I. PENDAHULUAN
memiliki
beberapa
kelebihan
overcraft
dibandingkan alat transportasi lainnya. Pada saat
bergerak hovercraft berada diatas bantalan udara, maka
hambatan yang dialami oleh hovercraft menjadi sangat kecil.
Hal ini membuat hovercraft dapat beroperasi pada segala
macam permukaan, tidak hanya rendahnya hambatan yang
dialami terhadap bentuk medan kerjanya dan permukaan air,
tetapi kemampuan ampibi yang unik yang membuat
hovercraft dapat beroperasi pada macam-macam permukaan
yang berbeda secara kontinu termasuk mencapai daerah
pedalaman tanpa mengalami kendala akibat dangkalnya
permukaan air sungai atau bebatuan yang banyak terdapat
pada sungai-sungai Indonesia.
Hovercraft TNI AL yang dijadikan objek penelitian
ini bernama Lumba-Lumba, dan difungsikan untuk
mengangkut pasukan dari kapal utama yang akan didaratkan.
Pada saat bergabung dengan TNI AL, hovercraft ini di
gunakan pada hampir setiap latihan operasi amfibi, seperti
yang diadakan di Kaimana Papua, Sangata Kalimantan Timur
dan beberapa operasi lainnya yang diadakan TNI AL.
Kemudian kendaraan ini juga dapat digunakan untuk
mobilisasi cepat VVIP Hovercraft bekerja dengan dua prinsip
utama yaitu mengangkat dan mendorong. Mengangkat
merupakan hal yang utama, karena prinsip dasar hovercraft
berjalan tanpa menyentuh permukaan dengan kata lain
kendaraan ini terangkat beberapa inci dari permukaan tanah
2
III. METODOLOGI
Tahapan Pengerjaan
: 13 m
: 5,9 m
: 3,2 m
: 3,3 - 3,85 m
: 5,6 m
: 2,8 m
Performa
Berat kosong
Berat maksimum
Daya angkut
Kecepatan maksimum
Kecepatan jelajah
Kapasitas
Tinggi rintangan keras
Maksimum tinggi gelombang
: 3500 - 4000 kg
: 7000 - 8000 kg
: 2000 kg + 700 liter
(BBM)
: 33 knot
: 28 knot
: 20 personil + kru
: 30 cm
: 100 cm
Mesin
Lift dan Thrust
: 466 HP Diesel DEUTZ
Power Generator
Number of Cylinders
:8
Bore/Stroke ( mm )
: 132/145
Displacement ( I )
: 15,87
Compression Ratio
: 17
Acc. To Power Category A1)
:466/2100
(HP/RPM)
Weight incl.keel cooling
: 1250 kg
Fuel Consumption (at 75%)
: 0.362 lb/hp - hr
:4blades
: Centrifugal
d.
Dimensi Engine
Engine Type BF8M1015CP mm
A
1673
B
1305
C
1021
D
361
D2=1.03 ~ 1 m
Penentuan Luas Impeller Disc (F)
F=
E
660
pxD2 2
4
p = 3.14
D2 = 1 m
F=
e.
Gambar 4.1 Engine Deutz Type BF8M1015CP
Skirt
Type
Multisegment
Material
Kendali Rudder
Open
loop
3.14 x12
4
= 0.81 m
Penentuan Koefisien Volume Udara Fan (Q)
Q' =
Q
Fxu 2
Q = 46.98 m3/s
F = 0.81 m
u2 = 81 m/s
dan
: Rubberizing Nylon
: 3 bilah
Q' =
46.98
0.81x81
Q= 0.72
a.
1, 34
Q'0.5
H ' =
Ns
Q = 0.72
Ns = 2.5
Q = Q' Sc (2 pc / ra )
Q = 0.015
Sc = 76.7 m2
ra = 1.2257 kg / m3
Pc = 1022.1643 Pa
D2 =
u 2 x60
pxn
u2 = 81 m/s
p = 3.14
n = 1500 RPM
0.72 0.5
H ' =
2.5
g.
1, 34
H= 0.23
Penentuan Tekanan Total Fan (H)
H=H. a . u22
3
a = 1.2257 kg/m
u2 = 81 m/s
H=0.23 x 1.2257 x 812
2
= 1883.5 N/m
4.2.1 Perencanaan Lifter (Centrifugal Fan)
a. Diameter Impeller
D2 =
4 xQ
Q' xu 2 xp
Q = 46.98 m3/s
Q = 0.72
u2 = 81 m/s
p = 3.14
D2 =
4 x 46.98
0.72 x81x3.14
b.
D2=1.0157988 ~ 1
Diameter Impeller Daerah Input
c.
b = 0.46 x D1
= 0.46 x 0.7
= 0.322 m
4.2.2 Perencanaan Thruster
Berdasarkan data yang diperoleh, hovercraft
menggunakan Fan thruster dengan:
Diameter fan propeller = 78 = 1.9812 ~ 2 m
Jumlah Blade
=4
Tabel 4.1 Perolehan Lift Force Hasil variasi jumlah blade dan
RPM pada lifter.
LIFT FORCE (N)
1900
200
0
2100
63290
0
63350
0
63240
0
63300
0
62880
0
63170
0
63020
0
63130
0
63290
0
63350
0
63240
0
63300
0
628
800
631
700
630
200
631
300
631
600
630
700
632
400
633
200
6288
00
6293
00
6302
00
6305
00
6329
00
6307
00
6324
00
6332
00
63060
0
63060
0
631
900
6325
00
1500
62880
0
63070
0
63070
0
63260
0
1600
62920
0
63170
0
63020
0
63130
0
1700
62930
0
63170
0
63020
0
63130
0
1800
62880
0
63170
0
63020
0
63130
0
15
63130
0
63120
0
63240
0
63300
0
63070
0
63350
0
63240
0
63300
0
63290
0
63350
0
63240
0
63300
0
16
63060
0
63070
0
63070
0
8
9
10
11
12
13
14
0.733
0.753
14
0.774
0.774
15
0.787
0.787
16
0.796
0.797
0.75
3
0.77
4
0.78
7
0.79
7
0.75
3
0.77
4
0.78
7
0.79
6
0.75
3
0.77
4
0.78
7
0.79
6
0.75
1
0.77
4
0.77
6
0.79
4
0.75
1
0.77
4
0.77
6
0.78
8
BLA
DE
vs
RPM
13
b.
ini
3
4
5
6
1500
995.81128
92
1442.0886
32
1933.3159
68
2476.8253
75
1700
1390.0999
99
1990.3163
33
2641.8988
44
3355.0827
27
1900
1955.5141
16
2745.9628
12
3581.7196
84
4477.1830
22
2100
2780.616
1
3836.464
7
4922.679
1
6059.733
0.32
0.27
0.24
0.23
0.09
0.36
0.14
0.3
0.07
0.46
0.11
0.37
4.5 Pembahasan
4.5.1 Analisa Gaya
Data-data yang ada didalam table 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4
kemudian diplotkan kedalam bentuk grafik untuk mengetahui
karakteristik dari masing-masing model yang telah
divariasikan. Berikut adalah pembahasan dari keempat tabel
tersebut.
a.
8
9
10
11
12
1500
1600
0.701
0.705
0.715
0.715
0.715
0.727
0.758
0.738
0.746
0.797
1700
0.70
6
0.71
5
0.72
7
0.73
8
0.74
5
1800
0.69
89
0.71
5
0.72
7
0.73
8
0.74
4
1900
0.69
89
0.71
5
0.72
7
0.73
8
0.74
4
2000
0.69
89
0.71
5
0.72
7
0.73
8
0.74
8
2100
0.69
89
0.71
4
0.72
7
0.73
5
0.74
5
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa ada dua buah variasi
blade yang menghasilkan lift force paling besar yaitu 13
blade dan 15 blade. Akan tetapi pada putaran 2000 RPM 13
blade mengalami penurunan lift force, sebaliknya 15 blade
mengalami peningkatan lift force, dan secara keseluruhan
variasi 15 blade lebih stabil ketika dioperasikan dalam
putaran sedang sampai akhirnya di operasikan pada putaran
tinggi (maksimum 2100 RPM).
b.
1.29
kg/m3
0.000018
Ns/m2
Re
d (m)
Inlet
105.214
0.7
5278236
Wall
103.929
7448245
Outlet
171.411
12284455
LIFTER
v
Re
d (m)
Inlet
191.386
13715997
Wall
227.036
16270913
186.37
13356517
Outlet
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Thruster:
in
10075/Karakteristik+Aliran+Fluida1.pdf