Anda di halaman 1dari 4

Bimbingan Konseling

Bimbingan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling
(face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat
memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok
individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri
serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.

Kasus
Merdeka.com - Seorang siswi kelas V Sekolah Dasar (SD) di Kota Semarang, Jawa Tengah menjadi
korban bullying dari kakak kelasnya sendiri. Siswa yang berinisial KA (10) tersebut juga dianiaya
berkali-kali usai memenangkan lomba cerdas cermat.
Peristiwa penganiayaan itu dilaporkan oleh ibu korban, MN (34) warga Gunungpati, Kota Semarang
ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Semarang di Jalan Dr Soetomo, Kota
Semarang. Menurut MN, peristiwa itu terjadi hari Rabu (17/12) kemarin sekitar pukul 11.00 WIB.
Saat itu ada perlombaan cerdas cermat di sekolah korban dan terlapor yang berada di Kawasan
Sampangan, Kota Semarang.
Korban KA dan tim kelas V pada perlombaan cerdas cermat tersebut dengan cemerlang berhasil
mengalahkan kakak kelasnya, tim kelas VI.
"Awalnya lomba dimenangkan kelas V, kelas anak saya. Mungkin karena jengkel kalah dan tidak
terima kakak kelasnya menendangi anak saya," kata MN sesuai laporan yang tercatat di SPKT
Polrestabes Semarang.
Siswa kelas VI yaitu tiga terlapor tiba-tiba mendatangi siswa kelas V tersebut. Terlapor yang diketahui
berinisial R, D, dan A itu langsung menghajar gadis belia tersebut dengan cara menendang.
"Langsung menendang berkali-kali. Sekarang (korban) masih perawatan di rumah sakit. Dada sesak
dan sakit, kepala pusing," ungkap ibu korban MN.
Tanpa menunggu lama, malam harinya MN melaporkan tiga siswa kelas VI SD itu ke SPKT
Polrestabes Semarang usai ke Rumah Sakit melakukan visum terhadap anaknya yang menjadi korban
penganiayaan tersebut. Mereka dilaporkan dengan jeratan pasal perlindungan anak Undang-undang RI
No.23 tahun 2002.
"Ada dua saksi yaitu guru di sekolah anak saya yang ada dalam laporan dan masih ditangani oleh unit
Perlindungan Perempuan dan Anak atau PPA," pungkas MN.
Saat ini kasus penganiayaan atau bully yang menimpa anak MN ditangani oleh unit PPA Polrestabes
Kota Semarang, Jawa Tengah.

Indentifikasi Kasus
Kasus penganiayaan yang terjadi di atas akhir-akhir ini memang perlu disoroti oleh pemerintah,
khususnya Kementerian Pendidikan, dimana semakin hari semakin meningkat intensitasnya seperti
kasus yang menimpa siswa SD tersebut. Kasus kekerasan atau Bullying terjadi lantaran pihak yang
kalah dalam lomba cerdas cermat tidak terima dengan kekalahan yang dialami timnya. Kekerasan

yang dialami korban sendiri seperti ditendang berkali-kali sehingga korban mengalami sesak dan
harus dilarikan ke rumah sakit.
Bullying sendiri adalah perilaku agresif dan negatif seseorang atau sekelompok orang secara berulang
kali dengan menyalahgunakan ketidakseimbangan kekuatan untuk menyakiti korban secara mental
atau secara fisik. Ancaman yang dilakukan sekali saja, tapi jika membuat korbannya merasa ketakutan
secara permanen, juga merupakan bullying.
Contoh perilaku bullying antara lain: kekerasan fisik (mendorong, menendang, memukul, menampar).
Secara lisan (misalnya panggilan bersifat mengejek atau celaan). Secara mental (mengancam,
intimidasi, pemalakan). Secara sosial, misalnya mengucilkan.
Tindak kekerasan atau Bullying terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya kurangnya
pengawasan orang tua terhadap anak. Peran orang tua sangat penting bagi tumbuh kembang anak,
karena orang tua merupakan agen pertama sebagai pembentuk karakter anak. Karakter anak akan baik
jika orang tua mampu membimbing dan mengawasi anaknya dalam suatu kegiatan. Orang tua juga
dapat menjadi contoh yang baik dalam pembentukan sifat anak, misalnya dengan mengajarkan budi
pekerti, sopan santun, menanamkan sikap kasih sayang terhadap orang lain atau memilihkan acara TV
yang bermutu mengingat saat ini acara TV yang kebanyakan mengajarkan kekerasan. Begitupun
sebaliknya, jika orang tua tidak mengawasi kegiatan anaknya maka anak cenderung melakukan hal
yang tidak baik, bisa karena ajakan temannya atau mengikuti acara TV yang tidak bermutu.
Faktor yang lain adalah pengaruh dari lingkungan. Pengaruh lingkungan mencangkup lingkungan
tetangga, sekolah dan lingkungan sekitar. Pengaruh lingkungan dapat mengarahkan anak untuk
menjadi karakter yang baik atau pun buruk. Lingkungan yang baik dapat membawa karakter anak
menjadi baik, begitupun sebaliknya jika lingkungan yang buruk karakter anak juga menjadi buruk.
Oleh karena itu, peran orang tua sangat diperlukan untuk meminimalisir pengaruh dari ligkungan ini.
Apa yang diajarkan oleh orang tua setidaknya menjadi proteksi menghadapi pengaruh dari lingkungan
, selain itu anak juga menjadi selektif dalam memilih suatu tindakan, teman bermain ataupun
lingkungan. Untuk lingkungan sekolah, peran pihak sekolah dituntut lebih karena wajib melindungi
anak dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di
dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya. Seperti orang tua, peran guru
sendiri dianggap sangat berpengaruh. Jika orang tua cangkupan pengetahuannya masih terbatas maka
cangkupan pengetahuan guru lebih luas dan memberikan wawasan serta pengetahuan baru. Dimana
jika pengetahuan dan wawasan baru tidak dibarengi dengan bimbingan dan pengawasan yang baik
ditakutkan anak akan menangkap persepsi yang berbeda dari apa yang diajarkan gurunya.
Dalam kasus diatas bisa ditarik kesimpulan, bahwa tindak kekerasan yang di alami korban disebabkan
oleh kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya dan pengaruh lingkungan. Kedua faktor ini
merupakan hal yang paling dasar yang menjadi perhatian orang tua atau lingkungan. Dengan
mengetahui hal tersebut, diharapkan tindak kekerasan atau bullying tidak terjadi lagi.

Solusi
Untuk mengatasi kasus kekerasan di atas, perlu dilakukan penanganan yang tepat dimana peran guru
BK (Bimbingan dan Konseling) dapat menjadi solusinya. Dalam kasus di atas yang menjadi perhatian
bukan hanya korban saja, namun juga pelaku kekerasan. Hal ini selain untuk mengembalikan
keseimbangan mental dan psikis korban juga menjadi suatu pembelajaran untuk pelakunya supaya
tidak melakukan tindakannya lagi.

Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu; tahap awal (tahap mendefinisikan
masalah), tahap inti (tahap kerja) dan tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan).
1. Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien (korban dan pelaku) menemui konselor hingga berjalan
sampai konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu
dilakukan, diantaranya :
Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien.
Dalam tahap ini, kunci keberhasilan membangun hubungan terletak pada
terpenuhinya asas-asas bimbingan dan konseling, terutama asas kerahasiaan,
kesukarelaan, keterbukaan; dan kegiatan. Hal ini diharapkan agar klien merasa
nyaman dan dapat terbuka dengan konselor.
Memperjelas dan mendefinisikan masalah.
Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan baik dan klien telah melibatkan diri,
maka konselor harus dapat membantu memperjelas masalah klien. Dengan
memperjelas masalah ini, maka konselor dan klien dapat menyamakan persepsi dan
pokok permasalahan.
Membuat penaksiran dan perjajagan.
Konselor berusaha menjajaki atau menaksir kemungkinan masalah dan merancang
bantuan yang mungkin dilakukan. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan semua
potensi klien, dan menentukan berbagai alternatif yang sesuai, untuk mengantisipasi
masalah yang dihadapi klien.
Menegosiasikan kontrak.
Membangun perjanjian antara konselor dengan klien, berisi: Kontrak waktu, yaitu
berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien dan konselor tidak
berkebaratan; Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dan klien; dan
Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya peran dan tanggung
jawab bersama antara konselor dan konseling dalam seluruh rangkaian kegiatan
konseling.
2. Tahap Inti
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya adalah memasuki
tahap inti atau tahap kerja. Dalam tahap inti ini konselor mempelajari dan menggali masalah
yang dihadapi oleh klien. Selain itu konselor juga mulai merancang pemecahan masalah dan
solusi untuk klien.
Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya :
Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam.
Penjelajahan masalah dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif
baru terhadap masalah yang sedang dialaminya. Dalam tahap ini klien diajak
mengulas dan menilai tentang masalahnya serta memikirkan solusi apa yang cocok
untuknya.
Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien meninjau
kembali permasalahan yang dihadapi klien.
Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.
Hal ini bisa terjadi jika :
Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling,
serta menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapinya.
Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang
bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar
benar peduli terhadap klien.

Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah


dibangun pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun
klien.
3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
Dalam tahap ini, baik konselor dan klien menyepakati kesimpulan bersama-sama
tentang proses konseling yang sudah berjalan selama ini. Hal ini diharapkan agar
klien dapat menilai berhasil tidaknya konseling tersebut.
Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah
terbangun dari proses konseling sebelumnya.
Rencana tindakan ini disusun sebagai inti dari solusi yang dibuat oleh kedua belah
pihak serta hal ini tidak memberatkan konselor maupun klien.
Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
Evaluasi konseling ini dilakukan untuk mencari kekurangan-kekurangan dalam
proses dan hasil dari kegiatan konseling.
Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya
Karena bimbingan koseling tidak cukup dengan beberapa kali pertemuan (1-2 kali)
maka antara konselor dan klien melakukan perjanjian pertemuan selanjutnya.
Setelah ketiga tahap di atas dilaksanakan, maka konselor akan melihat beberapa indikator
keberhasilan yang dicapai oleh klien yakni, pada tahap akhir ditandai beberapa hal:
1) Menurunnya kecemasan klien
Tingkat kecemasan klien yang dulunya tinggi setelah menjalani proses konseling
yang bertahap menurun secara signifikan, hal ini merupakan salah satu bukti
keberhasilan kegiatan konseling,
2) Perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis
Selain tingkat kecemasan yang menurun, klien juga mengalami perubahan dalam hal
perilaku yang lebih ke asrah positif, sehat dan dinamis. Perubahan ini menandakan
masukan-masukan konselor yang positif diserap oleh klien.
3) Pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya
Setelah melalui proses konseling, klien mempunyai sudut pandang yang berbeda
mengenai permasalahan yang klien hadapi, serta klien mampu berfikir positif dalam
menghadapi masalah.
4) Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas
Hal positif yang klien dapat dari proses konseling ini yaitu adanya rencana (planning)
untuk masa depannya sehingga klien tersebut dapat menatap masa depannya dengan
bangga serta dapat membuat klien MOVE ON dari masalahnya.

Anda mungkin juga menyukai