Anda di halaman 1dari 30

Danidwikw's Blog

Just another WordPress.com weblog

PENGUJIAN IMPAK DAN FENOMENA PERPATAHAN


1. Sejarah Pengujian Impak
Sejarah pengujian impak terjadi pada masa Perang Dunia ke 2, karena ketika itu banyak
terjadi fenomena patah getas yang terjadi pada daerah lasan kapal-kapal perang dan tankertanker. Diantara fenomena patahan tersebut ada yang patah sebagian dan ada yang benarbenar patah terbeah menjadi 2 bagian, fenomena patahan ini terjadi terutama pada saat musim
dingin-ketika diaut bebas ataupun ketika kapal sedang berabuh. Dan contoh yang sangat
terkenal tentang fenomena patahan getas adalah tragedi Kapal TITANIC yang melintasi
samudera Atlantik.
Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang
berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji
mengalami deformasi.
2. Jenis-jenis metode uji impak
Secara umum metode pengujian impak terdiri dari 2 jenis yaitu:

Metode Charpy

Metode Izod

Metode Charpy: Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan
dengan posisi horizontal/ mendatar, dan arah pembebanan berlawanan dengan arah takikan.

Gbr1. Ilustrasi skematik pembebanan impak pada benda uji Charpy dan Izod
Metode Izod: Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan
dengan posisi , dan arah pembebanan serah dengan arah takikan.

Gbr 2. Ilustrasi skematis pengujian impak.


3. Perpatahan Impak
Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka perpatahan
impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran
bidangbidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan
permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan
berpenampilan buram.
2. Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan
(cleavage) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai dengan
permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang
tinggi (mengkilat).
3. Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis
perpatahan di atas.

Gbr 3. Ilustrasi permukaan patahan (fractografi) benda uji impak Charpy


Informasi lain yang dapat dihasilkan dari pengujian impak adalah temperatur transisi bahan.
Temperatur transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi perubahan jenis perpatahan
suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbeda-beda. Pada pengujian dengan temperatur
yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi material akan bersifat
ulet (ductile) sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat rapuh atau getas
(brittle). Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperatur yang
berbeda dimana pada temperatur kamar vibrasi itu berada dalam kondisi kesetimbangan dan
selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperatur dinaikkan (ingatlahbahwa energi panas
merupakan suatu driving force terhadap pergerakan partikel atom bahan). Vibrasi atom inilah
yang berperan sebagai suatu penghalang (obstacle) terhadap pergerakandislokasi pada saat
terjadi deformasi kejut/impak dari luar. Dengan semakin tinggi vibrasi itumaka pergerakan

dislokasi mejadi relatif sulit sehingga dibutuhkan energi yang lebih besaruntuk mematahkan
benda uji. Sebaliknya pada temperatur di bawah nol derajat Celcius, vibrasi atom relatif
sedikit sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dan
benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif lebih rendah.

Gbr 4. Efek temperatur terhadap ketangguhan impak beberapa material.


4. Patah Getas dan Patah Ulet
Secara umum perpatahan dapat digolongkan menjadi 2 golongan umum yaitu :

Patah Ulet/ liat

Patah yang ditandai oleh deformasi plastis yang cukup besar, sebelum dan selama proses
penjalaran retak.

Patah Getas

Patah yang ditandai oleh adanya kecepatan penjalaran retak yang tinggi, tanpa terjadi
deformasi kasar, dan sedikit sekali terjadi deformasi mikro.
Terdapat 3 faktor dasar yang mendukung terjadinya patah dari benda ulet menjadi patah getas
:
1. Keadaan tegangan 3 sumbu/ takikan.
2. Suhu yang rendah.
3. Laju regangan yang tinggi/ laju pembebanan yang cepat.
Jenis-jenis takikan/ notch yang terdapat pada pengujian impak

About these ads


Published in:
MATERI TEKNIK
on Desember 17, 2010 at 10:19 am Tinggalkan sebuah Komentar
Tags: charpy, getas, impak, izod, takik, ulet

The URI to TrackBack this entry is: https://danidwikw.wordpress.com/2010/12/17/pengujianimpak-dan-fenomena-perpatahan/trackback/


Umpan RSS untuk komentar-komentar pada pos ini.

Berikan Balasan

DANY DWI KUSUMA WARDANY


o

danidwikw

Desember 2010
S S R K J S M
Apr
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31

Arsip

Arsip

Categories
Categories

Blog di WordPress.com. | RSS 2.0 | Comments RSS 2.0 | The Quentin Theme.
Ikuti

Follow Danidwikw's Blog


Get every new post delivered to your Inbox.
Buat situs dengan WordPress.com

Senin, 15 Juli 2013


Buat Adik-adik yang Mengambil Mata Kuliah Material Teknik ini contoh
Laporannya

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Uji impak adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid loading).
Agar dapat memahami uji impak terlebih dahulu mengamati fenomena yang terjadi terhadap
kapal titanik yang berada pada suhu rendah ditengah laut, sehingga menyebabkan
materialnya menjadi getas dan mudah patah. Disebabkan laut memiliki banyak beban
(tekanan) dari arah manapun. Kemudian kapal tersebut menabrak gunung es, sehingga
tegangan yang telah terkonsentrasi disebabkan pembebanan sebelum sehingga menyebabkan
kapal tersebut terbelah dua. Dalam Pengujian Mekanik, terdapat perbedaan dalam pemberian
jenis beban kepada material. Uji tarik, uji tekan, dan uji punter adalah pengujian yang
menggunakan beban statik. Sedangkan uji impak (fatigue) menggunakan jenis beban

dinamik. Pada uji impak, digunakan pembebanan yang cepat (rapid loading). Perbedaan dari
pembebanan jenis ini dapat dilihat pada strain ratenya. Pada pembebanan cepat atau disebut
dengan beban impak, terjadi proses penyerapan energi yang besar dari energi kinetik suatu
beban yang menumbuk ke spesimen. Proses penyerapan energi ini, akan diubah dalam
berbagai respon material seperti deformasi plastis, efek histerisis, gesekan, dan efek inersia.
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktiku m ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh beban impak terhadap sifat mekanik material.
2. Mengetahui standar prosedur pengujian impak

3. Mengetahui factor yang mempengaruhi kegagalan material dengan beban impak

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Sejarah Pengujian Impak
Sejarah pengujian impak terjadi pada masa Perang Dunia ke 2, karena ketika itu banyak
terjadi fenomena patah getas yang terjadi pada daerah lasan kapal-kapal perang dan tankertanker. Diantara fenomena patahan tersebut ada yang patah sebagian dan ada yang benarbenar patah terbeah menjadi 2 bagian, fenomena patahan ini terjadi terutama pada saat musim
dingin-ketika diaut bebas ataupun ketika kapal sedang berabuh. Dan contoh yang sangat
terkenal tentang fenomena patahan getas adalah tragedi Kapal titanic yang melintasi
samudera Atlantik. Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari
pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji
sehingga benda uji mengalami deformasi.
Jenis-jenis metode uji impak Secara umum metode pengujian impak terdiri dari 2 jenis yaitu:

a.

Metode Charpy merupakan pengujian tumbuk dengan meletakkan


posisi spesimen uji pada tumpuan dengan posisi horizontal/ mendatar,
dan arah pembebanan berlawanan dengan arah takikan.

Gambar 1. Ilustrasi skematik pembebanan impak pada benda uji Charpy


b. Metode Izod merupakan pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi
spesimen uji pada tumpuan dengan posisi , dan arah pembebanan
serah dengan arah takikan.
Pengujian impak yang dilakukan pada praktikum ini adalah sesuai dengan standar ASTM E
23 untuk metode Charpy dan Izzod. Metode Charpy banyak digunakan di Amerika sedangkan
Izzod digunakan di Eropa.

Gambar 2. Ilustrasi skematik pembebanan impak pada benda uji Izood


B. Patah Getas dan Patah Ulet
Secara umum perpatahan dapat digolongkan menjadi 2 golongan umum yaitu
a. Patah Ulet/ liat
Patah yang ditandai oleh deformasi plastis yang cukup besar, sebelum dan selama
proses penjalaran retak.
b. Patah Getas

Patah yang ditandai oleh adanya kecepatan penjalaran retak yang tinggi,
Tanpa terjadi deformasi kasar, dan sedikit sekali terjadi deformasi mikro. Terdapat 3
faktor dasar yang mendukung terjadinya patah dari benda ulet menjadi patah getas :
1. Keadaan tegangan 3 sumbu/ takikan.
2. Suhu yang rendah.
3. Laju regangan yang tinggi/ laju pembebanan yang cepat.
c. Patah Campuran
Merupakan gabungan dari patah ulet dan patah getas.
C. Ketangguhan bahan
Ketangguhan suatu bahan adalah kemampuan suatu bahan material untuk menyerap energi
pada daerah plastis atau ketahanan bahan terhadap beban tumbukan atau kejutan. Penyebab
ketangguhan bahan adalah pencampuran antara satu bahan dengan bahan lainnya. Misalnya
baja di campur karbon akan lebih tangguh dibandingkan dengan baja murni. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi ketangguhan bahan adalah :
1. Bentuk takikan
Bentuk takikan amat berpengaruh pada ketangguahan suatu material, karena
adanya perbedaan distribusi dan konsentrasi tegangan pada masing-masing
takikan tersebut yang mengakibatkan energi impact yang dimilikinya berbedabeda pula. Ada beberapa jenis takikan berdasarkan kategori masing-masing.
Berikut ini adalah urutan energi impact yang dimiliki oleh suatu bahan
berdasarkan bentuk takikannya.
Takikan dibagi menjadi beberapa macam antara lain adalah sebagai berikut :

a.

Takikan segitiga
Memiliki energi impact yang paling kecil, sehingga paling mudah patah.
Hal ini disebabkan karena distribusi tegangan hanya terkonsentrasi pada
satu titik saja, yaitu pada ujung takikan.

b. Takikan segi empat


Memiliki energi yang lebih besar pada takikan segitiga karena tegangan
terdistribusi pada 2 titik pada sudutnya.

c.

Takikan Setengah lingkaran


Memiliki energi impact yang terbesar karena distribusi tegangan
tersebar pada setiap sisinya, sehingga tidak mudah patah.

2. Beban
Semakin besar beban yang diberikan , maka energi impact semakin kecil yang
dibutuhkan untuk mematahkan specimen, dan demikianpun sebaliknya. Hal ini
diakibatkan karena suatu material akan lebih mudah patah apabila dibebani oleh
gaya yang sangat besar.
3. Temperatur
Semakin tinggi temperature dari specimen, maka ketangguhannya semakin tinggi
dalam menerima beban secara tiba-tiba, demikinanpun sebaliknya, dengan
temperature yang lebih rendah. Namun temperature memiliki batas tertentu
dimana ketangguhan akan berkurang dengan sendirinya.
4. Transisi ulet rapuh
Hal ini dapat ditentukan dengan berbagai cara, misalnya kondisi struktur yang
susah ditentukan oleh system tegangan yang bekerja pada benda uji yang
bervariasi, tergantung pada cara pengusiaannya
5.

Efek komposisi ukuran butir


Ukuran butir berpengaruh pada kerapuhan, sesuai dengan ukuran besarnya.
Semakin halus ukuran butir maka bahan tersebut akan semakin rapuh sedangkan
bila ukurannya besar maka bahan akan ulet.

6.

Perlakuan panas dan perpatahan


Perlakuan panas umumnya dilakukan untuk mengetahui atau mengamati besarbesar butir benda uji dan untuk menghaluskan butir.

7. Pengerasan kerja dan pengerjaan radiasi

engerasan kerja terjadi yang ditimbulkan oleh adanya deformasi plastis yang kecil
pada temperature ruang yang melampaui batas atau tidak luluh dan melepaskan
sejumlah dislokasi serta adanya pengukuran keuletan pada temperature rendah.
D. Deformasi Plastis
Suatu material dapat bertahan dari energy tekan di karenakan energy tekan tidak melebihi
energy material itu. Deformasi elastis adalah perubahan bentuk material yang di beri gaya
tarik atau tekan sehingga dapat berubah bentuk dan bila energy tarik atau tekan di hilang kan
benda tersebut akan kembali k bentuk semula . contoh nya saja pada waktu kita maelakukan
uji tarik ,pada saat material yang kita uji di tarik maka aka ada perubahan panjang pada
material itu tetapi material itu akan kembali pada bentuk semula apa bila gaya tarik di
hilangkan. Sedangkan pada deformasi plastic material yang sudah di beri gaya tarik hingga
mengalami perubahan panjang atau bentuk tidak akan kembali pada bentuk semula setelah
gaya tarik di hilangkan. Seperti diperlihatkan dalam grafik tegangan-regangan terdapat yang
namanya batas luluh (yield strength) nah untuk deformasi elastis itu berada di bawah batas
luluh sedangkan untuk deformasi plastis berada/melewati batas luluh suatu material, di mana
untuk setiap material memiliki karakteristik yang berbeda-beda, misalnya saja pada pipa jenis
API 5L X 52 di mana yield strengthnya (SMYS) adalah 52000 psi yang artinya karakter
elastis pada material tersebut adalah < 52000 psi sedangkan plastisnya > 52000 psi.
Mengenai tentang struktur mikro, pada saat di deformasi elastis tidak ada perubahan
perubahan mikro begitu juga ketika deformasi elastis itu hilang. Secara sederhana deformasi
elastis itu dapat kita gambarkan dengan dua buah atom Fe yang diikat dengan sebuah pegas.
Ketika kita deformasi elastis maka pegas akan berusaha melawan Fe yang kita tarik. Untuk
deformasi plastis struktur mikro sudah berubah. Sebagai inisiasinya adalah sudah putusnya
ikatan antara Fe, kemudian adanya pembentukan ukuran butir yang baru (biasanya ukuran
butir menjadi lebih kecil dan gepeng karena deformasi plastis akibat tekanan). Pembentukan
butir butir baru terbutlah yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur mikro. Biasanya
daerah elastik itu dibatasi oleh garis proporsioanal antara tegangan san tegangan, nah ujung
dari titik proporsioanl ini disebut sebagai yield point.setelah keluar dari daerah ini, disebut
sebagai daerah plastic yg tidak akan kembali kebentuk semula. Alasannya karena sudah
terjadi perubahan, sedangkan di daerah elastic tidak terjadi perubahan secara drastis, hal ini
disebabkan ketika masih di daerah elastic, logam dapat menahan beban yg diberikan yg
disebabkan oleh bertemunya dengan batas butir dengan dislokasi. sehingga menghambat

pergerakkan dari dislokasi.. sedangkan ketika sudah memasuki daerah plastik, dislokasi sudah
memotong batas butir
(danidwikw.2013)
E. Perpatahan Impak
Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka perpatahan
impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran
bidangbidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan
permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan
berpenampilan buram.Informasi lain yang dapat dihasilkan dari pengujian impak
adalah temperaturn transisi bahan. Temperatur transisi adalah temperatur yang
menunjukkan transisi perubahan jenis perpatahan suatu bahan bila diuji pada
temperatur yang berbeda-beda. Pada pengujian dengan temperatur yang berbedabeda maka akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi material akan bersifat ulet
(ductile) sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat rapuh atau getas
(brittle).Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperatur
yang berbeda dimana pada temperatur kamar vibrasi itu berada dalam kondisi
kesetimbangan dan selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperatur dinaikkan
(ingatlahbahwa energi panas merupakan suatu driving force terhadap pergerakan
partikel atom bahan). Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu penghalang
(obstacle) terhadap pergerakandislokasi pada saat terjadi deformasi kejut/impak dari
luar. Dengan semakin tinggi vibrasi itumaka pergerakan dislokasi mejadi relatif sulit
sehingga dibutuhkan energi yang lebih besaruntuk mematahkan benda uji.
Sebaliknya pada temperatur di bawah nol derajat Celcius, vibrasi atom relatif sedikit
sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dan
benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif lebih rendah.
b. Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan
(cleavage) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai dengan
permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang
tinggi (mengkilat).
c. Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis
perpatahan di atas.
F. Patah Getas dan Patah Ulet

Secara umum perpatahan dapat digolongkan menjadi 2 golongan umum yaitu


a. Patah Ulet/ liat
Patah yang ditandai oleh deformasi plastis yang cukup besar, sebelum dan selama
proses penjalaran retak.
b. Patah Getas
Patah yang ditandai oleh adanya kecepatan penjalaran retak yang tinggi.
Tanpa terjadi deformasi kasar, dan sedikit sekali terjadi deformasi mikro. Terdapat 3 faktor
dasar yang mendukung terjadinya patah dari benda ulet menjadi patah getas :
1. Keadaan tegangan 3 sumbu/ takikan.
2. Suhu yang rendah.
3. Laju regangan yang tinggi/ laju pembebanan yang cepat.
c.

Patah Campuran
Merupakan gabungan dari patah ulet dan patah getas.

(Yerik,2013)
G. Ketangguhan
Ketangguhan adalah ketahanan suatu spesimen terhadap beban tumbukan ataukejutan.
Pengertian lain tentang ketangguhan juga dapat diartikan dengan jumlah energi yang diserap
spesimen sampai terjadi perpatahan . Pengujian impact adalah pengujian yang menggunakan
prinsip hukum kekekalan energi, yang menyatakan bahwa jumlah energi mekanik selalu
konstan. Tujuan utama dari pengujian impact adalah untuk mengukur kegetasan atau
keuletan bahan terhadap beban kejut dengan cara mengukur energi potensial sebuah
pendulum yang dijatuhkan pada ketinggian tertentu. Pengujian impact merupakan pengujian
dengan menggunakan beban sentakan tiba-tiba. Metode yang sering digunakan dalam uji
impak ini adalah metode Charpy. Pada metode charpy ini spesimen di letakkan mendatar
dengan di tahan di bagian ujung ujung nya oleh penahan dan kemudian pendulum di tarik ke
atas sesuai posisi yang di inginkan . Setelah itu pendulum di lepaskan dan mengenai tepat
pada bagian belakang takikan atau sejajar dengan takikan .Pada saat pendulum dinaikkan
sampai pada ketinggian H. pada posisi ini pemukul memiliki energi potensial sebesar WH
(W adalah berat pemukul). Dari posisi ini pemukul dilepaskan dan berayun bebas memukul,

batang uji hingga patah dan pemukul masih terus berayun sampai ketinggian H1. Selisih
antara energi awal (WH) dengan energi akhir (WH1) adalah energi yang digunakan untuk
mematahkan batang uji. Ketahanan batang uji terhadap pukulan (impact strength )
dinyatakan dengan banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan batang uji (satuan
Kgm/ft lb atau Joule). Impact strength merupakan ketangguhan, yaitu ketangguhan benda uji
terhadap beban kejut pada batang uji yang bertakik (notch toughness). Logam yang getas
akan memperlihatkan impact strength yang rendah. Bahan yang ulet menunjukkan nilai
impact yang besar. Suatu bahan yang diperkirakan ulet ternyata dapat mengalami patah
getas. Patah getas ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal antara lain adanya takikan (notch),

Gambar.3 Takikan
kecepatan pembebanan yang tinggi yang menyebabkan laju peregangan yang tinggi pula dan
temperatur yang sangat rendah. Patah ulet selain ditandai oleh nilai impak yang tinggi tetapi
juga ditandai oleh permukaan patah yang berserabut yaitu karena adanya deformasi plastis
pada daerah patah. Permukaan patah getas ditandai dengan permukaan patahan yang tampak
mengkilat karena patahannya kristalin, lebih halus permukaan nya dan juga tidak berserabut
(Sariyusriati.2013)

H. Deformasi Plastis
Suatu material dapat bertahan dari energy tekan di karenakan energy tekan tidak melebihi
energy material itu. Deformasi elastis adalah perubahan bentuk material yang di beri gaya
tarik atau tekan sehingga dapat berubah bentuk dan bila energy tarik atau tekan di hilang kan
benda tersebut akan kembali k bentuk semula . contoh nya saja pada waktu kita maelakukan
uji tarik ,pada saat material yang kita uji di tarik maka aka ada perubahan panjang pada

material itu tetapi material itu akan kembali pada bentuk semula apa bila gaya tarik di
hilangkan. Sedangkan pada deformasi plastic material yang sudah di beri gaya tarik hingga
mengalami perubahan panjang atau bentuk tidak akan kembali pada bentuk semula setelah
gaya tarik di hilangkan. Seperti diperlihatkan dalam grafik tegangan-regangan terdapat yang
namanya batas luluh (yield strength) nah untuk deformasi elastis itu berada di bawah batas
luluh sedangkan untuk deformasi plastis berada/melewati batas luluh suatu material, di mana
untuk setiap material memiliki karakteristik yang berbeda-beda, misalnya saja pada pipa jenis
API 5L X 52 di mana yield strengthnya (SMYS) adalah 52000 psi yang artinya karakter
elastis pada material tersebut adalah < 52000 psi sedangkan plastisnya > 52000 psi.
Mengenai tentang struktur mikro, pada saat di deformasi elastis tidak ada perubahan
perubahan mikro begitu juga ketika deformasi elastis itu hilang. Secara sederhana deformasi
elastis itu dapat kita gambarkan dengan dua buah atom Fe yang diikat dengan sebuah pegas.
Ketika kita deformasi elastis maka pegas akan berusaha melawan Fe yang kita tarik. Untuk
deformasi plastis struktur mikro sudah berubah. Sebagai inisiasinya adalah sudah putusnya
ikatan antara Fe, kemudian adanya pembentukan ukuran butir yang baru (biasanya ukuran
butir menjadi lebih kecil dan gepeng karena deformasi plastis akibat tekanan). Pembentukan
butir butir baru terbutlah yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur mikro. Biasanya
daerah elastik itu dibatasi oleh garis proporsioanal antara tegangan san tegangan, nah ujung
dari titik proporsioanl ini disebut sebagai yield point.setelah keluar dari daerah ini, disebut
sebagai daerah plastic yg tidak akan kembali kebentuk semula. Alasannya karena sudah
terjadi perubahan, sedangkan di daerah elastic tidak terjadi perubahan secara drastis, hal ini
disebabkan ketika masih di daerah elastic, logam dapat menahan beban yg diberikan yg
disebabkan oleh bertemunya dengan batas butir dengan dislokasi. sehingga menghambat
pergerakkan dari dislokasi. sedangkan ketika sudah memasuki daerah plastik, dislokasi sudah
memotong batas butir.
(anonim.2013)

III .METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah :
1. Spesimen Uji

Gambar. 1 Spesimen Uji


2. Jangkar Sorong

Gambar. 2 Jangka sorong

3. Charpy

Gambar. 3 Charpy
B. Prosedur Percobaan
Pada percobaan uji impak ini kita melakukan langkah-langkah kerja sebagai berikut :
1. Menyiapkan spesimen uji impak yang dibuat sesuai dengan standar.
2. Melakukan perlakuan terhadap specimen sesuai dengan temperatur yang di inginkan dalam
pengujian.
3.

Meletakkan spesimen pada meja uji, memasang termokopel untuk mengetahui temperatur
saat diberi beban impak.

4. Memberi beban impact, setelah palu distop mencatat dahulu sudut yang ada pada dial.
5. Menghitung energy impak yang terjadi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Percobaan


Hasil yang kami dapat pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

No
1
2
3

Panjang (mm)
56,35
56,1
56,85

Tabel. 1 Tabel hasil pengamatan


Kedalaman takik(mm)
(mm)
(mm)
9,75
9,75
1
9,7
9,7
1,15
9,5
9,5
1,32
Tabel. 2 Besar energi impactnya

Spesimen
1
2
3

Energi impact ( J )
277
254
253

HI ( J/mm2 )
0,5041749
0,4667659
0,46845346

B. Pembahasan
Adapun pengamatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Aplikasi Didunia Nyata dan Industri
Uji impak merupakan salah satu cara untuk menguji kekuatan dari suatu material. Uji impak
sendiri memiliki dua metode antara lain metode charpy dan metode izod, dalam percobaan ini
metode yang digunakan adalah metode charpy.
Pada baja dan aluminium terdapat perbedaan harga impak. Harga impak baja lebih
tinggi daripada aluminium menunjukkan bahwa ketangguhan baja lebih tinggi jika
dibandingkan dengan aluminium. Ketangguhan adalah kemampuan material untuk
menyerap energy dan berdeformasi plastis hingga patah. Salah satu contoh yang
paling familiar dan sering digunakan dikalangan masyarakan adalah memotong kayu
menggunakan kapak, jika diperhatikan dengan seksama maka kita akan menemukan
kemiripan dengan impak. Berikutnya salah satu contoh yang sering digunakan pada
industri skala besar seperti pabrik ialah seperti pada industri pembuatan helm,
sebelum helm digunakan helm tersebut harus diuji terlebih dahulu sebelum dipasarkan
kepada masyarakat agar helm tersebut memenuhi Standar Nasional maupun Standar
International.
2. Pengaruh Temperatur Terhadap Energi Impak
Temperatur yang diberikan terhadap spesimen uji memberikan pengaruh yang cukup
membuat spesimen uji menjadi lebih getas dan bila temperatur yang diberikan kepada

spesimen uji semakin tinggi maka spesimen uji tersebut semakin ulet sesuai dengan
temperatur yang diberikan terhadap spesimen uji. Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa
pengaruh temperatur terhadap energi impak menunjukan energi yang diserap oleh spesimen
uji semakin kecil jika temperaturnya dinaikan serta memberikan keuletan terhadap spesimen
uji sesuai temperatur yang diberikan.
3. Pengaruh Takik Terhadap Energi Impak
Ada tiga macam bentuk takikan pada pengujian impact yakni takikan V, U dan key hole Pada
suatu konstruksi, keberadaan takik atau nocth memegang peranan yang amat berpengaruh
terhadap kekuatan impact. Adanya takikan pada kerja yang salah seperti diskotinuitas pada
pengelasan, atau korosi lokal bisa bersifat sebagai pemusat tegangan (stress concentration).
Adanya pusat tegangan ini dapat menyebabkan material brittle (getas), sehingga patah pada
beban di bawah yield strength.

Gambar. 1 spesimen setelah diuji


Besarnya energi yang diserap oleh speimen membuat spesimen membentuk sebuah
takikan seperti yang terlihat pada gambar 4.1. pada gambar tersebut menunjukan
bahwa energi yang diserap dilanjutkan hingga terjadi perpatahan pada spesimen
tersebut, perpatahan yang terjadi pada percobaan yang telah dilakukan merupakan
perpatahan campuran.
4. Pengaruh Luas Permukaan Terhadap Energi
Setiap spesimen yang diuji memiliki luas permukaan yang dapat memengaruhi penyerapan
energi yang diberikan kepada spesimen uji. Gambar 1 memberikan pengetahuan bahwa
semakin besar luas permukaan maka semakin kecil energi yang terserap oleh spesimen uji
serta membentuk takikan yang tidak dalam namun jika semakin kecil luas permukaan maka
semakin besar pula energi yang terserap oleh spesimen uji serta membentuk takikan terhadap
spesimen uji yang cukup dalam.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1.

Impact Test adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji ketangguhan suatu
specimen terhadap pemberian beban secara tiba-tiba melalui tumbukan.

2. Metode yang digunakan pada pengujian impact ada dua yaitu :


a. Metode Charpy
b. Metode Izood
3. Salah satu hal yang mempengaruhi impact adalah temperature. Semakin rendah temperature
suatu material maka akan semakin getas material tersebut, dan semakin tinggi temperature
maka material akan semakin ulet.
4.

Energi impact yang terbesar terdapat pada takikan setengah lingkaran dan terendah pada
takikan segitiga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perpatahan akan semakin mudah terjadi pada
takikan bersudut.

B. Saran
Adapun saran yang diberikan setelah praktikum adalah sebagai berikut :
1.

Sebaiknya saat praktikum di laboratorium, kedua metode pada pengujian impact


dilakukan , agar kita dapat melihat perbedaannya dengan jelas.

2.

Pembuatan takikan pada specimen harus simetris agar hasil yang diperoleh lebih
akurat

Pengujian impak yang dilakukan pada praktikum ini sesuai dengan standar ASTM E 23 untuk
metode Charpy dan Izod. Metode Charpy digunakan secara luas di Amerika, sedangkan
metode Izod digunakan di Eropa. Gambar kedua jenis spesimen tersebut dapat dilihat pada
gambar di bawah :

Gambar 2 metode charpy dan izod


Spesimen Charpy mempunyai 3 jenis takikan, yaitu takikan V, takikan U, dan takikan O.
Gambar dan dimensi ketiganya dapat dilihat pada gambar di bawah :

Gambar 3 takikan dispesimen


Pengujian yang dilakukan dengan metode Charpy akan menghasilkan harga impak yang lebih
valid dibandingkan bila dilakukan dengan metode Izod, karena energi yang diserap
penyangga tidak terlalu besar sehingga tidak banyak mempengaruhi harga impak. Praktikum
ini menggunakan spesimen Charpy dengan takikan V. Selain harga impak, pengujian ini juga

dapat menentukan nilai temperatur transisi. Temperatur transisi adalah jangkauan temperatur
dimana suatu material mengalami perubahan jenis patahan dari ulet menjadi getas.
Temperatur transisi ditentukan dengan banyak cara. Pertama FATT (Fracture Appearance
Transition Temperature), yaitu temperatur dimana permukaan patahan 50% getas dan 50%
ulet. Kedua memperhatikan nilai FTP (Fracture Transiton Plastic) dan NDT (Nil Ductile
Temperature). FTP adalah temperatur dimana suatu patahan dari ulet sempurna menjadi
getas. Sedang NDT adalah temperatur saat tidak ada lagi deformasi plastis lagi yang terjadi
sehingga suatu material langsung mengalami patah getas. Jangkauan temperatur antara FTP
dan NDT inilah yang disebut dengan temperatur transisi

Gambar 4 mesin uji impact (charpy)


Prinsip pengujian impak ini adalah menghitung energi yang diberikan beban dan menghitung
energi yang diserap oleh spesimen. Saat beban dinaikkan pada ketinggian tertentu, beban
memiliki enegi potensial, kemudian saat menumbuk spesimen energi kinetik mencapai
maksimum. Energi yang diserap spesimen akan menyebabkan spesimen mengalami
kegagalan. Bentuk kegagalan itu tergantung pada jenis materialnya, apakah patah getas atau
patah ulet. Dengan membuat variasi perubahan temperatur, maka dilihat bentuk patahan dan
energi yang diserap oleh spesimen, lalu dibuat suatu kurva yang menghubungkan antara
temperatur dan energi yang diserapnya. Selain mendapat kurva energi yang diseraptemperatur, dari praktikum ini jua bisa menndapat Harga Impak. Harga Impak (HI) didapat
dengan rumus :
HI=
dimana : E

= Energi impact

A = Luas penampang

DAFTAR PUSTAKA
Sherverlana Shirley.2013.Modul Praktikum Material Teknik.UNILA.Bandar Lampung.
Diakses pada tanggal 05 februari 2013 pukul 16.00 wib melalui web :
http://danidwikw.wordpress.com/2010/12/17/pengujian-impak-dan-fenomena-perpatahan/.
Diakses pada tanggal 05 februari 2013 pukul 16.08 wib melalui web : Yerik,2011.teori dasar
impact. http://pahatbaja.blogspot.com/2011/06/teori-dasar-impact.html .
Diakses pada tanggal 05 februari 2013 pukul 16.14 wib melalui web: Sariyusriati.2011.uji
impak.http://material12-its.blogspot.com/2011/08/uji-impak.html.

Diakses pada tanggal 05 februari 2013 pukul 16.25 wib melalui web : http://wikepedia.com/.

LAMPIRAN

TUGAS AKHIR
1.

Sebutkan perbedaan uji impact metode izod dan charpy dan gambarkan bentuk

2.
3.
4.
5.

spesimen uji serta dimensinya.?


Apa guna temperatur transisi dalam perencanaan?
Gambarkan kurva energi impact vs temperatur dan buat analisanya !
Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi harga impact ?
Berdasarkan permukaan patahan, sebutkan apa yang dimaksud patah ulet dan patah

getas !
6. Sebutkan hal-hal apakah yang menyebabkan terjadinya patah getas ?
7. Jelaskan pengaruh anisotropi pada logam terhadap beban impact !

JAWAB
1. Kalau metode izod, specimen berada pada posisi vertical pada tumpuan dengan salah
satu ujungnya dicekam dengan arah takikan pada arah gaya tumbukan. Sedangkan
metode charpy, specimen dipasang secara horizontal dengan kedua ujungnya berada
pada tumpuan, sedangkan takikan pada specimen diletakkan di tengah-tengah dengan
arah pembebanan tepat diatas takikan.

2.

Temperature transisi berguna untuk menjelaskan atau mempertegas keadaan suatu


material. Karena defenisi dari temperature transisi sendiri meruapakan perubahan dari
temperature. . Pada pengujian dengan temperatur yang berbeda-beda maka akan
terlihat bahwa pada temperatur tinggi material akan bersifat ulet sedangkan pada
temperatur rendah material akan bersifat rapuh atau getas.

3.

Bila temperatur dinaikkan (ingatlahbahwa energi panas merupakan suatu driving force
terhadap pergerakan partikel atom bahan), pada saat terjadi deformasi kejut/impak dari

luar maka pergerakan dislokasi mejadi relatif sulit sehingga dibutuhkan energi yang
lebih besaruntuk mematahkan benda uji.Sebaliknya pada temperatur di bawah nol
derajat Celcius, pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih
mudah dan benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif lebih
rendah.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga impact adalah :
1. Bentuk takikan
2. Beban
3. Temperature
4. Transisi ulet rapuh
5. Efek komposisi ukuran butir
6. Perlakuan panas dan perpatahan
7. Pengerasan kerja dan pengerjaan radiasi

5.

Patah ulet yaitu perpatahan yang terjadi yang didahului deformasi plastic dan
penyerapan energy dan Patah getas yaitu perpatahan yang tanpa didahului dengan
deformasi plastic dan penyerapan energi yang hanya sedikit atau dapat dikatakan tidak
terjadi penyerapan energi

6. Yang menyebabkan terjadinya patah getas adalah keadaan tegangan 3 sumbu/ takikan,
Suhu yang rendah, Laju regangan yang tinggi/ laju pembebanan yang cepat.
7. Pengaruh anisotrapi mempunyai ketergantungan sifat pada arah sangat penting pada
pembuatan tempa dan plat arah melintang panjang dan arah tegak pendek hasil
pengerjaan.

PENGUJIAN IMPAK DAN FENOMENA PERPATAHAN


1. Sejarah Pengujian Impak
Sejarah pengujian impak terjadi pada masa Perang Dunia ke 2, karena ketika itu banyak
terjadi fenomena patah getas yang terjadi pada daerah lasan kapal-kapal perang dan tankertanker. Diantara fenomena patahan tersebut ada yang patah sebagian dan ada yang benarbenar patah terbeah menjadi 2 bagian, fenomena patahan ini terjadi terutama pada saat musim
dingin-ketika diaut bebas ataupun ketika kapal sedang berabuh. Dan contoh yang sangat
terkenal tentang fenomena patahan getas adalah tragedi Kapal TITANIC yang melintasi
samudera Atlantik.
Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang
berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji
mengalami deformasi.
2. Jenis-jenis metode uji impak
Secara umum metode pengujian impak terdiri dari 2 jenis yaitu:

Metode Charpy

Metode Izod

Metode Charpy: Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan
dengan posisi horizontal/ mendatar, dan arah pembebanan berlawanan dengan arah takikan.

Gbr1. Ilustrasi skematik pembebanan impak pada benda uji Charpy dan Izod

Metode Izod: Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan
dengan posisi , dan arah pembebanan serah dengan arah takikan.

Gbr 2. Ilustrasi skematis pengujian impak.


3. Perpatahan Impak
Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka perpatahan
impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran
bidangbidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan
permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan
berpenampilan buram.
2. Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan
(cleavage) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai dengan
permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang
tinggi (mengkilat).
3.

Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis


perpatahan di atas.

Gbr 3. Ilustrasi permukaan patahan (fractografi) benda uji impak Charpy


Informasi lain yang dapat dihasilkan dari pengujian impak adalah temperatur transisi bahan.
Temperatur transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi perubahan jenis perpatahan

suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbeda-beda. Pada pengujian dengan temperatur
yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi material akan bersifat
ulet (ductile) sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat rapuh atau getas
(brittle). Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperatur yang
berbeda dimana pada temperatur kamar vibrasi itu berada dalam kondisi kesetimbangan dan
selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperatur dinaikkan (ingatlahbahwa energi panas
merupakan suatu driving force terhadap pergerakan partikel atom bahan). Vibrasi atom inilah
yang berperan sebagai suatu penghalang (obstacle) terhadap pergerakandislokasi pada saat
terjadi deformasi kejut/impak dari luar. Dengan semakin tinggi vibrasi itumaka pergerakan
dislokasi mejadi relatif sulit sehingga dibutuhkan energi yang lebih besaruntuk mematahkan
benda uji. Sebaliknya pada temperatur di bawah nol derajat Celcius, vibrasi atom relatif
sedikit sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dan
benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif lebih rendah.

Gbr 4. Efek temperatur terhadap ketangguhan impak beberapa material.


4. Patah Getas dan Patah Ulet
Secara umum perpatahan dapat digolongkan menjadi 2 golongan umum yaitu :

Patah Ulet/ liat

Patah yang ditandai oleh deformasi plastis yang cukup besar, sebelum dan selama proses
penjalaran retak.

Patah Getas

Patah yang ditandai oleh adanya kecepatan penjalaran retak yang tinggi, tanpa terjadi
deformasi kasar, dan

sedikit sekali terjadi deformasi mikro.

Terdapat 3 faktor dasar yang mendukung terjadinya patah dari benda ulet menjadi patah getas
:
1. Keadaan tegangan 3 sumbu/ takikan.
2. Suhu yang rendah.
3. Laju regangan yang tinggi/ laju pembebanan yang cepat.
Jenis-jenis takikan/ notch yang terdapat pada pengujian impak

Sumber : http://danidwikw.wordpress.com/

Vote menurut kamu


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
di 14.19 Diposkan oleh Dimas Repaldo
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2013 (9)
o Juli (5)

Konveyor rantai

Kepengurusan HIMATEM 2013/2014

Buat Adik-adik yang Mengambil Mata Kuliah Material...

Contoh Laporan M.T Uji Kekerasan

Contoh Laporan Material Teknik Uji Tarik

Agustus (1)

November (3)

Mengenai Saya

Dimas Repaldo
Bandar Lampung,Kotabumi, Bandar Lampung/Lampung, Indonesia
seorang anak dikeluarga yang cukup keras dan kasar,anak kedua dari tiga
bersaudara,saya laki bukan wanita :D.lahir 06 agustus 1993 dipangkal pinang bangka
belitung
Lihat profil lengkapku
Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai