Anda di halaman 1dari 26

Page

Why does the women get menstrual period over 15


days with large amount of blood and the patient feels
weak?
Dalam keadaan normal, endometrium dalam siklusnya dipengaruhi oleh
hormon hipofisis dan hormon ovarium. Disfunctional bleeding merupakan
perdarahan banyak saat menstruasi atau antara periode menstruasi. Kelainan
ini merupakan perdarahan abnormal yang tidak disebabkan lesi pada
endometrium atau uterus. Penyebabnya secara garis besar dibagi menjadi:
1.

Kegagalan ovulasi (anovulatory cycle)


Ovulasi tidak terjadi karena:
Gangguan endokrin pada tyroid, hipofise, atau adrenal
Lesi primer di ovarium
Gangguan metabolisme: obesitas, malnutrisi, penyakit sistemik
Hal tersebut menyebabkan kelebihan estrogen relatif terhadap
progesteron. Akibatnya endometrium mengalami fase proliferatif yang tidak
diikuti oleh fase sekretorik normal. Kelenjar endometrium mengalami perubahan
kistik ringan atau tampak kacau dengan stroma yang relatif sedikit. Yang
memerlukan progesteron untuk mempertahankannya. Endometrium yang
kurang ditopang ini mengalami kolaps secara parsial disertai ruptur arteri dan
perdarahan.

2.

Fase luteal tidak adekuat


Korpus luteum gagal mengalami pematangan secara normal atau
mengalami regresi secara prematur seingga terjadi kekurangan relatif
progesteron. Pada kondisi ini, endometrium mengalami pembentukan fase
sekretorik melambat dan terjai perdarahan yang tidak teratur.

3.

Irreguler shedding syndrome


Terlambatnya kemunduran korpus luteum sehingga terjadi menstruasi
yang lama.
Polimenorea
Definisi
Ketika seorang wanita mengalami siklus haid yang lebih sering
(siklus haid yang lebih singkat dari 21 hari), hal ini dikenal dengan
istilah polimenorea. Wanita dengan polimenorea akan mengalami haid
hingga dua kali atau lebih dalam sebulan, dengan pola yang teratur dan
jumlah perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.
Polimenorea harus dapat dibedakan dari metroragia. Metroragia
merupakan suatu perdarahan iregular yang terjadi di antara dua
waktu haid. Pada metroragia, haid terjadi dalam waktu yang lebih
singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit.

Page

Penyebab
Timbulnya haid yang lebih sering ini tentunya akan menimbulkan
kekhawatiran pada wanita yang mengalaminya. Polimenorea dapat
terjadi akibat adanya ketidakseimbangan sistem hormonal pada
aksis hipotalamus- hipofisis-ovarium. Ketidak seimbangan hormon
tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi (pelepasan
sel telur) atau memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya
suatu siklus haid normal sehingga didapatkan haid yang lebih sering.
Gangguan keseimbangan hormon dapat terjadi pada:
3-5 tahun pertama setelah haid pertama
Beberapa tahun menjelang menopause
Gangguan indung telur
Stress dan depresi
Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)
Penurunan berat badan berlebihan
Obesitas
Olahraga berlebihan, misal atlit
Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin, NSAID,
dll
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh dengan
sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter
jika polimenorea berlangsung terus menerus.
Rukmono Siswishanto SMF/Bagian Obstetri & Ginekologi
RS Sardjito/ Fakultas Kedokteran UGM , Yogyakarta
Keluhan yang dirasakan penderita Mioma Uteri sebagai keluhan utama pada
umumnya adalah :
1.Perdarahan abnormal
Pada banyak kasus, perdarahan pervaginam yang abnormal sering
menjadi keluhan utama penderita mioma uteri. Gangguan
perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoraghi
dan dapat juga terjadi metroragia.
Hal ini sering menyebabkan penderita juga mengalami anemia dari
perdarahan
yang
terus-menerus.
Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini masih
menjadi
perdebatan.
Beberapa
pendapat
menjelaskan
bahwa
terjadinya perdarahan abnormal ini disebabkan oleh abnormalitas
dari endometrium. Tetapi saat ini pendapat yang dianut adalah bahwa
perdarahan abnormal ini disebabkan karena:
1. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma.
2. Permukaan endometrium yang lebih luas.
3. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
4. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium.

Page

Pada Mioma Uteri submukosum diduga terjadinya perdarahan


karena
kongesti,
nekrosis,
dan
ulserasi
pada
permukaan
endometrium.
Sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

4
Page
1.
2.
3.
4.

Klasifikasi
Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan
dalam :
Kelainan dalam banyaknya darah dan
lamanya perdarahan pada haid : Hipermenorea atau menoragia dan
Hipomenorea
Kelainan siklus : Polimenorea; Oligomenorea; Amenorea
Perdarahan di luar haid : Metroragia
Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid : Pre menstrual
tension (ketegangan pra haid); Mastodinia; Mittelschmerz
(rasa nyeri pada ovulasi) dan Dismenorea

Kelainan Dalam Banyaknya Darah Dan


Lamanya Perdarahan Pada Haid
Hipermenorea atau Menoragia
Definisi
Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama
dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan
bekuan darah sewaktu menstruasi.
Sebab-sebab
1. Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia.
Terapi : uterotonika

Page

2. Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia.


3. Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang,
cavum uteri luas, bendunganpembuluh darah balik.
4. Hipertensi
5. Dekompensio cordis
6. Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.
7. Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.
8. Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili
Tindakan
Memberikan anti perdarahan seperti ergometrin tablet/injeksi; KIEM
untuk pemeriksaanselanjutnya; Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan
lengkap.
Hipomenorea
Definisi
Adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang
dari biasa.
Sebab-sebab
Hipomenorea disebabkan oleh karena
kesuburan endometrium kurang akibat dari
kurang gizi,penyakit menahun maupun gangguan hormonal.
Tindakan
Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap.
Kelainan Siklus
Polimenorea atau Epimenoragia
Definisi
Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21
hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari
biasa.
Sebab-sebab
Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus
luteum memendek sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa
disebabkan akibat stadium proliferasi pendek atau stadium
sekresi pendek atau karena keduanya.
Terapi
Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormon estrogen dan stadium
sekresi menggunakan hormon kombinasi estrogen dan progesteron.
Oligomenorea
Definisi
Adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan
jumlah perdarahan tetap sama.
Sebab-sebab
Perpanjangan stadium folikuller; perpanjangan stadium luteal; kedua stadium
menjadi panjang; pengaruh psikis; pengaruh penyakit : TBC
Terapi
Oligomenorea yang disebabkan ovulatoar tidak memerlukan terapi,
sedangkan bila mendekati amenorea diusahakan dengan ovulasi.
Amenorea

Page

Definisi
Adalah keadaan tidak terjadinya haid pada wanita
1. Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun.
2. Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah
mengalami haidtetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.
Sebab-sebab
Fisiologis; terjadi sebelum pubertas, dalam kehamilan, dalam
masa laktasi maupun dalam masamenopause; gangguan pada
aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium; kelainan kongenital; gangguansistem
hormonal; penyakit-penyakit lain; ketidakstabilan emosi; kurang
zat makanan yang mempunyai nilai gizi lebih.
Terapi
Terapi pada amenorea, tergantung dengan etiologinya. Secara
umum dapat diberikan hormon-hormon yang merangsang ovulasi,
iradiasi dari ovarium dan pengembalian keadaan umum,
menyeimbangkan antara kerja-rekreasi dan istirahat.

1.
2.
1.

2.

Perdarahan di luar haid


Metroragia
Definisi
Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya
dengan haid.
Klasifikasi
Metroragia oleh karena adanya kehamilan;
seperti abortus, kehamilan ektopik.
Metroragia diluar kehamilan.
Sebab-sebab
Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak
sembuh; carcinoma corpusuteri, carcinoma cervicitis; peradangan
dari haemorrhagis (seperti kolpitis
haemorrhagia,endometritis haemorrhagia); hormonal.
Perdarahan fungsional :
a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser,
ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi,
metabolik, penyakit akut maupun kronis.
b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten, kelainan
pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut
ataupun kronis.
Terapi : kuretase dan hormonal.
Gangguan Lain Yang Ada Hubungan Dengan Haid
Pre Menstrual Tension (Ketegangan Pra Haid)
Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan
sampai menstruasi berlangsung. Terjadi karena
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterom
menjelangmenstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30-40
tahun.
Gejala klinik dari pre menstrual tension adalah gangguan emosional; gelisah,
susah tidur; perutkembung, mual muntah; payudara tegang dan sakit;
terkadang merasa tertekan

Page

Terapi
Olahraga, perubahan diet (tanpa garam, kopi dan alkohol);
mengurangi stress; konsumsi antidepressan bila perlu; menekan
fungsi ovulasi dengan kontrasepsi oral, progestin; konsultasidengan tenaga
ahli, KIEM untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Mastodinia atau Mastalgia
Definisi
Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid.
Sebab-sebab
Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi
air dan garam yang disertai hiperemia didaerah payudara.
Mittelschmerz (Rasa Nyeri pada Ovulasi)
Definisi
Adalah rasa sakit yang timbul pada wanita saat ovulasi, berlangsung
beberapa jam sampai beberapa hari di pertengahan siklus menstruasi. Hal
ini terjadi karena pecahnya folikel Graff. Lamanya bisa beberapa jam
bahkan sampai 2-3 hari. Terkadang Mittelschmerz diikuti
olehperdarahan yang berasal dari proses ovulasi dengan gejala klinis
seperti kehamilan ektopik yang pecah.
Dismenorea
Definisi
Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan
memerlukan pengobatan.Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai
sekarang belum jelas.
Klasifikasi
1. Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun
fungsional); adalah nyeri haid yang terjadi sejak menarche dan tidak
terdapat kelainan pada alat kandungan. Sebab : psikis;
(konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC); (obstetric : cervic sempit,
hyperanteflexio, retroflexio); endokrin (peningkatan kadar
prostalandin, hormon steroid seks, kadar vasopresin tinggi).
Gejala : nyeri haid dari bagian perut menjalar ke daerah pinggang dan paha,
terkadang disertai
dengan mual dan muntah, diare, sakit kepala dan emosi labil.
Terapi : psikoterapi,analgetika, hormonal.
2. Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak
mengalami dismenore. Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma
submucosa, polip corpus uteri, endometriosis, retroflexiouteri fixata,
gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim), tumor ovarium.
Terapi : causal (mencari dan menghilangkan penyebabnya).
Sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Scoot, J. 2002. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Jakarta, Widya Medika.
1. Why the patient complained that she had irregular menstrual cycles?
Anovulatory and ovulatory cycles

Page

2. Why the doctor suggest to the patient for USG and


histopathologi examination?
ULTRASOUND
Imaging techniques are often used to detect certain conditions that may be
causing menstrual disorders. Imaging can help diagnose fibroids,
endometriosis, or structural abnormalities of the reproductive organs.
Ultrasound and Sonohysterography. Ultrasound is the standard imaging
technique for evaluating the uterus and ovaries, detecting fibroids, ovarian
cysts and tumors, and finding obstructions in the urinary tract. It uses
sound waves to produce an image of the organs. Ultrasound carries no risk
and causes very little discomfort.
http://health.nytimes.com/health/guides/symptoms/menstrual-periodsheavy-prolonged-or-irregular/print.html
Histopathology is the microscopic examination of biological tissues to
observe the appearance of diseased cells and tissues in very fine
detail.
The main use of histopathology is in clinical medicine where it typically
involves the examination of a biopsy (i.e. a surgically removed sample or
specimen taken from a patient for the purposes of detailed study) by a
specialist physician called a pathologist.
http://www.ivy-rose.co.uk/HumanBody/Histology/What-isHistopathology.php
http://health.nytimes.com/health/guides/symptoms/menstrual-periods-heavyprolonged-or-irregular/print.html

3. Why we can find foul-smelling vaginal discharge in


this patient?
Keputihan atau secara medis disebut fluor albus atau leukorrhea adalah
keluarnya sekret dari vagina. Sekret tersebut dapat bervariasi dalam
konsistensi, warna dan bau.
Fluor albus (keputihan) terbagi menjadi dua yaitu keputihan yang
fisiologis dan keputihan yang patologis. Keputihan yang fisiologis
pasti terjadi pada setiap wanita karena hal ini adalah normal
sedangkan keputihan yang patologis sangat dipengaruhi oleh infeksi
daerah genital.
Gejala fluor albus yang fisiologis adalah cairan vagina jernih, tidak
berwarna, tidak gatal dan jumlah cairan bisa sedikit dan bisa cukup banyak
Gejala fluor albus yang patologis adalah cairan dari vagina

Page

keruh dan kental, warna tergantung dari kuman yang menginfeksi,


berbau busuk, terasa gatal dan jumlah cairan banyak
Etiologi (penyebab)
Fluor albus fisiologis timbul dalam keadaan ovulasi, saat menjelang atau
setelah menstruasi, akibat rangsangan seksual, saat wanita hamil, dan dalam
keadaan stress
Penyebab Utama fluor albus patologis adalah infeksi daerah genital,
dapat juga disebabkan oleh sakit yang lama, kurang gizi dan anemia.
kuman penyebabnya dapat berupa jamur (Candida albicans), bakteri(kuman
E. coli, Staphylococcus), protozoa (Trichomonas vaginalis)
Patofisiologi
Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan
terhadap infeksi. Hal ini disebabkan batas antara uretra dengan
anus sangat dekat, sehingga kuman penyakit seperti jamur, bakteri,
parasit, maupun virus mudah masuk ke liang vagina. Infeksi juga
terjadi karena terganggunya keseimbangan ekosistem di vagina. Ekosistem
vagina merupakan lingkaran kehidupan yang dipengaruhi oleh dua unsur
utama, yaitu estrogen dan bakteri Lactobacillus atau bakteri baik. Di sini
estrogen berperan dalam menentukan kadar zat gula sebagai
simpanan energi dalam sel tubuh (glikogen). Glikogen merupakan
nutrisi dari Lactobacillus, yang akan dimetabolisme untuk
pertumbuhannya. Sisa metabolisme kemudian menghasilkan asam
laktat, yang menentukan suasana asam di dalam vagina, dengan pH
di kisaran 3,8-4,2. Dengan tingkat keasaman ini, Lactobacillus akan
subur dan bakteri patogen akan mati.
Di dalam vagina terdapat berbagai macam bakteri, 95% Lactobacillus, 5%
patogen. Dalam kondisi ekosistem vagina seimbang, bakteri patogen tidak
akan mengganggu.
Bila keseimbangan itu terganggu, misalnya
tingkat keasaman menurun, pertahanan alamiah akan turun, dan
rentan mengalami infeksi. Ketidakseimbangan ekosistem vagina
disebabkan banyak faktor. Di antaranya kontrasepsi oral, penyakit
diabetes melitus, antibiotika, darah haid, cairan sperma, penyemprotan
cairan ke dalam vagina (douching), dan gangguan hormon seperti saat
pubertas, kehamilan, atau menopause.
Ketidakseimbangan ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-kuman
yang lain. Padahal adanya flora normal dibutuhkan untuk menekan tumbuhan
yang lain itu untuk tidak tumbuh subur. Kalau keasaman dalam vagina
berubah maka kuman-kuman lain dengan mudah akan tumbuh
sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya menyebabkan
fluor albus, yang berbau, gatal, dan menimbulkan ketidaknyamanan.
Begitu seorang wanita melakukan hubungan seks, maka wanita tersebut
terbuka sekali terhadap
Kuman-kuman yang berasal dari luar. Karena itu fluor albus pun bisa

Page

10

didapat dari kuman penyebab penyakit kelamin yang mungkin dibawa oleh
pasangan seks wanita tersebut.
Kanker serviks merupakan keganasan yang terjadi pada leher
rahim dan disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV). HPV
ini ditularkan melalui hubungan seksual dan infeksinya terjadi pada 75%
wanita yang telah pernah berhubungan seksual. Kanker ini telah menyerang
lebih dari 1,4 juta wanita di seluruh dunia (DEPKES RI, 2009).
Human papillomavirus (HPV) merupakan salah satu etiologi kanker
serviks. HPV adalah virus deoxyribonucleic acid (DNA) untaian ganda
yang menular secara seksual dan menginfeksi permukaan kulit dan
mukosa epitel (Jessica dan 4 Kahn, 2009).
DNA HPV dapat ditemukan pada 99% kasus kanker serviks di
seluruh dunia. Pada proses karsinogenesis, asam nukleat virus dapat
bersatu ke dalam gen dan DNA manusia sehingga menyebabkan mutasi sel.
HPV 18 memproduksi protein E6 dan pada HPV tipe 16 memproduksi
protein E7 yang masing-masing mensupresi gen P53 dan gen Rb
yang merupakan gen penghambat perkembangan tumor (Pradipta B
dan Sungkar S, 2007).
Usia pertama kali menikah dan menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap
terlalu muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker
leher rahim 10-12 kali lebih besar dari pada mereka yang menikah pada usia
> 20 tahun. Hal ini berkaitan dengan maturitas sel-sel mukosa pada
serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita usia
pertengahan atau lebih tua (usia diatas 40 tahun) tetapi dapat
terdiagnosis pada semua wanita usia reproduktif. Secara umum, kanker
serviks mulai berkembang pada umur yang lebih muda yaitu 35-55 tahun
tetapi rata-rata terdiagnosis pada umur 40-59 tahun (Prastowo M, 2007;
Abeloff, 2008).
Sosioekonomi sangat berpengaruh terhadap angka kejadian kanker
serviks yang mana kemiskinan dihubungkan dengan tingkat pengetahuan
dan skrining yang rendah. Tingkat pengetahuan seseorang dan taraf
pendidikan yang rendah selalu berhubungan dengan informasi dan
pengetahuan yang terbatas. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin
tinggi pula pemahaman seseorang terhadap informasi yang didapat.
Sosioekonomi rendah memiliki faktor risiko 5 kali lebih besar, karena
pada golongan sosioekonomi rendah umumnya kuantitas dan
kualitas makanan kurang baik dan ini mempengaruhi imunitas
tubuh. Imunitas tubuh yang kurang dapat meningkatkan risiko
terjadinya infeksi (Rasjidi, 2008; Soegiyanto, 2008).

Page

11

Paritas yang tinggi (melahirkan 3 kali atau lebih)


meningkatkan insidensi kanker serviks karena selama kehamilan,
terjadi imunosupresi dan perubahan hormonal yang mempengaruhi
epitel mukosa serviks ditambah terjadinya trauma epitel pada saat
persalinan per vaginam, diduga berhubungan dengan perkembangan
neoplasia servikal. Aktivitas Seksual Tinggi dengan orang yang terinfeksi
HPV, merupakan faktor risiko yang paling penting. Wanita yang berisiko
terjadinya kanker serviks adalah mereka yang memiliki beberapa mitra
seksual, hubungan seksual pada usia 17 tahun atau lebih muda (Anonim,
2011; Schorge et al, 2008)
Kanker serviks pada stadium dini biasanya bersifat asimtomatik sehingga
sering terdiagnosis pada stadium lanjut, sedangkan pada stadium lanjut
ditandai dengan fluor albus (keputihan) yang makin lama akan
berbau busuk akibat proses nekrosis jaringan, pendarahan
pervaginam (spontan) dan pendarahan kontak (Akram, 2011).
4. Why HCG test (-)?
5. Why was the size of her uterus is like the swans egg?

6. What are the correlation between her marriage but


never conceived, and her symptoms?
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau
menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri
submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena
distorsi rongga uterus.(6) Penegakkan diagnosis infertilitas yang dicurigai
penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan
Mioma uteri dan kehamilan
Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan misalnya
mempengaruhi letak janin; menghalangi kemajuan persalinan karena
letaknya pada servik uteri; menyebabkan inersia maupun atonia
uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena adanya
gangguan mekanik dalam fungsi miometrium; menyebabkan plasenta sukar
lepas dari dasarnya dan mengganggu proses involusi dalam nifas.
Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, adanya kehamilan pada mioma uteri
memerlukan pengamatan yang cermat.
Kehamilan sendiri dapat menimbulkan perubahan pada mioma uteri,
antara lain:
1.Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena
pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat.
2.Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas
seperti telah diutarakan di atas, yang kadang-kadang memerlukan
pembedahan segera guna mengangkat sarang mioma. Anehnya
pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang menyebabkan banyak
perdarahan.
3.Meskipun jarang, mioma uteri bertangkai dapat juga mengalami torsi
dengan gejala dan tanda sindrom abdomen akut.

12
Page

Sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

7. Why the patient feels severe abdominal pain?


Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa di perut bagian
bawah dan muncul sebelum, selama atau setelah menstruasi. Nyeri
dapat bersifat kolik atau terus menerus. Dismenore timbul akibat
kontraksi disritmik lapisan miometrium yang menampilkan satu
atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut
bagian bawah, daerah pantat dan sisi medial paha (Badziad, 2003).
Dismenore primer
disebabkan oleh aktivitas miometrium mengakibatkan iskemia rahim yang
menyebabkan rasa nyeri (Akerland M., 1979). Dismenore primer apabila
tidak terdapat gangguan fisik yang menjadi penyebab dan hanya
terjadi selama siklus- siklus ovulatorik . (Sylvia, 2006). miometrium ini
aktivitas dimodulasi dan ditambah dengan sintesis prostaglandin.
dismenorea sekunder
disebabkan oleh beberapa kondisi abnormal yang mendasarinya
(biasanya
melibatkan sistem reproduksi wanita) memberikan
kontribusi terhadap nyeri haid. Dismenore sekunder mungkin jelas pada
menarche namun, lebih sering, kondisinya kemudian berkembang (Melissa
Conrad Stppler, 2012)
Pada dismenorrhea sekunder, rasa nyeri tetap ada dan hebat walaupun
tidak ada pelepasan sel telur, serta didapatkannya kelainan pada
pemeriksaan jasmani khususnya periksa pinggung dan rahim indung telur.
Sehingga kadang perlu tindakan operasi guna menyembuhkannya(Riyanto,
2001).
Penyebab dari dismenorea sekunder bisa dibagi menjadi 2 macam secara
garis besar, yaitu (Smith, 2003):
a) Penyebab Intrauterin
(1) Adenomiosis Merupakan suatu keadaan patologis yang ditandai dengan
adanya invasi jinak endometrium ke komponen otot uterus (miometrium),
sering juga terdapat pertumbuhan berlebihan dari komponen otot (Smith,
2003). Didapatkan penebalan dinding uterus, dengan dinding posterior
biasanya lebih tebal. Uterus umumnya berbentuk simetrik dengan konsistensi
padat (Prabowo, 2008).
(2) Mioma
Penyakit ini sering terjadi pada wanita usia 40 tahun ke atas, kira-kira
sebanyak 30% (Smith, 2003). Penyakit ini merupakan suatu tumor yang bisa
terjadi di uterus, serviks, ataupun ligamen. Hal yang membuat dismenorea
pada penyakit ini adalah oleh karena distorsi pada uterus dan kavitas uteri
(Smith, 2003).
(3) Polip endometrium

Page

13

Polip adalah suatu bentuk tumor jinak yang patogenesis utamanya dipegang
oleh estrogen yang berakibat timbulnya tumor fibromatosa baik
pada
permukaan atau pada tempat lain (Joedosepoetro dan Sutoto, 2008).
Polip terbagi menjadi 3 macam, yaitu
polip endometrium, adenomaadenofibroma, dan mioma submukosum (Joedosepoetro dan Sutoto, 2008).
(4) Intrauterine Contraceptive Devices (IUD)
Kontrasepsi intrauterin merupakan penyebab iatrogenik dismenorea
sekunder yang paling banyak (Smith, 2003). Hal ini diakibatkan oleh adanya
keberadaan benda asing di dalam uterus sehingga saat kontraksi uterus
akan timbul rasa nyeri (Smith, 2003).
(5) Infeksi
Terdapatnya infeksi aktif biasanya akan terdeteksi sebagai fase akut (Smith,
2003). Infeksi akan menyebabkan rasa nyeri pada waktu menstruasi, buang
air besar, atau saat aktivitas berat (Smith, 2003).
(6) Penyaki-penyakit jinak pada vagina dan serviks
Penyakit jinak yang termasuk dalam bagian ini adalah stenosis serviks dan
lesi-lesi jinak pada vagina dan serviks (Smith, 2003). Namun, penyakit jinak
tersebut tidak sering meyebabkan dismenorea sekunder.
b) Penyebab Ekstrauterin
(1) Endometriosis
Endometrosis adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium di luar uterus
, paling sering mengenai ovarium atau permukaan peritonitis visceralis yang
menggantung . Meskipun jinak, endometrosis bersifat progresif, cenderung
kambuh dan dapat menginvasi secara local, dapat memiliki banyak focus
yang tersebar luas (jarang), dan dapt terjadi dalam nodus limfe pelvis (Ralph
C. Benson dan Martin L. Pernoll, 2009)

(2) Tumor

Page

14

Jaringan tumor yang menyebabkan dismenorea sekunder bisa bersifat


benigna atau maligna. Struktur dari tumor tidak hanya fibroid tetapi juga
struktur lain memungkinkan untuk terjadinya dismenorea sekunder. Jaringan
tumor di ekstrauterin bisa terdapat di ovarium, tuba uterina, dan vagina
(Smith, 2003).
(3) Inflamasi
Inflamasi kronik bisa menjadi penyebab terjadinya nyeri pelvis kronik dan
dismenorea sekunder (Smith, 2003). Pada penderita akan ditemukan riwayat
penyakit dahulu berupa proses penyakit kronik, misalnya tuberkulosis (Smith,
2003).
(4) Adesi
Adesi merupakan suatu proses yang timbul akibat proses inflamasi lama
atau intervensi bedah yang akan berakibat pada nyeri pelvis dan dismenorea
sekuder (Smith, 2003).
(5) Psikogenik
Penyebab ini sangatlah jarang ditemui untuk dismenorea sekunder. Hal ini
dikarenakan psikis lebih berperan dalam dismenorea primer
daripada
dismenorea sekunder (Smith, 2003).
(6) Sindroma kongestif pelvis
Sindroma ini merupakan gabungan dari gejala nyeri pelvis kronik
dan keluhan dismenorea berulang yang mana tidak ada temuan klinik
yang berarti pada pemeriksaan. (Smith, 2003).
Sindrom kongesti pelvis disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah
pelvis dan ditandai oleh rasa terbakar atau nyeri berdenyut pada
panggul , memburuk saat berdiri dan malam hari. Vagina dan serviks dapat
memperlihatkan adanya kongsti pembuluh darah dan mungkin terdapat
pembesaran uterus dengan nyeri tekan (Ralph C. Benson dan Martin L.
Pernoll, 2009)
Dismenorea Primer
Onset
singkat
menarche

Dismenorea Sekunder
setelah

Onset dapat terjadi kapan saja


setelah menarche

Nyeri kram di perut bawah atau


pelvis dengan awal keluarnya
darah selama 8-72 jam

Waktu dari nyeri berubah-ubah


sepanjang siklus menstruasi

Pola nyeri sama setiap siklus

Memburuk setiap waktu, dapat


unilateral,
dapat
memburuk
pada waktu berkemih

Nyeri pada paha dan pinggang,


sakit kepala, diare, mual dan
muntah dapat dijumpai

Dijumpai
gejala
ginekologi:
dispareunia dan menorragia

Tidak
dijumpai
patologis pelvis

kelainan

Dijumpai
patologis

abnormalitas

pelvis

Pada mioma uteri :

Page

15

Sumber ; Diagnosis and management of dysmenorrheal ( Proctor dan


Farquhar, 2006)

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma
submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang
menyempitkan
kanalis
servikalis
dapat
menyebabkan
juga
dismenore. Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri pada kasus mioma
uteri adalah karena proses degenerasi. Selain itu penekanan pada visera oleh
ukuran mioma uteri yang membesar juga bisa menimbulkan keluhan nyeri.
Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga menimbulkan rasa
yang tidak nyaman pada regio pelvis
Sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
rasa nyeri
bukan gejala yg khas. Dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pd
sarang mioma, yg disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pd mioma
submukosum yg akan dilahirkan, pertumbuhannya yg menyempitkan kanalis
servikalis dapat menyebabkan dismenore
Kapita Selekta Kedokteran.FKUI.Jilid 1 ,Edisi 3
For the same reason, cavity distortion can cause recurrent second trimester
loss. Uterine fibroids that obstruct menstrual flow can cause dysmenorrhoea.
Large uterine fibroids, regardless of location, can cause mass effects on
contiguous organs such as the bowel and bladder and cause symptoms of
urinary frequency, urgency, and incontinence as well as constipation. They
can outstrip their blood supply and cause acute or chronic pain as they
degenerate. Pedunculated submucous uterine fibroids can dilate the uterine
cervix and prolapse into the vagina where they can become infected.
Reference : Faerstein E, Szklo M, Rosenshein NB. Risk factors for uterine
leiomyoma: a practice-based case-control study. II. Atherogenic risk factors and
potential sources of uterine irritation. Am J Epidemiol 2001; 153:11.
8. Explain the correlation between anemic, and the symptoms!
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Disebabkan permukaan endometrium yang menjadi lebih luas akibat
pertumbuhan mioma, maka lebih banyak dinding endometrium yang terkikis
ketika menstruasi dan ini menyebabkan perdarahan abnormal. Walaupun
menstruasi berat sering terjadi tetapi siklusnya masih tetap. Perdarahan

Page

16

abnormal ini terjadi pada 30% pasien mioma uteri dan perdarahan
abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci
percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada
permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau
testosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen
pada mioma lebih banyak didapati dari pada miometrium normal. Menurut
Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang
matur.
Sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
9. Is there any relation between the symptoms and her historical family (ca
cervix her mother) ?
Hereditary disease in the family is Uterine Myoma and
Hypertension which her mother, sister and the patient had herself
possessed. This shows that Uterine Myoma and Hypertensionare evident in
their family and are hereditary.
Women whos mothers have had myoma themselves are more
susceptible togetting the disease than those who have no family
history of the disease. (Faerstein, 2007). The clients mother was
believed to also have a myoma, as the client recalls that she was
experiencing the same symptoms
Faerstein, E., Szklo, M., Rosenshein, N., (2007) Risk factors for uterine
leiomyoma:
a practice-based
control
study.
American
Journal
of
Epidemiology. Vol. 153, Issue1: pg 1-10.
10.Explain the correlation between abdominal trauma and her symptoms!
11.DD (explain how to Dx, Faktor resiko)
MIOMA UTERI

17
Page
A.Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot
uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam
kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma, leiomioma, ataupun
fibroid.
Penyebab pembesaran uterus tersering disamping kehamilan adalah mioma
uteri. Mioma uteri adalah tumor jinak yang terutama terdiri dari sel-sel otot
polos, tetapi juga jaringan ikat. Sel-sel ini tersusun dalam bentuk gulungan,
yang bila membesar akan menekan otot uterus normal.
B.Angka Kejadian
Di Indonesia, Mioma Uteri ditemukan 2,3011,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Mioma Uteri merupakan tumor pada pelvis
yang paling sering dijumpai. Diperkirakan 1 dibanding 4 atau 5 wanita
yang berumur lebih dari 35 tahun terdapat mioma uteri. Meskipun umumnya
mioma tidak menunjukkan gejala, diperkirakan 60% dari laparotomi pelvis
pada wanita dikerjakan dengan alasan Mioma Uteri. Lesi ini sering
ditemukan pada dekade 4 atau 5. Umumnya Mioma Uteri tidak akan
terdeteksi sebelum masa pubertas dan tumbuh selama masa
reproduksi. Jarang sekali Mioma Uteri ditemukan pada wanita berumur 20

Page

18

tahun atau kurang, paling banyak pada umur 35 45 tahun yaitu kurang dari
25 %. Dan setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja
yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Mioma uteri lebih sering dijumpai
pada wanita nullipara atau yang kurang subur.
C.Patogenesis
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci
percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada
permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau
testosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen
pada mioma lebih banyak didapati dari pada miometrium normal. Menurut
Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.
D.Patologi Anatomi
Sarang mioma di uterus berasal dari korpus uterus dan serviks uterus.
Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai:
a)Mioma Submukosum: mioma berada di bawah endometrium dan
menonjol ke dalam rongga uterus.
b)Mioma Intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut
miometrium.
c)Mioma Subserosum: mioma yang tumbuh keluar dinding uterus sehingga
menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran servik (mioma geburt). Mioma
subserosum dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum
menjadi mioma intra ligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh
menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum
dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut
wandering/parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma
saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam saluran
servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila
mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan
jaringan ikat yang tersusun seperti konde/pusaran air (whorl like pattern),
dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak
karena pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah ditemukan 200 sarang
mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja.
Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. jarang
sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada
umur 35-45 tahun (kurang lebih 25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan
memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan
tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause banyak
mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.
Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nullipara atau yang kurang
subur. Faktor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada
mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini
oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.

19
Page

E.Perubahan Sekunder
1.Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma
uteri
menjadi
kecil.
2.Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada
penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi
homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil
daripadanya, seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya.
3.Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas,
dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk
ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat
juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga
menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar
dibedakan dari kistoma ovarium atau suatu kehamilan.
4.Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama terjadi
pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma
menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto Rontgen.
5.Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan ini
biasanya
terjadi
pada
kehamilan
dan
nifas.
Patogenesis:
diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan
vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging
mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan
hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan
muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus
membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada
putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
6.Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
F.Keluhan Utama
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang
dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada
(servik,
intramural,
submukus,
subserus),
besarnya
tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Keluhan yang dirasakan penderita Mioma Uteri sebagai keluhan utama pada
umumnya adalah :
1.Perdarahan abnormal
Pada banyak kasus, perdarahan pervaginam yang abnormal sering menjadi
keluhan utama penderita mioma uteri. Gangguan perdarahan yang terjadi
umumnya adalah hipermenore, menoraghi dan dapat juga terjadi metroragia.
Hal ini sering menyebabkan penderita juga mengalami anemia dari
perdarahan
yang
terus-menerus.
Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini masih
menjadi perdebatan. Beberapa pendapat menjelaskan bahwa terjadinya
perdarahan abnormal ini disebabkan oleh abnormalitas dari endometrium.
Tetapi saat ini pendapat yang dianut adalah bahwa perdarahan abnormal ini
disebabkan
karena:

Page

20

Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai


adenokarsinoma.
Permukaan endometrium yang lebih luas.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium.
Pada Mioma Uteri submukosum diduga terjadinya perdarahan karena
kongesti, nekrosis, dan ulserasi pada permukaan endometrium.
2.Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma
submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang
menyempitkan
kanalis
servikalis
dapat
menyebabkan
juga
dismenore. Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri pada kasus
mioma uteri adalah karena proses degenerasi. Selain itu penekanan
pada visera oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga bisa menimbulkan
keluhan nyeri. Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga
menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis.
3.Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh
mioma uteri pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada
traktus urinarius, seperti perubahan frekuensi miksi sampai dengan
keluhan retensio urin hingga dapat menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis.
Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita mioma
uteri yang menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan
pada vena-vena di regio pelvis yang bisa menimbulkan edema tungkai.
G.Komplikasi
1.Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma
uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi
uterus yang telah diangkat. Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan
nyeri atau ukuran tumor yang semakin bertambah besar terutama
jika
dijumpai
pada
penderita
yang
sudah
menopause.
2.Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami
perdarahan pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus
mioma uteri akan mengakibatkan anemia defisiensi besi.
3.Torsi
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul
sindroma abdomen akut, mual, muntah dan shock.
4.Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau
menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum
juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
Penegakkan diagnosis infertilitas yang dicurigai penyebabnya adalah mioma
uteri
maka
penyebab
lain
harus
disingkirkan.

21
Page

Mioma uteri dan kehamilan


Mioma
uteri
dapat
mempengaruhi
kehamilan
misalnya
mempengaruhi letak janin; menghalangi kemajuan persalinan karena
letaknya pada servik uteri; menyebabkan inersia maupun atonia
uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena adanya
gangguan mekanik dalam fungsi miometrium; menyebabkan plasenta sukar
lepas dari dasarnya dan mengganggu proses involusi dalam nifas.
Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, adanya kehamilan pada mioma uteri
memerlukan pengamatan yang cermat.
Kehamilan sendiri dapat menimbulkan perubahan pada mioma uteri,
antara
lain:
1.Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh
estrogen yang kadarnya meningkat.
2.Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa
nifas seperti telah diutarakan di atas, yang kadang-kadang memerlukan
pembedahan segera guna mengangkat sarang mioma. Anehnya
pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang menyebabkan banyak
perdarahan.
3.Meskipun jarang, mioma uteri bertangkai dapat juga mengalami torsi
dengan gejala dan tanda sindrom abdomen akut.
H.Diagnosis
Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya
benjolan pada perut bagian bawah. Pemeriksaan bimanual akan
mengungkapkan tumor padat uterus, yang umumnya terletak di garis
tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba berbenjol-benjol.
Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan
uterus.
Mioma intramural akan mnyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang
ditegakkan
dengan
pemeriksaan
dengan
uterus
sonde.
Mioma
submukosum kadangkala dapat teraba dengan jari yang masuk ke
dalam kanalis servikalis dan terasanya benjolan pada permukaan kavum
uteri.
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian bawah
atau panggul ialah
mioma subserosum dan kehamilan;
mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan
inversio uteri;
mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis,
khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri.
USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan
klinis.
I.Penanganan
Pemilihan penanganan dari mioma uteri tergantung pada usia penderita,
paritas, status kehamilan, ukuran tumor, lokasi dan derajat keluhan.
Tidak semua mioma uteri memerlukan terapi pembedahan. Kurang lebih
55% dari semua kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu
pengobatan apapun, apalagi jika ukuran mioma uteri masih kecil dan

Page

22

tidak menimbulkan keluhan. Tetapi walaupun demikian pada penderitapenderita ini tetap memerlukan pengawasan yang ketat sampai 3-6 bulan.
Dalam menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut.
Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi
dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera. Dalam dekade
terakhir ini ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH
agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus
terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh
estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di hipofifis akan
mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma.
Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada
mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga
uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah
pemberian GnRHa dihentikan, leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali di
bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung
reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa
penderita mioma uteri sering mengalami menopause yang terlambat.
Terapi pembedahan dilakukan dengan indikasi :
1.Perdarahan pervaginam abnormal yang memberat
2.Ukuran tumor yang besar
3.Ada kecurigaan perubahan ke arah keganasan terutama jika
pertambahan ukuran tumor setelah menopause
4.Retensio urin
5.Tumor yang menghalangi proses persalinan
6.Adanya torsi.
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkutan uterus, miomektomi dilakukan dengan pertimbangan
jika diharapkan pada proses selanjutnya penderita masih
menginginkan keturunan. Apabila miomektomi dikerjakan karena alasan
keinginan memperoleh keturunan, maka kemungkinan akan terjadinya
kehamilan setelah miomektomi berkisar 30% sampai 50%. Selain alasan
tersebut, miomektomi juga dilakukan pada kasus mioma yang mengganggu
proses persalinan. Metode lain dari miomektomi adalah dengan ekstirpasi
yang dilanjutkan dengan curetage. Metode ini dilakukan pada kasus mioma
geburt dengan
melakukan ekstirpasi lewat vagina.
Histerektomi
adalah
pengangkatan
uterus,
yang
umumnya
merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dikerjakan pada pasien dengan
gejala dan keluhan yang jelas mengganggu. Histerektomi bisa dilakukan
pervaginam pada ukuran tumor yang kecil. Tetapi pada umumnya
histerektomi dilakukan perabdomial karena lebih mudah dan pengangkatan
sarang mioma dapat dilakukan lebih bersih dan teliti.
Radioterapi bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi
sehingga
penderita
mengalami
menopause.
Radioterapi
ini
umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontraindikasi untuk
tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontraindikasi tersebut makin berkurang.
Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada
uterus.

CA SERVIKS

Page

23

Sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Kanker Serviks merupakan sebuah keganasan neoplasma yang muncul dari selsel yang berada pada cervix uteri. Salah satu gejala utamanya adalah
perdarahan abnormal dari vagina, namun pada beberapa kasus dapat bersifat
asimtomatik sampai kanker telah mengalami progresi menuju tahap lanjut.
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
Patogenesis dari karsinoma serviks telah digambarkan oleh beberapa studi
epidemiologi, patologi, dan genetik molekuler. Data epidemiologik telah
mengimplikasikan sebuah agen yang menular secara seksual yaitu HPV. HPV
merupakan virus DNA yang dibagi berdasarkan sekuens DNA nya dan
dikelompokkan berdasarkan risiko onkogenik rendah dan tinggi.
Dari segi patologi serviks, HPV tipe 16 dan 18 adalah yang paling penting
dimana HPV 16 bertanggung jawab atas 60% kasus kanker serviks sedangkan
HPV 18 mencakup 10% kasus. Beberapa tipe lainnya masing-masing
berkontribusi pada kurang dari 5% kasus.
Infeksi HPV genital merupakan hal yang sangat umum terjadi. Sebagian besar
asimtomatik, tidak menyebabkan perubahan apapun pada jaringan, dan karena
itu tidak terdeteksi pada tes Pap. Sebagian besar infeksi bersifat transien dan
dieliminasi oleh sistem imun tubuh dalam hitungan bulan. Rata-rata, 50% infeksi
HPV hilang dalam 8 bulan dan 90% infeksi hilang dalam 2 tahun. Durasi infeksi
sangat dipengaruhi oleh tipe HPV dimana HPV risiko tinggi lebih sulit sembuh.
Infeksi yang persisten akan meningkatkan risiko perkembangan lesi prekanker
serviks.
HPV menginfeksi sel skuamosa metaplastik imatur pada squamo-columnar
junction. Meskipun virus ini hanya dapat menginfeksi sel skuamosa imatur,
replikasi dari HPV tetap berlangsung pada sel skuamosa yang semakin matang
dan berujung pada efek sitopatik yaitu koilocytic atypia yang terdiri dari inti
atipia dan halo perinuklear sitoplasmik. Untuk bereplikasi, HPV harus
menginduksi sintesis DNA pada sel host. Karena HPV bereplikasi pada sel
skuamosa yang semakin matang namun tidak berproliferasi, maka virus ini
berusaha mereaktivasi siklus mitosis dalam sel tersebut. Studi menunjukkan
bahwa HPV mengaktivasi siklus sel dengan mengganggu fungsi dari Rb dan p53,
dua gen supresor tumor yang penting.
Protein virus E6 dan E7 memiliki peran penting dalam efek onkogenik HPV.
Protein E6 menginduksi degradasi dari p53 melalui proteolisis ubiquitindependen sedangkan protein E7 membentuk kompleks dengan betuk aktif dari
Rb, mempromosikan proteolisis melalui jalur proteosome.

24
Page
Cervical Intraepithelial Neoplasia
Cervical Intraepithelial Neoplasia merupakan salah satu klasifikasi yang
digunakan untuk membedakan tingkat keparahan dari lesi prekanker. Pada saat
HPV menginfeksi sel skuamosa di serviks dibutuhkan waktu yang cukup lama
untuk berkembang menjadi kanker. Awalnya terjadi displasia yang dibagi
menjadi 3 berdasarkan tingkat keparahannya (CIN 1-CIN 3).
Pada CIN I atau kondiloma datar terjadi displasia ringan dengan perubahan
koilositik, terutama di lapisan superfisial epitel. Koilositik terbentuk karena
angulasi nukleus yang dikelilingi oleh vakuolisasi perinukleus akibat efek
sitopatik virus.
Pada CIN II, displasianya lebih parah, mengenai sebagian besar lapisan epitel.
Kelainan ini berkaitan dengan variasi dalam ukuran sel dan nukleus serta dengan
mitosis normal di atas lapisan basal. Perubahan ini disebut displasia sedang
apabila terdapat maturasi epitel. Lapisan superfisial masih berdiferensiasi baik,
tetapi pada beberapa kasus memperlihatkan perubahan koilositik.
Tingkat perubahan selanjutnya, yaitu CIN III, ditandai dengan kekacauan
orientasi sel disertai mitosis normal atau abnormal. Perubahan ini mengenai
hampir semua lapisan epitel dan ditandai dengan hilangnya pematangan.
Diferensiasi sel permukaan dan gambaran koilositik sudah tidak ada. Seiring
dengan waktu, perubahan displastik menjadi lebih atipikal dan mungkin meluas
ke dalam kelenjar serviks, tetapi masih terbatas di lapisan epitel dan
kelenjarnya. Perubahan ini menyebabkan karsinoma in situ. Selanjutnya, pada
stadium lanjut berubah menjadi karsinoma invasif.

25
Page
Karsinoma Serviks
Karsinoma sel skuamosa (KSS) merupakan subtipe hitologik tersering pada
kanker serviks dimana mencakup sekitar 80% kasus. Setelah KSS, bentuk tumor
yang lebih jarang adalah adenokarsinoma yang mencakup 15% kasus dan yang
paling jarang adalah karsinoma neuroendokrin untuk 5% sisanya. Pasien dengan
adenokarsinoma ataupun karsinoma neuroendokrin memiliki prognosis yang
lebih buruk dan penyakit yang lebih advanced. Insidens puncak dari karsinoma
serviks adalah 45 tahun.

26
Page
Berdasarkan penyebaran klinis, agresifitas tumor serviks terbagi dalam stadium
1 hingga stadium 4. Setelah kanker terbentuk, prognosis bergantung dari
stadium. Stadium 0 (prainvasif) harapan hidupnya 100%, diikuti dengan stadium
1 sebesar 90%, stadium 2 sebesar 82%, stadium 3 sebesar 35%, dan stadium 4
hanya 10%. Kebanyakan pasien dengan stadium 4 mati akibat ekstensi lokal dari
tumor (misalnya, invasi ke kantong kemih dan ureter, menyebabkan terjadinya
obstruksi uretra, pielonefritis, dan uremia) dibandingkan metastasis jauh.
Penyebaran ke kelanjar getah bening panggul ditentukan oleh kedalaman tumor
dan adanya invasi ruang kapiler-limfa, yang berkisar dari kurang 1% untuk tumor
dengan kedalaman kurang dari 3 mm hingga lebih dari 10% setelah invasi
melebihi 5 mm. Metastasis jauh, termasuk ke nodus para-aorta, kelainan di
organ jauh, atau invasi ke kandung kemih dan rektum terjadi pada tahap lanjut.
1. Kumar et al. Robbins and Cotran : Pathologic Basis of Disease 8 th ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier, 2009
2. Curtis MG, Overholt S, Hopkins MP. Glass of gynecology. 6th ed. USA: Lippincott
Williams & Wilkins; 2006.

Anda mungkin juga menyukai