Anda di halaman 1dari 5

http://syeilendrapramuditya.wordpress.

com

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

II.1 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir


Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), atau dikenal juga sebagai reaktor
nuklir, pada dasarnya adalah suatu sistem pembangkit daya listrik, yang sumber
energinya berasal dari reaksi nuklir. Selama sekitar 60 tahun perkembangannya,
teknologi reaktor nuklir telah berkembang demikian pesat, sehingga saat ini
terdapat cukup banyak jenis dan model reaktor nuklir, beberapa contohnya adalah
sebagai berikut :
 Pressurized Water Reactor (PWR)
 Boiling Water Reactor (BWR)
 Heavy Water Reactor (HWR/CANDU)
 Liquid Metal Fast Breeder Reactor (LMFBR)
 High Temperature Gas-Cooled Reactor (HTGR)
 Molten Salt Reactor (MSR)
 Super Critical Water Reactor (SCWR)
 dan lain sebagainya

Prinsip kerja reaktor nuklir sebenarnya mirip dengan pembangkit listrik


konvensional, perbedaan utama terletak pada sumber energi dan jenis bahan
bakar. Sumber energi pada pembangkit listrik konvensional berasal dari proses
pembakaran secara kimia bahan bakar fosil, sedangkan sumber energi reaktor
nuklir berasal dari reaksi fisi nuklir pada material-material fisil.

Reaksi fisi nuklir disebut juga reaksi (n, fission ) , dan termasuk reaksi eksoterm
yang menghasilkan energi dalam jumlah yang relatif sangat besar. Reaksi fisi
nuklir pada dasarnya adalah reaksi pembelahan inti atom berat menjadi inti-inti
atom yang lebih ringan, akibat tumbukan oleh neutron.

Persamaan umum dari suatu reaksi fisi nuklir adalah sebagai berikut :
1
0 n A1
X
Z1  A2
Z2Y Z  neutron  energi
A3
Z3 (II.1)

1
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com

Beberapa contoh reaksi fisi Uranium 235 adalah sebagai berikut :


1
0 n 235
U
92  Xe 
140
54 Sr  2 01 n  200 MeV
94
38 (II.2)
1
0 n 235
U
92  Cs 
140
55
93
37 Rb  301 n  200 MeV (II.3)
1
0 n 235
U
92  Ba 
141
56
92
36 Kr  301 n  200 MeV (II.4)

Gambar II.1 Reaksi fisi nuklir

Pada reaktor nuklir, partikel neutron yang dihasilkan pada reaksi fisi digunakan
kembali untuk memicu reaksi fisi yang baru, sehingga reaksi fisi dapat
berlangsung secara terus-menerus tetapi terkendali, atau biasa disebut sebagai
reaksi fisi berantai terkendali, gambar berikut ini adalah contohnya :

Gambar II.2 Reaksi fisi berantai

2
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com

Parameter yang digunakan untuk memantau populasi neutron di dalam teras


reaktor adalah besaran yang disebut faktor multiplikasi neutron :

N (t  t i )
k  (II.5)
N (t  t i 1 )

k = faktor multiplikasi
N(t = ti) = polulasi neutron pada suatu generasi
N(t = ti-1) = populasi neutron pada generasi sebelumnya

Berdasarkan nilai faktor multiplikasi, terdapat 3 jenis keadaan teras reaktor, yaitu :
a. k>1
disebut keadaan superkritis, dimana polulasi neutron terus bertambah
b. k=1
disebut keadaan kritis, dimana populasi neutron tidak berubah (konstan)
c. k<1
disebut keadaan subkritis, dimana populasi neutron terus berkurang

Ketiga keadaan tersebut diperlihatkan pada gambar berikut :

Gambar II.3 Faktor multiplikasi neutron

Jadi faktor multiplikasi menggambarkan tingkat kestabilan reaksi fisi berantai di


dalam teras reaktor, dimana keadaan stabil tercapai bila nilai k = 1.

3
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian dan penulisan thesis ini
terutama hanya akan membahas reaktor nuklir jenis PWR.

Gambar II.4 Diagram skematik reaktor nuklir PWR

Sebuah reaktor nuklir PWR memiliki beberapa modul utama, diantaranya adalah :
 Teras reaktor (Reactor Core)
 Sistem pendingin (Coolant, Cooling Tower)
 Beberapa pompa (Coolant Pumps)
 Penekan (Pressurizer)
 Pembangkit uap (Steam Generator)
 Turbin uap (Steam Turbine)
 Generator listrik (Turbo Generator)
 Kondensor (Condenser)
 Dan komponen pendukung lainnya yang sangat banyak jumlahnya.

Sebuah sistem PWR (Gambar II.4) memiliki dua loop (sistem aliran coolant)
utama. Loop pertama/primer terhubung dengan teras reaktor, dan berfungsi

4
http://syeilendrapramuditya.wordpress.com

membawa energi termal yang dihasilkan di dalam teras reaktor. Coolant pada loop
primer ini berupa air biasa (H2O) dan diberi tekanan yang sangat tinggi, mencapai
sekitar 150 atm, untuk menjaga agar coolant tidak mendidih, sehingga yang
terjadi adalah aliran coolant fase tunggal, yaitu fase cair (liquid phase). Loop
kedua/sekunder terhubung dengan steam generator, turbin, dan kondensor.
Coolant pada loop ini juga air biasa, tetapi tekanan pada loop ini tidak setinggi
tekanan loop primer, dengan demikian dapat terjadi pendidihan coolant, sehingga
yang terjadi adalah aliran coolant dua fase, yaitu fase cair dan uap (liquid-vapor
phase). Perpindahan panas dari loop primer ke loop sekunder terjadi di modul
steam generator, disinilah coolant pada loop sekunder berubah fase dari cair
menjadi uap. Selanjutnya uap tersebut disalurkan ke turbin yang terhubung
dengan generator listrik, generator inilah yang menghasilkan energi listrik.
Setelah keluar dari turbin, coolant akan berupa campuran fase cair dan uap
(vapor-liquid mixture), akibat penurunan enthalpi coolant karena proses konversi
menjadi energi kinetik oleh turbin, padahal sebelum kembali ke steam generator,
coolant tersebut harus berupa fase cair. Maka terlebih dahulu coolant harus
memasuki modul kondensor, disinilah coolant berubah fase menjadi cair
seluruhnya. Loop pendingin kondensor dapat terhubung ke sungai atau laut (open-
pool system), ataupun ke menara pendingin atau cooling tower (closed system).

Anda mungkin juga menyukai