Anda di halaman 1dari 16

A.

Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia. Secara
fisiologis kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan
hampir 90% dari total berat badan. Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu
proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap
dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan
elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah
satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh
adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total
dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.

B. Sistem Tubuh yang Berperan Pada Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal,
kulit, paru-paru dan gastrointestinal.
1. Ginjal : Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Fungsi ginjal yaitu sebagai
pengatur air,

pengatur konsentrasi

garam

dalam darah,

pengatur

keseimbangan asam basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau


kelebihan garam.
2. Kulit : Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang
terkait dengan proses pengaturan panas. Hilangnya cairan melalui kulit
diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar keringat.
Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam. Disebut juga
Insesible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.

3. Paru-paru : Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan


menghasilkan insensible water loss 400ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respon akibat perubahan upaya kemampuan
bernapas. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap
perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau
demam.
4. Gastrointestinal : Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernan
yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan
dan pengeluaran air. Dalam keadaan normal, cairan yang hilang dalam
sistem ini sekitar 100-200 ml/hari. Perhitungan IWL secara keseluruhan
adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap
kenaikan suhu 1 derajat celcius.
Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa
haus yang dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic
hormone (ADH), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
1. ADH : Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air
sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh.
2. Aldesteron : Hormon ini diekresi oleh kelenjar adrenal ddi tubulus ginjal
dan berfungsi pada absorbsi natrium
3. Prostaglandin : Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada
jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah,
kontraksi uterus, dan pengaturan gerakan gastrointestinal.
4. Glukokortikoid : Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi
natrium dan air yng menyebabkan volume darah meningkat sehingga
terjadi retensi natrium.

C. Cara Perpindahan Cairan Tubuh


1. Difusi : Difusi merupakan tercampurnya molekul-molekul dalam cairan,
gas atau zat padat secara bebas atau acak.
2. Osmosis : Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni (seperti air)
melalui membrane semipermeabel, biasanya terjadi dari larutan dengan
konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat,
sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang,
sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah
volumenya.
3. Transpor aktif : Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan
mekanisme transport aktif. Transport aktif merupakan gerak zat yang akan
2

berdifusi dan berosmosis yang memerlukan aktivitas metabolic dan


pengeluaran

energi

untuk

menggerakkan

berbagai

materi

guna

menembus membrane sel.

D. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia


Presentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan
tergantung beberapa hal antara lain : umur, kondisi lemak tubuh dan sex..
Perhatikan Uraian berikut ini :

Bayi baru lahir : 75% BB

Dewasa Pria : 60% BB

Dewasa Wanita : 50% BB

Usia Lanjut : 45 50% BB

Pada orang dewasa kira-kira 40 % barat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada
di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20% dari
berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yang terbagi dalam 15 % cairan
interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.

E. Pengaturan Volume Cairan Tubuh


Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah
cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
1. Asupan cairan : Asupan (intake) cairan untuk komdisi normal pad orang
dewasa adalah 2500 cc/hari. Penagturan mekanisme keseimbangan
cairan ini menggunakan mekanisme haus.
2. Pengeluaran

cairan

Pengeluaran

(output)

cairan

sebagai

dalam

mengimbangi asupan cairan orang sewasa dalam kondisi normal adalah


2300cc/hari. Jumlah air yang banyak keluar dari ekskresi ginjal (urine),
sebanyak 1500cc/hari. Hasi-hasil pengeluaran cairan adalah:
a.

Urine

Pembentukan urine terjadi di ginjal dan Ureter mengalirkan urine ke


bladder. Dalam bladder, urine ditampung sampai mencapai batas tertentu
yang kemudian dikeluarkan melalui uretra. Cairan dalam ginjal disaring
pada glomerulus dan salam tubulus distal untuk kemudian diserap kembali
ke dalam aliran darah

b.

Keringat

Terbentuk bila menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas. Keringat
banyak

mengandung

garam,

urea,

asam

laktat,

dan

ion

kalium.

Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan mempengaruhi kadar


natrium dalam plasma.
c.

Feses

Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Jika
cairan yang keluar melalui feses jumlahnya berlebihan, maka dapat
mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan
melalui feses adalah 100 ml.hari.

F. Faktor yang Berpengaruh dalam Pengaturan Cairan


Proses pengaturan cairan di pengaruhi oleh dua faktor yakni :
a) Tekanan cairan, proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan
cairan
b) Membran

semipermiabel,

merupakan

penyaring

agar

cairan

yang

bermolekul besar tidak tergabung.


G. Jenis Cairan
1) Cairan zat gizi (nutrien)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap
hari. Cairan nutrien dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk
karbohidrat, itrogen dan vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat
dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori perliter. Cairan
nutrien terdiri atas :
Karbohidrat dan air
Asam amino
Lemak
2) Blood volume expanders
Blood volume expanders

merupakan

jenis

cairan

yang

berfungsi

meningkatkan volume darah sesudah kehilangan darah atau plasma.


H. Kebutuhan Elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung
oksigen,

nutrient,

dan

sisa

metabolisme

(seperti

karbondioksida),

yang

semuanya disebut dengan ion. Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut
:
Natrium

: 135 145 m Eq/L


4

Kalium
Klorida
Bikarbonat arteri
Bikarbonat vena
Kalsium
Magnesium
Fosfat

:
:
:
:

: 3,5 - 5,3 m Eq/L


: 100 106 m Eq/L
22 - 26 m Eq/L
24 - 30 m Eq/L
4 5 m Eq/L
1,5 - 2,5 m Eq/L
: 2,5 - 4,5 mg/100ml

I. Pengaturan Elektrolit
1) Pengaturan keseimbangan natrium : Natrium merupakan kation dalam
tubuh yang berfngsi dalam pengaturan osmolaritas dan volume cairan
tubuh.
2) Pengaturan keseimbangan kalium : Kalium merupakan kation utama yang
terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan
elektrolit. Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium
dalam plasma (cairan ekstrasel). Sistem pengaturannya melalui tiga
langkah:
a) Peningkatan

konsentrasi

kalium

dalam

cairan

ekstrasel

yang

menyebabkan peningkatan produksi aldosteron.


b) Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang
dikeluarkan melalui ginjal.
c) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan
ekstrasel menurun.
3) Pengaturan keseimbangan kalsium : Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam
pembentukan tulang
4) Pengaturan keseimbangan magnesium : Magnesium merupakan kation
dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel.
5) Pengaturan keseimbangan klorida : Klorida merupakan anion utama dalam
cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan
intrasel.

Fungsi

klorida

biasanya

bersatu

dengan

natrium

yaitu

mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah.


6) Pengaturan keseimbangan bikarbonat : Bikarbonat merupakan elektrolit
utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
7) Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4) : Fosfat bersama-sama dengan
kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat diserap dari
saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine
J. Jenis Cairan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat
bertegangan tetap. Cairan saline terdir dari cairan isotonic, hipotonik, dan
hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak
dipergunakan.

K. Keseimbangan Asam Basa


Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam
basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai
pH cairan tubuh 7,35 - 7,45. keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses
metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan melalui
pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem
larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan
larutan buffer protein.
L. Jenis Asam Basa
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis. Keadaan osidosis
dapat di sebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan
alkali antara lain natrium (sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat
merupakan garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan,
sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam karbonat
(H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3 (bikarbonat) dan H+. selain system
pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam
basa

yang

sangat

kompleks.

M. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Eletrolit


a. Usia : Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas
organ
b. Temperatur : Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran
cairan melalui keringat cukup banyak
c. Diet : Apabila kekurangan nutrien, tubuh akan memecah cadangan
makanan yang tersimpan di dalamnya
d. Stres : Peningkatan produksi ADH dapat meningkatkan metabolisme
sehingga mengakibatkan terjadinya glikosis otot.
e. Sakit : Banyak sel yang rusak, untuk memperbaiki sel yang rusak
dibutuhkan adanya proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup

N. Masalah-masalah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Gangguan/Masalah pada Pemenuhan Kebutuhan Cairan
a. Hipovolume atau dehidrasi : Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi
karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan.
6

Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi,


yaitu:
1) Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan dan
elektrolitnya yang seimbang.
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih
banyak daripada elektrolitnya.
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan
elektrolitnya daripada air.
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya :
a) Dehidrasi berat
Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6 L
Serum natrium 159-166 mEq/L
Hipotensi
Turgor kulit buruk
Oliguria
Nadi dan pernapasan meningkat
Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
a) Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 2-4 l atau antara 5-10% BB
Serum natrium 152-158 mEq/L
Mata cekung
c) Dehidrasi ringan
kehiangan cairan sampai 5% BB atau 1,5 2 L.
b. Hipervolume atau overhidrasi
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu,
hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan
pada interstisial).
Gangguan /Masalah Kebutuhan Elektrolit
a. Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium
dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma
yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.
b. Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi,
yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit
buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering,
dll.
c. Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam
darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi
pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.
d. Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam
darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit
7

ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan adanya mual,


hiperaktifitas system pencernaan, dll.
e. Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.
Hipokalsemia ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut,
f.

kejang,bingung, dll.
Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam
darah. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar
gondok dan makan vitamin D secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai
dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan

kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.


g. Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah.
Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki
dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3
mEq/L.
h. Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal
ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar
magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
O. Proses Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan
atau resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
1. Riwayat keperawatan
Pemasukan

dan

pengeluaran

cairan

dan

makanan

(oral

dan

parenteral)
Tanda umum masalah elektrolit
Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit
Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status
cairan
Status perkembangan seperti usia atau situasi social
Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu
pengobatan
2. Pengukuran klinik
Berat badan : kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan
adanya masalah keseimbangan cairan :
8

+/- 2 % : ringan
+/- 5 % : sedang
+/- 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang
sama.
Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah,
nadi dan pernapasan. Tingkat kesadaran.
Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT dan oral), cairan
parenteral termasuk obat-obatan IV, makanan yang cenderung
mengandung air, irigasi kateter atau NGT.
Pengukuran

pengeluaran

cairan

urine

(volume,

kejernihan

kepekatan), feses (jumlah dan konsistensi), muntah, tube drainase,


IWL.
Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar +/- 200
cc.
3. Pemeriksaan fisik
Integumentum : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan
otot, tetani, dan sensasi rasa.
Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin,
dan bunyi jantung
Mata : cekung, air mata kering
Neurologi

refleks,

gangguan

motorik

dan

sensorik,

tingkat

kesadaran
Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntahmuntah dan bising usus

4. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH,


berat jeins urine dan analisis gas darah.
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan


mekanisme pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri

Penurunan

kardiak

output

berhubungan

dengan

dysritmia

kardio,ketidakseimbangan elektrolit

Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan


tubuh

berhubungan

dengan

diare,kehilangan

cairan

lambung,

diaphoresis, polyuria.

Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih berhubungan dengan


anuria,penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan,
Penumpukan cairan di ekstraseluler.

Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan


volume cairan

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau


edema

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema

c. Perencanaan Keperawatan
Pada pasien yang kekurangan cairan

Tujuan yang diharapkan :


a. Mempertahnkan keseimbangan cairan
b. Menunjukkkan adannya keseimbangan cairan seperti output adekuat, tekanan
darah normal, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.
c. Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
NO
1

2
3
4
5

INTERVENSI
Ukur dan catat setiap 4 jam :
Intkae dan output cairan
Warna muntahan, urine dan feses
Monitor turgor kulit
Tanda tanda vital
Monitor IV infuse
CVP
Elektrolit, BUN, hematokrit dan Hb
Status mental
Berat badan
Berikan makanan dan cairan

RASIONAL
Menentukan kehilangan makan dan
minum

Memenuhi kebutuhan makan dan


minum
Berikan pengobatan seperti antidiare Menurunkan pergerakan usus dan
dan antimuntah
muntah
Berikan dukungan verbal dalam Meningkatkan konsumsi yang lebih
pemberian cairan
Lakukan kebersihan mulut sebelum Meningkatkan nafsu makan
10

6
7

makan
Ubah posisi pasien setiap 4 jam
Berikan pendidikan kesehatan tentang :
Tanda dan gejala dehidrasi
Intake dan output cairan
Terapi

Meningkatkan sirkulasi
Meningkatkan
informasi
kerjasama.

dann

Pada pasien yang kelebihan cairan

Tujuan yang diharapkan :


a. Mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan
b. Menurunkan kelebihan cairan
NO INTERVENSI
1 Ukur dan monitor :
Intake dan output cairan, BB, tensi,
CVP distensi vena, jugularis dan bunyi
paru
2
Monitor rongtgen paru
3
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan, obat dan efek
pengobatan
4
Hati hati dalam pembarian cairan
5
Pada pasien yang bedrest :
Ubah posisi setiap 2 jam
Latihan pasif dan aktif
6
Pada kluit yang edeme, berikan losion,
hindari penekanan yang teruis
menerus.
7
Berikan
pengetahuan
kesehatan
tentang :
Intake dan output cairan
Edema, Berat badan
Pengobatan

RASIONAL
Dasar pengkajian kardiovaskuler
dan respon terhadap penyakit.

Mengetahui adanya edema paru


Kerjasama disiplin ilmu dalam
perawatan
Mengurangi kelebihan cairan
Mengurangi edeme

Mencegah kerusakan kulit


Pasien dan keluarga mengetahui dan
kooperatif.

d. Intervensi/Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
a. Atur intake cairan dan elektrolit
b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter
dengan
memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari
tindakan

11

c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.


d. Provide care seperti : perawatan kulit,safe environment.
Berikut ini tindakan yang dilakukan kepada pasien yang mengalami masalah
kebutuhan Cairan dan elektrolit.
a) Pemberian cairan melalui infuse
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan
cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan
perangkat infuse. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit, serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.

Persiapan bahan dan alat : standar infuse, perangkat infuse, cairan


sesuai dengan kebutuhan pasien, jarum infus/ abocath atau
sejenisnya

sesuai

dengan

ukuran,

pengalas,

tourniquet/pembendung, kapas alkohol 70%, plester, gunting, kasa


steril, betadine, sarung tangan.

Prosedur Kerja : Cuci tangan, Jelaskan pada pasien mengenai


prosedur yang akan dilaksanakan, Hubungkan cairan dan perangkat
infuse dengan menusukkan ke dalam botol infuse (cairan), Isi cairan
ke dalam perangkat infuse dengan menekan bagian ruang tetesan
hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup
hingga selang terisi dan keluar udaranya. Letakkan pengalas,
Lakukan

pembendungan

dengan

tourniquet.

Gunakan

sarung

tangan, desinfeksi daerah yang akan ditusuk. Lakukan penusukan


dengan arah jarum ke atas. Cek apakah sudah mengenai vena
dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath. Tarik jarum
infus dan hubungkan dengan selang infus. Buka tetesan. Lakukan
desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril. Beri
tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester. Catat respons
yang

terjadi.

Cuci tangan
b) Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena
dengan menggunakan seperangkat alat transfusi pada pasien yang

12

membutuhkan darah. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah dan


memperbaiki perfusi jaringan. Persiapan Alat dan Bahan :
1) Standar infuse
2) Perangkat transfuse
3) NaCl 0,9%
4) Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
5) Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
6) Pengalas
7) Tourniquet/pembendung
8) Kapas alcohol 70%
9) Plester
10)Gunting
11)Kasa steril
12)Betadine
13)Sarung tangan
Prosedur Kerja :
o Cuci tangan
o Jelaskan pada pasien mengenai proosedur yang akan dilakukan.
o Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfuse dengan
menusukkannya.
o Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfusi dengan menekan
bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian. Kemudian
buka penutup, hingga selang terisi dan udaranya keluar.
o Letakkan pengalas.
o Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
o Gunakan sarung tangan
o Desinfeksi daerah yang akan disuntik
o Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
o Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui
jarum infus/abocath.
o Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang tranfusi.
o Buka tetesan.
o Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril.
o Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester.

13

o Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar 15 menit, ganti dengan darah yang
sudah disiapkan.
o Darah sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas
pasien, jenis golongan darah dan tanggal kadaluwarsa.
o Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfusi.
o Catat respons yang terjadi.
o Cuci tangan
c) Cara Menghitung Tetesan Infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan
melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat
infus. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
Berikut penjelasan dan contoh bagaimana cara menghitung tetesan cairan
infus:
Dewasa: (makro dengan 20 tetes/ml)
Rumus TPM = 1 x cc
3

Jam

cc
3 x Jam

dari mana mendapat 1/3 diatas,


angka tersebut didapat dari ; 20 tetes untuk 1cc
60 menit untuk 1 jamnya
Contoh:
Seorang pasien dewasa dipasang Infus set Makro diperlukan rehidrasi
dengan 1000 ml (2 botol) dalam 1 jam atau mendapat advis dari
dokter 1000ml/1jam, maka tetesan per menit adalah:
TETESAN PERMENIT= 1000 ml /3 X 1 = 333tetes/menit
Anak: (mikro dengan 60 tetes/ml)
Rumus TPM = 1 x cc
1

cc

Jam

Jam

dari mana mendapat 1/1 diatas,


angka tersebut didapat dari ; 60 tetes untuk 1cc
14

60 menit untuk 1 jamnya


Contoh:
Seorang pasien neonatus dipasang Infus set Mikro diperlukan rehidrasi
dengan 250 ml dalam 2 jam atau mendapat advis dari dokter
250ml/2jam, maka tetesan per menit adalah:
TETESAN PERMENIT (MIKRO) = 250 / 2 = 125tetes/menit
c. Pasien dengan Tranfusi: (tranfusi dengan 15 tetes/ml)
Rumus TPM = 1 x cc
4

cc

Jam

4 x Jam

dari mana mendapat 1/4 diatas,


angka tersebut didapat dari ; 15 tetes untuk 1cc
60 menit untuk 1 jamnya
Contoh:
Seorang pasien dipasang Tranfusi set diperlukan rehidrasi dengan 1000
ml (2 botol) dalam 1 jam atau mendapat advis dari dokter
1000ml/1jam, maka tetesan per menit adalah:
TETESAN PERMENIT= 1000 ml /4 X 1 = 250tetes/menit
PEMBUKTIAN (Crosscheck)
untuk membenarkan rumus tersebut maka kita harus cek
kebenarannya, kita ambil contoh salah satu dari contoh Tranfusi diatas;
Pasien dengan Tranfusi set (15 tetes = 1cc = 1ml), mendapat 15 TPM
maka jika pasien mendapat tetesan tersebut dalam 1 jam akan
mendapat 60ml, jika 250 TPM maka 1 jam nya akan mendapat berapa
ml???

1 jam

15

15 TPM ---------->

60ml

250TPM ---------->

Xml

maka X =

250 x 60 = 1000ml
15

e. Evaluasi
Kriteria hasil meliputi :
Intake dan output dalam batas keseimbangan
Elektrolit serum dalam batas normal
Vital sign dalam batas normal.
REFERENSI
Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi . 20092011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Tarwoto

&

Wartonah.

(2010).

Kebutuhan

Dasar

Manusia

Dan

Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta


http://www.scribd.com/doc/36196080/Askep-Keb-Cairan-Dan-Elektrolit

16

Proses

Anda mungkin juga menyukai