Menjadi orang tua memang tidak gampang. Sekolahnya pun tidak ada. Namun begitu,
bagaimanapun Anda bersikap terhadap anak, implementasinya bisa digolongkan dalam 4
tipe pola asuh. Termasuk orang tua bagaimanakah Anda?
Semalam Irma terlambat tidur, karena sepupunya berkunjung dan baru pulang jam
22.00. Hari ini si kecil yang masih duduk di kelas 2 SD itu bangun kesiangan. Akibatnya,
ia jadiangot, enggak mau berangkat ke sekolah dengan alasan malu kalau terlambat.
Setelah semua penghuni rumah membujuknya, bukannya segera mandi dan bergegas ke
sekolah, Irma malah makin menjadi-jadi amukannya.
Kalau Irma adalah anak Anda, bagaimana menyikapinya? Memaksanya untuk segera
berangkat sekolah? Membiarkannya tidak masuk sekolah? Atau bagaimana? "Sikap yang
diambil orang tua terkait erat dengan pola asuh yang diterapkan pada anaknya," ujar Dra.
Clara Istiwidarum Kriswanto, MA, CPBC., dari Jagadnita Consulting.
Pada dasarnya orang tua menginginkan anaknya untuk tumbuh menjadi orang yang
matang dan dewasa secara sosial. Sehingga apa pun jenis pengasuhan yang diterapkan
orang tua pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai hal tersebut. Namun, kadang
orang tua tidak menyadari bahwa pola pengasuhan tertentu dapat membawa dampak
merugikan bagi anak. Menurut seorang pakar psikologi, Diana Baumrind, ada empat jenis
pola pengasuhan, yaitu otoriter, authoritative, neglectful dan indulgent. Kalau Anda ingin
tahu termasuk yang mana, simak penjelasannya berikut.
Marfuah Panji Astuti. Foto Ferdi/nakita
bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang, tidak mampu
menyelesaikan masalah (kemampuan problem solving-nya buruk), begitu juga
kemampuan komunikasinya yang buruk.
NEGLECTFUL SI CUEK
BILA masalah Irma ini dihadapi oleh orang tua yang mempunyai pola asuh neglectful,
maka apa pun yang terjadi, terjadilah tanpa orang tua menaruh peduli sama sekali.
Anak mau sekolah terserah, tidak sekolah juga terserah. Apa saja yang ingin dilakukan
anak, orang tua membolehkannya. Kalau ia harus berangkat kerja saat itu, ya ia tetap
berangkat ke kantor, tanpa peduli anak akan menentukan pilihan yang mana. Dalam
bahasa sederhananya tipe ini adalah tipe orang tua yang permisif alias serba
membolehkan.
Pola neglectful adalah pola dimana orang tua tidak mau terlibat dan tidak mau pula
pusing-pusing memedulikan kehidupan anaknya. Jangan salahkan bila anak
menganggap bahwa aspek-aspek lain dalam kehidupan orang tuanya lebih penting
daripada keberadaan dirinya. Walaupun tinggal di bawah atap yang sama, bisa jadi
orang tua tidak begitu tahu perkembangan anaknya.
Pola asuh seperti ini tentu akan menimbulkan serangkaian dampak buruk. Di antaranya
anak akan mempunyai harga diri yang rendah, tidak punya kontrol diri yang baik,
kemampuan sosialnya buruk, dan merasa bukan bagian yang penting untuk orang
tuanya. Bukan tidak mungkin serangkaian dampak buruk ini akan terbawa sampai ia
dewasa. Tidak tertutup kemungkinan pula anak akan melakukan hal yang sama
terhadap anaknya kelak. Akibatnya, masalah menyerupai lingkaran setan yang tidak
pernah putus.
tanpa mempertimbangkan apakah itu baik atau buruk bagi si anak," tandas Clara.
Banyak orang tua yang menerapkan pola asuh ini berkilah bahwa sikap yang diambilnya
didasari rasa sayangnya terhadap anak. "Cinta saya pada si kecil kan cinta yang tidak
bersyarat. Jadi, apa pun yang diminta anak akan saya turuti." Padahal yang namanya
cinta, pada siapa pun, termasuk pada anak, tidak identik dengan keharusan menuruti
semua keinginannya.
Akibat buruk yang harus diterima anak sehubungan dengan pola asuh orang tua yang
seperti ini jelas tidak sedikit. Di antaranya anak jadi sama sekali tidak belajar
mengontrol diri. Ia selalu menuntut orang lain untuk menuruti keinginannya tapi tidak
berusaha belajar menghormati orang lain. Anak pun cenderung mendominasi orang lain,
sehingga punya kesulitan dalam berteman.
menerima, dan mengerti perasaan mereka sendiri, serta menemukan cara untuk
mengatasi masalahnya.
http://www.tabloid-nakita.com/Khasanah/khasanah06279-02.htm