Anda di halaman 1dari 7

http://syeilendrapramuditya.wordpress.

com

Teori dan Persamaan Difusi Neutron

II.3 Aproksimasi Difusi


Persamaan transport neutron (II.29) adalah persamaan yang relatif sulit untuk
dicari solusinya, karenanya pada bagian ini akan digunakan beberapa
penyederhanaan dan juga aproksimasi difusi untuk mencari solusi bagi persamaan
transport neutron.

Dari sudut pandang engineering, untuk keperluan perhitungan dan analisis teras
reaktor, rincian lengkap mengenai kebergantungan fungsi keadaan neutron
terhadap sudut ̂ sebenarnya tidak terlalu signifikan, karenanya pertama-tama
kita akan menghilangkan kebergantungan terhadap sudut ̂ tersebut. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara mengintegralkan setiap suku pada persamaan
transport neutron (II.29) terhadap seluruh sudut ̂ , dan hasilnya adalah sebagai
berikut :

1      
   J (r , E , t )   t (r , E )  (r , E , t )
v t

(II.32)

 
  dE  s ( E '  E )  (r , E ' , t )  S (r , E , t )
'

  
ˆ   (r , E , 
ˆ  ˆ , t)
  J (r , E , t )  
4
d 

(II.33)
Persamaan (II.32) adalah persamaan kontinyuitas neutron[9].

Penyederhanaan selanjutnya adalah dengan menggunakan asumsi-asumsi berikut :


 Seluruh neutron memiliki kecepatan (energi) yang sama (satu kecepatan)
 Sumber (source) bersifat isotropik
 Interaksi hamburan (scattering) bersifat isotropik

1
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com

Maka persamaan (II.32) akan menjadi seperti berikut :


1        
   J (r , t )   t ( r )  ( r , t )   s  (r , t )  S (r , t )
v t

(II.34)
  
 t (r )   s (r )   a (r )

(II.35)
1       
   J (r , t )   a ( r )  (r , t )  S (r , t )
v t

(II.36)

Agar persamaan (II.36) diatas dapat dipecahkan, maka kita harus mencari
  
hubungan antara J ( r , t ) dengan  ( r , t ) .

Pertama-tama kita akan mengalikan persamaan (II.29) dengan sudut ̂ ,


kemudian mengintegralkan terhadap seluruh sudut ̂ , dan hasilnya adalah
sebagai berikut :


1J 1       
    ( r , t )   tr ( r ) J ( r , t )  S1 ( r , t )
v t 3

(II.37)
  
 t (r )    s (r )   tr (r )  cross sec tion transport makroskopik

(II.38)

Suku kedua pada persamaan (II.37) diatas diperoleh dengan metode ekspansi
fungsi fluks angular terhadap variabel ̂ , kemudian menggunakan aproksimasi
suku linier.

 ˆ 1  3   ˆ
 (r ,  ,t)   (r , t )  J (r , t )  
4 4
(II.39)

Kemudian dengan cara “mengurai” J dan ̂ ke vector base –nya, dan
menggunakan prinsip simetri, maka akan diperoleh hasil berikut :

2
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com

    1 3  ˆ 1  
  dˆ ˆ ˆ  (r , ˆ , t )     dˆ ˆ ˆ  4  
4 4
4
J      (r , t )
 3

(II.40)

Untuk mendapatkan solusi persamaan (II.36), selanjutkan akan digunakan


aproksimasi difusi, dengan asumsi – asumsi sebagai berikut :

a. Fluks angular neutron dapat direpresentasikan dengan cukup baik dan valid
oleh aproksimasi suku linier-nya saja, yaitu persamaan (II.39)
b. Seluruh neutron memiliki kecepatan (energi) yang sama  satu grup energi
c. Sumber neutron bersifat isotropik
d. Laju perubahan rapat arus neutron terhadap waktu adalah sangat kecil bila
dibandingkan dengan frekuensi tumbukan neutron.

Dengan menggunakan asumsi (c), maka :


 ˆ  
s (r , , t )  isotropic source  S1 ( r , t )  0

(II.41)

Dan dengan menggunakan asumsi (d), maka :


 
1  J 1 J
  v t  0
J t v t

(II.42)

Dengan kedua hasil diatas, maka persamaan (II.37) dapat ditulis dalam bentuk
berikut :

1    
   (r , t )   tr ( r ) J ( r , t )  0
3
(II.43)

   1    tr (r )   
J (r , t )       (r , t )      ( r , t )
 3  tr (r )   3 
(II.44)

3
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com

 1
tr ( r )    transport mean free path
 tr ( r )

(II.45)

Sekarang akan didefinisikan koefisien difusi neutron D (r ) , yaitu :

 1 tr ( r )
D (r )   
3  tr (r ) 3

(II.46)
    
J ( r , t )   D ( r )  ( r , t )

(II.47)

Dengan persamaan (II.47) diatas, berarti kita berhasil menentukan hubungan


  
antara J ( r , t ) dengan  ( r , t ) , maka persamaan (II.36) dapat ditulis dalam
bentuk berikut :

1        
   D ( r )  ( r , t )   a ( r )  ( r , t )  S ( r , t )
v t

(II.48)

Persamaan (II.48) diatas dikenal sebagai persamaan difusi neutron satu


kecepatan (satu grup)[9].

Persamaan (II.48) didapat berdasarkan beberapa asumsi dan aproksimasi,


sehingga validitas-nya terbatas. Persamaan (II.48) tidak lagi valid untuk kondisi-
kondisi berikut :
1. Dekat perbatasan material, atau daerah dimana sifat-sifat material berubah
secara drastis pada interval jarak yang se-orde dengan mfp neutron
2. Dekat pusat sumber neutron (localized source)
3. Pada material yang memiliki kemampuan besar untuk menyerap neutron

Persamaan (II.48) adalah one equation with one unknown, sehingga solusi untuk

fluks neutron  (r ) tentu dapat dicari.

II.4 Difusi Multigrup

4
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan mengenai teori difusi neutron, juga telah
diturunkan persamaan difusi neutron satu kecepatan (satu grup). Model tersebut
cukup baik untuk memahami konsep-konsep dasar analisis neutronik teras reaktor
nuklir. Namun demikian, untuk melakukan analisis yang lebih akurat, model
tersebut tidak cukup memadai.
Penurunan persamaan difusi satu grup dilakukan berdasarkan dua asumsi yang
sangat penting :
1. diasumsikan bahwa fluks angular tidak terlalu dipengaruhi variabel
sudut, sehingga efek transport tidak terlalu berperan dan aproksimasi
difusi berlaku valid.
2. diasumsikan bahwa seluruh neutron di dalam teras reaktor memiliki
energi yang sama (satu kecepatan/grup).

Asumsi pertama diatas biasanya memiliki validitas yang baik untuk kasus teras
reaktor yang cukup besar, dengan pengecualian khusus (karena efek transport
yang kuat) di daerah perbatasan, pusat sumber neutron, dan material absorber.

Asumsi yang kedua diatas merupakan kelemahan utama model difusi satu grup,
karena neutron-neutron di dalam teras reaktor sebenarnya terdistribusi pada
spektrum energi yang sangat lebar, yaitu dari sekitar 0.01 eV sampai sekitar 10
MeV, suatu rentang energi dengan lebar 8 orde. Selain itu, nilai cross section
reaksi nuklir juga sangat dipengaruhi oleh energi neutron yang datang. Karena
hal-hal tersebut diatas, maka diperlukan teknik penanganan yang lebih realistis
agar bisa dilakukan analisis neutronik yang lebih akurat.

Untuk mengakomodasi variabel energi ke dalam persamaan difusi neutron,


pertama kita akan mempartisi spektrum kontinyu energi neutron menjadi interval-
interval energi yang diskrit, atau grup energi.

5
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com

Gambar II.5 Konsep grup energi neutron

Untuk menurunkan persamaan difusi multigrup, kita akan menggunakan konsep


keseimbangan neutron[9] (neutron balance),sebagai berikut :

 laju perubahan   kebocoran   absorpsi   neutron muncul   neutron   neutron 


 jumlah   neutron   neutron   dari sumber   terhambur   terhambur 
 =- - + - + 
 neutron   dari sistem   di grup g   neutron   keluar dari   masuk ke 
 di grup g   (leakage )     di grup g   grup g   grup g 
           

Berdasarkan persamaan diatas, maka terdapat dua faktor yang menambah jumlah
neutron dalam suatu grup :
1. neutron muncul dalam grup g dari sumber neutron, sumber neutron ini
terutama adalah reaksi fisi nuklir.
2. neutron dengan sembarang energi mengalami reaksi hamburan nuklir
(scattering), sehingga energinya berubah dan termasuk dalam interval
energi grup g.

Dan terdapat 3 faktor yang mengurangi jumlah neutron dalam suatu grup :
1. kebocoran neutron, yaitu neutron keluar dari teras reaktor.
2. absorpsi, yaitu neutron diserap oleh material di dalam teras reaktor
3. neutron dalam grup g mengalami reaksi hamburan nuklir (scattering),
sehingga energinya berubah dan keluar dari interval energi grup g.

Berdasarkan aproksimasi difusi, maka ekspresi matematis dari persamaan


keseimbangan neutron diatas adalah sebagai berikut :

1 g (r , t )     
   Dg (r )g (r , t )   ag (r )g (r , t ) 
vg t
(II.49)
g G
S g (r , t )   sg (r )g (r , t )    sg ' g ( r )g ' ( r , t )
   
keff g '1

dengan scattered-out cross section :

6
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com

G
 sg ( r )    sgg ' (r )
 
(II.50)
g '1

dan suku sumber (source term) :


G
S (r , t )   vg ' fg ' (r )g ' (r , t )
  
(II.51)
g '1

Pada persamaan (II.49) diatas, didefinisikan besaran cross section baru, yaitu

group-transfer cross section :  sg ' g dan  sgg ' . Cross section ini menggambarkan
probabilitas bahwa neutron akan mengalami reaksi hamburan dan kemudian
energinya berubah, sehingga berpindah grup energi, yaitu masuk atau keluar dari
grup energi g.

Bila persamaan (II.49) disusun ulang, maka akan berbentuk seperti berikut :

1 g (r , t )      
   Dg (r )g (r , t )   tg (r ) g (r , t ) 
vg t
(II.52)
G g G
  vg ' fg ' (r )g ' (r , t )
   
 sg ' g (r )g ' (r , t ) 
g '1 keff g '1

dengan cross section total :


  
 ag (r )   sg ( r )  tg (r )

Persamaan (II.52) diatas adalah persamaan difusi multigrup[9]. Dengan


menggunakan persamaan ini, maka hasil perhitungan yang diperoleh akan
menjadi lebih realistis dan akurat, karena variabel energi juga telah terakomodasi.

Anda mungkin juga menyukai