Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Secara umum,`perusahaan didefinisikan sebagai suatu organisasi produksi

yang menggunakan dan mengkoordinir sumber sumber ekonomi untuk


memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan. Berdasarkan definisi di
atas maka dapat dilihat adanya lima unsur penting dalam sebuah perusahaan, yaitu
organisasi, produksi, sumber ekonomi, kebutuhan dan cara yang menguntungkan.
Adapun jenis jenis perusahaan :
1. Usaha Perseorangan,
2. Firma (Fa),
3. Perseroan Komanditer (CV),
4. Perseroan Terbatas (PT),
5. Perseroan Terbatas Negara (Persero),
6. Perusahaan Daerah (PD),
7. Perusahaan Negara Umum (PERUM),
8. Perusahaan Negara Jawatan (PERJAN),
9. Koperasi
10. Yayasan.
Dalam makalah ini penulis akan mengkaji lebih dalam tentang pengertian
serta pendirian, permodalan, organisasi, dan pembubaran yang dimiliki oleh
Maatschap dan Firma.
.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang

rumusan masalah yang akan

dibahas dalam makalah ini adalah :


a. Apakah itu Firma ?
b. Apakah itu Maatschap ?
c. Apa perbedaan Maatschap dan Firma ?

1.3

Tujan Makalah
a. Untuk mengetahui pengertian Firma.
b. Untuk mengetahui pengertian Maatschap.
c. Untuk mengetahui perbedaan antara Maatschap dengan Firma.

BAB II

PEMBAHASAN
Persekutuan (Partnership) adalah suatu penggabungan di antara dua orang
(badan) atau lebih untuk memiliki atau bersama-sama dan menjalankan suatu
perusahaan guna mendapatkan keuntungan atau laba.
Berbeda dengan perseroan terbatas, persekutuan lebih beresiko disebabkan
tidak terdapat pemisahan yang tegas antara pemilik dan manajemen. Namun
demikian penyelenggaraan akuntansinya harus berpedoman pada ketentuanketentuan yang diatur oleh Prinsip-Prinsip Akuntansi yang lazim. Jadi dari segi
akuntansinya persekutuan sebagai unit usaha harus dianggap mempunyai
kedudukan terpisah dengan pemilik-pemiliknya.
Ciri-ciri Persekutuan
1.

Berusaha bersama-sama (Mutual Agency)

2. Jangka waktu terbatas (Limited Life)


3. Penarikan modal atau kematian seorang anggota otomatis membubarkan
persekutuan
4. Tanggung jawab tidak terbatas (Unlimited Liability)
5. Tanggung jawab seorang anggota tidak terbatas pada jumlah modal yang
ditanam. Bila dalam keadaan-keadaan tertentu perusahaan tidak dapat
membayar hutangnya karena kekayaannya tidak cukup, maka kreditur
berhak menagih pada salah seorang dari anggota persekutuan tersebut.
6. Memiliki suatu bagian/hak di dalam persekutuan (Ownership of an Interest
in a partnership)
7. Anggota yang menanamkan kekayaannya pada persekutuan berarti sama
dengan

menyerahkan

haknya

untuk

untuk

mengusahakan

dan

menggunakan kekayaannya itu dalam mencapai tujuan persekutuan. Hak


yang diberikan kepada persekutuan ini memberikan hak yang sama dengan
anggota lainnya untuk memimpin dan menjalankan usaha persekutuan.

8. Pengambilan bagian keuntungan persekutuan


9. Besaran jumlah keuntungan masing-masing anggota sesuai dengan
kesepakatan para anggota. Bisa saja diantara anggota tidak memiliki
modal di dalam persekutuan tetapi dia menyumbangkan tenaganya atau
keahliannya juga mendapatkan bagian dari keuntungan sesuai dengan
kesepakatan. Suatu persetujuan yang dibuat untuk membagi keuntungan
itu sendiri, tidak merupakan suatu bentuk persekutuan.1

MAATSCHAP (PERSEKUTUAN PERDATA)


1.

Pengertian
Maatschap (persekutuan perdata), sebagai badan usaha diatur dalam pasal
1618-1652 KUHPdt. Dalam pasal 1618 dijelaskan bahwa:
Persekutuan perdata adalah suatu perjanjian dengan nama dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu kedalam persekutuan dengan
maksud untuk membagi keuntungan atau kemanfaatan yang diperoleh karenanya
Unsur-unsurnya adalah :
a.

harus bersifat kebendaan

b.

harus untuk memperoleh keuntungan

c.

keuntungan harus dibagi-bagi antara para

d.

harus mempunyai sifat yang baik dan dapat diizinkan

anggotanya

Ciri-ciri persekutuan perdata:


a.

Adanya perjanjian antara dua orang atau lebih

b.

Para pihak memasukkan ke dalam persekutuan (inbreng)

c.

Tujuan memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan untuk membagi

keuntungan atau kemanfaatan dari hasil usaha yang dilakukan secara bersamasama

1 http://azanulahyan.blogspot.com/2012/07/perusahaanpersekutuan.html

Dalam pasal 1619 ayat (1) KUHPdt yang berisikan usaha persekutuan
usaha yang halal dan dibuat untuk manfaat bersama para pihak,pasal yang
menjelaskan bahwa bidang usaha yang dapat dilakukan oleh persekutuan sesuatu
yang bermanfaat bagi para sekutu.
Dalam mencapai tujuan tersebut dibutuhkan sarana seperti yang dijelaskan
dalam pasal 1619 ayat (2) KUHPdt, masing-masing sekutu diwajibkan
memasukkan uang, barang, dan keahliannya ke dalam persekutuan.
2.

Jenis Perseroan
Pasal 1620-1623 BW
a.

b.

Persekutuan Penuh inbrengnya berupa uang


Persekutuan Khusus inbrengnya tidak harus uang, dapat berupa barang atau

kerajian
3.

Pendirian Persekutuan Perdata


Dalam pasal 1624 KUHPdt dijelaskan bahwa persekutuan mulai berlaku
sejak saat perjanjian, jika dalam perjanjian tidak ditentukan lain. Pendirian
persekutuan perdata bisa dilakukan secara lisan atau dibuat secara tertulis. Hal ini
dapat diketahui dari ketentuan, persekutuan ada sejak adanya perjanjian.

4.

Asas Kepentingan Bersama Dalam Maatschap


Asas kepentingan bersama dalam maatschap, tercantum dalam pasal 1628-1631
BW

a. Kewajiban untuk mengganti rugi untuk kesalahan yang dilakukan sekutu diatur
dalam Pasal 1630
b.

Perihal aturan untuk sekutu yang memasukan inbreng dalam bentuk barang
diatur dalam Pasal 1631

5.

Pengelola Persekutuan Perdata


Setelah dikemukakan lahirnya persekutuan berdasarkan perjanjian, maka hal
ini berlaku bagi para sekutu yang telah meyatakan perjanjian ikut dalam
persekutuan dan berkewajiban untuk memenuhi kewajibannya dalam persekutuan.

Seperti dijelaskan dalam pasal 1625 KUHPdt:


Masing-masing sekutu berutang kepada persekutuan segala apa yang ia telah
menyanggupi memasukkan di dalamnya, dan jika pemasukan ini terdiri atas suatu
barang tertentu, maka ia diwajibkan menanggung, dengan cara yang sama
seperti jualbeli.
Adanya pengelola tentu akan memudahkan untuk menata secara profesional
apa yang hendak dicapai persekutuan. Secara intern, pengelola atas nama
persekutuan dapat menagih kepada anggota sekutu yang belum melunasi
kewajibannya agar segera menyelesaikannya, secara ekstern dengan adanya
pengelola, pihak luar akan lebih mudah mengadakan persekutuan.
Pasal 1636-1638 BW
a. Daden van Beheren pengurusan dapat dilakukan oleh semua sekutu selain yang
dikecualikan.
b. Daden van Beshiken (sekutu yang memutuskan) sekutu yang memutuskan
sesuatu haruslah didasarkan pada penunjukkan atas dasar kesepakatan seluruh
sekutu.
Dalam pasal 1639 KUHPdt, tidak ada janji-janji khusus mengenai cara mengurus
persekutuan, setiap sekutu dianggap secara bertimbal-balik memberi kuasa.
Dalam pasal 1642 KUHPdt dijelaskan:
Para sekutu tidaklah terikat masing-masing untuk seluruh utang persekutuan dan
masing-masing sekutu tidaklah dapat mengikat sekutu lainnya, jika mereka ini
tidak telah memberikan kuasa kepadanya untuk itu
6.

Pembagian Keuntungan dalam Maatschap


Tentang tata cara pembagian keuntungan dalam maatschap diatur dalam pasal
1633 1644 BW:
a.

Keuntungan Maatschap harus dibagi secara seimbang dan

proporsional.
b.

Keuntungan tidak boleh diperjanjikan untuk dibagi hanya kepada satu pihak atau
pihak ketiga saja.

c.

Pasal 1635 menjelaskan bahwa janji untuk membagi keuntungan hanya pada satu
pihak maka perjanjian tersebut batal demi hukum, sedangkan perjanjian untuk
membagi kerugian hanya pada satu pihak diperbolehkan.

7. Pengalihan Kepentingan Pemitraan


Kepentingan pemitraan tidak bias diahlikan tanpa persetujuan mitra lainnya.
Kecuali telah di perjanjikan demikian dalam perjanjian permitraan. Jadi, kecuali
di perjanjikan sebaliknya, kematian, penempatan dibawah pengampuan (onder
curatele), kepailitan dari mitra, akan menyebabkan maatshap bubar (pasal 1641
KUHPerdata). Adalah mungkin bagi seorang mitra untuk membuat perjanjian submitra dengan pihak ketiga walaupun hubungan demikian hanya berakibat antara
pihak ketiga dan mitra yang bersangkutan. Hal itu tidak berpengaruh baik
terhadaap maatshap ataupun kepada orang lain yang bertransaksi dengan
maatsahap.2
8..

Berakhirnya Maatschap
Mengenai berakhirnya suatu maatschap diatur dalam pasal 1646 1652 KUHPdt:

a.

Dengan lewatnya waktu dimana perseroan telah diadakan

b.

Dengan musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok


perseroan

c.
d.

Atas kehendak semata-mata dari beberapa orang atau seorang persero


Jika salah seorang persero meninggal atau ditaruh di bawah pengampuan atau

pailit.
B.

FIRMA

1.

Pengertian
Perseroan

firma

adalah

suatu

persekutuan

yang

menyelenggarakan

perusahaan atasa nama bersama, di amna tiap-tiap persero dapat mengikat firma
2 I.G. Rai Widjaya, S.H., M.A, Hukum Perusahaan, Megapoin, Jakarta,
2003, hal 42

dengan pihak ke tiga dan mereka masing-masing bertanggung jawab atas


keseluruhan utang firma secara tanggung menanggung (pasal 16-18 KUH
Dagang).
Menurut Prof. Sukardono perseroan firma adalah suatu perikatan perdata
yang khusus. Kekhususan itu menurut pasal 16 KUHD terletak pada keharusan
adanya tiga unsure mutlak, yaitu:
a. Menjalankan perusahaan
b.

Dengan pemakaian firma bersama

c. Pertanggungjawaban tiap-tiap sekutu untuk seluruhnya mengenai perikatan


dengan firma.
Perseroan firma merupakan personen Vennootschap atau perjanjian perseroan
orang, di mana peranan modal dan peranan persero menjadi satu. Hal ini akan
bertambah jelas, bahwa pada perseroan firma:
a. Penggantian sekutu harus disetujui oleh semua sekutu (pasal 1641 KUH perdata)
b.

Tidak dibenarkan seorang sekutu melakukan perbuatan konkurensi terhadap


persekutuan (pasal 1627 jo pasal 1630 KUH Perdata)

c. Adanya tanggung jawab tanggung menanggung (pasal 18 KUHD)


d.

Pada asasnya semua sekutu turut serta di dalam kepengurusan (pasal 1630 KUH
Perdata dan pasal 17 KUH dagang).

2.

Pendirian Firma
Persekutuan firma didirikan di hadapan notaries dengan akta otentik. Pasal 22
KUH Dagang mengatakan tiap-tiap persekutuan firma harus didirikan dengan akta
otentik, akan tetapi ketiadaan akta otentik tidak dapat dikemukakan untuk
merugikan pihak ke tiga. Dengan kata lain akta otentik dalam pedirian firma
bukan merupaka suatu syarat yang mutlak, hanya merupakan alat bukti jika di
kemudian hari terjadi suatu sengketa.
Namun dalam hal ini jika telah terjadi hubungan antara pihak ke tiga dengan
firma sebelum firma tersebut memiliki akta otentik lalu pihak ke tiga
mempermasalahkan mengenai akta otentik pendirian firma tersebut. Mollengraf
menyatakan bahwa suatu perseroan firma hanya dapat dibuktikan dengan akta

saja. Dengan kata lain dalam pendirian firma harus disegerakan dalam pembuatan
akta otentik sebagai suatu langkah preventif dalam menghadapi sengketa yang
mungkin terjadi di kemudian hari.
3.

Pendaftaran dan Pengumuman Firma


Sebagai suatu persekutuan yang bersifat terang-terangan, maka firma harus
didaftarkan dan diumumkan. Dalam pasal 23 KUH dagang ditentukan bahwa para
sekutu firma harus mendaftarkan akta tersebut dalam register yang disediakan di
kepaniteraan Pengadilan Negeri yang ada dalam daerah hukum dimana firma itu
berada.
Akta otentik pendirian firma harus memuat:

a) Nama, nama depan, peekrjaan, dan tempat tinggal para sekutu firma.
b) Penunjukan saat mulai berlakunya dan berakhirnya suatu perseroan.
c)

Persetujuan-persetujuan yang berguna dalam menetukan hak-hak pihak ke tiga.


Pihak ke tiga diperbolehkan untuk memeriksa isi akta atau petikannya yang
telah didaftarkan atas biaya sendiri untuk memperoleh salinannya (pasal 25
KUHD). Pasal 28 mewajibkan para sekutu untuk mengumumkan petikan akta
sebagaimana telah tercantum dalam pasal 26 dalam berita negara. Selama
pengumuman dan pendaftaran belum dilakukan oleh firma tersebut maka firma
tersebut harus dianggap:

a. Bahwa firma tersebut mengenai segala urusan perniagaan.


b.

Didirikan untuk waktu yang tidak terbatas.

c. Seolah-olah tidak ada seorang sekutu yang dikecualikan dari hak untuk
melalukukan perbuatan hukum dan hak untuk manandatangani dokumendokumen firma.
Firma yang melanggar ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar sebelum
didaftarkan dan diumumkannya firma tersebut, pihak ke tiga dapat menuntut
persekutuan firma. Namun di dalam intern firma tersebut pelanggaran tersebut
dianggap sebagai perbuatan pribadi sekutu pelaku dan dipertanggungjawabkan
secara pribadi pula. Anggaran dasar hanya mengikat sekutu saja dan baru dapat
mengikat pihak ke tiga setelah akte pendirian didaftarkan dan diumumkan.

4.

Hubungan antara Intern Sekutu


Berdasarkan pasal 15 KUHD diatur mengenai keterkaitan antar sekutu di
dalam firma. Hal ini juga meliputi kewajiban para sekutu untuk memasukan
sesuatu ke dalam persekutuan. Dalam pasal 1625 KUH Perdata, para sekutuyang
memasukan sesuatu ke dalam firma berupa barang maka sekutu tersebut harus
menjamin barang tersebut seperti layaknya jual beli. Dalam hal ini sekutu
disamakan dengan penjual dan persekutuan firma disamakan dengan pembeli.
Menurut Prof. Pitlo, tindakan dalan firma yang disamakan dengan jual beli
terlalu kasar karena tujuan dam firma dan jual beli itu sendiri berbeda. Menurut
Prof. Sukardono penyamaan penanggungan oleh sekutu terhadap masukan barang
yang dilakukan olehnya ke dalam suatu firma dengan jual beli harus dipakai
sebagai pedoman saja.
Jika masukan tersebut berupa uang maka jika sekutu tidak memasukan uang
tersebut tepat pada waktunya maka ia berhutang pada persekutuan firma. Hal ini
sesuai dengan pasal 1250 KUH Perdata. Sesuai denagn pasal tersebut maka hal itu
dianggap utang dan dikenakan bunga sesuai dengan undang-undang. Hal yang
sama berlaku terhadap sekutu yang memakai uang persekutuan untuk kepentingan
pribadi dan bunga tersebut dihitung sejak uang tersebut pertama kali diambil.
Pemasukan berupa tenaga kerja digunakan untuk mencapai tujuan
persekutuan dan segala hasil-hasil yang diperoleh adalah untuk persekutuan. Hal
ini diatur dalam pasal 1627 KUH Perdata. Adanya asas kerja sama mengharuskan
untuk mengutamakan kepentingan persekutuan daripada kepentingan pribadi.
Selain kewajiban-kewajiban, para sekutu juga memiliki hak, diantaranya
adalah hak untuk menerima pembayaran atas uang yang telah dikeluarkan oleh
sekutu dalam pembiayaan-pembiayaan yang harus dibayarkan terlebih dahulu
bedasarkan itikad baik dan untuk persekutuan, juga termasuk kerugian yang
dialami oleh sekutu. Hal ini diatur dalam pasal 1632 KUH Perdata.
Pengurusan Persekutuan Firma diatur dalam pasal 1636-1640 KUH Perdata.
Kepengurusan harus dimuat dlam akta pendirian firma, jika tidak dibuat suatu
pengaturan mengenai kepengurusannya maka:

a. Para sekutu dianggap secara timbale balik telah member kuasa agar yag satu
melakukan pengurusan bagi yang lain.
b.

Tiap-tipa sekutu diperbolehkan memakai barang-barang kekayaan persekutuan


yang sesuai dengan tujuan dan kepentingan persekutuan.

c. Tiap-tiap sekutu wajib turut memikul biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan
barang-barang persekutuan.
d.

Para sekutu tidak boleh membuat hal-hal yang baru terhadap benda-benda tidak
bergerak dari persekutuan.

5.

Hak-hak tiap Sekutu


Tiap sekutu berhak mewakili dan mengikat persekutuan baik di dalam
maupun di luar pengadilan dan berhak melakukan segala tindakan hukum atas
nama perseroan dan membuat perjanjian-perjanjian yang mengikat perseroan pada
pihak ke tiga dan sebaliknya, baik dalam lapangan kepengurusan maupun dalam
lapangan hak milik.

6.

Tanggung Jawab Sekutu atas Semua Utang Persekutuan


Dalam persekutuan firma tiap-tiap sekutu bertanggunga jawab secara
tanggung menanggung untuk keseluruhan utang firma atas segala perikatan
persekutuan. Pertanggungjawaban secara tanggung menanggung ini harus dalam
ruang lingkup bahwa tindakan sekutu tersebut adalah intra vires dengan kata lain
tindakan dari sekutu tersebut harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam anggaran dasar.

7.

Kedudukan Hukum
Kedudukan Firma menjadi suatu perdebatan di kalangan para ahli.
Mollengraf menitikberatkan pada pertanggungjawaban firma, namun Scholten
berpendapat bahwa ada tidaknya pertanggungjawaban yang terbatas itu bukan
merupakan suatu syarat yang mutlak untuk menentukan ada tidaknya kedudukan
badan hukum.

Para ahli hukum umumnya berpendapat, bahwa perundang-undangan tidak


memberikan kedudukan badan hukum bagi perseroan firma, namun menurut
arrest H.R. 26 November 1897, W. 7074. Arrest ini memperkuat pendapat
Scholten bahwa pertanggungjawaban yang terbatas bukan merupakan syarat
mutlak untuk menentukan ada tidaknya kedudukan badan hukum. Karena
persekutuan firma memiliki kekayaan yang dipisahkan tersendiri dan mempunyai
tujuan sendiri.
8. Mitra-Mitra Baru
Apabila karena kematian dari satu mitra atau karena sebab lain kemuadian mitra
harus di ganti, seorang dapat dapat mengunakan satu dari dua cara berikut.
1. Firmayang lama bisa dibubarkan dan yang baru didirikan, atau
2. Firma yang lama diteruskan dengan memasukan mitra baru untuk
mengantikan mitra yang lama.
Perbedaan antara 2 cara tersebut, bukanlah terletak pada tanggung jawab daripada
mitra untuk utang-untang lama, melainkan terletak pada tanggung jawab Firma
sendiri terhadap utang-utang lama. Bila Firma baru sudah berdiri, Firma baru ini
tidak akan bertanggung jawab untuk utang-untang dari Firma lama, sedangkan
apabila Firma hanya diteruskan dengan memasukan Mitra baru menggantikan
mitra lama, tentunya Firma masih bertanggung jawab untuk utang-utangnya. Ini
tidak pasti, apakah dalam hal ini mitra baru bertanggung jawab juga untuk utangutang lama? Sebgain ahli hokum berpendapat bahwa mitra baru bertanggung
jawab untuk utang-utang lama adalah tidak beralasan.3

9. Berakhir dan Pembubaran


3 I.G. Rai Widjaya, S.H., M.A, Hukum Perusahaan, Megapoin, Jakarta,
2003, hal 51

Sebab-sebab berakhirnya Firma adalah sama seperti Maatschap. Dalam


menangani utang-utang Firma, pertama-tama dana Firma yang digunakan. Apabila
kekayaan Firma tidak cukup untuk membayar semua utang-utang Firma, para
Mitra harus memberi kontribusi sesuai dengan bagiannya. Bila kekyaan Firma
tersisa setelah pembayaran semua utang-utangnya, kekayaan akan di bagikan
diantara para mitra menurut ketentuan perjanjian Firma (Pasal 32 KUHD).

Anda mungkin juga menyukai