com
Dari sudut pandang engineering, untuk keperluan perhitungan dan analisis teras
reaktor, rincian lengkap mengenai kebergantungan fungsi keadaan neutron
terhadap sudut ̂ sebenarnya tidak terlalu signifikan, karenanya pertama-tama
kita akan menghilangkan kebergantungan terhadap sudut ̂ tersebut. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara mengintegralkan setiap suku pada persamaan
transport neutron (II.29) terhadap seluruh sudut ̂ , dan hasilnya adalah sebagai
berikut :
1
J (r , E , t ) t (r , E ) (r , E , t )
v t
(II.32)
dE s ( E ' E ) (r , E ' , t ) S (r , E , t )
'
ˆ (r , E ,
ˆ ˆ , t)
J (r , E , t )
4
d
(II.33)
Persamaan (II.32) adalah persamaan kontinyuitas neutron[9].
1
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com
(II.34)
t (r ) s (r ) a (r )
(II.35)
1
J (r , t ) a ( r ) (r , t ) S (r , t )
v t
(II.36)
Agar persamaan (II.36) diatas dapat dipecahkan, maka kita harus mencari
hubungan antara J ( r , t ) dengan ( r , t ) .
1J 1
( r , t ) tr ( r ) J ( r , t ) S1 ( r , t )
v t 3
(II.37)
t (r ) s (r ) tr (r ) cross sec tion transport makroskopik
(II.38)
Suku kedua pada persamaan (II.37) diatas diperoleh dengan metode ekspansi
fungsi fluks angular terhadap variabel ̂ , kemudian menggunakan aproksimasi
suku linier.
ˆ 1 3 ˆ
(r , ,t) (r , t ) J (r , t )
4 4
(II.39)
Kemudian dengan cara “mengurai” J dan ̂ ke vector base –nya, dan
menggunakan prinsip simetri, maka akan diperoleh hasil berikut :
2
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com
1 3 ˆ 1
dˆ ˆ ˆ (r , ˆ , t ) dˆ ˆ ˆ 4
4 4
4
J (r , t )
3
(II.40)
a. Fluks angular neutron dapat direpresentasikan dengan cukup baik dan valid
oleh aproksimasi suku linier-nya saja, yaitu persamaan (II.39)
b. Seluruh neutron memiliki kecepatan (energi) yang sama satu grup energi
c. Sumber neutron bersifat isotropik
d. Laju perubahan rapat arus neutron terhadap waktu adalah sangat kecil bila
dibandingkan dengan frekuensi tumbukan neutron.
(II.41)
(II.42)
Dengan kedua hasil diatas, maka persamaan (II.37) dapat ditulis dalam bentuk
berikut :
1
(r , t ) tr ( r ) J ( r , t ) 0
3
(II.43)
1 tr (r )
J (r , t ) (r , t ) ( r , t )
3 tr (r ) 3
(II.44)
3
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com
1
tr ( r ) transport mean free path
tr ( r )
(II.45)
Sekarang akan didefinisikan koefisien difusi neutron D (r ) , yaitu :
1 tr ( r )
D (r )
3 tr (r ) 3
(II.46)
J ( r , t ) D ( r ) ( r , t )
(II.47)
1
D ( r ) ( r , t ) a ( r ) ( r , t ) S ( r , t )
v t
(II.48)
Persamaan (II.48) adalah one equation with one unknown, sehingga solusi untuk
fluks neutron (r ) tentu dapat dicari.
4
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan mengenai teori difusi neutron, juga telah
diturunkan persamaan difusi neutron satu kecepatan (satu grup). Model tersebut
cukup baik untuk memahami konsep-konsep dasar analisis neutronik teras reaktor
nuklir. Namun demikian, untuk melakukan analisis yang lebih akurat, model
tersebut tidak cukup memadai.
Penurunan persamaan difusi satu grup dilakukan berdasarkan dua asumsi yang
sangat penting :
1. diasumsikan bahwa fluks angular tidak terlalu dipengaruhi variabel
sudut, sehingga efek transport tidak terlalu berperan dan aproksimasi
difusi berlaku valid.
2. diasumsikan bahwa seluruh neutron di dalam teras reaktor memiliki
energi yang sama (satu kecepatan/grup).
Asumsi pertama diatas biasanya memiliki validitas yang baik untuk kasus teras
reaktor yang cukup besar, dengan pengecualian khusus (karena efek transport
yang kuat) di daerah perbatasan, pusat sumber neutron, dan material absorber.
Asumsi yang kedua diatas merupakan kelemahan utama model difusi satu grup,
karena neutron-neutron di dalam teras reaktor sebenarnya terdistribusi pada
spektrum energi yang sangat lebar, yaitu dari sekitar 0.01 eV sampai sekitar 10
MeV, suatu rentang energi dengan lebar 8 orde. Selain itu, nilai cross section
reaksi nuklir juga sangat dipengaruhi oleh energi neutron yang datang. Karena
hal-hal tersebut diatas, maka diperlukan teknik penanganan yang lebih realistis
agar bisa dilakukan analisis neutronik yang lebih akurat.
5
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com
Berdasarkan persamaan diatas, maka terdapat dua faktor yang menambah jumlah
neutron dalam suatu grup :
1. neutron muncul dalam grup g dari sumber neutron, sumber neutron ini
terutama adalah reaksi fisi nuklir.
2. neutron dengan sembarang energi mengalami reaksi hamburan nuklir
(scattering), sehingga energinya berubah dan termasuk dalam interval
energi grup g.
Dan terdapat 3 faktor yang mengurangi jumlah neutron dalam suatu grup :
1. kebocoran neutron, yaitu neutron keluar dari teras reaktor.
2. absorpsi, yaitu neutron diserap oleh material di dalam teras reaktor
3. neutron dalam grup g mengalami reaksi hamburan nuklir (scattering),
sehingga energinya berubah dan keluar dari interval energi grup g.
6
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com
G
sg ( r ) sgg ' (r )
(II.50)
g '1
Pada persamaan (II.49) diatas, didefinisikan besaran cross section baru, yaitu
group-transfer cross section : sg ' g dan sgg ' . Cross section ini menggambarkan
probabilitas bahwa neutron akan mengalami reaksi hamburan dan kemudian
energinya berubah, sehingga berpindah grup energi, yaitu masuk atau keluar dari
grup energi g.
Bila persamaan (II.49) disusun ulang, maka akan berbentuk seperti berikut :
1 g (r , t )
Dg (r )g (r , t ) tg (r ) g (r , t )
vg t
(II.52)
G g G
vg ' fg ' (r )g ' (r , t )
sg ' g (r )g ' (r , t )
g '1 keff g '1