Makalah KDM 3
Makalah KDM 3
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga
memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini.
Disamping itu manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil
pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolik
semakin
banyak
ditemukan.
Kondisi
tersebut
biasanya
sering
menyertai
kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses
penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari
pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi
tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil
yang sistematis. Disamping itu perawat juga berkaitan dengan biaya perawatan luka
yang efektif. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan hal tersebut.
Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan
produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut
untuk memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses
pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada
pembaca tentang perawatan luka dan aspek-aspek yang ada dalam perawatan luka.
BAB II
PEMBAHASAN
Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1891 )
Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membrane, dan tulang atau
et, 1994 ).
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,
sengatan listrik atau gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat, 1997).
1.2 Etiologi
-
Berdasarkan sifatnya :
a.
Luka akut
Adalah luka yang sembuh sesuai dengan periode waktu yang
diharapkan atau dengan kata lain sesuai dengan konsep
penyembuhan luka akut dengan dikatagorikan sebgai :
b.
Luka kronis
Adalah
luka yang
proses
penyembuhannya
mengalami
b.
c.
Penuh (full thickness) luka meliputi epidermis, dermis dan jaringan sub
kutan bahan dengan juga melibatkn otot, tendon, dan tulang.
3
3. Berdasarakan stadium
a.
Stage 1
Lapisan epidermis utuh, namun terdengan eritema atau perubahan warna
b.
Stage 2
Kehlangan kulit superficial dengan kerusakan lapisan epidermis dan
dermis, eritema di jaringan yang nyeri panas, dan edema.
c.
Stage 3
Kehilangan jaringan sampai dengan jaringan sub kutan, dengan
terbentuknya rongga (cavity), eksudat sedang samapi banyak
d.
Stage 4
Hilangnya jaringan sub kutan dengan terbentuknya rongga yang melibatkan
otot, tendon, dan atau tulang. Eksudat sedang sampai banyak.
Luka Insisi (incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrument yang
tajam. Misalny ayang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptic),
biasanya tertutup oleh sutura atau setelahseluruh pembuluh darah yang
luka di ikat (ligasi).
b.
c.
d.
e.
Luka gores (lacerated wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti
oleh kaca / kawat.
f.
g.
Luka bakar (Combutsio), luka yang disebabkan oleh trauma panas, listrik,
kimiawi, radiasi atau suhu dingin yang ekstrim
5. Berdasarkan penampilan
a.
b.
c.
d.
e.
2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh.
Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A,
dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk
memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien
yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama
karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab
infeksi.
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki
sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka
lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan
lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan
pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi
atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang
menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika
terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat
diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul
dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang
membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (Pus).
6
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai
darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini
dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi
akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu
sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan
gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga
akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang
lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
Steroid
Antibiotik
1.5 Komplikasi
1. Hematoma
2. Infeksi
3. Keloid
4. Syok hipovolemik
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pinset anatomis
Pinset cirurghi
Arteri klem
Kain khasa
Kapas alcohol
Bengkok/ Nierbeken
Waskom kecil
Gunting lurus
Handscoen/sarung tangan
Pinset anatomis
Pinset cirurghi
Gunting steril
Naadl voerder
Jarum
Benang
Larutan betadine
Alcohol 70%
Obat anastesi
Spuit
Duk steril
Pisau steril
Guntung perban
Plester/pembalut
Bengkok
Kasa steril
Mangkok kecil
Handskon steril
Pengertian
Adalah suatu teknik dalam melakukan perawatan pada gangguan keutuhan
jaringan (luka).
2.
3.
Tujuan
a.
Memberikan rasa nyaman
b.
Mempercepat proses penyembuhan
c.
Mencegah terjadinya infeksi silang
Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka
1)
Sodium Klorida 0,9 % (NaCL 0,9%).
Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh
tubuh karena alas an ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium
klorida. Normal saline aman digunakan untuk kondisi apapun (Lilley
& Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida mempunyai Na
dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel
darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam
beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %.
Ini adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk alasan ini
sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999).
Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi
granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar
luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan serta mudah
didapat dan harga relatif lebih murah (http://rpromise.com/woundcare/)
2)
Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk
garam yang dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan
non metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan
bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut
secara keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium iodide encer.
Iodide tinture dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung
konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999).
Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak
dengan kulit atau selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan
terinfeksi bakteri gram positif dan negatif, spora, jamur, dan protozoa.
10
Bahan ini agak iritan dan alergen serta meninggalkan residu (Sodikin,
2002). Studi menunjukan bahwa antiseptik seperti povodine iodine
toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000). Iodine dengan konsentrasi > 3
% dapat memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan nampak
dengan iodine ketika daerah yang dirawat ditutup dengan balutan
oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi
luka. (Lilley & Aucker, 1999).
4.
Indikasi
Dilakukan pada pasien yang menderita luka baik luka kecil atau luka
besar.
5.
Persiapan
a.
Persiapan Alat
1). Alat-alat steril (dalam wadah yang steril)
1. Pinset anatomis
2. Pinset cirurghi
3. Arteri klem
4. Kain khasa
5. Kapas alcohol
6. Bengkok/ Nierbeken
7. Waskom kecil
8. Gunting lurus
9. Handscoen/sarung tangan
2). Alat-alat tidak steril
1. Gunting biasa
2. Pembalut sesuai kebutuhan
3. Plester
4. Botol berisi alkohol 70%
5. Cairan pencuci luka : NaCl 0,9%, H2O2
6. Obat desinfektan : bethadine, rivanol
7. Sabun
8. Tempat sampah
9. Sampiran bila perlu
11
b.
6.
Persiapan Pasien
1). Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
2). Atur posisi pasien yang menyenangkan dan memudahkan
pekerjaan.
Prosedur Pelaksanaan
1). Memberi salam.
2). Cek nama pasien.
3). Alat-alat dibawa kedekat pasien.
4). Pasang sampiran bila perlu.
5). Perawat mencuci tangan.
6). Pasang handscoen.
7). Bersihkan luka dengan menggunakan cairan pencuci luka dengan arah
8).
melingkar (sirkumler) dari dalam kearah luar luka 1 cm dari tepi luka.
Kemudian bersihkan luka dengan larutan desinfektan dengan cara yang
9).
10).
11).
12).
13).
14).
15).
7.
Pinset anatomis
Pinset cirurghi
Gunting steril
Naadl voerder
Jarum
Benang
Larutan betadine
Alcohol 70%
Obat anastesi
Spuit
Duk steril
Pisau steril
Guntung perban
Plester/pembalut
Bengkok
Kasa steril
Mangkok kecil
Handskon steril
Prosedur kerja:
1.
2.
3.
4.
Cuci tangan.
Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
Gunakan sarung tangan steril.
Lakukan disinfeksi daerah yang akan dijahit (dengan betadine dan alcohol
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Pinset anatomis
Pinset cirurghi
Arteri klem
Gunting angkat jahitan steril
Lidi kapas (lidi yang diberi/dilapisi kapas pada ujungnya)
Kasa steril
Mangkok steril
Gunting pembalut
Plester
Alcohol 70%
Larutan H2O2 savlon/lisol, atau larutan lainnya sesuai dengan
12.
13.
14.
15.
kebutuhan
Obat luka
Gunting perban
Bengkok
Handskon steril
Prosedur Kerja:
1.
2.
3.
4.
5.
Cuci tangan.
Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
Gunakan sarung tangan steril.
Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset.
Bersihkan luka dengan menggunakan savlon/sublimat,
H2O2,
hingga bersih.
Angkat jahitan dengan menarik simpul jahitan sedikit ke atas,
kemudian gunting benang dan tarik dengan hati-hati lalu dibunag pada
4.
a. Keluhan utama
Keluhan yang sedang di rasakan pasien perawatan luka, misalnya pusing,
badannya lemah, dan rasa nyeri.
c. Pola kebersihan
Pola kebersihan terganggu karena mobilisasi tubuh terbatas akibat terdapatnya
luka.
d. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
15
f.
Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami
peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi
kekurangan cairan.
g. Thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler,
ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang
16
j.
e. Data psikologis
Mencakup Status emosi, gaya komunikasi, gaya interaksi, dan pola koping
pasien saat menjalani perawatan luka.
f. Data sosial
Mencakup Pendidikan, Hubungan sosial, Gaya hidup, dan Peran pasien dalam
keluarga.
g. Pola penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
PEMERIKSAAN
Jumlah lekosit, hitung jenis
TUJUAN
Mengetahui kemungkinan infeksi.
Glukosa
HbA1c
oksigenasi jaringan.
Mengetahui adanya diabetes.
Menilai pengendalian diabetes.
luka.
Rheumatoid
factor,autoantibody
(misalnya anti-nuclear
antibodyANA)
Pemeriksaan mikrobiologi
b. Pengobatan
1. Jika terjadi Infeksi luka, pengobatan dapat dilakukan sebagai
berikut.
Tatalaksana
1.
2.
3.
4.
18
5.
6.
mengandung Staphylococus.
Berikan ampisilin oral (2550 mg/kgBB/dosis 4 kali
sehari), gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari)
dan metronidazol (7.5 mg/kgBB/dosis 3 kali sehari) jika
dicurigai terjadi pertumbuhan bakteri saluran cerna.
c. Diagnosa keperawatan
Contoh diagnosa Keperawatan NANDA untuk perawatan luka
Risiko infeksi
NOC :
NIC :
Faktor-faktor risiko :
Immune Status
- Prosedur Infasif
Knowledge :
- Kerusakan jaringan
Infection
dan
control
Setelah dilakukan
- Malnutrisi
tindakan
- Peningkatan paparan
keperawatan
lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Tidak adekuat
pertahanan
sekunder
(penurunan Hb,
selama
pasien tidak
mengalami
infeksi dengan
kriteria hasil:
Klien bebas dari
Leukopenia,
penekanan
respon inflamasi)
tanda
dan gejala infeksi
Menunjukkan
- Penyakit kronik
kemampuan untuk
- Imunosupresi
mencegah
- Malnutrisi
- Pertahan primer
tidak
adekuat (kerusakan
kulit,
trauma
jaringan,gangguan
peristaltik)
timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit
dalam
batas normal
Menunjukkan
perilaku
hidup sehat
Status imun,
gastrointestinal,
genitourinaria
dalam
batas normal
Kerusakan integritas
NOC :
kulit
berhubungan dengan :
and
Eksternal :
Mucous Membranes
- Hipertermia atau
Wound Healing :
hipotermia
NIC :
Anjurkan pasien untuk
Menggunakan pakaian
yang
longgar
- Substansi kimia
Setelah dilakukan
- Kelembaban
tindakan
tempat
- Faktor mekanik
keperawatan
(misalnya:
selama..
kerusakan integritas
tetap
menimbulkan luka,
kulit
tidur
pasien teratasi
- Immobilitas fisik
dengan
posisi
- Radiasi
kriteria hasil:
Integritas kulit
sekali
- Kelembaban kulit
yang
tekanan, restraint)
- Obat-obatan
Internal :
- Perubahan status
metabolik
- Tonjolan tulang
- Defisit imunologi
- Berhubungan dengan
dengan
baik bisa
dipertahankan
(sensasi,
elastisitas,
temperatur,
hidrasi,
pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi
perkembangan
pada kulit
kemerahan
Oleskan lotion atau
minyak/baby
oil pada daerah yang
tertekan
Monitor aktivitas dan
mobilisasi
pasien
Monitor status nutrisi
- Perubahan sensasi
Perfusi jaringan
pasien
- Perubahan status
baik
nutrisi
Menunjukkan
(obesitas, kekurusan)
- Perubahan status
cairan
pemahaman
dalam
proses perbaikan
tekanan
- Perubahan sirkulasi
dan mencegah
- Perubahan turgor
terjadinya sedera
dimensi,
(elastisitas kulit)
berulang
Mampu
melindungi
kulit dan
DO:
- Gangguan pada
bagian
tubuh
mempertahankan
kelembaban kulit
dan
perawatan alami
kedalaman luka,
karakteristik,warna cairan,
granulasi, jaringan
nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal,
formasi
traktus
Ajarkan pada keluarga
tentang
Menunjukkan
- Gangguan permukaan
terjadinya proses
kulit
penyembuhan
pemberian
(epidermis)
luka
Risiko gangguan
NOC :
integritas
- Tissue Integrity :
Pressure Management
kulit
Skin
Faktor-faktor risiko:
and Mucous
Menggunakan pakaian
Eksternal :
Membranes
- Hipertermia atau
- Status Nutrisi
hipotermia
- Tissue
- Substansi kimia
Perfusion:perifer
tempat
- Kelembaban udara
- Dialiysis Access
tidur
- Faktor mekanik
(misalnya : alat yang
dapat
menimbulkan luka,
tekanan, restraint)
Integrity
Setelah dilakukan
tindakan
yang
longgar
keperawatan
selama.
posisi
- Immobilitas fisik
Gangguan integritas
- Radiasi
kulit
sekali
- Kelembaban kulit
kriteria
- Obat-obatan
hasil:
Integritas kulit
minyak/baby
Internal :
- Perubahan status
yang
baik bisa
kemerahan
metabolic
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Berhubungan dengan
dengan
perkembangan
dipertahankan
Melaporkan
mobilisasi
adanya
gangguan sensasi
atau
nyeri pada daerah
kulit
- Perubahan sensasi
yang mengalami
- Perubahan status
gangguan
nutrisi
(obesitas, kekurusan)
Menunjukkan
pemahaman
proses perbaikan
kulit
pasien
Monitor status nutrisi
pasien
Memandikan pasien
dengan
sabun dan air hangat
Gunakan pengkajian risiko
untuk
memonitor faktor risiko
pasien
(Braden Scale, Skala
Norton)
dan mencegah
terjadinya sedera
pada
berulang
Mampu
melindungi
Kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan
perawatan alami
Status nutrisi
adekuat
Sensasi dan warna
kulit
tulang-tulang yang
menonjol dan
titik-titik tekanan ketika
merubah
posisi pasien.
Jaga kebersihan alat tenun
Kolaborasi dengan ahli gizi
Untuk pemberian tinggi
protein,
mineral dan vitamin
Monitor serum albumin dan
transferin
Nyeri akut
normal
NOC :
NIC :
berhubungan
Pain Level,
dengan:
pain control,
secara
comfort level
komprehensif termasuk
23
kimia,
Setelah dilakukan
fisik, psikologis),
Tinfakan
kerusakan
jaringan
keperawatan
selama .
lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi,
kualitas dan faktor
DS:
Pasien tidak
presipitasi
mengalami
DO:
hasil:
nyeri
Mampu mengontrol
Nyeri (tahu
penyebab
ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga
untuk
Mencari dan menemukan
nyeri, mampu
sayu,
menggunakan
tehnik
dapat
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri,
mencari bantuan)
dukungan
mempengaruhi nyeri
seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
sendiri
Melaporkan bahwa
- Fokus menyempit
nyeri
nyeri
(penurunan persepsi
waktu,
kerusakan proses
berpikir,
penurunan interaksi
dengan
orang dan
lingkungan)
- Tingkah laku distraksi,
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan
tanda
nyeri)
contoh : jalan-jalan,
Menyatakan rasa
nyaman
dan/atau aktivitas,
aktivitas
setelah nyeri
berkurang
berulang-ulang)
- Respon autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan
tekanan darah,
ketidaknyamanan
perubahan
dari prosedur
Monitor vital sign sebelum
dan
pupil)
Sesudah pemberian
- Perubahan autonomic
analgesik
pertama kali
(mungkin
dalam rentang dari
lemah
ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam
nafsu
makan dan minum
Kerusakan integritas
NOC:
NIC :
jaringan
Tissue integrity :
berhubungan dengan:
skin
Wound care
Gangguan sirkulasi,
and mucous
iritasi
membranes
Wound healing :
sekresi
primary and
tubuh, medikasi),
defisit
secondary
intention
dan
kering
cairan, kerusakan
Setelah dilakukan
mobilitas
tindakan
posisi
fisik, keterbatasan
keperawatan selama
pengetahuan, faktor
mekanik
kerusakan integritas
(tekanan,
jaringan pasien
gesekan),kurangnya
teratasi dengan
kriteria hasil:
Perfusi jaringan
minyak/baby
ekstrim)
normal
DO :
tertekan
- Kerusakan jaringan
tanda
(membran mukosa,
integumen, subkutan)
infeksi
Ketebalan dan
tekstur
jaringan normal
Menunjukkan
pemahaman
dalam
proses perbaikan
kulit
mobilisasi
pasien
- Monitor status nutrisi pasien
- Memandikan pasien dengan
sabun
dan air hangat
- Kaji lingkungan dan
peralatan
Yang menyebabkan tekanan
dan mencegah
terjadinya cidera
dimensi,
berulang
Menunjukkan
terjadinya
Proses
penyembuhan
luka
kedalaman luka,
karakteristik,
warna cairan, granulasi,
jaringan
nekrotik, tanda-tanda
infeksi
lokal, formasi traktus
- Ajarkan pada keluarga
26
tentang
luka dan perawatan luka
- Kolaborasi ahli gizi
pemberian
diet TKTP, vitamin
- Cegah kontaminasi feses
dan urin
- Lakukan tehnik perawatan
luka
Dengan steril
- Berikan posisi yang
mengurangi
Tekanan pada luka
- Hindari kerutan pada
tempat tidur
8. Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap masalah luka secara umum dapat dilihat dari
sempurnanya proses penyembuhan luka dengan harapan tidak ditemukan
dengan tanda-tanda radang, tidak ada pendarahan, luka dalam keadaan
bersih dan tidak ada koloid/skiatik.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dijelaskan dapat di simpulkan bahwa
perawatan luka merupakan suatu tindakan pembersihan luka dengan menggunakan
27
prinsip bersih ataupun steril agar tidak terkontaminasi oleh bakteri dan terkena
infeksi.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka yaitu Usia,
Nutrisi, Infeksi, Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi, Hematoma, Benda asing,
Iskemia, Diabetes, Keadaan Luka, dan Obat.
Diagnosa keperawatan yang dapat di tegakkan untuk pasien dengan perawatan luka
ini di dapat berdasarkan pemeriksaan fisik dan pengkajian terhadap pasien.
Pengkajian Perawatan Luka bersifat ongoing yaitu berjalan Secara simultan
bersamaan dengan proses perawatan luka itu sendiri.
Pengkajian dilakukan dengan melihat penampilan luka (tanda penyembuhan luka)
seperti adanya perdarahan, proses inflamasi ( kemerahan dan pembengkakan ), proses
granulasi jaringan (yaitu menurunnya reaksi inflamasi pada saat pembekuan
berkurang), adanya parut atau bekas luka (scar) akibat fibrosis dalam jaringa granulasi
mengeluarkan kolagen yang membentuknya, serta berkurangnya ukuran parut yang
merupakan indikasi terbentuknya keloid.
Klasifikasi luka terdiri dari Berdasarkan sifatnya , Berdasarkan kehilangan
jaringan, Berdasarakan stadium, Berdasarkan mekanisme terjadinya,dan Berdasarkan
penampilan.
Faktor
28
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul.2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia-Aplikasi Konsep Dan
Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Nanda. 2011. Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta : Prima Medika.
Patrisia A. Potter zt All. 1992. Fundamental Of Nursing Proces and Practice edisi ke-3.
Wasington : Mesby Year Book.
Puruhito. 1995. Dasar-Dasar Teknik Pembedahan, Surabaya: Airlangga University Press.
Tarwoto . 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta: salemba medika.
KATA PENGANTAR
29
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah KDM III yang berjudul
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN INTEGUMEN
( PERAWATAN LUKA ).
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan masalah makalah yang
sederhana ini masih terdapat kekurangan baik dalam bentuk maupun isinya. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang berguna dari pembaca akan sangat
penulis hargai.
Akhir kata,semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
Amin.
Singkawang,
Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
30
A.
LATAR BELAKANG................................................................................................................1
B.
TUJUAN....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
LUKA................................................................................................................................................2
A.
Pengertian..............................................................................................................................2
B.
Etiologi..................................................................................................................................3
C.
D.
E.
Komplikasi.............................................................................................................................8
F.
Pemeriksaan diagnostic..........................................................................................................8
G.
Penatalaksanaan medis...........................................................................................................8
Evaluasi keperawatan...........................................................................................................28
KESIMPULAN.......................................................................................................................29
B.
SARAN...................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................31
ii
31