Anda di halaman 1dari 18

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

DOSEN PENGAMPU

MOCH.TAUFIQ RIDHO, M.Pd

DISUSUN OLEH

1. RIZKY PRATAMA PUTRA (14513069)


2. DINI ANDRINI
3. PUTRI NURJANAH
4. ADITIO SURYANTO

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2014

KATA PENGANTAR

(14513071)
(14513073)
(14513075)

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami dapat

menyelesaikan tugas

Makalah Kerukunan Antar Umat Beragama ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama
Islam. Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji
melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat
belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran
dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kerukunan antar
umat beragama, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan para pembaca. Kami
sadar bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan penulisan di masa yang
akan datang.

Yogyakarta, 15 Januari 2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN5
A. Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama
B. Kerukunan Menurut Pandangan Hidup Bermasyarakat
C. Kerukunan Antar Umat Beragama menurut Pandangan Islam
D. Kendala dalam Kerukunan Antar Umat Beragama
E. Solusi
F.

Mejaga Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia

G. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Islam adalah agama rahmatal lilalamin, yaitu suatu agama yang memberikan
kesejukan,

kedamaian,

keselamatan,

dan

kesejahteraan

tidak

hanya

kepada

pemeluknya, tetapi juga kepada umat lain, bahkan kepada seluruh makhluk dan alam
semesta. Indonesia mempunyai banyak kepulawan yang pastinya juga mempunyai
beraneka ragam agama dan budaya. Agama yang diakui di negara indonesia adalah
agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Dari
ke 6 agama tersebut kita harus rukun karena kita diciptakan sebagai makhluk sosial
yang membutuhkan orang lain dari politik maupun material, maupun spiritual. Tidak
akan tercipta kesinambungan antar agama apabila tidak terwujudnya kerukunan antar
umat beragama. Oleh karena itu kerukunan sangat diperlukan dalam kehidupan seharihari. Tapi perlu dingat satu hal tentang paduan kita yaitu lakum dinukum waliyadin ~
Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Q.S. Al-Kafirun: 6.

B.

Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan
bermasyarakat?
2. Apakah yang dimaksud dengan kerukunan antar umat beragama menurut pandangan
islam?
3. Apakah manfaat dari terciptannya kerukunan antar umat beragama

C.

Tujuan
Tujuan penulisan makalah adalah untuk mengetahui makna dari kerukunan
antar umat beragama yang sesungguhnya serta menyadari pentingya kerukunan antar
umat beragama itu sendiri.

BAB II

PEMBAHASAN

A.

Pengertian Kerukunan
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna baik dan
damai. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan kesatuan hati dan
bersepakat untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud,
1985:850). Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka kerukunan adalah
sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat manusia. Kerukunan ( dari ruku,
bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang menopang rumah; penopang yang
member kedamaian dan kesejahteraan kepada penghuninya ). Secara luas bermakna
adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang walaupun mereka
berbeda secara suku,agama, ras dan golongan.
Kerukunan juga bias bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena
sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan untuk hidup
berdampingan dan bersamadengan damai serta tentram. Langkah-langkah untuk
mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu serta dialog, saling terbuka,
menerima dan menghargai sesame, sertacinta-kasih..
Sedangkan kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama
yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling
menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam
kehidupan masyarakat dan bernegara. Umat beragama dan pemerintah harus melakukan
upaya bersama dalam memelihara kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan,
pengaturan dan pemberdayaan. Sebagai contoh yaitu dalam mendirikan rumah ibadah
harus
Manusia ditakdirkan Allah SWT. Sebagai makhluk social yang membutuhkan
hubungan dan interaksi social dengan sesame manusia. Sebagai makhluk social,
manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik kebutuhan material maupun spiritual.
Ajaran islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong-menolong
(taawun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan.

B.

Kerukunan Antar Umat Beragama dalam Kehidupan Bermasyarakat

Dalam kehidupan bermasyarakat kerukunan antar umat beragama sangat


diperlukan karena tidak menuntut kemungkinan bahwa orang yang disekitar kita satu
agama dengan kita. Tidak bisa dibayangkan apabila tidak terciptanya kerukunan antar
umat beragama pada masyarakat sekarang ini, mungkin akan terjadi perang antar
agama. Sebagai contoh kecil, seorang penganut agama islam bertetangga dengan orang
yang menganut agama lain. Pada saat orang islam itu shalat orang beragama lain
menghidupkan suara lagu atau menjerit- jerit tidak karuan atau sebaliknya. Dari cerita
tersebut,bagaimana menurut orang islam apabila ibadahnya di ganggu?, tentunya akan
marah, dengki, dendam dan lain- lain yang akhirnya menuju kepada konflik yang
berkepanjangan. Itulah sebabya mengapa kerukunan antar umat beragama sangat
diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Telah dibahas sebelumnya bahwa
kerukunan identik dengan kata damai dan tentram. Intinya, hidup bersama dalam
masyarakat dengan kesatuan hati dan bersepakat untuk tidak menciptakan
perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan tersebut
dijadikan pegangan, maka kerukunan adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh
masyarakat manusia.
Kerja sama antar umat beragama merupakan bagian dari hubungan sosial antar
manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama dalam
bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan
sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan. Hubungan yang baik antar umat
beragama dapat berdampak positif bagi pemuda penerus bangsa. Untuk itu kerukunan
antar umat beragama dalam masyarakat dapat diwujdkan dengan :
a). Saling tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat beragama
b). Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu
c). Melaksanakan ibadah sesuai agamanya, dan
d). Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun peraturan Negara
atau

pemerintah.

Dengan demikian akan dapat tercipta keamanan dan ketertiban antar umat
beragama, ketentraman dan kenyamanan di lingkungan masyarakat berbangsa dan
bernegara.

C.

Kerukunan Antar Umat Beragama menurut Pandangan Islam

Kerukunan dalam Islam diberi istilah tasamuh atau toleransi. Sehingga yang
dimaksud toleransi adalah kerukunan sosial kemasyarakatan, bukan dalam hal akidah
Islamiyah (keimanan), karena akidah telah digariskan secara jelas dan tegas dalam
Alquran dan Hadits. Dalam hal akidah atau keimanan seorang muslim hendaknya
meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama dan keyakinan yang dianutnya sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat Al Kafirun ayat 1-6.
Salah satu bentuk kerahmatan Allah pada ajaran islam adalah Islam menghargai
dan menghormati manusia sebagai hamba Allah, baik mereka muslim maupun non
muslim. Islam memberikan kebebasan pada manusia untuk menggunakan potensi yang
diberikan oleh Allah secara bertanggung jawab.
Dari segi akidah, setiap orang yang tidak mau menerima islam sebagi agamanya
disebut kafir atau non islam. Mereka yang terdiri dari orang-orang musrik yang
menyembah berhala di sebut orang watsani. Orang kafir yang mengganggu, menyakiti
dan memusuhi orang Islam di sebut kafir harbi, dan orang kafir yang hidup rukun
dengan orang Islam disebut kafir dzimmi. Kafir harbi adalah orang kafir yang
memerangi orang Islam dan boleh diperangi oleh orang Islam. Kafir dzimmi adalah
orang kafir yang mengikat perjanjian atau yang menjadi tanggungan orang Islam untuk
menjaga keselamatan atau keamanannya.
Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang oleh
syariat Islam, kecuali bekerja sama dalam persoalan aqidah dan ibadah. Kedua
persoalan tersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak boleh dicamputi pihak
lain, tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat bersatu dalam kerja sama yang baik.
Selain itu islam juga mengajarkan manusia untuk hidup bersaudara karena pada
hakikatnya kita bersaudara. Persaudaraan atau ukhuwah, merupakan salah satu ajaran
yang pada hakikatnya bukan bermakna persaudaraan antara orang-orang Islam,
melainkan cenderung memiliki arti sebagai persaudaraan yang didasarkan pada ajaran
Islam atau persaudaraan yang bersifat Islami. Berikut adalah beberapa ayat Al-Quran
dan hadist yang mengatakan tentan ukhuwah :
a). Sungguh bahwa Allah telah menempatkan manusia secara keseluruhan sebagai
Bani Adam dalam kedudukan yang mulia, walaqad karramna bani Adam (QS
17:70).

b). Manusia diciptakan Allah SWT dengan identitas yang berbeda-beda agar mereka
saling mengenal dan saling memberi manfaat antara yang satu dengan yang lain
(QS 49:13).
c). Tiap-tiap umat diberi aturan dan jalan yang berbeda, padahal andaikata Allah
menghendaki, Dia dapat menjadikan seluruh manusia tersatukan dalam kesatuan
umat. Allah SWT menciptakan perbedaan itu untuk member peluang berkompetisi
secara sehat dalam menggapai kebajikan, fastabiqul khairat (QS 5:48).
d). Sabda Rasul, seluruh manusia hendaknya menjadi saudara antara yang satu dengan
yang lain, wakunu ibadallahi ikhwana (Hadist Bukhari).
Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Al-Quran dan hadist
sekurang-kurangnya memperkenalkan empat macam ukhuwah, yakni:
a). Ukhuwah ubudiyyah, ialah persaudaraan yang timbul dalam lingkup sesama
makhluk yang tunduk kepada Allah.
b). Ukhuwah insaniyyah atau basyariyyah, yakni persaudaraan karena sama-sama
memiliki kodrat sebagai manusia secara keseluruhan (persaudaraan antarmanusia,
baik itu seiman maupun berbeda keyakinan).
c). Ukhuwah wataniyyah wa an nasab, yakni persaudaraan yang didasari keterikatan
keturunan dan kebangsaan.
d). Ukhuwah diniyyah, yakni persaudaraan karena seiman atau seagama.
Keempatnya dilandasi prinsip ukhuwah Islamiyah. Sebagaimana yang telah
diuraikan sebelumnya, hal ini memiliki makna persaudaraan yang dijalin secara Islami
(berdasarkan syariat Islam).
Hal tentang toleransi kerukunan beragama diatur dalam Al-Qur'an dan Sunnah,
di mana artinya kerukunan antar umat beragama ini berada dalam sumber Hukum Islam
yg cukup tinggi, sejak Islam ada toleransi antar umat beragama ini sudah diajarkan.
Kerukunan umat Islam dengan penganut agama lainnya telah jelas disebutkan
dalam Alquran dan Al-hadits. Hal yang tidak diperbolehkan adalah dalam masalah
akidah dan ibadah, seperti pelaksanaan sosial, puasa dan haji, tidak dibenarkan adanya
toleransi, sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al Kafirun: 6, yang artinya: Bagimu
agamamu, bagiku agamaku. Beberapa prinsip kerukunan antar umat beragama
berdasar Hukum Islam :

a). Islam tidak membenarkan adanya paksaan dalam memeluk suatu agama (QS.AlBaqarah : 256).
b). Allah SWT tidak melarang orang Islam untuk berbuat baik,berlaku adil dan tidak
boleh memusuhi penganut agama lain,selama mereka tidak memusuhi,tidak
memerangi dan tidak mengusir orang Islam.(QS. Al-Mutahanah : 8).
c). Setiap pemeluk agama mempunyai kebebasan untuk mengamalkan syari'at
agamanya masing-masing (QS.Al-Baqarah :139).
d). Islam mengharuskan berbuat baik dan menghormati hak-hak tetangga,tanpa
membedakan agama tetangga tersebut.Sikap menghormati terhadap tetangga itu
dihubungkan dengan iman kepada Allah SWT dan iman kepada hari akhir (Hadis
Nabi riwayat Muttafaq Alaih).
e). Barangsiapa membunuh orang mu'ahid,orang kafir yang mempunyai perjanjian
perdamaian dengan umat Islam, tidak akan mencium bau surga;padahal bau surga
itu telah tercium dari jarak perjalanan empat puluh tahun (Hadis Nabi dari
Abdullah bin 'Ash riwayat Bukhari). Sudah banyak perjanjian damai dan perjanjian
HAM yang dibuat oleh Negara Islam dan seluruh Negara di dunia soal itu. Dan
hanya sedikit yang melanggar, diantara yang melanggar itu diantaranya Israel,
sedangkan yang tidak melanggar dan sangatlah banyak, seperti Jerman, Cheko,
Irlandia dan masih sangat banyak yang tidak saya sebut satu persatu yang tetap
menjaga perdamaian. Jadi mereka yang menjaga perjanjian damai dengan orang
Islam. Tidaklah dibenarkan membunuh orang-orang yg tetap menjaga perdamaian
dengan orang Islam. Bahkan menurut hadis tersebut tidak akan mencium bau surga
bagi yang membunuh orang tersebut tanpa kesalahan yang jelas.
Kerukunan antar umat beragama sangat diperlukan dalam kehidupan seharihari. Dengan adanya kerukunan antar umat beragama kehidupan akan damai dan hidup
saling berdampingan. Perlu di ingat satu hal bahwa kerukunan antar umat beragama
bukan berarti kita megikuti agama mereka bahkan menjalankan ajaran agama mereka.
D.

Kendala dalam Kerukunan Antar Umat Beragama


a). Rendahnya Sikap Toleransi
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi antar
agama sekarang ini, khususnya di Indonesia, adalah munculnya sikap toleransi
malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana diungkapkan P. Knitter. Sikap ini
muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung (indirect encounter) antar

agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang sensitif. Sehingga kalangan


umat beragama merasa enggan mendiskusikan masalah-masalah keimanan. Tentu
saja, dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena baik pihak yang
berbeda keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu sama lain.
Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi kemudian
membiarkan satu sama lain bertindak dengan cara yang memuaskan masingmasing pihak. Yang terjadi hanyalah perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan
sesungguhnya. Sehingga dapat menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa
pihak yang berbeda agama, maka akan timbullah yang dinamakan konflik.
b). Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala
dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama khususnya di
Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-faktor lainnya. Bisa saja
sebuah kerukunan antar agama telah dibangun dengan bersusah payah selama
bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan dengan demikian kita pun
hampir memetik buahnya.
Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut memengaruhi
hubungan antaragama dan bahkan memorak-porandakannya seolah petir
menyambar yang dengan mudahnya merontokkan bangunan dialog yang sedang
kita selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di negeri kita saat ini, kita tidak hanya
menangis melihat political upheavels di negeri ini, tetapi lebih dari itu yang
mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-saudara kita, yang
mudah-mudahan diterima di sisi-Nya. Tanpa politik kita tidak bisa hidup secara
tertib teratur dan bahkan tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi dengan
alasan politik juga kita seringkali menunggangi agama dan memanfaatkannya.
c). Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan
berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan berkembang
pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai Islam radikal dan
fundamentalis,
keagamaan

yakni

tanpa

pemahaman

melihat

keagamaan

bagaimana

sebuah

yang
ajaran

menekankan
agama

praktik

seharusnya

diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih berpandangan


bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan dapat menjamin
keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat, ia harus memeluk Islam. Segala

perbuatan orang-orang non-Muslim, menurut perspektif aliran ini, tidak dapat


diterima di sisi Allah.
Pandangan-pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena masingmasing sekte atau aliran dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga memiliki
agen-agen dan para pemimpinnya sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu
komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan ada banyak pemimpin agama
dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki pandangan yang berbeda-beda
tentang agamanya dan terkadang bertentangan. Tentu saja, dalam agama Kristen
juga ada kelompok eksklusif seperti ini. Kelompok Evangelis, misalnya,
berpendapat bahwa tujuan utama gereja adalah mengajak mereka yang percaya
untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang berada di luar untuk masuk dan
bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang bergabung dengan gereja yang
akan dianugerahi salvation atau keselamatan abadi. Dengan saling mengandalkan
pandangan-pandangan setiap sekte dalam agama teersebut, maka timbullah sikap
fanatisme yang berlebihan.
Dari uraian diatas, sangat jelas sekali bahwa ketiga faktor tersebut adalah akar
dari permasalahan yang menyebabkan konflik sekejap maupun berkepanjangan.
E.

Solusi
a). Dialog Antar Pemeluk Agama
Sejarah perjumpaan agama-agama yang menggunakan kerangka politik secara
tipikal hampir keseluruhannya dipenuhi pergumulan, konflik dan pertarungan.
Karena itulah dalam perkembangan ilmu sejarah dalam beberapa dasawarsa
terakhir, sejarah yang berpusat pada politik yang kemudian disebut sebagai
sejarah konvensional dikembangkan dengan mencakup bidang-bidang kehidupan
sosial-budaya lainnya, sehingga memunculkan apa yang disebut sebagai sejarah
baru (new history). Sejarah model mutakhir ini lazim disebut sebagai sejarah
sosial (social history) sebagai bandingan dari sejarah politik (political history).
Penerapan sejarah sosial dalam perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia akan
sangat relevan, karena ia akan dapat mengungkapkan sisi-sisi lain hubungan para
penganut kedua agama ini di luar bidang politik, yang sangat boleh jadi
berlangsung dalam saling pengertian dan kedamaian, yang pada gilirannya
mewujudkan kehidupan bersama secara damai (peaceful co-existence) di antara
para pemeluk agama yang berbeda.

Hampir bisa dipastikan, perjumpaan Kristen dan Islam (dan juga agama-agama
lain) akan terus meningkat di masa-masa datang. Sejalan dengan peningkatan
globalisasi, revolusi teknologi komunikasi dan transportasi, kita akan menyaksikan
gelombang perjumpaan agama-agama dalam skala intensitas yang tidak pernah
terjadi sebelumnya. Dengan begitu, hampir tidak ada lagi suatu komunitas umat
beragama yang bisa hidup eksklusif, terpisah dari lingkungan komunitas umatumat beragama lainnya. Satu contoh kasus dapat diambil: seperti dengan
meyakinkan dibuktikan Eck (2002), Amerika Serikat, yang mungkin oleh sebagian
orang dipandang sebagai sebuah negara Kristen, telah berubah menjadi negara
yang secara keagamaan paling beragam. Saya kira, Indonesia, dalam batas tertentu,
juga mengalami kecenderungan yang sama. Dalam pandangan saya, sebagian besar
perjumpaan di antara agama-agama itu, khususnya agama yang mengalami konflik,
bersifat damai. Dalam waktu-waktu tertentu ketika terjadi perubahan-perubahan
politik dan sosial yang cepat, yang memunculkan krisis pertikaian dan konflik
sangat boleh jadi meningkat intensitasnya. Tetapi hal ini seyogyanya tidak
mengaburkan perspektif kita, bahwa kedamaian lebih sering menjadi feature
utama. Kedamaian dalam perjumpaan itu, hemat saya, banyak bersumber dari
pertukaran (exchanges) dalam lapangan sosio-kultural atau bidang-bidang yang
secara longgar dapat disebut sebagai non-agama.
Bahkan terjadi juga pertukaran yang semakin intensif menyangkut gagasangagasan keagamaan melalui dialog-dialog antaragama dan kemanusiaan baik pada
tingkat domestik di Indonesia maupun pada tingkat internasional; ini jelas
memperkuat perjumpaan secara damai tersebut. Melalui berbagai pertukaran
semacam ini terjadi penguatan saling pengertian dan, pada gilirannya, kehidupan
berdampingan secara damai.
b). Bersikap Optimis
Walaupun berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk menuju sikap
terbuka, saling pengertian dan saling menghargai antaragama, saya kira kita tidak
perlu bersikap pesimis. Sebaliknya, kita perlu dan seharusnya mengembangkan
optimisme dalam menghadapi dan menyongsong masa depan dialog.Paling tidak
ada tiga hal yang dapat membuat kita bersikap optimis.
Pertama, pada beberapa dekade terakhir ini studi agama-agama, termasuk juga
dialog antaragama, semakin merebak dan berkembang di berbagai universitas, baik
di dalam maupun di luar negeri. Selain di berbagai perguruan tinggi agama, IAIN

dan Seminari misalnya, di universitas umum seperti Universitas Gajah Mada, juga
telah didirikan Pusat Studi Agama-agama dan Lintas Budaya. Meskipun baru
seumur jagung, hal itu bisa menjadi pertanda dan sekaligus harapan bagi
pengembangan paham keagamaan yang lebih toleran dan pada akhirnya lebih
manusiawi. Juga bermunculan lembaga-lembaga kajian agama, seperti Interfidei
dan

FKBA

di

Yogyakarta,

menumbuhkembangkan

paham

yang

memberikan

pluralisme

agama

sumbangan
dan

dalam

kerukunan

antarpenganutnya.
Kedua, para pemimpin masing-masing agama semakin sadar akan perlunya
perspektif baru dalam melihat hubungan antar-agama. Mereka seringkali
mengadakan pertemuan, baik secara reguler maupun insidentil untuk menjalin
hubungan yang lebih erat dan memecahkan berbagai problem keagamaan yang
tengah dihadapi bangsa kita dewasa ini. Kesadaran semacam ini seharusnya tidak
hanya dimiliki oleh para pemimpin agama, tetapi juga oleh para penganut agama
sampai ke akar rumput sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara pemimpin
agama dan umat atau jemaatnya. Kita lebih mementingkan bangunan-bangunan
fisik peribadatan dan menambah kuantitas pengikut, tetapi kurang menekankan
kedalaman (intensity) keberagamaan serta kualitas mereka dalam memahami dan
mengamalkan ajaran agama.
Ketiga, masyarakat kita sebenarnya semakin dewasa dalam menanggapi isuisu atau provokasi-provokasi. Mereka tidak lagi mudah disulut dan diadu-domba
serta dimanfaatkan, baik oleh pribadi maupun kelompok demi target dan tujuan
politik tertentu. Meskipun berkali-kali masjid dan gereja diledakkan, tetapi
semakin teruji bahwa masyarakat kita sudah bisa membedakan mana wilayah
agama dan mana wilayah politik. Ini merupakan ujian bagi agama autentik
(authentic religion) dan penganutnya. Adalah tugas kita bersama, yakni
pemerintah, para pemimpin agama, dan masyarakat untuk mengingatkan para aktor
politik di negeri kita untuk tidak memakai agama sebagai instrumen politik dan
tidak lagi menebar teror untuk mengadu domba antarpenganut agama.
Jika tiga hal ini bisa dikembangkan dan kemudian diwariskan kepada generasi
selanjutnya, maka setidaknya kita para pemeluk agama masih mempunyai harapan
untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan pada gilirannya bisa hidup
berdampingan lebih sebagai kawan dan mitra daripada sebagai lawan.

F.

Mejaga Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia


a). Menjunjung tinggi toleransi
Baik yang merupakan pemeluk Agama yang sama, maupun dengan yang
berbeda Agama. Rasa toleransi bisa berbentuk dalam macam-macam hal. Misalnya
seperti, pembangunan tempat ibadah oleh pemerintah, tidak saling mengejek dan
mengganggu umat lain dalam interaksi sehari harinya, atau memberi waktu pada
umat lain untuk beribadah bila memang sudah waktunya mereka melakukan
ibadah. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menunjukkan sikap toleransi. Hal ini
sangat penting demi menjaga tali kerukunan umat beragama di Indonesia, karena
jika rasa toleransi antar umat beragama di Indonesia sudah tinggi, maka konflik
konflik yang mengatasnamakan Agama di Indonesia dengan sendirinya akan
berkurang ataupun hilang sama sekali.
b). Membantu sesama
Selalu siap membantu sesama dalam keadaan apapun dan tanpa melihat status
orang tersebut. Jangan melakukan perlakuan diskriminasi terhadap suatu agama,
terutama saat mereka membutuhkan bantuan. Misalnya, di suatu daerah di
Indonesia mengalami bencana alam. Mayoritas penduduknya adalah pemeluk
agama Kristen. Bagi Anda yang memeluk agama lain, jangan lantas malas dan
enggan untuk membantu saudara sebangsa yang sedang kesusahan hanya karena
perbedaan agama. Justru dengan membantu mereka yang kesusahan, kita akan
mempererat tali persaudaraan sebangsa dan setanah air kita, sehingga secara tidak
langsung akan memperkokoh persatuan Indonesia
c). Saling menghormati
Hormatilah selalu orang lain tanpa memandang Agama apa yang mereka anut.
Misalnya dengan selalu berbicara halus dan sopan kepada siapapun. Biasakan pula
untuk menomor satukan sopan santun dalam beraktivitas sehari harinya, terlebih
lagi menghormati orang lain tanpa memandang perbedaan yang ada. Hal ini tentu
akan mempererat kerukunan umat beragama di Indonesia.
d). Menyelesaikan masalah secara musyawarah mufakat
Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, tetap selesaikan dengan
kepala dingin dan damai, tanpa harus saling tunjuk dan menyalahkan. Para pemuka
agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan peranannya dalam
pencapaian solusi yang baik dan tidak merugikan pihak pihak manapun, atau

mungkin malah menguntungkan semua pihak. Hal ini diperlukan karena di


Indonesia ini masyarakatnya sangat beraneka ragam.
G.

Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama


a). Terciptanya suasana yang damai dalam bermasyarakat
Dalam kehidupan bermasyarakat tidak dapat kita pungkiri bahwa akan banyak
timbul permasalahan, salah satunya adalah kerukunan antara umat beragama. Oleh
karena itu, dengan menjaga kerukunan antara umat beragama kehidupan dlam
bermasyarakat akan menjadi aman dan damai.
b). Toleransi antar umat Beragama meningkat
Dengan adanya kerukunan beragama maka sifat saling menghargai antara
agama satu dan lainnya akan meningkat. Bekerja sama dalam hal kebaikan dengan
menjaga batasan-batasan tertentu tanpa harus menimbulkan permasalahan dan
perpecahan.
c). Menciptakan rasa aman
Keadaan yang kondusif tanpa adanya permasalahan baik dalam masalah sosial
maupun dalam masalah agama akan menimbulkan rasa aman bagi agama agama
minoritas dalam melaksanakan ibadahnya masing masing
d). Meminimalisir konflik
Konflik mengenai asalah agama akan terkurangi bahkan akan hilang bila
kerukunan antar umat beragama benar-benar telah diterapkan secara baik dan
meneyeluruh.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa kerukunan umat
bragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling
pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan
ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. berbagai
macam bahasan mengenai kerukunan antar umat beragama, yaitu : Kendala-kendala
yang dihadapi dalam mencapai kerukunan umat beragama di Indonesia ada beberapa
sebab, antara lain; rendahnya sikap toleransi, kepentingan politik dan sikap fanatisme.
Adapun solusi untuk menghadapinya, adalah dengan melakukan dialog antar pemeluk
agama dan menanamkan sikap optimis terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan
antar umat beragama.

B.

Kesimpulan
Sudah saatnya bukan perbedaan lagi yang kita cari atau yang kita bicarakan, tapi
persamaanlah yang seharusnya kita cari karena dari persamaanlah hidup ini akan saling
menghargai, menghormati dan selaras. Lewat persamaan kita bisa jalin persaudaraan
dan mempererat tali silahturahi, denga begitu akan tercipta kerukunan dengan
sendirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahim, Muhammad, imanuddin, kuliah tauhid, (Jakarta: Yayasan Sari Insan)


http://cippad.usc.edu/ai/themes/cfm/culture_b
http://www.tugasku4u.com/2013/02/makalah-kerukunan-antar-umat-beragama.html
Ansari, Zafar Ishaq & John L. Esposito, eds., 2001, Muslims and the West: Encounter and
Dialogue, Islamabad & Washington DC., Islamic Research Institute, International Islamic
University & Center for Muslim-Christian Understanding, Georgetown University
Dr. Ali Masrur, M.Ag.Problem dan Prospek Dialog Antaragama. Artikel.
Ansari, Zafar Ishaq & John L. Esposito, eds., 2001, Muslims and the West: Encounter and
Dialogue, Islamabad & Washington DC., Islamic Research Institute, International Islamic
University & Center for Muslim-Christian Understanding, Georgetown University. Hlm 5758
Dr. Ali Masrur, M.Ag. Op. Cit.
Ash-Shiddiqieqy, Hasbi TM, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam,
Jakarta: Bulan Bintang, 1997.
Al-Faruqi, Ismail. Atlas Budaya Islam, Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilan, Cet. III,
Mizan : Bandung, 2001.
Cuolson, N.J. A. History Of Islamic Law. Edinburg : Edinburg University, Press. 1964.
Basyir, Ahmad Azhar. Hukum Islam Tentang Wakaf, Ijarah Dan syirkah (Bandung : alMaarif, 1987.
http://dinaeni.wordpress.com/2012/01/08/kerukunan-antar-umat-beragama/
http://dezhi-myblogger.blogspot.com/2011/05/pengertian-kerukunan-umat-beragama.html
http://www.scribd.com//Makalah-Kerukunan-Antar-Umat-Beragama Tembolok Mirip
http://www.jappy.8m.net/blank_14.html

Anda mungkin juga menyukai