Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

WHO 1972, mendefinisikan kebutaan sebagai tajam penglihatan dibawah


3/60. Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi setiap
negara. Berdasarkan WHO (1979), prevalensi kebutaan lebih besar pada negara
berkembang. Kebutaan ini sendiri akan berdampak secara sosial dan ekonomi bagi
orang yang menderitanya. Ironisnya, 75% dari kebutaan yang terjadi dapat
dicegah atau diobati.6
Indonesia sebagai negara berkembang, tidak luput dari masalah kebutaan.
Disebutkan, saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia 60% diantaranya
berada di negara miskin atau berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO berada
diurutan ketiga dengan terdapat angka kebutaan sebesar 1,47%.8
Di dunia ini 48% kebutaan yang terjadi disebabkan oleh katarak. Untuk
Indonesia, survei pada 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai
1,5% dengan 0,78% di antaranya disebabkan oleh katarak , dan yang terbesar
karena katarak senilis.8
Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya
penglihatan menjadi kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga
penglihatan penderita terganggu secara berangsur. Perubahan ini dapat terjadi
karena proses degenerasi atau ketuaan trauma mata, komplikasi penyakit tertentu,
maupun bawaan lahir.3,8
1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

DEFINISI
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa
yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih
sering dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1
di seluruh dunia. Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi
banyak juga factor lain yang mungkin terlibat, antara lain : trauma, toksin,
penyakit sistemik (mis; diabetes), merokok, dan herediter. Kata katarak
berasal dari Yunani katarraktes yang berarti air terjun. Dalam bahasa
Indonesia disebut bular dimana seperti tertutup air terjun akibat lensa yang
keruh. Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat
hidrasi, denaturasi protein, dan proses penuaan.sehingga memberikan
gambaran area berawan atau putih.3,8
Kekeuruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina,
sehingga penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek
terlihat kabur. Mereka mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah
mengalami gangguan katarak apabila kekeruhan tidak terletak dibagian tengah
lensanya.3,8

Gambar 1. Gambaran lensa pada katarak

Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak


terjadi secara instan, melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga
penglihatan penderita terganggu secara tetap atau penderita mengalami
kebutaan. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang lain, namun
dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan.3,8
Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan
pasen mungkin meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila
diperlukan pembedahan maka pengangkatan lensa akan memperbaii
ketajaman penglihtan pada > 90% kasus.sisanya mungkin mengalami
kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya
glaukoma, ablasio retina, atau infesi yang menghambat pemulihan daya
pandang.3,8

Gambar 2. Perbedaan Kekeruhan lensa pada kaarak

II.

EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang
usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat
kekeruhan lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai
60-80%. Prevalensi katarak kongenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap
10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di
seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.5

III.

ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat
dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi,
alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap
motor/pabrik yang mengandung timbal.3,8
4

Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi,
dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti
katarak.8
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai
katarak

kongenital.

Katarak

kongenital

terjadi

akibat

adanya

peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat


terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolik lainnya seperti
diabetes mellitus.3

IV.

PATOFISIOLOGI
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya

transparansi.

Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang

memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.3,8
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan
sklerosis:
5

1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa


yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan
dari lensa. Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan
osmotik yangmenyebabkan kekeruhan lensa.6
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana
serabutkolagen

terus

bertambah sehingga terjadi

pemadatan

serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut tersebut semakin bertambah


banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.6
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:8
1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopiac
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel-makin tipis
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah
proteinnukelus lensa, sedang warna coklat protein lensa
nucleusmengandung histidin dan triptofan disbanding normal
d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi foto oksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik
dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat
6

perubahan pada serabut halus multipel yang memanjang dari badan siliar
ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan koagulasi, sehingga
mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke
retina.8

Gambar 3. Perbandingan penglihatan normal dan penglihatan katarak


V.

KLASIFIKASI

Morfologi

Maturitas

Onset

Kapsular

Insipien

Kongenital

Subkapsular

Intumesen

Infantile

Kortikal

Immatur

Juvenile

Supranuklear

Matur

Presenile

Nuklear

Hipermatur

Senile

Polar

Morgagni

KATARAK SENILIS

1. Definisi dan Epidimiologi


Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses
degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun,
lebih dair 90% individu mengalami katarak senilis. Umumnya mengenai kedua
mata dengan salah satu mata terkena lebih dulu.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi onset, tipe, dan maturasi katarak senilis
antara lain:3
1. Herediter
2. Radiasi sinar UV
3. Faktor makanan
4. Krisis dehidrasional
5. Merokok
2. Patofisiologi
Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin.
Kristalin dan adalah chaperon, yang merupakan heat shock protein. Heat
shock protein berguna untuk menjaga keadaan normal dan mempertahankan
molekul protein agar tetap inaktif sehingga lensa tetap jernih. Lensa orang
dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin untuk menggantikan kristalin
yang rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.6,8
Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:
8

1. Katarak senilis kortikal


Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti dengan
penurunan asam amino dan kalium, yang mengakibatkan kadar natrium
meningkat. Hal ini menyebabkan lensa memasuki keadaan hidrasi yang diikuti
oleh koagulasi protein.5

Pada katarak senilis kortikal terjadi derajat maturasi sebagai berikut:

Derajat separasi lamelar


Terjadi demarkasi dari serat kortikal akibat hidrasi. Tahap ini hanya
dapat diperhatikan menggunakan slitlamp dan masih bersifat reversibel.8

Katarak insipien

Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan


adanya area yang jernih diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari
ekuator ke arah sentral (kuneiform) atau dapat dimulai dari sentral
(kupuliform). 3,5

Gambar 4.
-

Katarak imatur
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian
lensa. Volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan
osmotik, bahan lensa yang degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma
sekunder.3,5

Gambar 5
-

Katarak matur
Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian
lensa. Deposisi ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada
10

derajat maturasi ini. Bila terus berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi


lensa.3,5

Gambar 6
-

Katarak hipermatur
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah
mencair. Cairan keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi
mengerut.3,5

Gambar 7
-

Katarak Morgagni
Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus
lensa menggenang bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat
berjalan terus dan menyebabkan hubungan dengan zonula Zinii menjadi
longgar.3,5

11

Perbedaan stadium katarak


Insipien

Imatur

Matur

Hipermatu
r

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

(air masuk)

(air keluar)

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik mata depan

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sudut bilik mata

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Shadow test

Pseudops

Penyulit

Glaukoma

Uveitis +
Glaukoma

2. Katarak senilis nuklear


Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa
menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi.
Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik,
dimana lensa kehilangan daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan
menurunnya kemampuan akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya
yang melewati lensa mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer.
Perubahan warna terjadi akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat
gambaran nukleus berwarna coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak
nigra) akibat deposit pigmen dan jarang berwarna merah (katarak rubra).5,6

12

Gambar 8. (a) katarak brunesens (b) katarak nigra (c) katarak rubra

Katarak diabetik merupakan salah satu penyebab gangguan penglihatan


yang utama pada pasien diabetes melitus selain retinopati diabetik. Patofisiologi
terjadinya katarak diabetik berhubungan dengan akumulasi sorbitol di lensa dan
terjadinya denaturasi protein lensa. 9
Katararak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, atau akibat denaturasi protein lensa.
Pada diabetes melitus terjadi akumulasi sorbitol pada lensa yang akan
meningkatkan tekanan osmotik dan menyebabkan cairan bertambah dalam lensa.
Sedangkan denaturasi protein terjadi karena stres oksidatif oleh ROS yang
mengoksidasi protein lensa (kristalin).9

3. Manifestasi Klinis

13

Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi
secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan
bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.3,5
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Diplopia monocular
5. Halo bewarna
6. Bintik hitam di depan mata
Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:3
1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya
2. Pemeriksaan iluminasi oblik
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
5. Pemeriksaan sit lamp
Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.

14

4. Diagnosa
Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk
mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi,
dan kelainan jantung.6,8
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak
subcapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan
adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap
penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.6
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas
lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris,
bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran
lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil,
posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab
subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya,
15

kelainan metabolik,

atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test

dilakukan untuk menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu,


pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari intergritas
bagian belakang harus dinilai.8
5. Diagnosis Banding
Katarak kongenital yang bermanifestasi sebagai leukokoria perlu
dibedakan dengan kondisi lain yang menyebabkan leukokoria, seperti
retinoblastoma, retinopathy of prematurity, atau persistent hyperplastic
primary vitreus (PHPV).5
6. Tatalaksana
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu
intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi
(ECCE).8
Indikasi
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi
visus,medis, dan kosmetik.8
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada
tiap individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak
terhadap aktivitas sehari-harinya.
16

2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan
pada lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi
katarak

seperti

glaukoma

imbas

lensa

(lens-induced

glaucoma),

endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya retiopati


diabetik atau ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta
ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus)
untuk memperoleh pupil yang hitam.
Persiapan Pre-Operasi6
1. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit semalam sebelum operasi
2. Pemberian informed consent
3. Bulu mata dipotong dan mata dibersihkan dengan larutan PovidoneIodine 5%
4. Pemberian tetes antibiotik tiap 6 jam
5. Pemberian sedatif ringan (Diazepam 5 mg) pada malam harinya bila
pasien cemas
6. Pada hari operasi, pasien dipuasakan.
7. Pupil dilebarkan dengan midriatika tetes sekitar 2 jam sebelum operasi.
Tetesan diberikan tiap 15 menit
8. Obat-obat yang diperlukan dapat diberikan, misalnya obat asma,
antihipertensi, atau anti glaukoma. Tetapi untuk pemberian obat
antidiabetik

sebaiknya tidak diberikan pada hari operasi untuk

mencegah hipoglikemia, dan obat antidiabetik dapat diteruskan sehari


setelah operasi.
Anestesi8
1. Anestesi Umum

17

Digunakan pada orang dengan kecemasan yang tinggi, tuna rungu,


atau retardasi mental, juga diindikasikan pada pasien dengan penyakit
Parkinson, dan reumatik yang tidak mampu berbaring tanpa rasa nyeri.
2. Anestesi Lokal :
Peribulbar block
Paling sering digunakan. Diberikan melalui kulit atau konjungtiva
dengan jarum 25 mm. Efek : analgesia, akinesia, midriasis,
peningkatan TIO, hilangnya refleks Oculo-cardiac (stimulasi pada
n.vagus yang diakibatkan stimulus rasa sakit pada bola mata, yang
mengakibatkan bradikardia dan bisa menyebabkan cardiac arrest)
Komplikasi :
o Perdarahan retrobulbar
o Rusaknya saraf optik
o Perforasi bola mata
o Injeksi nervus opticus
o Infeksi

Subtenon Block
Memasukkan kanula tumpul melalui insisi pada konjungtiva dan
kapsul tenon 5 mm dari limbus dan sepanjang

area subtenon.

Anestesi diinjeksikan diantar ekuator bola mata.


Topical-intracameral anesthesia
Anestesi permukaan dengan obat tetes atau gel (proxymetacaine
0.5%, lidocaine 2%) yang dapat ditambah dengan injeksi
intrakamera atau infusa larutan lidokain 1%, biasanya selama
hidrodiseksi.

Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi
pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan
phacoemulsifikasi, SICS.

18

1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)


Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan
dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh
dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang
masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi
pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan
perdarahan.3,6,8

Gambar 9. Teknik ICCE


2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )

19

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran


isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga
massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini
dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder
lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata
dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya
telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina,
mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah
penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan
kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder.3,6,8

Gambar 10. Teknik ECCE

20

Gamabar 11. ECCE dengan pemasangan IOL

3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat
kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa
katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang
dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil
maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang
memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis.3,6,8

21

Gambar 12. Phacoemulsification


4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm.
Namun tetap dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan,
Penutupan luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik
operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature, mature, dan
hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma
fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.6
Jenis

tehnik Keuntungan

Kerugian

bedah katarak
Extra

capsular

cataract

extraction
(ECCE)

Incisi kecil

Tidak ada komplikasi

vitreus

Kekeruhan

pada

kapsul posterior
Dapat

terjadi

perlengketan iris dengan

Kejadian
endophtalmodonesis
sedikit
22

lebih

kapsul

Edema sistoid makula


lebih jarang

Trauma
endotelium

terhadap
kornea

lebih

sedikit

Retinal detachment lebih


sedikit

Intra

Lebih mudah dilakukan

capsular

Semua komponen lensa

cataract

diangkat

Incisi lebih besar

Edema cistoid pada

extraction

makula

(ICCE)

Komplikasi

pada

vitreus

Sulit pada usia < 40


tahun

Fakoemulsifikasi

Incisi paling kecil

Astigmatisma

pupil yang baik

jarang

terjadi

Pendarahan lebih sedikit

Teknik paling cepat

23

Endopthalmitis
Memerlukan
dilatasi

Pelebaran luka jika ada


IOL

KOMPLIKASI
Komplikasi

operasi

dapat

berupa

komplikasi

preoperatif,

intraoperatif,

postoperatif awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa
intra okular (intra ocular lens, IOL).6
A. Komplikasi preoperatif
a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas)
akibat ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5
mg dapat memperbaiki keadaan.
b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid
dan/atau gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida
oral untuk mengurangi gejala.
c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik
topical preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata
dengan menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa
pemberian salep antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan
operasi selama 2 hari.
B. Komplikasi intraoperatif
a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau
selama insisi ke bilik mata depan.
c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa;
dapat terjadi akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
24

d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)


e) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat
terjadi akibat ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama
teknik ECCE.
C. Komplikasi postoperatif awal
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema,
prolaps iris, keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan
endoftalmitis bakterial.
D. Komplikasi postoperatif lanjut
Cystoid

Macular

Edema

(CME),

delayed

chronic

postoperative

endophtalmitis, Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina,


dan katarak sekunder merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah
beberapa waktu post operasi.
E. Komplikasi yang berkaitan dengan IOL
Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucomahyphema syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa
toksik (toxic lens syndrome).
PREVENTIF DAN PROMOTIF
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak
senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap
hal-hal yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah
paparan langsung terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap

25

dan sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E)


secara teori bermanfaat.5
Bagi perokok, diusahakan berhenti merokok, karena rokok memproduksi
radikal bebas yang meningkatkan risiko katarak. Selanjutnya, juga dapat
mengkonsumsi makanan bergizi yang seimbang. Memperbanyak porsi buah dan
sayuran. Lindungilah mata dari sinar ultraviolet. Selalu menggunakan kaca mata
gelap ketika berada di bawah sinar matahari. Lindungi juga diri dari penyakit
seperti diabetes.6
PROGNOSIS
Tindakan pembedahan secara defenitif

pada katarak senilis dapat

memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sedangkan


prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan
tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan
kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian
pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman
pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan
paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.4

26

BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Pekerjaan
Tgl. Pemeriksaan

: Ny. Suryawati
: Perempuan
: 60 tahun
: Jl. Antasari no:28 Banjarmasin
: Ibu RT
: 9 Juni 2014

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
: Pandangan Kabur di kedua mata
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengaku pandangan menjadi kabur sejak satu setengah
tahun yang lalu. Keluhan ini muncul mendadak dan perlahan-lahan
semakin memburuk. Keluhan pasien semakin memburuk pada mata
kanan pasien, dari terasa kabur sampai mata kanan pasien tidak dapat
melihat kecuali cahaya dan tidak gelap. Mata kiri pasien hanya merasa
kabur saat melihat. Tidak ada perbedaan kaburnya pandangan baik
siang maupun malam. Keluhan ini muncul setelah pasien di diagnosa

27

gagal ginjal dan melakukan cuci darah sebanyak 2 kali dalam


seminggu.
Setelah itu pasien di bawa ke dokter spesialis mata dan telah
melakukan oprasi katarak satu minggu yang lalu. Setelah oprasi mata
pasien mulai membaik tetapi masih kabur saat melihat. Demam
disangkal, nyeri dan gatal pada mata disangkal. Mata pasien tidak
mengeluarkan kotoran atau cairan yang berlebihan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit serupa (-), HT (-), DM (+) 5 tahun yang lalu,
Asma (-), PGK(+) 1,5 tahun yang lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit serupa (-)
C. Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Respirasi Rate

: compos mentis
: 140/100 mmHg.
: 88x/menit.
: 36,3oC.
: 18 x/ menit

D. Status Oftalmologi
Pemeriksaan

Okuli sinistra

Okuli dextra

1/60

1/

Hitam
Tidak ada
Tidak ada

hitam
Tidak ada
Tidak ada

PALPEBRA

Edema superior (-)


Edem inferior (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-)
Ekteropion (-)
Enteropion (-)

Edema superior (-)


Edem inferior (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-)
Ekteropion (-)
Enteropion (-)

BULBUS OKULI

Gerak mata normal

Gerak mata normal

VISUS
SUPRA CILIA
Madarosis
Sikatriks

28

Enoftalmus (-)
Eksoftalmus (-)
Strabismus (-)
KONJUNGTIVA

Enoftalmus (-)
Eksoftalmus (-)
Strabismus (-)

Hiperemis (-)
Injeksi silier (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Bangunan patologis (-)
Secret (-)

Hiperemis (-)
Injeksi silier (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Bangunan patologis (-)
Secret (-)

SCLERA

Warna putih

Warna putih

KORNEA

Arcus senilis (-)


Permukaaan licin (+)
Edema (-)
Infiltrat (-)
Ulkus (-)
Sikatriks (-)

Arcus senilis (-)


Permukaaan licin (+)
Edema (-)
Infiltrat (-)
Ulkus (-)
Sikatriks (-)

COA

Kedalaman normal,

Kedalaman normal,

jernih

jernih

Iris normal, pupil

Iris normal, pupil

sentral, diameter 3mm,

sentral, diameter 3mm,

reflek cahaya

reflek cahaya

direk/indirek (+/+)

direk/indirek (+/+)

Keruh

Keruh

Menurun

Menurun

IRIS & PUPIL

LENSA
TIO
Proyeksi SINAR dan
Proyeksi Warna

E. Diagnosis Banding (berdasarkan penurunan visus)


OSD katarak komplikata
OSD Oklusi arteri/vena sentral retina ec hipertensi dd PGK
F. Diagnosis Kerja
OSD katarak komplikata
29

G. Penatalaksanaan
o ECCE dengan pemasangan IOL
H. Prognosis
Quo

Okuli Dextra

Okuli Sinistra

Ad Vitam

Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

Ad cosmetican

Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

Ad fungsionam

Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

Ad visam

Dubia ad malam

Dubia ad bonam

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini dari anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat mendukung
dengan diagnosis katarak komplikata. Pertama kita akan membahas poin-poin apa
30

saja yang sudah didapatkan dari anamnesis. Dari anamnesis didapatkan data
sebagai berikut :
Pasien mengaku pandangan menjadi kabur sejak satu setengah tahun yang
lalu. Keluhan ini muncul mendadak dan perlahan-lahan semakin memburuk.
Keluhan pasien semakin memburuk pada mata kanan pasien, dari terasa kabur
sampai mata kanan pasien tidak dapat melihat kecuali cahaya dan tidak gelap.
Mata kiri pasien hanya merasa kabur saat melihat. Tidak ada perbedaan kaburnya
pandangan baik siang maupun malam. Keluhan ini muncul setelah pasien di
diagnosa gagal ginjal dan melakukan cuci darah sebanyak 2 kali dalam seminggu.
Setelah itu pasien di bawa ke dokter spesialis mata dan telah melakukan oprasi
katarak satu minggu yang lalu. Setelah oprasi mata pasien mulai membaik tetapi
masih kabur saat melihat. Demam disangkal, nyeri dan gatal pada mata disangkal.
Mata pasien tidak mengeluarkan kotoran atau cairan yang berlebihan.
Dari anamnesis sangat mendukung ke arah katrak komplikata. Karena
manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak komplikata
terjadi secara progresif dan merupakan proses yang kronis:
Gejala klinis pada katarak komplikata secara umum dapat berupa:5
Gejala Subjektif
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Diplopia monocular
31

5. Halo bewarna
6. Bintik hitam di depan mata
Anamnesis pasien penting pada penyakit katarak komplikata, sering dapat
diungkapkan adanya riwayat penyakit penyerta, misalnya diabetes mellitus,
hipertensi dan gangguan ginjal.2,5
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya
Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya, didapatkan
lensa yang keruh pada salah satu atau kedua bola mata.
Diagnosa katarak dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit
yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelaian gijal dan jantung.
Tindakan pembedahan secara defenitif pada katarak dapat memperbaiki
ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Tetapi pada kasus ini katarak
komplikata yang disebabkan oleh penyakit diabetes mellitus tidakan pembedahan
hanya dapat memperbaiki visus mata dalam beberapa waktu. Proses penyembuhan
tergantung pada kontrol kadar gula darah pasien. Karena pada diabetes melitus
terjadi akumulasi sorbitol pada lensa yang akan meningkatkan tekanan osmotik
dan menyebabkan cairan bertambah dalam lensa. Dan jua terjadi proses denaturasi
protein karena stres oksidatif oleh ROS yang mengoksidasi protein lensa
(kristalin). Pada pasien katarak komplikata dengan diabetes mellitus apabila kadar
gula darah pada pasien tidak terkontrol maka proses diatas akan terjadi terus

32

menerus walaupun sudah dilakukan tindakan operatif, sehingga proses


penyembuhan dan perbaikan visus pasien akan menjadi lebih lama.9

BAB V
PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus katarak komplikata pada seorang penderita


perempuan, usia 60 tahun. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan

33

pemeriksaan fisik. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan opratif yaitu
Extra Capsular Cataract Extraction.

34

Anda mungkin juga menyukai