap banyak kasus mega korupsi baik dilembaga legislatif (DPR),
Eksekutif (Korupsi di Departemen, Bank Indonesia) dan Yudikatif (korupsi di
MA, Kejaksaan, dan Kepolisian), walaupun pada akhirnya lembaga ini digembosi
juga oleh SBY sendiri, karena KPK mulai mencium adanya korupsi pada
penggunaan dana Bank Century yang di duga digunakan untuk dana kampanye
pemenangan pasangan SBY Boediono pada Pilpres tahun 2009 dengan melibatkan
Gubernur BI (Boediono) dan menteri keuangan (Sri Mulyani), dengan menangkap
dua anggota KPK dengan tuduhan penyalahgunaan wewenang, dengan
penangkapan anggota KPK tersebut praktis peran lembaga ini sedikit banyak telah
menumpul dan kehilangan tajinya. Selain KPK masih banyak lembaga baru yang
dibuat pada masa pemerintahan SBY yaitu Dewan Pertimbangan Presiden, Komisi
Penyiaran Indonesia dan sebagainya.
b. Anggaran Pendidikan 20 % dari APBN/APBD
Pada pemerintahan SBY tahun 2004-2009, anggaran pendidikan
ditetapkan sesuai dengan UUD 1945 yaitu 20% dari APBN dan APBD, sehingga
banyak terjadi reformasi di dunia pendidikan, terutama dalam dalam pemberian
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Wajib Belajar 9 tahun, dan
peningkatan standar penghasilan Guru dengan adanya sertifikasi guru, serta
pemberian bantuan pendidikan (Beasiswa) untuk peningkatan Kompetensi guru,
dan sebaginya. Hanya dalam pelaksanaannya leading sektor yang menangani
bidang pendidikan dalam hal ini Departemen Pendidikan nampaknya gagap
dengan anggaran yang besar tersebut, sehingga banyak program yang belum
menyentuh, hanya sekedar menghabiskan dana dengan hanya mengadakan
kegiatan seminar-seminar saja.
c. Demokratisasi, Calon Independen dalam Pemilihan Kepala Daerah
Pada masa SBY tahun 2004-2009 reformasi dibidang politik adalah
dengan dikeluarkannya UU tentang pemilu yang membolehkan calon non
partai/Perseorangan untuk maju dalam pemilihan kepala daerah, dengan
persyaratan tertentu, sehingga dengan peraturan ini, setiap orang punya ruang
untuk maju dalam pemilihan kepala daerah tanpa harus melalui partai tertentu.
d. Program-Program Kerakyatan
12
13
14
berdasarkan suka atau tidak suka, berdasarkan kekerabatan, dan atau timbal balik
politik. Pada level nasional, sebetulnya sistem open recruitment sudah menjadi
satu dari 10 agenda reformasi nasional. Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara bahkan sudah merinci langkah demi langkah penerapan sistem lelang
terbuka untuk jabatan-jabatan tertentu dalam birokrasi.
Saat ini terjadi, maka konsep birokrasi level lapangan atau street-level
bureaucracy bisa dijalankan. Konsep inilah yang sudah dicoba dijalankan di
Jakarta, ketika para lurah dan camat menjadi ujung tombak penyelenggaraan
negara. Merekalah yang sesungguhnya secara langsung berhadapan dengan
masyarakat. Mereka pula yang mengetahui detil persoalan. Para pemimpin yang
terpilih melalui proses politik tidak akan bisa berbuat banyak, jika birokrasi level
lapangan ini tidak memiliki kualitas yang baik.
Kementerian pendayagunaan aparatur negara bahkan sudah merinci
langkah demi langkah penerapan sistem lelang terbuka untuk jabatan-jabatan
tertentu dalam birokrasi. Jika ini berhasil dijalankan oleh pemerintahan Jokowi
dengan baik, ada sejumlah persoalan besar yang kemungkinan akan tertangani
dalam lima tahun ke depan. Yang pertama adalah korupsi. Sistem lelang terbuka
akan mendorong perbaikan mutu para birokrat. Sistem ini juga secara langsung
akan meningkatkan iklim kompetisi dalam birokrasi.
Dalam sistem birokrasi tradisional, promosi jabatan hanya didasarkan pada
lamanya pengabdian dan upgrade kemampuan melalui training formal.
Konsekuensi langsung dari sistem lama ini adalah tertutupnya peluang bagi para
birokrat muda bertalenta untuk menduduki jabatan yang sesuai dengan
kemampuannya. Sementara biroktrat lama akan terus dipromosikan menduduki
jabatan penting hanya karena ia sudah lama mengabdi, meskipun sebetulnya tidak
punya kemampuan yang baik. Dengan tiadanya iklim kompetisi dan rasa krisis
karir, para birokrat di era birokrasi tradisional, tidak memiliki insentif untuk
bekerja maksimal.
a. Perkembangan Keberhasilan Kabinet kerja Jokowi-JK
Studi Kasus
15
16
Dalam kasus berkibarnya popularitas Menteri Susi baik di media maupun di mata
public merupakan kombinasi dari faktor pertama (strategi media) dan faktor
ketiga (ide perubahan). Sedangkan Menteri Yuddy, sentimen positif yang muncul
yaitu dari ide-ide perubahan yang orisinal, misalnya kebijakan pelarangan rapat
bagi instansi pemerintah di hotel.
2.4 Perkembangan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Pusat dan
Provinsi
A. Survei Perkembangan akuntabilitas kinerja birokrasi (2009-2012)
Perkembangan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pusat dan provinsi
dari tahun 2009 sampai 2012 mengalami peningkatan cukup signifikan. Tahun
lalu, hanya ada dua instansi pusat yang mendapat nilai A, tahun ini bertambah
menjadi tiga. Sedangkan pemerintah provinsi, tahun lalu baru dua yang mendapat
nilai B, kini menjadi 6 provinsi.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(PANRB) Azwar Abubakar menyampaikan hal itu dalam laporannya pada
penyerahan penghargaan capaian akuntabilitas kinerja terbaik bagi instansi
pemerintah pusat dan pemerintah provinsi di Jakarta.
Ketiga instansi pusat yang mendapat nilai A dimaksud adalah Kementerian
Keuangan, BPK, dan KPK. Sedangkan enam pemprov yang memperoleh nilai B
adalah DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
dan Sumatera Selatan. Mereka menerima penghargaan dari Wakil Presiden
Boediono.
Penilaian atas laporan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja tahun 2012 ini
dilakukan terhadap 81 kementerian/lembaga, serta 33 provinsi. Selain 3 K/L yang
7 ibid
17
18
19
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang telah atau
hendak dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kualitas dan
kualitas terukur
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individuindividu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya
publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang
menyangkut pertanggung jawabannya.
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya
disingkat SAKIP adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan
prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan
data, pengklasifikasian, pengikhtisaran dan pelaporan kinerja pada instansi
pemerintah dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi
pemerintah.
3.2 Saran
Dari penjelasan diatas bahwa akuntabilitas didalam penyampaian
informasi terhadap birokrasi merupakan sebuah instrument yang sangat
esensialdan fundamental didalam sebuah masyarakat/publik itu sendiri maupun
ditataaran pemerintah pusat dan daerah. Karena esensi dari akuntabilitas disebuah
birokrasi sesuai dengan UUD 1945 bahwa masyarakat diberikan kebebasan
didalam sebuah informasi baik didalam struktur pemerintah maupun di publik itu
sendiri. Jadi diharapkan kepada para birokrat indonesia untuk dapat menerapkan
kinerja dan akuntabilitas dalam aplikasi nyata sesuai dan sejalan dengan teori
21
yang ada sehingga dapat terwujudlah apa yang menjadi cita-cita bersama terutama
dibidang pelayanan publik indonesia.
22
DAFTAR PUSTAKA
Mustafa, Delly, 2013. Birokrasi Pemerintahan. Makasar: Alfabeta
Pasolong, Harbani, 207. Teori Administrasi Publik. Makasar: Alfabeta
Sedarmayanti, 2010. Reformasi administrasi publik, reormasi birokrasi, dan
kepemimpinan masa depan. Bandung: Pustaka Setia
Perpres
2014.
2014.
http://www.bkn.go.id/wp-
LKP
Yuddy
dan
Susi
Menteri
Berkinerja
Baik.
2014.
Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah.
https://icl.googleusercontent.com/?
lite_url=http://www.kemendagri.go.id/news/2014/09/25/akuntabilitaskinerja-instansi-pemerintah-meningkat&ei=o_ucaHX9&lc=id-ID&s=1,
(diakses 13 April 2015).
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Ukuran
Keberhasilan
RB.
http://www.m.menpan.go.id/kedeputian-reformasi-
23
24