Anda di halaman 1dari 66

Skenario 1

Kelompok 5

Dampak hubungan seksual pada


penyakit gigi dan mulut

ade

Dampak faktor lingkungan


terhadap penyakit gigi dan
mulut

preska

Kadar fluor air minum


Pada daerah dengan kandungan fluor

yang cukup dalam air minum (0,7


ppm- 1 ppm) prevalensi karies
rendah. Bila fluor diberikan sejak dini,
sehingga
enamel
akan
banyak
menyerap
fluor,
sehingga
akan
memberikan efek besar terhadap
pencegahan karies

Pendidikan
Tujuan
1. Meningkatkan

kesadaran
dan
pengertian
masyarakat
tentang
penting memilihara kesehatan gigi
dan mulut.
2. Meningkatkan atau paling sedikit
mengurangi penyakit gigi dan mulut
dan ganggan lain pada gigi dan
mulut.

Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan dalam
timbulnya penyakit darifaktor-faktor
yang langsung dapat menimbulkan
kesakitan terutama pada benda-benda
fisik
yang
dapat
menimbulkan
penyakit.

Penghasilan
Penghasilan dan prevalensi penyakit
gigi dan mulut mempunyai hubungan
yang
erat.
Hal
ini
dikarenakan
seseorang akan kurang memanfaatkan
pelayanan yang ada karena mungkin
tidak mempunyai uang untuk membeli
obat, membayar transport dan lain
sebagainya.

Merokok
PENGARUH

MEROKOK
TERHADAP
LIDAH
Pada perokok berat, merokok menyebabkan rangsangan
pada papilafiliformis (tonjolan/juntai pada lidah bagian
atas) sehingga menjadi lebih panjang (hipertropi). Disini
hasil pembakaran rokok yang berwarna hitam kecoklatan
mudah dideposit, sehingga perokok sukar merasakan rasa
pahit, asin, dan manis, karena rusaknya ujung sensoris
dari alat perasa (tastebuds).
PENEBALAN MUKOSA AKOBAT MEROKOK
Merokok
merupakan
salah
satu
faktor
penyebab
Leukoplakia yaitu suatu bercak putih atau plak pada
mukosa mulut yang tidak dapat dihapus.
PENGARUH MEROKOK TERHADAP GUSI
Jumlah karang gigi pada perokok cenderung lebih banyak
daripada yang bukan perokok. Karang gigi yang tidak
dibersihkan dapat menimbulkan berbagai keluhan seperti
gingivitis atau gusi berdarah. Disamping itu hasil
pembakaran rokok dapat menyebabkan gangguan sirkulasi

Stres
Faktor stres dapat memicu terjadinya

stomatitis
sebab
stres
dapat
mengganggu proses kerja dari tubuh
sehingga
mengganggu
proses
metabolism tubuh dan menyebabkan
tubuh
rentan
terhadap
serangan
penyakit,
tidak
hanya
kejadian
stomatitis
bahkan
gangguangangguan lainnya dapat dapat dipicu
oleh stres

Dampak penyakit autoimun


terhadap penyakit gigi dan
mulut

eriks

Gangguan

autoimun adalah suatu


kondisi yang terjadi ketika sistem
kekebalan
tubuh
secara
keliru
menyerang
dan
menghancurkan
jaringan sehat.
Pasien dengan gangguan autoimun,
sistem
kekebalannya
tidak
bisa
membedakan antara jaringan tubuh
yang sehat dan antigen.
Hasilnya adalah resposn imun yang
merusak jaringan tubuh normal

1. Sindrom Sjogren
sering disebut autoimmune exocrinopathy
penyakit

autoimun
sistemik
yang
terutama mengenai kelenjer eksokrin dan
biasanya memberikan gejala kekeringan
persisten pada mulut dan mata akibat
gangguan fungsional kelenjer saliva dan
lakrimalis.
20-30 % pasien sindrom sjogren primer
mengalami pembesaran kelenjar parotis
atau submandibularis yang tidak nyeri.
Pembesaran
kelenjar
ini
dapat
bertransformasi menjadi limfoma.

2. Pemphigoid
Merupakan penyakit vesikulobulus

autoimun yang jarang terjadi, dan


dapat menyerang kulit dan mukosa
mulut.
Kondisi ini ditandai dengan
pembentukan bulla sub epitalial.
Gambaran oral sangat bervariasi
tetapi kadang-kadang terlihat sebagai
daerah-daerah ulserasi mukosa atau
gingivitis deskuamatif

3. Pemphigus
Merupakan

sekumpulan
kelainan
vesikulobulous yang ditandai oleh
serangan pada kulit, mulut, serta
daerah membran mukosa lainnya.
Gambaran
klinis pemphigus tidak
spesifik
dengan
daerah
yang
mengalami erosi pada mukosa mana
saja
Pemphigus biasannya penyakit orang
tua dan wanita lebih banyak terserang
dibandingkan pria

4. Anemia Pernisiosa
biasannya terjadi pada wanita tua dan

setengan baya.
Pasien
tidak
mempunyai
keluhan
spesifik pada saluran pencernaan
tetapi
akan
mengalami
simptomsimptom sebagai akibat kekurangan
vitamin B12.
Gambaran
oral
memperlihatkan
adanya glositis, keilitis, angularitis,
sindrom rasa terbakar pada mulut
atau ulserasi oral yang berulang

5. Lichen Planus
penyakit

kulit biasa yang seringkali mempunyai


manifestasi mukosa.
Etiologi dan patogenesisnya tidak dketahui , meskipun
bukti menunjukkan bahwa lichen planus adalah kelainan
imunologik, kemungkinan suatu penyakit autoimu,
dimana limfosit T merusak lapisan sel basal dari epitel
yang terkena.
Lesi-lesi kulit dari lichen planus pada awalnya terdiri
atas papula-papula kecil, puncaknya rata, merah
dengan tengahnya berlekuk.
Papula sedikit demi sedikit mendapat warna ungu dan
licheniikasi permukaan terdiri atas striae putih kecil.
Lesi lesi oral dari lichenplanus dapat mempunyai 1
dari 4 gambaran : atrofik, erosif, menyebar (retikuler)
atau mirip plak.

Dampak defisiensi gizi


terhadap penyakit gigi dan
mulut

dini

1. Defisiensi mineral
a. Defisiensi kalsium : terjadi absorpsi tulang rahang

b.

c.
d.

e.

yang merata dan destruksi ligamentum periodontal


dan berkurangnya kekuatan gigi.
Defisiensi fosfor : terjadinya gangguan
pertumbuhan rahang dan erupsi gigi. Juga adanya
pertumbuhan kondili yang lambat disertai
maloklusi.
Defisiensi magnesium : dalam jangka waktu yang
lama dapat terjadi hipoplasia enamel.
Defisiensi besi : terjadinya glossitis yang
merupakan penyakit pada lidah, di mana lidah
tampak merah dan sakit.
Defisiensi flour : kerentakan gigi terhadap
terjadinya karies gigi.

2. Defisiensi protein
Sumber protein : daging, telur, susu,

ikan dan jagung.


Manifestasi defisiensi protein : lidah
tampak
berwarna
merah
karena
hilangnya
papila,
terjadi
angular
cheilitis dan fissura bibir atau bibir
pecah-pecah. Selain itu rongga mulut
terasa kering dan nampak kotor.
Resistensi terhadap infeksi mengalami
penurunan sehingga mudah terjadi
infeksi pada jaringan periodontal

3. Defisiensi vitamin
a. Defisiensi vitamin A : terjadinya gingivitis, hiperplasia

b.

c.

d.
e.

gingiva serta penyakit periodontal dan hipoplasia


enamel.
Defisiensi vitamin D : terjadinya hipoplasia enamel
yang melibatkan gigi insisivus dan molar permanen
yang umumnya terdapat pada penderita rhiketsia.
Defisiensi vitamin E : terjadinya pendarahan gingival,
keluarnya pus dari poket dan penyakit periodontal
serta leukoplakia.
Defisiensi vitamin K : terjadinya pendarahan spontan
pada gingival atau setelah menggosok gigi.
Defisiensi vitamin C : rentannya gingival terhadap
iritasi lokal sehingga terjadi hiperplasia gingival,
mudah berdarah dan dapat terjadi ulserasi yang biasa
disebut Scurvy.

f.

Defisiensi vitamin B kompleks :


Tiamin (B 1) : terjadinya pembesaran papila
fungiformis pada perifer lidah, adanya retakan pada
bibir dan sensitifitaspada gigi dan mukosa mulut
meningkat.
Ribofavin (B 2) : terjadinya angular cheilitis dan atrofi
papilla fungiformis.
Asam nikotinat (B 5) : menyebabkan terjadinya atrofi
papilla di mana lidah tampak merah, gingivitis kronis
dan periodontitis.
Peridoksin (B 6) : terjadinya angular cheilitis, glossis,
serta rasa tidak enak pada mulut.
Asam Pentotenat : terjadinya angular cheilitis,
ulserasi, dan nekrosis pada gingiva. Terlihat juga
mukosa mulut dan bibir warna merah mengkilat.
Asam Folat : pembengkakan pada lidah, gingivitis,
angular cheilitis dan ulkus pada lidah.
Sianokobalamin (B 12) : gingival nampak pucat dan
mudah terjadi ulserasi. Lidah tampak merah licin dan
mengkilat serta lebih sensitif ( glositis hurteri ).

Manifestasi oral dari HIV

djuna
edy

Manifestasi oral oleh karena


Bakteri
1. Gingivitis

Ulseratif
Akut
yang
Nekrosis (ANUG)
ANUG adalah umum pada pasien HIV.
Ditandai oleh gusi yang mendadak sakit,
merah padam, bengkak, berdarah dan
bau mulut. Papila-papila interdental
tampak hilang , berulserasi, tertutup oleh
kulit nekrotik keabu-aabuan

2. Gingivitis HIV
Ditandai

oleh eritema gusi kronis yang


terjadi setara pada maksila dan mandibula,
biarpun tidak ada faktor lokal yang jelas.
Pada awalnya timbu; petechiae multifokal
yang kecil, merah,brebentuk titik-titik pada
gusi yang cekat

3. Periodontitis HIV

Adalah

proses kerusakan yang snagat


cepat, yang mengakibatkan hilanngya
kecekatan periodontal dalam beberapa hari
saja. Pada awalnya terjadi pada periodontal
anterior lalu menjalar ke osterior. Infeksi
bakteri ini ditandai oleh sakit dan
perdarahan gusi spontan, edema gusi yang
berat,
resesi
gusi
yang
cepat,
penyembuhan
luka
terlambat
dna
penyebaran ke mukosa sekitarnya

Manifestasi oral oleh karena


Jamur
1. Kandidiasis Eritematosa

Memberikan gambaran lesi kemerahan,


pipih,lesi dibagian dorsal lidah dan atau di
daerah palatum durum atau palatum
molle

2. Kandidiasis
Pseudomembranosa
Memberikan
gambaran
plak
lunak
berwarna putih pada daerah mukosa
bukal , lidah, dan permukaanmukosa mulut
lainnya, dapat diangkat, meninggalkan
dasar kemerahanatau berdarah.

3. Hiperplastik atau Kandidiasis


Kronis
Memberikan gambaran plak putih yang
tidak dapat diangkat di seluruh permukaan
mukosa.

Manifestasi oral oleh karena


Virus
1. Infeksi HSV (Herpes Simplex Virus)

Biasanya terlihat pada bibir sebagai


herpes labialis atau dalam mulut pada
epitel berkeratin sebagai herpes intraoral
kambuhan. Infeksi kambuhan membentuk
vesikel-vesikel bulat kecil yang timbul
dengan
cepat, meninggalkan ulkus
kuning dangkal yang dikelilingi oleh
lingkaran merah.

2. Kontak dengan virus


varicella zoster (VZV)
Dalam infeksi HIV, herpes zoster sering
menunjukkan keterlibatan nervus cranialis
dini dan membawa prognosis yangburuk.
Menimbulkan
vesikel
multipel
yang
umumnya terletak pada batang tubuh atau
wajah yang biasanya sembuh sendiri dan
unilateral.

3. Oral Hairy Leukoplakia


Lesinya terlihat pada permukaanlateral
lidah, tetapi bisa meluas ke dorsal dan
permukaan ventral. Lesi bisa berbagai
ukuran dan bisa terlihat seperti striae putih
vertical,berombak-ombak atau seperti plakplak berbulu kasar dengan proyeksi rambut
terlihat seperti keratin.

4. Kaposis Sarkoma
Dalam

infeksi HIV, lesi ini lebih sering


ditemukan pada pria.
Sarkoma Kaposi berupa makula berwarna
merah-keunguan pada mukosa mulut, tidak
sakit,tidak memucat saat dipalpasi.

Pemeriksaan yg diperlukan

Pemeriksaan Pelengkap

amy

Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari


beberapa jenis parameter pemeriksaan:
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Leukosit (White Blood Cell / WBC)
4. Trombosit (platelet)
5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
7. Laju Endap Darah atau Erithrocyte
Sedimentation Rate (ESR)
8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
9. Platelet Disribution Width (PDW)
10. Red Cell Distribution Width (RDW)

Hemoglobin
Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar

hemoglobin seseorang kita harus memperhatikan


faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap
laboratorium klinik, yaitu :
Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
Anak anak : 11-13 gram/dl
Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl

Hematokrit
Merupakan ukuran yang menentukan
banyaknya jumlah sel darah merah
dalam 100 ml darah yang dinyatakan
dalam persent (%). Nilai normal
hematokrit untuk pria berkisar 40,7% 50,3%
sedangkan
untuk
wanita
berkisar 36,1% - 44,3%.

Leukosit
Merupakan komponen darah yang
berperanan dalam memerangi infeksi
yang disebabkan oleh virus, bakteri,
ataupun proses metabolik toksin, dll.
Nilai normal leukosit berkisar 4.000 10.000 sel/ul darah.

Trombosit
Merupakan bagian dari sel darah yang
berfungsi membantu dalam proses
pembekuan
darah
dan
menjaga
integritas
vaskuler.
Nilai
normal
trombosit berkisar antara 150.000 400.000 sel/ul darah.

Eritrosit
Merupakan

komponen

darah

yang

paling

banyak, dan berfungsi sebagai pengangkut /


pembawa

oksigen

dari

paru-paru

untuk

diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa


kardondioksida dari seluruh tubuh ke paruparu. Nilai normal eritrosit pada pria berkisar
4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan
pada wanita berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul
darah

Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)


Biasanya

digunakan

untuk

membantu

mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi


di mana ada terlalu sedikit sel darah merah).
1.

Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara

MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume


Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume ratarata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan
femtoliter (fl)

2.

MCH

(Mean

Hemoglobin

Corpuscular

Eritrosit

Hemoglobin)

Rata-Rata

(HER),

atau
yaitu

banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan


pikogram (pg)
3.

MCHC

(Mean

Concentration)

Corpuscular

atau

Konsentrasi

Hemoglobin
Hemoglobin

Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin


yang

didapt

per

eritrosit,

dinyatakan

dengan

persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah gr/dl)

Laju Endap Darah atau Erithrocyte


Sedimentation Rate (ESR)
Adalah
kecepatan
sedimentasi
eritrosit dalam darah yang belum
membeku, dengan satuan mm/jam.
Nilai
normal
LED
pada
metode
Westergreen : Laki-laki : 0 15
mm/jam
Perempuan : 0 20 mm/jam

Hitung Jenis Leukosit (Diff


Count)
Hasil hitung jenis leukosit memberikan
informasi
yang
lebih
spesifik
mengenai infeksi dan proses penyakit.
Untuk mendapatkan jumlah absolut
dari masing-masing jenis sel maka
nilai relatif (%) dikalikan jumlah
leukosit total dan hasilnya dinyatakan
dalam sel/l.
Nilai normal : Eosinofil 1-3%, Netrofil
55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 28%

Platelet Disribution Width


(PDW)
Merupakan koefisien variasi ukuran
trombosit. Kadar PDW tinggi dapat
ditemukan pada sickle cell disease dan
trombositosis, sedangkan kadar PDW
yang
rendah
dapat
menunjukan
trombosit yang mempunyai ukuran
yang kecil.

Red Cell Distribution Width (RDW)


Merupakan
koefisien
variasi
dari
volume eritrosit. RDW yang tinggi
dapat
mengindikasikan
ukuran
eritrosit yang heterogen, sedangkan
jika didapat hasil RDW yang rendah
dapat
menunjukan
eritrosit
yang
mempunyai ukuran variasi yang kecil.

Diagnose dari kasus

jeremi

Pemeriksaan prabedah dan


human precaution

chella

Tindakan prabedah untuk


pasien HIV Aids

Pemberian Profilaksis
Pada
pasien
immunocompromised,
profilaksis semacam itu harus selalu
diberikan.
Dalam
administrasi
suatu
antibiotik untuk keperluan profilaksis,
konsentrasi obat dalam plasma harus jauh
lebih tinggi dibandingkan jika antibiotik
digunakan untuk tujuan terapeutik. Jadi,
dosis profilaktik yang diberikan sebelum
pembedahan haruslah dua kali lipat
dibandingkan dosis terapeutik

Pemilihan Antibiotik
Antibiotik oral yang efektif melawan
infeksi odontogenik antara lain penisilin,
klindamisin,
eritromisin,
cefadroxil,
metronidazole, dan tetrasiklin. Antibiotikantibiotik
tersebut
efektif
melawan
streptococci dan anaerob rongga mulut.
Penisilin V adalah penisilin pilihan untuk
kasus infeksi odontogenik. Yang bersifat
bakterisidal, dan meskipun spektrum
aksinya relatif terbatas, agen ini dapat
digunakan
untuk
perawatan
indeksi
odontogenik (Rasuna, 2010).

Human Precaution

a. Penjaringan Pasien
b. Perlindungan

Diri : cuci tangan, pemakaian


sarung tangan, masker, kaca mata, dan mantel
kerja. Prosedur cuci tangan dilakukan dengan
sabun antiseptik di bawah air mengalir.
Persyaratan yang harus dipenuhi sarung
tangan adalah tidak mengiritasi tangan, tahan
bocor, dan memberikan kepekaan yang tinggi
bagi pemakainya. Masker berfungsi untuk
melindungi mukosa hidung dan kontaminasi
percikan saliva dan darah pada mata karena
conjunctiva mata merupakan salah satu port
entry sebagian besar infeksi virus. Sedangkan
mantel kerja dianjurkan digunakan sewaktu
melayani pasien yang setiap saat terkancing
baik.

c. Dekontaminasi Peralatan
Dekontaminasi adalah suatu istilah umum yang
meliputi segala metode pembersihan, desenfeksi dan
sterilisasi
yang
bertujuan
untuk
menghilangkan
pencemaran mikroorganisme yang melekat pada
peralatan medis
d.Desinfeksi permukaan lingkungan kerja
Setiap permukaan yang dijamah oleh tangan operator
harus disterilkan (misalnya instrumen) atau desinfeksi
(misalnya meja kerja, kaca pengaduk, tombol-tombol
atau pegangan laci dan lampu).
e. Penanganan limbah klinik
Sampah ini dikumpulkan untuk dibakar, atau ditanam
untuk jenis tertentiu. Limbah klinik seperti jarum
dikumpulkan
didalam
wadah
plastik
berwarna
kuninguntuk dibakar dan jenis limbah tertentu
dikumpulkan untuk ditanam (USU, 2008).

Penatalaksanaan kasus

Penatalaksanaan Tindakan

arista

Tindakan Pre-treatment
Tindakan pretreatment dilakukan untuk
mencegah infeksi bakteri pasca pembedahan.
dilakukan dengan cara, pemberian Antibiotik
Profilaksis.

Tindakan Perawatan
(Treatment)

1Keluhan
Keluhan utama
utama ::

(PerikoronitisAku
(PerikoronitisAku
tt
Pemberian
Antibiotik

Perikoronitis
tidak Akut

Medika
mentosa
(topikal &
sistemik)

Operkulekto
mi

2 Perawaan
Perawaan Lesi
Lesi

yang
yang di
di temukan
temukan
pada
pada rongga
rongga
Mulut
Mulut

Candidiasis
Candidiasis
Oral
Oral

Edukasi
Edukasi
Penderita
Penderita AIDS
AIDS
untuk
untuk menjaga
menjaga
kebersihan
kebersihan OH
OH

Kaposis
Kaposis
Sarcoma
Sarcoma Oral
Oral

Terapi
Antiviral

Penatalaksanaan
( Pengobatan )

tina

Perikoronitis
Terapi simptomatis
Rasa sakit ringan sedang =

NSAID
Rasa sakit berat = Opioid ringan
Terapi antibiotik
Jika belum terjadi odema =
antibiotik aerob
Jika sudah terjadi odema =

Perikoronitis Akut
Perikoronitis

akut
merupakan
kontraindikasi operkulektomi, sehingga
fase ini harus dilewati dengan pemberian:
Irigasi mukosa ruang perikorona dengan
larutan antimikroba, salin steril atau
larutan povodine iodone 10%
Kumur dengan air hangan atau larutan
salin
Instruksikan ke pasien untuk kumur air

Kandidiasis Oral
Sebelum

dilakukan pengobatan
harus
diketahui
faktor
predisposisi.
Pengobatan
kandidiasis
oral
dapat dilakukan secara sistemik
maupun topikal.

Kaposisis Sarkoma Oral


Terapi antiretro viral = Highly

Active Antiretroviral Therapy


(HAART)
Radioterapi
Kemoterapi

Anda mungkin juga menyukai