Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Pembangunan Kesehatan
dewasa ini Masih diwarnai oleh rawannya derajat kesehatan Ibu dan anak,
terutama kepada kelompok yang paling rawan yaitu ibu hamil, Ibu bersalin dan
bagi pada masa perinatal. Hal ini di tandai oleh tingginya angka kematian Ibu dan
Angka Kematian Bayi. Angka kematian Ibu memang sangat tinggi.
Menurut WHO (world health organization ) tahun 1996, terjadi kematian
maternal sekitar 585.000 orang/tahun, sedangkan kematian perinatal adalah
sekitar 10 juta jiwa. Sekitar 90% kematian terjadi di Negara berkembang, dan
sekitar sepertiga kematian terjadi akibat pertolongan gugur kandungan yang tidak
aman dan tidak bersih. Penyebab utama kematian tetap terias yaitu berupa
perdarahan 60%, Infeksi 25%, gestosisi 15%, penyebab lainnya hanya 5%. Oleh
karna itu maka sejak tahun 1990 sampai 1991 Depertemen Kesehatan di bantu
oleh WHO, UNICEF dan UNDP melaksanakan assessment safe mother hood
sampai saat ini. Hasil kegiatan dari assessment safe mother hood

adalah

rekomendasi rencana kegiatan 5 (lima) tahun ( Novita 2010)


Setiap Ibu hamil seharusnya mendapatkan perawatan kehamilannya secara
baik dengan cara memeriksa kehamilan. Akan tetapi pada kenyataan masih
banyak

Ibu hamil belum mengerti yang lebih dalam

tentang pemeriksaan

kehamilan. WHO menganjurkan agar setiap wanita hamil mendapatkan paling


sedikit empat kali kunjungan selama periode anternatal, antara lain : satu kali

kunjungan selama trimester pertama (sebelum usia kehamilan 14 minggu), satu


kali kunjungan selama terimester ke dua (usia kehamilan antara 14-28 minggu),
dua kali kunjungan selama trimester ke tiga (usia kehamilan antara 28-36
minggu), dan sesudah usia kehamilan 36 minggu. Namun, seharusnya wanita
hamil melakukan kunjungan antenatal care lebih sering jika ia mengalami
masalah, dan hendaknya ia disarankan untuk mengunjungi bidan atau tenaga
kesehatan lain bila merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia merasa khawatir
(Marmi, 2011).
Menurut Survey Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2003 AKI di
Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup dan mati bayi baru lahir 35 per 1000
Kejadian kematian ibu terutama pada kelompok Ibu hamil dan bersalin.
( Kusmiati, 2008 ). Untuk membantu pemerintah dalam mencapai penurunan AKI
(Angka Kematian Ibu) di Indonesia,

pemerintah mempunyai target cakupan

pelayanan Antenatal care (K1) 95% dan cakupan pelayanan Antenatal care
(K4) % (Kusmiati, 2008).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia masih tinggi yaitu
228/100.00 kelahiran hidup (KH), sedangkan Anka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia juga masih relative tinggi yaitu 34/1000 KH (Novita 2010). Angka
Kematian Ibu (AKI) di Aceh mencapai 209/1000 Kelahiran Hidup (KH), Angka
Kematian Bayi (AKB) Berada di atas rata-rata Nasional yaitu mencapai 40/1000
KH ( Novita 2010).
Berdasarkan data terakhir Desember 2011, Jumlah Angka Kematian Ibu
(AKI) Melahirkan di Aceh Berkisar 190/100.000 Kelahiran Hidup (KH). Maka
dari itu upanya pengurangan terus dilakukan oleh pemerintah Aceh sebagai salah

salah satu indikatur Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bidang kesehatan


(Novita 2010).
Dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal di Indonesia, maka
dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan
berkesinambungan. Masalah yang paling rawan saat ini yaitu kematian Ibu dan
kematian bayi yang masih tinggi akibat berbagai faktor termasuk pelayanan
kesehatan yang relatif kurang baik, sebagian besar kematian ini sebenarnya dapat
dicegah dengan memberikan pelayanan Antenatal care (ANC) yang bertujuan
untuk menjaga agar Ibu hamil dapat melalui kehamilan persalinan dan nifas
dengan baik selamat serta menghasilkan bayi yang sehat dan pada akhirnya dapat
menurunkan angka kematian Ibu dan bayi.
Menurut hasil penelitian Ayurani (2009), beberapa faktor yang melatar
belakangi resiko kematian ibu adalah kurangnya partisipasi ibu disebabkan
pendidikan rendah, kemampuan ekonomi rendah dan kedudukan sosial yang
tidak mendukung. Pelayanan Antenatal Care (ANC) dengan standar pemeriksaan
berulang (K1- K4) merupakan komponen pelayanan kesehatan Ibu hamil yang
penting karena bila timbul gangguan kesehatan dini mungkin dapat dikenali
sehingga dilakukan perawatan yang tepat dengan standart 10 T dalam
pelayanan Antenatal Care (ANC). Dalam memberikan pelayanan keperawatan
maternitas, perawat hendaknya menggunakan pelayanan standar minimal pada Ibu
hamil yaitu 10 T adapun standar minimal 10 T tersebut yaitu ; 1. Timbang berat
badan dan ukur tinggi badan, 2. Ukur tekanan darah, 3. Tentukan status gizi, 4.
Ukur tinggi fundus uteri, 5. Tentukan posisi janain dan denyut jantung janin, 6.
Pemberian imunisasi tetanus toksoid, 7. Lakukan tes laboratorium, 8. Pemberian

tablet zat besi, 9. Tes terhadap penyakit menular seksual, 10. Temuwicara dalam
rangka persiapan rujukan. ( Novita, 2010).
Dari hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Desa Mompang
Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan di peroleh
jumlah Ibu hamil sebanyak 30 orang dan data Dinas Kesehatan Kota
Padangsidimpuan Ibu hamil sebanyak 4.446 jiwa, Kunjungan K-I Berjumlah
3.515 orang dan K-4 3.216

yang dilakukan penulis di Desa Mompang pada

tanggal, 19 Januari 2014, terdapat 30 orang kunjungan K-1 berjumlah 30 orang


dan K-4 Berjumlah 22 orang yang melakukan kunjungan Antenatal Care (ANC).
Dan dari hasil wawancara penulis terhadap Ibu hamil diperoleh bahwa Ibu Yang
menggunakan 7 T Berjumlah 10 orang, Dan yang menggunakan 10 T belum ada,
semua Ibu hamil telah ditimbang berat badannya, telah di ukur tekanan darahnya,
Ibu hamil telah diberikan imunisasi TT, ibu hamil telah di berikan tablet zat besi
(fe), dan tidak ada ibu yang merencanakan rujukan.
Dari data tersebut penulis tertarik untuk mengetahui pengetahuan Ibu
tentang manfaat 10 T dalam pemeriksaan kehamilan Antenatal Care (ANC) pada
ibu hamil di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota
Padangsidimpuan Tahun 2014.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana
manfaat pengetahuan tentang 10 T dalam Pemeriksaan
Kehamilan

Antenatal

Care

(ANC)

di

Desa

Mompang

Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2014 ?


1.3.
Tujuan Peneliti
1.3.1. Tujuan umum

Kecamatan

Mengetahui pengetahuan Ibu hamil tentang manfaat 10 T dalam


pemeriksaan kehamilan Antenatal Care (ANC) di Desa Mompang Kecamatan
Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2014.
1.3.2. Tujuan khusus
Untuk mengidentifikasi manfaat 10 T dalam pemeriksaan kehamilan yang
mencakup:
1. Untuk mengetahui pengetahuan Ibu hamil tentang manfaat 10 T berdasarkan
umur di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu .
2. Untuk mengetahun pengetahuan Ibu hamil tentang manfaat 10 T berdasarkan
pendidikan di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu .
3. Untuk mengetahui pengetahuan Ibu hamil tentang manfaat 10 T berdasarkan
pekerjaan di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu .
4. Untuk mengetahui pengetahuan Ibu hamil tentang manfaat 10 T berdasarkan
sumber informasi di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola
Julu

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi peneliti
Sebagai masukan dalam menambah pengetahuan tentang keperawatan
maternitas khususnya manfaat 10 T dalam pemeriksaan kehamilan Antenatal Care
(ANC) dan dapat mengaplikasikannya dalam memberikan pelayanan.
1.4.2. Bagi responden
Untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang manfaat 10 T dalam
pemeriksaan kehamilan Antenatal Care (ANC).

1.4.3. Bagi institusi pendidikan


Sebagai tambahan referensi di Perpustakaan Program Studi D-III
Keperawatan STIKes Syuhada Padangsidimpuan dan peneliti selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan
2.1.1. Defenisi
Pengetahuan adalah hasil tahu dari seseorang terhadap objek melalui indera
yang di milikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya
pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat di

pengeruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang di peroleh melalui indera pendengaran (telinga),

dan

indera peglihatan (mata) (Notoadmojdo, 2010).


Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan pancaindranya. Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan
(belief), takhayul (superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru
(misinformation). Pengetahuan adalah segala apa yang di ketahui berdasarkan
pengalaman yang di dapatkan oleh setiap manusia (Mubarah 2012).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmojdo, ( 2010) pengetahuan mempunyai 6 tingkat yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagian recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: Tahu bahwa buah tomat
banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar,
penyakit demam berdarah di tularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan
sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya:apa tanda-tanda anak yang kurang
gizi,

apa

penyebab

penyakit

TBC,

bagaimana

cara

melakukan

PNS

(pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya.


b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan
secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang di maksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses
perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat
ia bekerja atau dimana saja. Orang tahu tentang metedologi penelitian, ia akan
mudah membuat proposal penelitian di mana saja, dan seterusnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam
suatu masalah atau objek yang di ketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang
itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan)
terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya dapat membedakan antara
nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow
chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.
e. Sintesis ( synthesis )
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponenkomponen
pengetahuan yang di miliki, dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan

kata-kata atau kalimat sendiri

tentang halhal yang telah di baca atau di dengar, dapat membuat kesimpulan
tentang artikel yang telah di baca.
f. Evaluasi (evaluatiuon)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan
pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak

menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai mamfaat ikut keluarga
berencana, dan sebagainya.
2.1.3 Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoadmojdo (2010) faktor faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah:
1. Umur
Usia adalah umur indivudu yang terhitung mulai saat di lahirkan sampai
berulang tahun. Sedangkan menurut

Huclok semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
2. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagian. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalanya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang
akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi.
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan

kehiduapan

keluarga.

Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetepi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

10

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya


merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
4. Sumber informasi
Media yang ada sebagai sumber informasi untuk menambah pengetahuan.
Media yang memberikan pengetahuan pada responden adalah media
elektronik, media cetak, dan media kesehatan ( Darwin, 2010).
2.1.4 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi y ang ingin di ukur dari subjek penelitian
atau responden (Notoadmodjo, 2010).
1.

Baik

: Hasil Persentasi 76-100% yaitu apabila responden menjawab

dengan benar sebanyak 16-20 pernyataan.


2.

Cukup : Hasil Persentasi 56-75% yaitu, apabila responden menjawab


dengan benar sebanyak 11-15 pernyataan.

3.

Kurang : Hasil Persentasi 40-55% yaitu, apabila responden menjawab


dengan benar sebanyak 6-10 pernyataan.

2.2. Konsep Ibu


2.2.1 Pengertian Ibu
Ibu adalah seorang wanita yang telah menikah, dan ibu merupakan sosok
wanita yang baik dalam keluarga, wanita yang telah melahirkan seorang anak, dan
sebutan untuk wanita yang telah bersuami (Santoso, 2009).
2.2.2 . Peran Ibu

11

Peran ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing di dalam perjalanan


kehidupan seseorang, Ibu sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya disaat
anaknya masih bayi hingga dewasa. Peran ibu di dalam keluarga antara lain

1.
2.
3.
4.

Pemberi aman dan sumber kasih sayang


Tempat mencurahkan isi hati
Pendidik dari segi emosional
Pembimbing dalam kehidupan keluarga
(Santoso,2009).

2.3. Pengertian kehamilan


Kehamilan adalah pengalaman yang di dambakan oleh setiap wanita. Bagi
sebagai besar wanita di muka bumi ini mengalami kehamilan yang di rencanakan
dan melahirkan anak yang sehat dan lucu, tentunya akan menciptakan perasaan
menjadi wanita yang utuh dan menyempurnakan kebahagian yang sebagai istri
dan sekaligus sebagai seorang ibu. Disisi lain, kehamilan adalah peruses yang
pernuh perjuangan

dan memerlukan sikap hati-hati yang ekstra guna

meminimalisasi risiko dari kehamilannya. (Novaria 2009).


Kehamilan adalah di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lama lahir
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung mulai dari hari
pertama haid terakhir ( Rukiah, 2013 ).
Kehamilan adalah bertemunya sel telur dengan sel sperma di tubafallopi
tepatnya di ampula tuba, yang pada hari 1-2 membentuk zigot,3-4 mebelah
menjadi morulla, pada hari ke 5-6 membelah lagi menjadi blastulla seterusnya

12

pada hari ke 7-8 melekat di dinding uterus kemudian akan berimplementasi di


endometrium pada hari ke 9-10 yang akan menjadi embrio yang selanjutnya
berkembang menjadi janin (Rustam 2008).

2.4. Antenatal Care (ANC)


2.4.1. Pengertian Antenatal Care
Antenatal Care (ANC) atau pelayanan asuhan antenatal adalah pemeriksaan
kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter kepada ibu selama masa
kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil,
sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2012).
Antenatal Care (ANC) adalah merupakan cara penting untuk memonitor
dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan
kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan dan tenaga
kesehatan lain, atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal ( Jannah, 2012).
Antenatal Care (ANC) adalah merupakan cara penting untuk memonitor
dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan
kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan
dan asuhan antenatal ( Prawirohardjo, 2008 ).
2.4.2. Tujuan asuhan kehamilan

13

Adapun tujuan asuhan kebidanan menurut Rukiah (2013) yaitu:


1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang ibu dan tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan
bayi
3. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin dapat
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan
pendidikan kesehatan, nutrisi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.
5. Mempersiapkan persalian cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
6. normal dan merawat anak secara fisik psikologis dan social.
7. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan memberikan ASI eksklusif.
8. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
Adapun tujuan asuhan menurut Marmi (2011). yaitu:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, anternatal dan social ibu
dan bayi.
3. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
4. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan peroses kehamilan bayi.
5. Mendeteksi dan menetalaksana komplikasi medis, bedah, atau obstetri selama
kehamilan.
6. Mengembangkan

menyiapkan ibu menyusui dengan sukses, menjalankan

nifas normal dan merawat anak secara fisik, fisiologis dan sosial.

14

2.5. Pelayanan Standar Minimal 10 T


2.5.1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Berat badan Ibu diukur setiap Ibu datang, kenaikan berat badan atau
penurunan berat badan. Pertambahan berat badan yang normal pada Ibu hamil
berdasarkan masa tubuh (BMI: Body Masa Indeks) dimana metode ini untuk
menentukan pertambahan berat badan yang optimal selama kehamilan, karena
merupakan hal yang paling penting mengetahui BMI wanita hamil. Total
pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal 11,5-16 kg (Marmi 2012).
Kenaikan berat badan Ibu dianjurkan sekitar 1 -2,5 kg pada trimester
pertama dan selanjutnya rata-rata 0,5 kg setiap minggu. Kenaikan berat badan
yang di anjurkan tergantung status gizi awal ibu (Jannah, 2013).
Pengukuran tinggi badan dilakukan pada pemeriksaan kehamilan. Cara
pengukuran tinggi badan berdiri tegak lurus kemudian tanpa menggunakan sepatu.
Adapun tinggi badan menentukan ukuran panggul ibu,ukuran normal tinggi badan
yang baik untuk ibu hamil antara lain yaitu > 145 cm (Rukiah, 2013).
2.5.2. Ukur tekanan darah
Tekanan darah diukur dan diperiksa setiap kali datang memeriksa
kehamilan. Tekanan darah perlu di ukur untuk mengetahui perbandingan nilai
dasar selama masa kehamilan. ( Rukiah, 2013).
Pengukuran tekanan darah sangat penting pada masa kehamilan karena
peningkatan tekanan darah melebihi 140/90 mmHG dapat membahayakan
kehidupan ibu dan bayi. Dan penurunan tekanan darah di bawah 100/80 mmHg
sangat berbahaya pada ibu (Marni, 2011).

15

2.5.3. Tentukan status gizi


Status gizi merupakan hal yang sangat penting di perhatikan pada masa
kehamilan, karena faktor gizi sangat mempengaruhi terhadap status kesehatan
ibukan sosial (Jannah, 2012).
Kebutuhan gizi ibu hamil meningkat 15 % di bandingkan dengan
kebutuhan wanita normal peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan ibu
dan janin (Rukiah, 2013).
Pada triwulan pertama umumnya ibu hamil mengalami penurunan berat
badan karena nafsu makan turun dan sering timbul muntah. Meskipun ibu hamil
mengalami keadaan tersebut tetapi asupan makanan harus di berikan seperti biasa.
Pada trimester kedua nafsu makan mulai meningkat, kebutuhan makan
harus lebih banyak dari biasanya meliputi zat sumber tenaga, pembangun
pelindung dan pengatur hal ini untuk kebutuhan janin. Pada trimester ketiga nafsu
(sampai usia 40 minggu) nafsu makan sangat baik (Marni, 2011).
Untuk mengetahui apakah ibu kekurangan gizi atau tidak dapat dilakukan
dengan cara pengukuran LILA (lingkar lengan atas). Standar minimal untuk
ukuran lingkar lengan atas pada wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5
cm. Jika ukuran lingkar lengan atas kurang dari 23,5 maka interpretasinya adalah
kurang energi kronis (KEK) (Kusmiyati, 2009).

2.5.4. Ukur Tinggi Fundus Uteri

16

Pengukuran tinggi fundus uteri apabila usia kehamilan di bawah 24 minggu


pengukuran di gunakan dengan jari, tetapi apabila kehamilan di atas 24 minggu
yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus uteri memakai pita cm dari atas simpis
kemudian ke fundus uteri (Rukiah, 2013).
Penting untuk diketahui pita ukur yang digunakan hendaknya terbuat dari
bahan yang tidak biasa mengantur Saat pemeriksaan kandung kemih ibu harus
kosong (Jannah 2012).

NO

Tabel 1.1
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Umur kehamilan dalam minggu
Mengukur berdasarkan jari

12 minggu

1-2 jari di atas simpisis

16 minggu

Pertengahan simpisis pusat

3
4

20 minggu
24 minggu

3 jari di bawah pusat


Setinggi pusat

28 minggu

3 jari di atas pusat

32 minggu

Pertengahan px

7
8

36 minggu
40 minggu

2-3 jari di bawah px


Pertengahan px-pusat

2.5.5. Tentukan Posisi Janin Dan Denyut Jantung Janin


Untuk mengetahui letak dan presentasi janin dapat digunakan palpasi.
Salah satu cara palpasi yang sering digunakan adalah menurut Leopold.
Pemeriksaan Leopold dilakukan dengan sistematika:

1. Leopold I

17

Bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di fundus.
Dimana simetriskan perut ibu kemudian tangan meraba bagian janin samapai ke
fundus dengan kedua telapak tangan.
2. Leopold II
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di sisi kanan atau sisi kiri
perut ibu. Dimana kedua telapak tangan menekan uterus dari kiri atau dari kanan
secara bergantian, jari kearah kepala pasien, mencari sisi bagian besar (biasanya
punggung) janin, atau mungkin bagian keras bulat melenting (kepala) janin.
3. Leopold III
Bertujuan untuk mengetahui bagian terbawah janin.Yang dimana caranya satu
tangan meraba bagian janin apa yang terdapat di bagian bawah (di atas simpisis)
sementara tangan lainnya menahan fundus untuk di fiksasi.
4. Leopold IV
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin apakah kepala sudah memasuki
pintu atas panggul atau belum. Dimana kedua tangan menekan bagian bawah
uterus dari sisi kiri dan kanan perut ibu dan mengarah ke kaki pasien.
(Jannah, 2012)
Denyut jantung janin dapat didengar dengan stetoskop monoaural dapat
juga dipergunakan dopler. Denyut jantung janin dapat didengar pada akhir bulan
ke-5, walaupun dengan ultrasound (doptone) sudah didengar pada akhir bulan ke3, frekuensi denyut jantung janin lebih cepat dari bunyi jantung orang dewasa
ialah 120-140 x/menit. Jika pada prentasi biasa ( kepala) letakkan dopler atau
stetoskop monoaural kiri atau kanan bawah pusat ibu. Jika bagian anak belum

18

dapat ditentukan, maka denyut jantung janin dapat dicari garis tengah diatas
sympisis (Marni, 2011).
2.5.6. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
Kehamilan bukan saat untuk memakai program imunisasi terhadap
berbagai penyakit yang dapat dicegah. Hal ini karena kemungkinan adanya akibat
yang membahayakan janin. Imunisasi harus diberikan pada wanita hamil hanya
imunisasi TT untuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum (Jannah 2013)
Pemberian imunisasi tetanus toksoid pada kehamilan umumnya diberikan
2 kali saja, imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu, untuk
yang kedua diberikan 4 minggu kemudian. Akan tetapi memaksimalkan
perlindungan maka dibentuk program jadwal pemberian imunisasi pada ibu hamil
(Rukiah, 2013).
Tabel 1.2.
Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
ANTIGEN

Interval (selang waktu minimal)

TT 1
TT 2

Pada kunjungan antenatal care


pertama
4 minggu setelah TT pertama
3 Tahun

80%

TT 3

6 bulan setelah TT 2

5 tahun

95%

TT 4

1 Tahun setelah TT 3

10 Tahun

95%

TT 5

1 Tahun setelah TT 4

25tahun/seumur
hidup

99%

Sumber: ( Kusmiyati 2009 ).

2.5.7 Lakukan Tes Laboratorium

Lama perlindungan

Perlindungan

19

Tes laboratorium sederhana yang dilakukan saat pemeriksaan kehamilan


adalah pemeriksaan HB untuk menilai status anemia atau tidak pada ibu hamil,
sebaiknya pemeriksaan HB ini dilakukan sejak semester I, sehingga apabila
ditemukan kondisi anemia akan dapat segera diterapi dengan tepat (Marmi,2011)
Apabila didapatkan resiko penyakit lainnya saat kehamilan seperti darah
tinggi/hipertensi dan kencing manis/diabetes mellitus, maka dapat dilakukan tes
laboratorium lainnya seperti tes ginjal, kadar rotein (albunin dan globulin),kadar
gula darah dan urin lengkap (Jannah 2012)
Tes laboratorium dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ibu
hamil saat melakukan pemeriksaan kehamilan dan pertujuan untuk mengatasi
resiko penyakit lain selama kehamilan. Sehingga ketika waktu persalinan dapat
berlangsung dengan aman dan sehat (Sujiantini, 2019
Pemeriksaan laboratorium adalah untuk mendeteksi komplikasi-komplikasi
kehamilan. Bukti diseluruh dunia menunjukkan bahwa pemeriksaan tes
laboratorium selama kunjungan antenatal harus difokuskan pada pemeriksaan
pemeriksaan yang didukung oleh riset ilmiah, dengan kata lain bidan harus
melekukan pemeriksaan yang nyata dapat menurunkan angka kematian ibu dan
neonatus (Rukiah, 2013).
1. Pemeriksaan darah : haemoglobin, hematokrit, golongan darah, faktor rehesus
2. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya gula, protein, dan kehamilan pada
sedimen
3. STS (serologic test for sypbilis)
4. Bila perlu, test antibody toksopelasmosis, rubella, dan lain-lain.
Bila data base line telah di peroleh dan semua baik maka dokter/bidan
dapat mengatakan bahwa kehamilannya baik. Nasehat selanjutnya adalah bila

20

terdapat hal-hal seperti tersebut dibawah ini pasien harus segera kembali ke
tenaga kesehatan:
Pendarahan pervaginam, bengkak ditangan/muka, sakit kepala yang hebat
terus menerus, pandangan kabur, sakit perut, muntah yang berlebihan, demam
(Sujiantini, 2009).
Tabel 1.3
Pemeriksaan Laboratorium Dan Nilainya
Tes laboratorium

Nilai norma

Haemoglobin
Protein urine
DipstickMerebus

10,5-14,0
Terlacak/negative
Bening/negative

Nilai Tidak
Normal
< 10,5
>atau = 2+
keruh(positif)

Diagnosa/Masalah Yang
Terkait
Anemia
Protein urine (mungkin ada
infeksi)

Sumber: (Kusmiati, 2009).


2.5.8. Pemberian Tablet Zat Besi
Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamila, pemberian
tablet zat besi pada ibu hamil (fe) adalah mencegah defisiensi zat besi pada ibu
hamil, bukan menaikkan kadar hemoglobin. Wanita hamil perlu menyerap zat besi
rara-rata 60 mg/hari, kebutuhannya meningkat secara signifikan pada trimester II
karena absorpsi usus yang tinggi. Fe diberikan satu tablet sehari sesegera mungkin
setelah rasa mual hilang, diberikan 90 tablet semasa kehamilan. Tablet zat besi
sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena akan mengganggu
penyerapan. Jika ditemukan/diduga anemia berikan 2-3 tablet zat besi per hari.
Selain itu untuk memastikannya dilakukan pemeriksaan darah hemoglobin untuk
mengetahui kadar Hb yang dilakukan 2 kali selama kehamilan yaitu pada saat

21

kunjungan awal dan pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih sering jika ada
tanda tanda anemia (Rukiah, 2013).
Selama kehamilan seorang ibu hamil minimal harus mendapatkan 90
tablet tambahan darah (fe), karena sulit untuk mendapatkan zat besi dengan
jumlah yang cukup dari makanan. Untuk mencegah anemia seorang wanita
sebaiknya mengkomsumsi sedikit 60 mg zat besi (mengandung FeSO4 320 mg )
dan 1 mg asam folat setiap hari. Akan tetapi, jika ibu tersebut sudah menderita
anemia, maka sebaiknya mengkomsumsi 2 tablet zat besi dan 1 asam folat per
hari. Ingatkan bahwa zat besi menyebabkan mual, konstipasi, serta perubahan
warna pada feses. Maka sarankan yang di anjurkan adalah minum tablet zat besi
pada malam hari untuk menghindari perasaan mual. Tablet besi sebaiknya di
berikan saat di ketahui ibu tersebut hamil sampai 1 bulan sesudah persalinan. Zat
besi untuk mengompensasi meningkatkan volume darah yang terjadi selama
kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan serta perkembangan janin yang
adekuat. (Kusbandiah, 2010).
2.5.9. Tes Terhadap Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual adalah sekelompok penyakit yang disebabkan
oleh infeksi berbagai jenis mikroorganisme (virus, bakteri, protozoa, dan jamur).
Ibu hamil resiko tinggi terhadap PMS, sehigga dapat mengganggu saluran
perkemihan dan system reproduksi. Dengan demikian menganjurkan untuk
pemeriksaan infeksi menular seksual (IMS). Hal ini bertujuan untuk melakukan

22

pemantaun terhadap adanya PMS agar perkembangan janin berlangsung normal


(Yulianti, 2013).
PMS yang terjadi selama kehamilan berlangsung akan menyebabkan
kehamilan atau cacat bawaan pada janin dengan segala akibatnya, oleh karna itu
tes terhadap PMS perlu di lakukan agar dapat di diagnosis secara dini dan dapat
pengobatan secara teratur (Yulifah, 2010).
2.5.10. Temu Wicara Dalam Rangka Persiapan Rujukan
Pada saat kunjungan antenatal, petugas kesehatan harus menjelaskan pada
klien dan suami tentang kondisi ibu dan janinnya, dan jika penyulit terjadi
beritahu ibu suami dan keluarga serta ajak ibu, suami dan keluarga untuk
membahas rujukan dan rencana rujukan. Rujukan tepat waktu merupakan
unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu. Persiapanpersiapan dan informasi yang dapat dimasukkan dalam rencana rujukan adalah :
1.

Siapa yang akan menemani ibu atau bayi baru lahir.

2.

Tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga (jika ada lebih
dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling
sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan).

3.

Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan


mendampingi mengendarainya. Transportasi harus tersedia segera, baik siang
maupun malam.

4.

Siapa orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika tranfusi darah
diperlukan.

23

5.

Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan


bahan-bahan.

6.

Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu
tidak di rumah.

Beberapa hal penting dalam mempersiapkan rujukan adalah konsep BAKSOKU


yaitu :
1.

B : Bidan, pendamping ibu yang kompeten dan memiliki kemampuan


untuk menatalaksana kegawat daruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk
dibawa ke fasilitas rujukan.

2.

A : Alat, perlengkapan dan bahan diperlukan bila ibu melahirkan sedang


dalam perjalanan.

3.

K : Keluarga, suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu
ke tempat rujukan.

4.

S : Surat, surat mengenai alasan mengapa ibu dirujuk dan kondisi ibu saat
ini.

5.

O : Obat, obat-obatan esensial mungkin diperlukan selama perjalanan ke


tempat rujukan.

6.

K : Kendaraan, persiapan kendaraan yang memungkinkan untuk merujuk


dalam kondisi yang cukup aman.

7.

U : Uang, ingatkan keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang


cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan
kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan bayi tinggal di fasilitas
rujukan.

( Gulardi, 2008).

24

Dalam temu wicara pada persiapan rujukan juga penting untuk


mendiskusikan rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya sedini mungkin pada
awal pemeriksaan antenatal atau pada saat ditemukannya kesulitan, agar
persiapan-persiapan dapat dilakukan dengan cepat sehingga ibu dan bayi
mendapat pertolongan terbaik dengan cepat dan tepat. (Gulardi, 2008).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas petugas pemberi asuhan antenatal,
melakukan langkah menurut Sujiantini sebagai berikut:
Kategori
Kehamilan normal

Kegiatan
a) Mengapa ibu (dan juga keluarga) dan
membuatnya merasa aman dan nyaman
b) Melakukan upaya untuk pencegahan infeksi
c) Mendapatkan riwayat kehamilan, kesehatan
ibu dan mendengarkan dengan cermat hal-hal
yang di ceritakan oleh ibu.
d) Melakukan pemeriksaan fisik seperlunya
e) Melakukan / memintakan pemeriksaan
laboratorium sesuai kebutuhan.
f) Menganalisa hasil-hasil pemeriksaan menilai
kondisi kehamilan.
g) Melakukan pendidikan kesehatan dan
konseling sesuai dengan kebutuhan ibu
h) Melakukan upaya promosi kesehatan
i) Mempersiapkan kelahiran dan kegawat
darurat, bila ada
j) Menjadwalkan kunjungan ulang
k) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan
asuhan dengan metode penulisan SOAP

Kehamilan normal dengan


masalah /kebutuhan khusus

a) Sama seperti di atas ditambahkan


b) Memberikan konseing khusus untuk
mengatasi masalah/kebutuhan ibu
c) Melanjutkan pemantauan kondisi ibu dan
janin selama kehamilan

25

Kehamilan dengan masalah


kesehatan /komplikasi

a) Sama Seperti di atas, ditambahkan


b) Merujuk ke dokter untuk konsultasi
/kolaborasi/ rujukan
c) Menindaklanjuti hasil Konsultasi
/kolaborasi/rujukan

Kehamilan kegawat
daruratan

a) Memeriksa pertolongan awal sesuai dengan


masalah kegawat daruratan kehamilan
b) Meruju ke SpOG/RS
c) Mendampingi ibu terus menerus
d) Memantau kondisi ibu dan janin
e) Menindaklanjuti hasil
konsultasi/kolaborasi/rujukan

Sumber :(Sujiantini, 2009)


2.6. Dampak Yang Timbul Bila Tidak Dilakukan 10 T
Menurut Masrianthi (2010), dampak yang timbul bila tidak dilakukan 10 T
yaitu : Penyakit jantung dalam kehamilan, penyakit saluran pernapasan, hipertensi
dalam kehamilan, kehamilan Ektopik (KET), plasenta previa, solusia plasenta,
distosia karena kelainan tenaga, distosia karna kelainan panggul, distosia kelainan
letak dan bentuk janin, letak sungsang, letak lintang, gangguan haid, intertilitasi
wanita, kangker serviks, kangker servik residif, kangker payudara, kangker
payudara dan kehamilan, mioma uteri ( Masriantihi, 2010).
Menurut Novita ( 2010 ), akibat yang dapat ditibulkan dari pemariksaan
kehamilan yang tidak sesuai dengan standar minimal yaitu : komplikasi obstetric
yang mungkin terjadiselama kehamilan tidak dapat di deteksi sedini mungkin
serta ditangani secara memadai. Komplikasi obstetric itu antara lain adalah
komplikasi obstetric langsung (perdarahan, preeklamsi/eklamsi, kelainan letak,

26

anak besar, kehamilan kembar, ketuban pecah dini), komplikasi obstetri tidak
langsung (sakit jantung, hepatitis, tuberkulosa, anemia, diabetes militus) dan
komplikasi yang berhubungan dengan obstetri (cedera akibat kecelakaan
kenderaan, keracunan, kebakaran ).
2.6.1 Manfaat 10 T Bagi Ibu Hamil
Menurut Kusmiati (2009), manfaat 10 T bagi ibu hamil yaitu :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Manfaatnya : menimbang berat badan ibu hamil setiap kali kunjungan,
2. Ukur Tekanan Darah
Manfaatya : mengukur tekanan darah ibu hamil setiap kali kunjungan,
3. Tentukan status gizi
Manfaatya : agar ibu bisa mengetahui gizi yang baik buat ibu dan buat
pertumbuhan janin ibu,
4. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Manfaatnya : untuk mengetahui usia kehamilan dan mengetahui bagimana
perkembangan janin selama kehamilan,
5. Tentukan Posisi Janin Dan Denyut Jantung Janin
manfaatnya : Supaya ibu mengetahui bagaimana letak janin dan mengetahui
kondisi janin,
6.

7.

Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid


manfaatnya : untuk melindungi janin dari tetanus dan supaya ibu hamil kebal
terhadap tetanus karena vaksinasi selama kehamilan,
Lakukan Tes Laboratorium
manfaatnya : Untuk mengetahui setatus anemia atau tidak pada ibu hamil.
Sebaiknya pemeriksaan Hb ini di lakukan sejak trimester I , Sehingga apabila

ditemukan kondisi anemia akan dapat segera di terapi dengan tepat,


8.
Pemberian Tablet Zat Besi
manfaatnya : Untuk memenuhi kebutuhan Fe (Zat Besi) pada ibu hamil dan
nifas, karena pada masa hamil kebutuhan meningkat sering dengan
pertumbuhan janin.

27

9.

Tes Terhadap Penyakit Menular Seksual


manfaatnya : Untuk melakukan pemantauan terhadap adanya PMS agar

perkembangan janin berlangsung normal.


10 Temu Wicara Dalam Rangka Persiapan Rujukan
manfaatnya : untuk membahas rujukan dan rencana rujukan rujukan tepat
waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan
ibu dan janin.
(Kusmiati, 2009)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka konsep


Adapun kerangka kosep penelitian tentang pengetahuan Ibu Hamil
tentang Manfaat 10 T dalam Pemeriksaan Kehamilan Antenatal Care (ANC) Di
Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola
Padangsidimpuan.

Julu

Kota

Berdasarkan uraian teori dan perumusan masalah

maka penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut:

Karakteristik Responden
a.
b.
c.
d.

Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Sumber Informasi

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang


Manfaat 10 T Dalam
Pemeriksaan Kehamilan
Antenatal Care (ANC)

28

Sekema 3.1 Kerangka konsep


Variabel Indevenden

Variabel Devenden

Penjelasan :
Variabel Devenden
Variabel dependen adalah variabel terikat yang bersifat dipengaruhi, dalam
penelitian ini yang dimaksud variabel dependen dalam penelitian ini ialah
pengetahuan Ibu Hamil tentang Manfaat 10 T dalam Pemeriksaan Kehamilan
Antenatal Care (ANC).

Variabel dependen
Variabel independen adalah variabel bebas yang bersifat mempengaruhi
dalam penelitian, yang dimaksud variabel independen dalam penelitian ini ialah :
dalam penelitian ini yang dimaksud variabel independent adalah umur,
pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi yang mempengaruhi Pengetahuan
Ibu Hamil tentang Manfaat 10 T dalam Pemeriksaan Kehamilan Antenatal Care
(ANC)
3.2. Defenisi Operasional
N
o
1

Variabel
Pengetahuan
Ibu Hamil
tentang manfaat
10 T dalam
Pemeriksaan
Kehamilan
Antenatal Care

Defensi
operasional
Standar minimal
10 T tersebut
yaitu ; Timbang
berat badan dan
ukur tinggi badan,
ukur tekanan darah,
tentukan setatus

Alat
ukur
Kuisio
ner

Hasil ukur

Skala
Ordinal

1. Baik 76-100%
:
Jika responden
mampu
menjawab dengan
benar 16-20 dari 20
Pertanyaan yang

29

(ANC) di Desa
Mompang
Kecamatan
Padangsidimpu
an Angkola Julu
Kota
Padangsidimpu
an
tahun 2014

Gizi, ukur tinggi


fundus uteri,
tentukan posisi
janin dan denyut
jantung janin,
pemberian
imunisasi tetanus
toksoid, tes
laboratorium,
pemberian tablet
zat besi, tes
terhadap penyakit
menular seksual,
temu wicara dalam
rangka persiapan
rujukan

diajuka.
2. Cukup 56-75
:
jika responden
mampu menjawab
dengan benar 1215 dari 20
Pertanyaan yang
diajukan.
3. Kurang 40-55
:
jika responden
mampu menjawab
dengan benar 8- 11
dari 20 Pertanyaan
yang diajukan

N
o
2.

Variabel
Independe
Umur

Defenisi
operasional
Umur seseorang
yang
terhitung
mulai saat di
lahirkan hingga
sampai saat ini.

Alat
ukur
Kuisio
ner

3.

Pendidikan

Kuisio
ner

4.

Pekerjaan

Pendidikan
formal
yang
pernah
dijalani
oleh responden
Suatu
kegiatan
atau
aktifitas
seseorang untuk
memenuhi
penghasilan guna

Kuisio
ner

Cara
Skala
Hasil ukur
ukur
ukur
1 item Interval 1.
2
pertan
0 tahun
2.
2
yaan
0-25 tahun
3.
2
6-30 tahun
4.
3
1-35 tahun
1 item Ordinal 1. SD/Sederajat
2. SMP/Sederajat
pertan
3. SMA/Sederajat
yaan
4. D3/SI/Sederajat
1 item Ordinal 1.
pertny
2.
aan
3.

Pegawai Negeri
Sipil (PNS)
Wiraswasta
Ibu
Rumah
Tangga

30

5.

Sumber
Informasi

memenuhi
kebutuhan
hidupnya seharihari
1.Alat
atau
sasaran
untuk
mendapatkan
informasi
yang
berguna
untuk
menambah
wawasan
dan
pengetahuan

4. Petani

Media 1 item Ordinal 1. Media Cetak


2. Media Elektronik
cetak
pertan
3. Petugas
Media yaan
Kesehatan
elektro
4. Lain-Lain,
nik
Petuga
s
keseha
tan

3.3. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena
(termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Penelitian
deskriptif juga dapat didefenisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam
masyarakat (Notoatmodjo, 2010).
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah bersifat deskriftif yaitu
Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat 10 T Dalam Pemeriksaan Kehamilan Antenatal
Care (ANC) di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota
Padangsidimpuan. Bertujuan untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Manfaat 10 T dalam Pemeriksaan Kehamilan Antenatal Care (ANC) Di Desa
Mompang Kecamatan Angkola Julu Tahun 2014.
3.4.

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1. Lokasi penelitian

31

Penelitian ini dilakukan di Desa Mompang Kecamatan Angkola julu. Alasan


penulis memilih lokasi penetian ini di Desa Mompang Kecamatan Angkola Julu
yaitu belum pernah ada penelitian sebelumnya mengenai manfaat 10 T dalam
pemeriksaan kehamilan Antenatal Care (ANC) di lokasi tersebut, dan karena
terdapat bayak ibu hamil untuk dijadikan sampel penelitian.

3.4.2 Waktu Penelitian


Waktu Penelitian ini mulai dari survey pendahuluan sampai penelitian yaitu
tanggal 13 sampai 20 April 2014 melaksanakan survey awal dan tanggal 14
sampai 21 Mei 2014 melaksanakan penelitian, Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Manfaat 10 T dalam Pemeriksaan Kehamilan Antenatal Cate ANC di Desa
Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan
Tahun 2014 .
3.5.

Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjektif penelitian ingin meneliti semua
elemen yang ada di wilayah penelitian,maka penelitiannya merupakan peneliti
populasi (Notoadmojo, 2010)

32

Populasi dalam penelitian ini yaitu semua Ibu yang ada di Desa Mompang
Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu pada awa bulan januari sampai
februari 2014 berjumlah 30 Ibu hamil.
3.5.2 Sampel
Sampel dalam Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan
hasil penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah
mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi
(Arikunto, 2010). Dengan kriteria : Ibu Hamil Dan Ibu usia Subur.
Menurut Arikunto (2010), jika populasi < 100 maka keseluruhan populasi
dijadikan sampel, tetapi jika populasi > 100 maka pengambilan sampel 20% 25%, maka peneliti mengambil keseluruhan dari populasi untuk dijadikan sampel
yaitu sebanyak 30 Ibu dengan Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini
yaitu total sampling. Total Sampling adalah pengambilan sampel dari keseluruhan
populasi.
penelitian ini menggunakan Total Sampling. Total sampling adalah
keseluruhan dari jumlah sampel yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini
yaitu berjumlah 30 orang.
3.6. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Menurut Nurhayati (2011), menjelaskan bahwa data terbagi 2 jenis, yaitu
data primer dan data sekunder.
3.6.1. Jenis data

33

1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh si peneliti dari hasil
pengukuran, pengamatan, dan survei.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh oleh peneliti
akan tetapi diperoleh dari data yang sudah ada atau sudah dikumpulkan oleh pihak
lain, misalnya data dari puskesmas dan lain lain.
3.6.2 Tekhnik pengumpulan data
Adapun tehnik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian
ini adalah:
1. Tahapan Persiapan
Peneliti meminta rekomendasi dari STIKes Syuhada Padangsidimpuan
untuk melakukan penelitian di Desa Mompang kecamatan Padangsidimpuan
Angkola Julu,
2. Tahap Pelaksanaan
Peneliti menyampakan surat rekomendasi dri pendidika kepada kepala
Puskesmas Pokenjior dan menjelaskan tentang tujuan penelitian serta meminta
izin untuk pengambilan data surve awal di Desa Mompang.
3.7.

Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1. Pengolahan data


Data yang telah dikumpulkan dan diolah dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Editing
Data editing dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul bila terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki

34

2. Coding
Pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul untuk
mempermudah memasukkan ke dalam tabel.
3. Tabulating
Proses pemindahan data ke dalam bentuk tabel setelah data dikumpulkan dan
dianalisa secara deskriftif.
3.7.2. Analisa data
Analisa data dilakukan secara deskriftif dengan melihat persentase data
yang telah dikumpulkan dan disajikan dalam tabel untuk menghitung persentase
digunakan rumus yaitu :

F
100%
N

Keterangan
P

Persentase

jumlah nilai yang benar

Jumlah Sampel

(Darwin , 2010).

Anda mungkin juga menyukai