Sebab PHK
Data yang diproses berdasarkan data karyawan aktif sebanyak 1.386 orang
dan karyawan berhenti bekerja selama tahun 2008 sebanyak 43 orang. Pergerakan
data karyawan per 31 desember 2008 dibandingkan dengan data per 31 Desember
2007 adalah sebagai berikut :
Data per 31 Desember 2007
1.387 Orang
+ Karyawan Baru
42 Orang
- Karyawan Keluar
(43) Orang
1.386 Orang
38
Analisis pencadangan biaya ..., Leli Mulyani, FISIP UI, 2009
Universitas Indonesia
39
39
Universitas Indonesia
40
40
56.00
35.00
31.00
4.00
25.00
21.00
Asumsi :
Salary increase
Discount rate
Disability rate
Gaji saat Pensiun
tahun
tahun
tahun
tahun
tahun
tahun
10.00%
12.00%
1.00%
= Gaji Tahun 2008
(1+10%)
=
=
=
x
x
(1.1)
7.40
2,698,500
2,698,500
19,969,574.47
(56-35)
21
TAMB
= TAMB
= 1,248,098,404.66
49,923,936.19
/
/
Masa Kerja
25
0.81476
Universitas Indonesia
Biaya Bunga
= 12% x (3.361.569,55+10.084.708,65)
=
1,613,553.38
31 Desember 2008
20,966,691,515.00
23,334,531,251.00
31 Desember 2007
16,249,389,018.00
18,342,408,870.00
5,771,781,907.00
23,899,409,778.00
1,484,028,961.00
75,456,443,412.00
18,898,522,741.00
53,490,320,629.00
Sumber :Laporan Aktuaris No. 013/LA-IK/SAU/01-2009 Valuasi Imbalan Kerja PT. Perusahaan Gas
Negara (Persero) Tbk. per 31 Desember 2008
31 Desember 2008
111,001,566,548.00
75,456,443,412.00
(20,175,366,481.00)
166,282,643,479.00
15,584,068,550.00
181,866,712,029.00
31 Desember 2007
71,450,289,255.00
53,490,320,629.00
(13,939,043,335.00)
111,001,566,549.00
10,524,464,611.00
121,526,031,160.00
Sumber :Laporan Aktuaris No. 013/LA-IK/SAU/01-2009 Valuasi Imbalan Kerja PT. Perusahaan Gas
Negara (Persero) Tbk. per 31 Desember 2008
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kelompok PKWTT karena jangka waktu perjanjian kerja tidak ditentukan. Pengertian
pesangon dalam perusahaan berbeda dengan pengertian Pesangon menurut UU No.
13 tentang ketenagakerjaan. Untuk pembahasan selanjutnya istilah pesangon yang
dimaksud adalah pesangon menurut UU tenaga kerja yang diistilahkan oleh
perusahaan sebagai Penghargaan Purna Bakti (PPB) dan dicatat dalam laporan
keuangan sebagai Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB).
Perhitungan kewajiban imbalan kerja sesuai pedoman akuntansi yang berlaku
di perusahaan, ditentukan bahwa Biaya jasa kini diakui sebagai beban pada periode
berjalan. Biaya jasa lalu dan dampak perubahan asumsi bagi peserta pensiun yang
masih aktif diamortisasi selama estimasi sisa masa kerja rata-rata pekerja
sebagaimana ditentukan oleh aktuaris. Menurut PSAK 24, beban jasa masa lalu yang
berkaitan dengan manfaat pensiun bagi para pensiunan harus langsung dibebankan ke
biaya pada saat terjadinya.
Pembebanan imbalan pasca kerja sesuai PSAK 24 (revisi 2004) dilakukan
setiap tahun dengan jurnal sebagai berikut :
Biaya Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB)
Biaya Yang Masih Harus Dibayar
XXX
XXX
Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB) tersebut merupakan salah satu elemen
beban pekerja dengan kode elemen biaya 116 yang akan muncul dalam laporan laba
rugi perusahaan sedangkan Akun Biaya yang Masih Harus Dibayar memiliki kode
akun 40401 yang akan termasuk ke dalam neraca di kelompok hutang. Penambahan
biaya dalam akun biaya TAMB tentunya akan mengurangi laba atau menambah rugi
dalam laporan keuangan komersial. Adapun elemen-elemen Biaya Pekerja di PT.
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah sebagai berikut :
Universitas Indonesia
URAIAN AKUN
100
BEBAN PEKERJA
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
Upah Pokok
Upah
Lembur
PPh pasal 21 Beban Perusahaan
Jamsostek
Bonus
Tunjangan Jabatan
Tunjangan Umum
Tunjangan Cuti
Tunjangan Keagamaan
Bantuan Transport
Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Tunjangan Insentif Prestasi
Perawatan Kesehatan
Tunjangan Kesetiaan Kerja
Tunjangan Akhir Masa Bakti
Ganti Rugi (Vergoeding) Rumah Dinas/Jabatan
Gaji Direksi dan Komisaris
Honorarium Komite Audit
Pesangon
Santunan Purna Jabatan Direksi
Tunjangan Purna Jabatan Komisaris
Tunjangan Kesukaran
Dalam tabel di atas terlihat bahwa Beban Tunjangan Akhir Masa Bakti
(TAMB) Pekerja menjadi salah satu komponen dalam biaya pekerja yang akan
mempengaruhi besarnya biaya operasi. Pada akhirnya beban operasi akan
mempengaruhi laba rugi perusahaan pada tahun berjalan. Biaya TAMB pada tahun
2008 adalah sebesar Rp. 69.920.408.657 yang sudah mencakup pencadangan biaya
menurut perhitungan aktuaris maupun realisasi biaya yang terjadi pada tahun
berjalan.
Universitas Indonesia
Rp. 60.340.680.870,00
Rp. 60.340.680.870,00
Nilai tersebut diperoleh dari beban imbalan kerja periode berjalan sebesar
Rp.75.456.443.412,00 ditambahkan dengan penambahan kewajiban lainnnya pada
akhir
periode
sebesar
Rp.5.059.603.939,00
(RP
.15.584.068.550,00
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Perbedaan
perlakuan
antara ketentuan
akuntansi
perhitungan
Pembayaran
Manfaat
menurut
perhitungan
Aktuaria yang akan menjadi koreksi negatif dalam perhitungan PPh Badan
Jumlah Total koreksi positif dan negatif atas biaya TAMB pada tahun 2007
dan 2008 adalah sebagai berikut :
Universitas Indonesia
2007
55,484,780,791
13,939,043,335
2008
166,161,681,227.00
121,526,031,160.00
Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
diolah oleh penulis
Pada tahun 2007 koreksi positif berasal dari perhitungan aktuaris sebesar Rp.
53.490.320.629 (Lihat tabel 4.2) dan koreksi negatif berasal dari perhitungan
pembayaran manfaat. Selisih sebesar Rp. 1,994,460,162 pada koreksi positif
dibandingkan dengan perhitungan aktuaris sebesar Rp. 53.490.320.629 adalah nilai
accrued pesangon direksi yang akan dibayarkan pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 terdapat perbedaan cara perhitungan koreksi dimana pada
tahun tersebut total koreksi positif dan negatif tidak sama dengan hasil perhitungan
aktuaris yaitu sebesar Rp.75.456.443.412,00 ditambahkan dengan penambahan
kewajiban
lainnnya
pada
akhir
periode
sebesar
Rp.5.059.603.939,00
(RP
Rp.
60.340.680.870,00 sama seperti nilai yang dicatat oleh bagian akuntansi (Lihat jurnal
pencatatan di atas). Akan tetapi total koreksi yang mempengaruhi perhitungan PPh
badan tahun 2008 hanya sebesar Rp. 44.635.650.068 (Rp. 166.161.681.227-Rp.
121.526.031.160), berbeda dengan nilai yang dijurnal. Perbedaan tersebut muncul
dikarenakan beberapa sebab sebagai berikut :
1. Accrued yang dilakukan oleh bagian akuntansi terdiri dari dua bagian yaitu
accrued
biaya
sebesar
Rp.
44.635.650.068
dan
pajak
sebesar
Rp.
Universitas Indonesia
50
50
sebesar jumlah pajak tersebut. Seharusnya nilai pajak tersebut juga menjadi
koreksi positif dikarenakan biaya pajak tersebut belum terealisasi.
2. Sebesar Rp.1.994.460.165,00 adalah pembayaran imbalan kerja direksi yang telah
dimasukkan ke dalam koreksi positif tahun 2007 sehingga tidak perlu dimasukkan
kembali ke dalam kelompok koreksi positif tahun 2008.
Atas
perbedaan
tersebut
kekurangan
koreksi
positif
sebesar
Rp.
XXX
XXX
Universitas Indonesia
XXX
Bank
XXX
1,5 untuk masa kerja 10 tahun sampai dengan kurang dari 15 tahun
2,0 untuk masa kerja 15 tahun sampai dengan kurang dari 20 tahun
2. Pembayaran Purna Bakti sebesar 2,5 x masa kerja x Upah Dasar diberikan kepada
ahli waris dari Pekerja yang mengalami pengakhiran Hubungan Kerja karena
meninggal dunia
3. Pembayaran Purna Bakti sebesar 2,5 x masa kerja x Upah Dasar diberikan kepada
Pekerja
yang
mengalami
pengakhiran
Hubungan
Kerja
karena
faktor
kesehatan/uzur
4. Pembayaran Purna Bakti sebesar faktor penghargaan x masa kerja x Upah Dasar
diberikan kepada Pekerja yang mengalami pengakhiran Hubungan Kerja karena
hal-hal tertentu
Menurut bagian SDM, perusahaan tidak pernah mencadangkan jumlah uang
tertentu untuk pembayaran pesangon pekerja. Biaya telah dianggarkan dalam RKAP
dan telah dicadangkan dalam laporan keuangan komersial, akan tetapi tidak ada uang
yang dikeluarkan perusahaan. Perusahaan baru mengeluarkan uang pada saat pekerja
telah benar-benar memasuki masa pensiun atau apabila terjadi pemutusan hubungan
kerja. Menurut Bagian SDM hal tersebut sampai saat ini tidak mempengaruhi
Universitas Indonesia
keuangan perusahaan. Meskipun tidak ada uang yang disisihkan tetapi perusahaan
tetap bisa membayarkan kewajibannya.
Nilai pembayaran manfaat menurut perhitungan aktuaris dan perhitungan pada saat
realisasi yang dihitung oleh bagian SDM berbeda karena aktuaris memperhitungkan
berbagai asumsi-asumsi seperti tersebut di atas. Perhitungan yang dilakukan oleh
Divisi SDM dilakukan sesuai dengan Peraturan Perusahaan. Apabila pembayaran
tersebut lebih kecil daripada perhitungan normatif sebagaimana yang diwajibkan oleh
peraturan ketenagakerjaan yang berlaku, maka selisihnya dibayar oleh perusahaan.
Dengan demikian, pembayaran pesangon tetap mengikuti ketentuan UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Ilustrasi atas perhitungan pesangon pekerja yang telah memasuki masa pensiun
adalah sebagai berikut :
Tunjangan Akhir Masa Bakti
Tunjangan Akhir Masa Bakti = Faktor Penghargaan x Masa Kerja x Upah Dasar
Faktor Penghargaan sesuai ketentuan perusahaan adalah 2 x
Masa Kerja 15 Tahun
Upah Dasar pada saat pensiun = Rp. 7.000.000,Tunjangan Akhir Masa Bakti
Tunjangan Akhir Masa Bakti
=
2 x 15 x Rp. 7.000.000
= Rp
210,000,000.00
= Rp
= Rp
= Rp
63,000,000.00
42,000,000.00
15,750,000.00
= Rp
120,750,000.00
Universitas Indonesia
dari pada ketentuan UU tenaga kerja sehingga perusahaan tidak perlu membayarkan
selisih kekurangannya.
4.3.
4.3.1
Bagian Akuntansi
Beban Pencadangan
Pesangon
Bagian Pajak
Pajak
Tangguhan
Koreksi
Fiskal
PPh
Badan
Laporan
Keuangan
SPT PPh
Badan
Universitas Indonesia
pencadangan
pembayaran.
Termasuk beda waktu karena pada akhirnya nanti pajak memperbolehkan
biaya tersebut pada saat pembayaran terjadi. Jadi keduanya sama-sama
mengakui hanya masalah waktunya saja yang berbeda. Oleh karena itu perlu
dialokasikan tiap tahun sehingga muncul pajak tangguhan. (Wawancara
dengan John Hutagaol, 10 Juni 2009)
Pada tahun 2008, perhitungan pajak tangguhan atas imbalan kerja perusahaan
adalah seperti terlihat pada tabel berikut :
Universitas Indonesia
Nilai
Tarif
123,520,491,323.00
30%
44,635,650,068.00
30%
168,156,141,391.00
Pajak Tangguhan
37,056,147,396.90
13,390,695,020.40
50,446,842,417.30
Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
Dalam tabel di atas dapat terlihat bahwa saldo pajak tangguhan untuk imbalan
kerja adalah sebesar Rp. 50.446.842.417,30 dengan menggunakan tarif pajak dengan
tarif maksimal sebesar 30%. Penambahan beban hanya sebesar Rp. 44.635.650.068
tanpa memperhitungkan acrued biaya pajak sebesar Rp. 13.710.570.638,00. Hal
tersebut menurut auditor Ernst & Young dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan
dimana kebijakan PPh Pasal 21 atas pesangon atau perusahaan menyebutnya sebagai
Penghargaan Purna Bakti adalah PPh 21 ditanggung oleh perusahaan sehingga untuk
pajak penghasilan tidak perlu dimasukkan ke dalam perhitungan pajak tangguhan
karena pajak penghasilan merupakan beda tetap (permanent different).
Aktuaris menghitung tanpa memperhatikan
Universitas Indonesia
masih akan mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi sebesar 25%. Dengan
adanya perubahan tarif tersebut maka perusahaan harus menyesuaikan saldo pajak
tangguhan imbalan kerja pada akhir tahun 2008. Sesuai arahan dari KAP Ernst &
Young, penyesuaian perhitungan pajak tangguhan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7 Implikasi Penurunan Tarif terhadap Perhitungan Pajak Tangguhan
Imbalan Kerja
Keterangan
Pembayaran Pensiun Tahun 2009
Saldo akhir tahun 2009
Total Seharusnya
Saldo Akhir tahun 2008
Tax Reduction
Nilai
9,180,249,938.00
158,975,891,453.00
168,156,141,391.00
168,156,141,391.00
-
Tarif
28%
25%
Pajak Tangguhan
2,570,469,982.64
39,743,972,863.25
30%
42,314,442,845.89
50,446,842,417.30
8,132,399,571.41
Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
Dari tabel tersebut terlihat bahwa saldo akhir kewajiban imbalan kerja
menurut
perhitungan
aktuaris
pada
akhir
tahun
2008
yaitu
sebesar
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
efek biaya tersebut terhadap laba komersial dan fiskal. Apabila secara total tidak
ada perbedaan antara laba komersial dan laba fiskal maka bisa dianggap sebagai
beda waktu sedangkan apabila terdapat perbedaan maka termasuk ke dalam beda
tetap.
Ketentuan pajak sendiri tidak mengatur lebih lanjut mengenai efek dari
koreksi fiskal yang telah dilakukan. Pihak DJP hanya berkepentingan dengan
kebenaran dari perhitungan PPh Badan perusahaan. Selama telah dilakukan koreksi
sebesar pencadangan biaya yang telah dibuat maka pihak pajak akan menganggap
benar SPT yang telah dilaporkan. Hal tersebut diungkapkan wahyu dari KPP BUMN
bahwa :
......DJP hanya akan melakukan koreksi sesuai dengan pencadangan yang
dinyatakan oleh Wajib Pajak di Laporan Keuangannya. Memang benar jika
Penghitungan Imbalan Kerja makin besar maka koreksi positif juga akan
makin besar
Perusahaan sendiri memperlakukan pencadangan pesangon sebagai beda
temporer (Temporary Different) meskipun berdasarkan ketentuan perpajakan dan
ketentuan akuntansi dapat diperlakukan sebagai beda tetap (Permanent Different).
Universitas Indonesia
Hal tersebut tidak mempengaruhi opini akuntan publik terhadap laporan keuangan
perusahaan.
Perhitungan imbalan kerja atas pesangon berdasarkan PSAK 24 (revisi 2004)
pada saat pencadangan berbeda dengan pada saat realisasi. Seperti telah dibahas pada
sub bab 4.1 dan 4.2, pada saat pencadangan aktuaris menghitung dengan
menggunakan asumsi-asumsi seperti tingkat suku bunga, kenaikan gaji, mortalitas
dan lain-lain. Akan tetapi pada saat realisasi dihitung dengan menggunakan peraturan
perusahaan yang telah disesuaikan dengan UU ketenagakerjaan yaitu dengan
menggunakan komponen masa kerja, upah dasar dan faktor penghargaan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan dan melihat kondisi pekerja pada saat memasuki akhir
masa kerjanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya pada saat
pencadangan berbeda dengan pada saat realisasi. Perbedaan perhitungan dalam
pengakuan biaya tersebut menyebabkan laporan keuangan komersial akan berbeda
dengan biaya yang diakui menurut ketentuan perpajakan. Jumlah biaya tersebut akan
selamanya berbeda sehingga berpengaruh pula terhadap laba komersial yang berbeda
secara tetap dengan laba menurut fiskal. Oleh karena itu, perbedaan tersebut
seharusnya digolongkan ke dalam perbedaan permanent (permanent different).
Perbedaan perlakuan atas koreksi fiskal pencadangan pesangon akan
mempengaruhi laba setelah pajak dalam laporan keuangan perusahaan. Apabila
digolongkan ke dalam beda tetap (permanent different) maka perusahaan tidak perlu
membuat perhitungan pajak tangguhan dan tidak pengaruh dari koreksi fiskal atas
pencadangan pesangon tidak akan muncul dalam laporan keuangan. Sebaliknya
apabila perusahaan menggolongkan ke dalam beda waktu (temporary different) maka
perusahaan harus menghitung besarnya pajak tangguhan untuk setiap periode laporan
keuangan dan pengaruh dari koreksi fiskal akan mempengaruhi laba setela pajak
(earning after tax) perusahaan. Perbandingan dari laporan keuangan dengan atau
tanpa pajak tangguhan imbalan kerja pada tahun 2008 adalah sebagai berikut :
Universitas Indonesia
60
60
DENGAN TEMPORARY
DIFFERENT
TANPA TEMPORARY
DIFFERENT
1.063.442.498.961
1.063.442.498.961
(440.358.140.000)
10.775.324.752
(429.582.815.248)
(440.358.140.000)
5.517.029.303
(434.841.110.697)
633.859.683.713
628.601.388.264
Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. diolah oleh
penulis
Dari Tabel 4.8 di atas dapat terlihat bahwa laba setelah pajak mengalami
perbedaan. Akan tetapi menurut Prianto hal tersebut tidak terlalu memberikan
implikasi terhadap keputusan yang akan diambil manajemen, Prianto berpendapat
bahawa pajak tangguhan tidak selalu mempengaruhi keputusan manajemen,
misalnya saja untuk perhitungan capital adequancy ratio pada usaha perbankan,
pajak tangguhan tidak diikutsertakan (Wawancara, tanggal 3 Juni 2009). Hal senada
juga diungkapkan oleh Adang Hendrawan bahwa selama tidak ada nilai yang
material, maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi opini auditor terhadap laporan
keuangan perusahaan (Wawancara tanggal 12 Juni 2009).
Pajak Tangguhan atas imbalan kerja yang muncul dalam laporan keuangan
perusahaan akan mempengaruhi laba setelah pajak perusahaan. Pada tahun 2008
dampak yang muncul apabila imbalan pasca kerja dianggap sebagai temporary
different adalah laba setelah pajak menjadi lebih besar. Hal tersebut akan memberikan
implikasi terhadap deviden yang dibayarkan oleh perusahaan. Nilai Pajak tangguhan
dalam Tabel 4.8 di atas merupakan pajak tangguhan atas Aktiva Tetap, Bonus dan
Imbalan Kerja dengan perincian sebagai berikut :
Universitas Indonesia
61
61
IMBALAN KERJA
BONUS
DTL
DTA
DTA
KET
ACC
DEC 31, 2007
P/L 2008
DEC 31, 200
P/L 2009
DEC 31, 2009
REDUCTION
0.00
TAX
0.00
ACC
TAX
TOTAL
ACC
TAX
DTA
123,520,491,323.00
37,056,147,396.90
139,232,070,356.76
41,769,621,107.03
78,825,768,503.93
DTL
0.00
(1,338.00)
(401.40)
44,635,650,068.00
13,390,695,020.40
29,648,822,088.80
8,894,646,626.64
22,285,341,647.04
(401.40)
(1,338.00)
(401.40)
168,156,141,391.00
50,446,842,417.30
168,880,892,445.56
50,664,267,733.67
101,111,110,150.97
(401.40)
(2,570,469,982.64)
(168,880,892,395.00)
(47,286,649,870.60)
(49,857,119,853.24)
0.00
(1,338.00)
0.00
(334.50)
(9,180,249,938.00)
158,975,891,453.00
39,743,972,863.25
50.56
0.00
12.64
39,743,972,875.89
(334.50)
(334.50)
42,314,442,845.89
47,286,649,883.24
89,601,092,729.13
(334.50)
(66.90)
8,132,399,571.41
3,377,617,850.43
11,510,017,421.84
(66.90)
Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
Jurnal :
Saldo Awal DTA, 31 Des 2007
78,825,767,643
101,111,109,749.57
Aktiva Pajak Ta
Pendapat
22,285,342,106.64
Reduction
11,510,017,354.94
Beban Pajak Ta
10,775,324,751.70
Aktiva Paj
Dengan asumsi tidak terdapat pajak tangguhan atas imbalan kerja maka nilai pajak tangguhan menjadi sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Tabel 4.10
Perhitungan Pajak Tangguhan Tanpa Imbalan Kerja
AKTIVA TETAP
IMBALAN KERJA
BONUS
DTL
DTA
DTA
KET
ACC
DEC 31, 2007
P/L 2008
DEC 31, 200
P/L 2009
DEC 31, 2009
REDUCTION
0.00
TAX
0.00
ACC
TAX
ACC
TOTAL
TAX
DTA
DTL
0.00
0.00
139,232,070,356.76
41,769,621,107.03
41,769,621,107.03
0.00
(1,338.00)
(401.40)
0.00
0.00
29,648,822,088.80
8,894,646,626.64
8,894,646,626.64
(401.40)
(1,338.00)
(401.40)
0.00
0.00
168,880,892,445.56
50,664,267,733.67
50,664,267,733.67
(401.40)
0.00
0.00
0.00
(168,880,892,395.00)
(47,286,649,870.60)
(47,286,649,870.60)
0.00
0.00
0.00
(1,338.00)
(334.50)
50.56
0.00
12.64
12.64
(334.50)
(334.50)
0.00
47,286,649,883.24
47,286,649,883.24
(334.50)
(66.90)
0.00
3,377,617,850.43
3,377,617,850.43
(66.90)
Sumber : Perhitungan Pajak Tangguhan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (Diolah lebih lanjut)
Jurnal :
Saldo Awal DTA, 31 Des 2007
41,769,620,247
50,664,267,332.27
DTA
8,894,647,085.34
ACCOUNTING
3,377,617,783.53
Reduction
5,517,029,301.81
PIUTANG U
63
4.3.2
Tanggal Setor
Tanggal
Keterangan
Lapor
2006
26 Maret 2007
2 April 2007
2007
25 Maret 2008
31 Maret 2008
2008
30 April 2009
Sumber : SPT PPh Badan PT. Perusahaan gas Negara (Persero) Tbk. diolah lebih lanjut
Universitas Indonesia