PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sumber Daya Manusia merupakan salah satu elemen yang sangat penting
dalam sebuah organisasi. Tanpa adanya sumber daya manusia yang berkualitas,
suatu organisasi akan memiliki peluang yang kecil untuk dapat bertahan dalam
menghadapi persaingan yang ada karena pada hakekatnya tujuan dari tiap
organisasi yang berorientasi profit maupun non-profit adalah untuk mencapai dan
mempertahankan eksistensinya (Setyowibowo dalam Sus Budhiharto, 2009).
Perubahan zaman kearah era globalisasi menuntut suatu persaingan dalam
berbagai bidang kehidupan. Perubahan tersebut menuntut Sumber Daya Manusia
yang dapat beradaptasi dengan kondisi yang ada, bukan hanya beradaptasi dengan
hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan namun juga faktor-faktor lain seperti
status sosial dan kesejahteraan keluarga yang harus tetap dipertahankan dalam
kondisi apapun. Karyawan dalam berbagai level akan mengalami tekanan
semacam ini. Tuntutan yang semakin kompleks dalam dunia kerja tersebut
seringkali dapat memicu terjadinya stres kerja. Hal-hal yang dapat ditandai
sebagai indikasi munculnya stres pada karyawan antara lain jika banyak diantara
karyawan di perusahaan yang mogok kerja, sering mangkir, atau tingkat absensi
yang tinggi tanpa disertai keterangan yang jelas maupun disertai alasan namun
tidak relevan. Selain itu situasi kerja di kantor yang lesu, sering terjadi konflik
dengan pimpinan atau antar karyawan juga merupakan tanda-tanda yang
mengarah pada kecenderungan terjadinya stres pada karyawan.
1
Tabel 1.1
Jumlah Karyawan SPBU 24.301.161 kota Palembang yang Diberhentikan
Tahun
Dilihat dari tabel 1.1 di atas, jumlah karyawan yang diberhentikan dilihat
dari tiga tahun terakhir semakin meningkat pada spbu 24.301.161 kota Palembang
yakni sebanyak 7 orang pada tahun 2012, 11 orang pada tahun 2013 dan 15 orang
pada tahun 2014.
Fenomena yang terjadi di spbu 24.301.161 kota Palembang menurut
wawancara dengan sejumlah karyawan mereka merasa beban pekrjaan yang
dikerjakan terlalu banyak serta merasa bosan akibat tugas yang dikerjakan selalu
sama setiap harinya dan mereka mengeluhkan upah yang diterima dibawah
standar UMP yaitu Rp1.350.000,00 Upah yang diterima ini tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan keluarga mereka.
Hal ini
apabila dibiarkan tanpa adanya tindakan dari pihak perusahaan, maka karyawan
akan mengalami stress kerja. Sedangkan menurut observasi penulis, beberapa
karyawan di spbu 24.301.161 kinerjanya mulai menurun, hal ini terlihat dari cara
mereka melayani konsumen dengan tidak memberikan salam serta raut wajah
yang kurang enak dilihat. jika hal ini terus terjadi maka akan berdampak negatif
bagi karyawan yaitu karyawan tersebut bisa diberhentikan dari pekerjaanya dan
berdampak negatif juga bagi perkembangan spbu tersebut. Untuk mengetahui
berapa besar pengaruh stress kerja di spbu ini maka, peneliti membutuhkan data
karyawan di spbu 24. 301. 161 yang diperoleh dari pihak spbu. Adapun data dari
karyawan pada spbu 24. 301.161 yaitu :
Tabel 1.2
No.
1.
2.
3.
4.
Usia
10 20 tahun
21 30 tahun
31 40 tahun
di atas 40 tahun
Total karyawan
Jumlah
7
18
4 9
3
Persentase
19 %
48,7 %
24,3 %
8%
37
100 %
1.2
Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh stress kerja
terhadap kinerja karyawan pada SPBU 24.301.161 kota Palembang ?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penulisan ini adalah : Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh stress kerja terhadap kinerja karyawan Pada
SPBU 24.301.161 kota Palembang.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan
berkaitan dengan stress kerja untuk meningkatkan kinerja karyawan.
2. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan
pengaplikasian ilmu pengetahuan di bidang manajemen, khususnya
dalam bidang manajemen sumber daya manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Stress Kerja
Pengertian Stress Kerja
Salah satu masalah yang pasti akan dihadapi oleh setiap orang dalam
kehidupan adalah stress yang harus diatasi, baik oleh karyawan sendiri tanpa
bantuan orang lain, maupun dengan bantuan pihak lain seperti para spesialis yang
disediakan oleh organisasi di mana karyawan bekerja. Para ahli mengatakan
bahwa stress dapat timbul sebagai akibat tekanan atau ketegangan yang bersumber
dari ketidakselarasan antara seseorang dengan lingkungannya. Dengan perkataan
lain, apabila saran dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan dan
kemampuan seseorang, ia akan mengalami stress. Biasanya stress semakin kuat
apabila seseorang menghadapi masalah yang datangnya bertubi-tubi.
Soesmalijah Soewondo (2003) menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu
kondisi dimana terdapat satu atau beberapa faktor di tempat kerja yang berinreaksi
dengan pekerja sehingga mengganggu kondisi fisiologis, dan perilaku. Stres kerja
akan muncul bila terdapat kesenjangan antara kemampuan individu dengan
tuntutan-tuntutan dari pekerjaannya. Stres merupakan kesenjangan antara
kebutuhan individu dengan pemenuhannya dari lingkungan.
Stres kerja dikonseptualisasi dari titik pandang, yaitu stres sebagai
stimulus, stres sebagai respond dan stres sebagai stimulus-respon. Stres sebagai
stimulus merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan. Definsi
stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk
memberika tanggapan terhadap stressor. Pendekatan ini memandang stres sebagai
konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu.
Stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi
oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah
dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan
dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua
kondisi pekerjaan.
10
(konflik kerja, beban kerja, waktu kerja, karakteristik tugas, dukungan kelompok
kerja, pengaruh kepemimpinan).
Menurut Fathoni (2006), faktor-faktor penyebab stress kerja adalah :
1. Beban kerja yang sulit dan berlebihan .
2. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar.
3. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai
4. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja.
5. Balas jasa yang terlalu rendah.
6. Masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua, dan lain-lainnya.
Sedangkan menurut Carry Cooper (2005) menyatakan bahwa sumber stres kerja
ada empat yaitu sebagai berikut:
a. Kondisi pekerjaan
1. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyeba karyawan mudah
jatuh sakit, jika ruangan tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang
memadahi, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih,
berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan.
2. Overload. Overload dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif.
Dikatakan overload secara kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang
ditargetkan melebihi kapasitas karyawan tersebut. Akibatnya karyawan
tersebut mudah lelah dan berada dalam tegangan tinggi. Overload secara
kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit
sehingga menyita kemampuan karyawan.
11
3. Deprivational stres. Kondisi pekerjaan tidak lagi menantang, atau tidak lagi
menarik bagi karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah kebosanan,
ketidakpuasan, atau pekerjaan tersebut kurang mengandung unsur sosial
(kurangnya komunikasi sosial).
4.
b.
Konflik Peran Stres karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan tidak
tahu yang diharapkan oleh manajemen. Akibatnya sering muncul
ketidakpuasan kerja, ketegangan, menurunnya prestasi hingga ahirnya
timbul keinginan untuk meninggalkan pekerjaan. Para wanita yang bekerja
mengalami stres lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Masalahnya wanita
bekerja ini menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu
rumah tangga.
c. Pengembangan Karir Setiap orang pasti punya harapan ketika mulai bekerja
di suatu perusahaan atau organisasi. Namun cita- cita dan perkembangan
karir banyak sekali yang tidak terlaksana.
d.
2.1.3
12
13
14
Mangkunegara(2005) mengemukakan
bahwa
kinerja
merupakan
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Sedangkan menurut Mondy (2008) mengemukakan bahwa manajemen
kinerja adalah proses berorientasi tujuan yang diarahkan untuk memastikan bahwa
proses-proses keorganisasian ada pada tempatnya untuk memaksimalkan
produktivitas
para
karyawan,
tim,
dan
akhirnya
organisasi.
Mondy
(2008) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai suatu sistem formal untuk menilai
dan mengevaluasi kinerja tugas karyawan, baik individu maupun tim. Penilaian
kinerja seringkali dianggap sebagai tindakan rutinitas yang tidak disukai dan
negatif serta dianggap tidak memerlukan keahlian. Padahal penilaian kinerja
merupakan kegiatan penting dan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut
kinerja adalah hasil kerja seorang karyawan yang sesuai dengan standar suatu
pekerjaan yang telah ditetapkan bersama.Penilaian kinerja adalah salah satu tugas
penting untuk dilakukan oleh seorang manajer atau pimpinan. Hasil penilaian
kinerja karyawan dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan
memeberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.
Walaupun demikian, pelaksanaan penilaian kinerja sangat sulit karena harus tetap
terjaga obyektifitasnya.Langkah-langkah penilaian kinerja menurut Dessler (2008)
adalah : mendefinisikan pekerjaan yang berarti Anda dan bawahan Anda sepakat
tentang tugas-tugasnya dan standar jabatan, menilai kinerja yang berarti
15
2.2.2
Kemampuan mereka,
Motivasi,
Dukungan yang diterima,
Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan
Hubungan mereka dengan organisasi.
Berdasarkaan pengertian di atas, bahwa kinerja merupakan kualitas dan
kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu
aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang
diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.
Kinerja yang paling lazim dinilai dalam sebuah perusahaan adalah kinerja
karyawan, yakni bagaimana karyawan melakukan segala sesuatu yang
berhubungan
dengan
pekerjaannya
tersebut. Adapun
indikator
Menurut
16
Banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada, yang perlu
diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat
diselesaikan.
2. Kualitas Kerja
Kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan
kesiapan.
3. Ketepatan waktu
Berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan dengan tepat pada waktunya.
Ketepatan waktu menunjukan efektivitas penggunaan alokasi waktu yang
tersedia.
4. Kemampuan
Menunjukan kapasitas anggota organisasi dalam melakukan tugas dan
fungsinya yang baik.
Sedangkan menurut Rivai dan Basri (2005) juga menyebutkan empat aspek
kinerja:
1. Kemampuan
2. . Penerimaan tujuan perusahaan
3. Tingkat tujuan yang dicapai
4. Interaksi antara tujuan dan kemampuan para karyawan dalam perusahaan
Kemudian
Tujuan kinerja menurut Rivai dan Basri (2005):
1. Kemahiran dari kemampuan tugas baru diperuntukan untuk perbaikan
hasil kinerja dan kegiatannya.
17
2.
3.
2.2.3
2.3
teratasi pasti berpengaruh terhadap prestasi atau kinerja karyawan. Hanya saja
dalam kaitan ini ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Pertama,
kemampuan mengatasi sendiri stress yang dihadapi tidak sama pada semua orang.
Ada orang yang memiliki daya tahan yang tinggi menghadapi stress dan oleh
karenanya mampu menghadapi sendiri stress tersebut. Sebaliknya, tidak sedikit
orang yang daya tahan dan kemampuannya menghadapi stress rendah. Yang jelas
ialah bahwa stress yang tidak teratasi dapat berakibat pada apa yang dikenal
dengan burnout, suatu kondisi mental dan emosional serta kelelahan fisik karena
stress yang berlanjut dan tidak teratasi. Jika hal ini terjadi, dampaknya terhadap
prestasi kerja akan bersifat negatif. Kedua, pada tingkat tertentu stress itu perlu.
Kalangan ahli berpendapat bahwa apabila tidak ada stress dalam pekerjaan, para
karyawan tidak akan merasa ditantang dengan akibat prestasi kerja akan rendah.
Sebaliknya dengan adanya stress,karyawan merasa perlu mengerahkan segala
kemampuannya
untuk
berprestasi
tinggi
dan
dengan
demikian
dapat
untuk mengatasinya. Sebab apabila hal itu terjadi, stress berubah sifatnya dari
stimulus yang positif menjadi negatif.
Menurut Handoko (2008), pengaruh stress kerja ada yang menguntungkan
maupun merugikan bagi perusahaan. Namun pada taraf tertentu pengaruh yang
menguntungkan perusahaan diharapkan akan memacu karyawan untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Akhirnya, bila stress menjadi
terlalu besar, kinerja akan mulai menurun, karena stress mengganggu pelaksanaan
pekerjaan. Karyawan kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya, menjadi
tidak mampu untuk mengambil keputusan- keputusan dan perilakunya menjadi
tidak teratur. Akibat paling ekstrim, adalah kinerja karyawan menjadi nol, karena
karyawan menjadi sakit atau tidak kuat bekerja lagi, putus asa, keluar atau
melarikan diri dari pekerjaan, dan mungkin diberhentikan.
2.4
No
Judul Penelitian
Hasil
Rencana Peneliti
Persamaan
Perbedaan
Agung (2012)
meneliti pengaruh
stress kerja terhadap
kinerja karyawan
PT.PLN (persero)
cabang makasar.
(Skripsi)
variabel x meneliti
stress kerja, variabel
y meneliti kinerja
karyawan
Gaffar (2012)
meneliti pengaruh
Pengaruh Stres Kerja
Terhadap Kinerja
Karyawan Pada
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor
individual dan faktor
organisasi secara bersamasama mempengaruhi kinerja
variabel x meneliti
stress kerja, variabel
y meneliti kinerja
karyawan
20
Hasil
analisis penelitian
menunjukkan pengaruh
stress kerja terhadap
kepuasan kerja karyawan
pada PT. Pos Indonesia
(Persero) Bandung
menunjukkan tingkat
hubungan sedang,
dengan kontribusi
pengaruhnya sebesar 34,3%,
dan sisanya sebesar 65,7%
yangdipengaruhi oleh faktor
lain seperti, gaya
kepemimpinan, penilaian
prestasi kerja,kompensasi,
dan lain-lain.
Hasil penelitian: (1) Konflik,
Stres Kerja dan kepuasan
kerja secara simultan
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai; (2)
Konflik berpengaruh negatif
terhadap kinerja pegawai
artinya semakin tinggi
konflik yang dimiliki akan
memberikan dampak negatif
terhadap kinerja; (3) Stres
Kerja berpengaruh negatif
terhadap kinerja pegawai
artinya semakin tinggi stres
kerja pegawai akan
memberikan dampak negatif
dalam peningkatkan kinerja
pegawai Universitas Khairun
Ternate; (4) Kepuasan kerja
berpengaruh positif terhadap
kinerja pegawai artinya
semakin tinggi tingkat
kepuasan kerja
akanmemberikan dampak
positif dalam meningkatkan
kinerja pegawai.
21
Variabel x meneliti
stress kerja
Variabel y
meneliti
kepuasan
kerja
karyawan
Variabel x meneliti
stress kerja
Variabel x
meneliti
kepuasan
kerja,
variabel y
meneliti
kinerja
pegawai
variabel x meneliti
stress kerja, variabel
y meneliti kinerja
karyawan
Kinerja Karyawan
(X)
(Y)
1. Beban Kerja
1. Kuantitas Kerja
2. sikap kepemimpinan
2. Kualitas Kerja
3. Waktu Kerja
3. Ketepatan waktu
4. Konflik Kerja
4. kemampuan
5. Balas Jasa
6. Masalah Keluarga
Sumber: Fathoni (2006)
Sumber: Mangkunegara
22
(2005)
2.6
Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan
Ha
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
penelitian yaitu pada Pada SPBU 24.301.161 kota Palembang, yang berlokasi di
Jl.
soekarno-hata.
Dengan
pertimbangan
3.2
Rancangan Penelitian
23
memudahkan
penulis
dalam
pada
umumnya
dilakukan
secara
random,
pengumpulan
data
24
3.4
kota Palembang yakni berjumlah 37 orang, jadi peneliti mengambil sampel pada
seluruh karyawan yang berjumlah 37 orang, penentuan sampel secara sensus.
3.5
3.5.1
a
pekerjaannya.
Variabel terikat (Y) dari penelitian ini adalah Kinerja Karyawan. Kinerja
karyawan adalah kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil
kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu
25
Dimensi
1. Beban kerja
Skala
Pertanyaan
Likert
1-2
Likert
3-4
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
10
Likert
11
Likert
12
2. Sikap
Kepemimpinan
Stress Kerja
(X)
3. Waktu Kerja
4. Konflik Kerja
5. Balas Jasa
6. Masalah
Keluarga
1. Kuantitas Kerja
2. Kualitas Kerja
Kinerja
3. Ketepatan Waktu
Karyawan (Y)
4. Kemampuan
Indikator
Ketidakmampuan
melaksanakan
prkerjaan
Ketidakmampuan
menyelesaikan
pekerjaan
Kurangnya motivasi
dalam bekerja
Tuntutan perintah
atasan
Tuntutan
Penyelesaian
pekerjaan
ketidakharmonisan
hubungan karyawan
Upah yang diterima
tidak adil atau wajar
Ketidakharmonisan
hubungan rumah
tangga
3.5.2
Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan skala Likert, yaitu digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosia. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji,
setiap jawaban akan diberi skor (Sugiyono, 2008).
Tabel 3.2
Skor Pendapat Responden
No
Jawaban
1
Sangat Setuju (SS)
2
Setuju (S)
3
Ragu-Ragu (RR)
4
Tidak Setuju (TS)
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
3.6
Skor
5
4
3
2
1
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam amupun sosial yang diamati. Dengan kata lain, instrumen
penelitian merupakan alat ukur dalam penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat 2 instrumen, yaitu :
1) Instrumen untuk mengukur variabel strees kerja
2) Instrumen untuk mengukur variabel kinerja karyawan
27
3.7.1
r hitung
>
r tabel
Jika
r hitung
<
r tabel
3.7.2
3.7.3
Pengujian Hipotesis
2
3.7.3.1 Koefisien Determinan ( R )
R2
ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas (X) dapat
29
menerangkan hubungan perubahan variabel terikat (Y). sifat-sifat RSquare sangat dipengaruhi oleh banyaknya variabel bebas, dimana
semakin banyak variabel bebas semakin besar nilai R-Square.
H0
b1
Statistik uji yang akan digunakan adalah Uji-F dari distribusi F-Snedecor
melalui daftar ANOVA (analisis ragam). Kriteria pengambilan keputusan:
Ho diterima jika
rhitung
Ha diterima jika
rhitung
<
>
30
rtable
rtable
pada = 5%
pada = 5%
Y= a+
Dimana:
Y = kinerja Karyawan
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X
= Stres Kerja
= Standart Error
31
bX
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Uji validitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana alat pengukur dapat
mengukur apa yang diukurnya. Pengujiannya adalah dengan menggunakan
analisis korelasi Product Moment Pearson dengan menilai korelasi (r) terhadap
semua butir soal pada masing-masing variabel.
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan Correlation Matrix
rhitung
rtable
rtable
rhitung
rtable
rhitung
pada taraf
rhitung
rtable
r tabel
rhitung
Pernyataan
Butir no 1
Butir no 2
Butir no 3
Butir no 4
rtable
rhitung
Keterangan
0,361
0,361
0,361
0,361
0,889
0,789
0,867
0,876
Valid
Valid
Valid
Valid
33
Butir no 5
Butir no 6
Butir no 7
Butir no 8
Butir no 1
Butir no 2
Butir no 3
Butir no 4
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,787
0,730
0,841
0,910
0,803
0,771
0,812
0,815
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Variabel
Kinerja
Karyawan
(Y)
Sumber : Data Primer diolah, 2015. Lampiran 3 (Hasil Pengelolahan Data)
rhitung
rtable
0,361 (
rhitung
rhitung
rtable
0,361 (
rhitung
> 0,361).Dengan
34
pengukuran dilakukan berulang kali akan memberikan hasil yang sama (reliabel)
dalam setiap pengukuran.
Dalam hal ini bila Reliability Coefficient (Alpha) nilainya > 0,60 maka
variabel dan butir yang diukur dapat dipercaya atau diandalkan (Ghozali, 2008).
Setelah itu dilakukan pengolahan data lebih lanjut diperoleh hasil sebagai berikut:
Variabel
N of Cases
N of Item
Alpha
1
Stres Kerja (X)
30
8
0,938
2
Kinerja Karyawan (Y)
30
4
0,803
Sumber : Data Primer diolah, 2015. Lampiran 3 (Hasil Pengolahan)
Berdasarkan hasil perhitungan Uji Realibilitas pada Tabel 4.2 di atas,
diketahui nilai Cronbachs Alpha baik pada variabel stress kerja (X) maupun pada
variabel kinerja karyawan (Y) menunjukkan berada di atas 0,60 (Cronbachs
Alpha > 0,60). Hasil ini memberikan arti bahwa instrumen penelitian yang
digunakan dapat diandalkan (reliabel) dan memenuhi syarat untuk dijadikan
sebagai alat ukur.
4.1.2
Deskripsi Profil Responden
4.1.2.1 Jenis Kelamin Responden
Profil berdasarkan jenis kelamin dibuat dengan tujuan untuk mengetahui
proporsi jenis kelamin responden karyawan pada spbu 24.301.161 kota
Palembang. Data mengenai distribusi kelamin responden tersaji pada Tabel 4.3
berikut ini :
Jenis Kelamin
35
Jumlah
Persentasi (%)
Laki-laki
Perempuan
26
11
70,2 %
29.8 %
Total karyawan
37
100 %
Usia
10 20 tahun
21 30 tahun
31 40 tahun
di atas 40 tahun
Jumlah
7
18
9
3
Persentase
19 %
48,7 %
24,3 %
8%
37
100 %
Total karyawan
Sumber : Data Primer diolah, 2015
37
100 %
Presentasi (%)
32%
41%
27%
100%
38
beben kerja, sikap kepemimpinan, waktu kerja, konflik kerja, balas jasa, masalah
keluarga.
Hasil pengujian pada tabel 4.8 berikut ini menggambarkan tanggapan
responden terhadap stress kerja pada karyawan spbu 24.301.161 kota Palembang.
Data distribusi frekuensi tanggapan responden tersaji sebagai berikut:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Terhadap Stres Kerja
Pada Karyawan spbu 24.301.161 kota Palembang (N=37)
Tanggapan Responden
No
Pernyataan
Saya merasa
diperbudak oleh
pekerjaan saya
Saya merasa
pekerjaan yang saya
kerjakan terlalu
banyak
Atasan tidak
memberikan nasihat
apabila saya
melakukan
Kesalahan atau
membutuhkan
bantuan
Saya merasa atasan
saya sedemikian
kuat memantau atau
mengevaluasi hasil
kerja saya
Pekerjaan tidak
memberikan waktu
yang cukup bagi
saya untuk istirahat
Saya merasa tidak
dapat sepaham
dengan rekan kerja
saya
Saya merasa tidak
Frekuensi
Persentase (%)
STS
TS
RR
SS
STS
TS
RR
SS
18
11
0.0
13.5
8.1
48.6
29.7
17
11
0.0
5.4
18.9
45.9
29.7
15
0.0
16.2
18.9
40.5
24.3
20
0.0
13.5
8.1
54.1
24.3
16
11
0.0
5.4
21.6
43.2
29.7
15
0.0
13.5
21.6
40.5
24.3
17
11
0.0
13.5
10.8
45.9
29.7
39
Rata-rata Jawaban
Responden Variabel
Stres Kerja (X)
17
10
0.0
16.2
10.8
45.9
27
17
10
0.0
10.8
16.2
45.9
27
menyebabkan pernyataan ini dijawab setujuh oleh sebagian besar karyawan pada
spbu 24.301.161 kota Palembang.
Pada indikator ketiga, yaitu atasan tidak memberikan nasihat apabila
karyawan melakukan kesalahan atau membutuhkan bantuan. Diketahui dari 37
orang responden, sebagian besar responden yaitu sebanyak 15 orang (40.5%)
responden menyatakan setujuh. Menurut wawancara beberapa karyawan, atasan
hanya memberikan teguran kepada karyawan yang melakukan kesalahan. Hal ini
yang menyebabkan pernyataan ini dijawab setujuh oleh sebagian besar karyawan
spbu 24.301.161 kota palembnag.
Pada indikator keempat, yaitu karyawan di perusahaan ini merasa atasan
sedemikian kuat memantau atau mengevaluasi hasil kerja. Diketahui dari 37 orang
responden, sebagian besar responden yaitu sebanyak 20 orang (54.1%) responden
menyatakan setujuh. Menurut wawancara beberapa karyawan, atasan hanya
menegur karyawan yang melakukan kesalahan. Hal ini yang menyebabkan
pernyataan ini dijawab setujuh oleh sebagian besar karyawan pada spbu
24.301.161 kota Palembang.
Pada indikator kelima, yaitu pekerjaan tidak memberikan waktu yang
cukup bagi karyawan untuk istirahat. Diketahui dari 37 orang responden, sebagian
besar responden yaitu sebanyak 16 orang (43.2%) responden menyatakan setujuh.
Menurut wawancara beberapa karyawan, pekerjaan yang mereka kerjakan terlalu
banyak sehingga kurangnya waktu untuk beristirahat. Hal ini yang menyebabkan
pernyataan ini dijawab setujuh oleh sebagian besar karyawan pada spbu
24.301.161 kota Palembang.
41
kerja, konflik kerja, balas jasa, masalah keluarga dapat disimpulkan bahwa tingkat
stres kerja pada spbu 24.301.161 kota Palembang dalam keadaan kurang baik.
Kondisi ini dapat diketahui dari tanggapan responden dimana sebagian besar ratarata jawaban dari 37 responden, sebanyak 17 orang (45.9%) responden setujuh.
Hal ini dikarenakan karyawan pada spbu 24.301.161 kota Palembang
menginginkan pihak spbu untuk menaikan gaji yang mereka peroleh, karena
pekerjaan yang mereka kerjakan semakin banyak.
4.1.3.2 Gambaran Kinerja Karyawan SPBU 24.301.161 Kota Palembang
Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini indikator diukur melalui kuantitas
kerja , kualitas kerja, ketepatan waktu, kemampuan.
Hasil pengujian pada tabel 4.9 berikut ini menggambarkan tanggapan
responden terhadap kinerja pada karyawan spbu 24.301.161 kota Palembang. Data
distribusi frekuensi tanggapan responden tersaji sebagai berikut :
Frekuensi
Pernyataan
STS
TS
RR
43
Persentase (%)
S
S
S
STS
TS
RR
SS
Saya tidak
menyelesaikan
dengan baik
pekerjaan yang saya
kerjakan
Saya mengabaikan
kepuasan konsumen
dalam bekerja
Saya lambat dalam
mengerjakan
pekerjaan
Saya tidak mampu
menyelesaikan
semua pekerjaan
yang diberikan
Rata-rata Jawaban
Responden Variabel
Stres Kerja (Y)
11
18
0.0
2.7
18.9
29.7
48.6
20
12
0.0
0.0
13.5
54
32.4
12
17
0.0
0.0
21.6
31.4
45.9
23
10
0.0
0.0
10.8
62.1
27
17
14
0.0
0.0
16.2
45.9
37.8
45
4.1.4
spbu 24.301.161 kota Palembang. Besarnya nilai koefisien determinan ini dapat
dilihat pada Tabel 4.10 dibawah ini :
Tabel 4.10 Besar Hubungan dan Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan
Model
1
0,556
Sumber : Data Primer Diolah, 2015
R-Square
Adjusted RSquare
Std. Error of
the estimate
0,309
0,289
1,9727
R
( 2) sebesar 0,309 atau
sama dengan 30,9%. Dengan demikian nilai tersebut berarti bahwa sebesar 30,9%
stress kerja (X) pada spbu 24.301.161 kota Palembang dapat dijelaskan oleh
kinerja karyawan (Y). serta sisanya 69,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini seperti gaya kepemimpinan, penilaian
prestasi kerja, lingkungan kerja, dan lain-lain. Stres kerja pada spbu 24.301.161
kota Palembang memberikan pengaruh yang relative kecil terhadap kinerja
karyawan. Sehingga dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa stress kerja
dapat mempengaruhi kinerja karyawan pada spbu 24.301.161 kota Palembang.
4.1.4.2 Hasil Uji F (ANOVA)
47
Df
1
35
36
Mean Square
60.813
3.892
F
15.626
Sig
0,000
Berdasarkan hasil analisis uji F (ANOVA) pada tabel 4.11 di atas diperoleh
nilai
Fhitung
Fhitung
Fhitung
>
Ftable
Ftable
Fhitung
sebesar 15.626
Tolak Ho dan terima Ha, artinya Stres Kerja berpengaruh terhadap Kinerja
Karyawan pada SPBU 24.301.161 kota Palembang.
4.1.4.3 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui dan
menjawab permasalahan yang menjadi kajian penelitian, yaitu seberapa besar
48
Y= a+
bX
Dimana:
Y = kinerja Karyawan
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X
= Stres Kerja
= Standart Error
49
Model
Unstandardized
Standardized
coefficients
B
Std. error
Konstanta
23,246
1,653
Stres Kerja
-,206
0,052
Sumber : Data primer diolah, 2015
coefficients
Beta
-,556
Sig
14,060
-3,953
0,000
0,000
4.2
pelaksana dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan
organisasi. Karyawan memberikan kontribusi kepada perusahaan berupa
kemampuan, keahlian, dan keterampilan yang dimiliki, sedangkan perusahaan
diharapkan dapat memberikan dan menciptakan kondisi aman dan nyaman bagi
karyawan.
Setiap perusahaan selalu mengharapkan karyawannya dapat bekerja
dengan baik dan berprestasi dibidangnnya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
pihak manajemen perusahaan. Untuk mencapai tersebut, setiap karyawan
hendaknya memiliki prestasi kerja serta loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan
dimana tempatnya bekerja, dan dapat diharapkan mampu memberikan kontribusi
yang positif terhadap perusahaan guna tercapai tujuan yang diharapkan
perusahaan. Perusahaan akan mengharapkan kinerja yang baik dari setiap
karyawannya sehingga mereka mempunyai prestasi kerja dan loyalitas yang tinggi
terhadap perusahaan.
Stres kerja merupakan salah satu sarana bagi perusahaan yang dapat
menjadi alat ukur untuk mengetahui keadaaan karyawan dalam perusahaan,
semakin rendah pengaruh stress kerja yang dialami oleh karyawan maka akan
meningkatkan kinerja karyawan dalam perusahaan tersebut serta akan dapat
terciptanya kerja sama yang saling menguntungkan antara perusahaan dan
karyawan, dimana perusahaan mendapat profit dan karyawan dapat meningkatkan
kesejahteraan dan taraf hidup mereka.
Stres kerja merupakan masalah yang cukup penting dalam menurunkan
angka kinerja karyawan pada spbu 24.301.161 kota Palembang. Berdasarkan hasil
51
analisis frekuensi tanggapan responden terhadap stress kerja bagi karyawan spbu
24.301.161 kota Palembang melalui indikator beben kerja, sikap kepemimpinan,
waktu kerja, konflik kerja, balas jasa, masalah keluarga dapat dikategorikan
kurang baik. Hal ini memberi indikasi bahwa stres di lingkungan spbu 24.301.161
kota Palembang melalui indikator beben kerja, sikap kepemimpinan, waktu kerja,
konflik kerja, balas jasa, masalah keluarga belum diantisipasi secara optimal oleh
pihak perusahaan, sehingga membuat sebagian besar karyawan mengalami stress
dalam melakukan pekerjaanya.
Berdasarkan kesimpulan analisis regresi linier sederhana dapat dijabarkan
sebagai berikut : Nilai r (koefisien korelasi) sebesar 0,556. Hasil ini menunjukkan
bahwa stres kerja memiliki hubungan atau keeratan yang kecil yaitu sebesar
55,6% dengan kinerja karyawan spbu 24.301.161 kota Palembang.
2
Selanjutnya diperoleh nilai R Square ( R ) atau koefisien determinasi
adalah 0,309 dan tingkat signifikan analisis uji F pada kepercayaan 95% sebesar
0,000 (sig 0,000 < 0,05). Hasil ini memberi arti bahwa stress kerja memiliki
pengaruh signifikan sebesar 30,9% terhadap kinerja karyawan pada spbu
24.301.161 kota Palembang.
Nilai konstanta variabel kinerja karyawan sebesar 23,246, artinya bila
stress kerja dalam kondisi tetap/konstan maka besar kinerja karyawan pada spbu
24.301.161 kota Palembang adalah sebesar 23,246.
52
tabel
4,12 dengan nilai alpha sebesar 0,05. Dari hasil perhitungan ini dapat disimpulkan
bahwa stress kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada spbu 24.301.161
kota Palembang.
Berdasarkan hasil analisi regresi linier diatas dapat disimpulkan bahwa
stress kerja bagi karyawan spbu 24.301.161 kota Palembang memiliki hubungan
negatif yang cukup erat dengan kinerja karyawan sebesar 55,6%. Hasil ini
memberi makna bahwa semakin besar stres kerja maka akan semakin rendah
tingkat kinerja karyawan pada spbu 24.301.161 kota Palembang, dan begitu juga
sebaliknya.
Stres kerja bagi karyawan berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan pada spbu 24.301.161 kota Palembang sebesar 30,9%, sedangkan
69,1% sisannya dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel penelitian seperti gaya
kepemimpinan, penilaian prestasi kerja, lingkungan kerja, dan lain-lain. Hubungan
negatif dan pengaruh yang signifikan stres kerja tersebut dapat menurunkan
kinerja karyawan sebesar -20,6%.
53
Hasil penelitian ini sesuai dengan Peni (2011). Dengan judul pengaruh
stress kerja terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia (Persero)
Bandung. Hasil analisis penelitian menunjukkan pengaruh stress kerja terhadap
kepuasan kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung menunjukkan
tingkat hubungan sedang, dengan kontribusi pengaruhnya sebesar 34,3%, dan
sisanya sebesar 65,7% yang dipengaruhi oleh faktor lain seperti, gaya
kepemimpinan, penilaian prestasi kerja, kompensasi, dan lain-lain.
Dengan hasil tersebut, stres kerja memiliki pengaruh negatif dan
signifikam sebesar 20,6% terhadap kinerja karyawan pada spbu 24.301.161 kota
Palembang. Terdapat faktor lain diluar variabel penelitian yang dapat
mempengaruhi kinerja karyawan, seperti gaya kepemimpinan, penilaian prestasi
kerja, lingkungan kerja, dan lain-lain. Stres kerja ini memberikan pengaruh serta
mampu menurunkan atau menaikan angka kinerja karyawan. Semakin tinggi
stress kerja maka akan semakin rendah kinerja karyawan spbu 24.301.161 kota
Palembang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
54
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang diuraikan maka saran-saran yang
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Budiharto, Sus. 2009. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Stress Kerja
Distributor.Skripsi, Universitas Islam Indonesia.
56
Cooper Cary & Straw Alison. 2005. Stress Management Yang Sukses. Jakarta :
Kesain Blanc.
Dessler, Gary. 2008. Manajemen Sumberdaya Manusia. edisi kesepuluh, jilid
kesatu.Jakarta: Indeks.
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Handoko,T. Hani. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. cetakan
pertama. Jakarta: Refika Aditama.
Mardiana T. 2001. Studi Empiris Stressor terhadap Kinerja. Jurnal Siasat Bisnis
(JSB).Vol.II, No.6.
Masud, Fuad. 2007. Mitos 40 Manajemen Sumber Daya Manusia. Semarang:
Badan Penerbit UNDIP.
Mondy, R. Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Terj. Edisi
kesepuluh jilid I. Jakarta: Erlangga.
Nurhendar, Siti. 2007. Pengaruh Stres Kerja dan Semangat Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Bagian Produksi (studi kasus pada CV. Aneka
Ilmu Semarang). Skripsi S1. Semarang : Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang.
57
Raharjo, Dwi Sihono, 2005. Kinerja Karyawan Survei di Bank Negara Indonesia
dan Bank Central Asia. Jurnal Manajemen, Th IX/O1/Feb/2005, Hal
19-26.
Rivai, Veithzal dan Basri. 2005. Performance Appraisal: Sistem Yang Tepat
Untuk Menilai Kinerja Karyawan Dan Meningkatkan Daya Saing
Perusahaan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Ruky S, Achmad. 2006. Sistem Manajemen Kinerja. cetakan keempat. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Robert L. Mathis dan John H. Jackson. 2005. Human Resource Management,
(Manajemen Sumber Sumber Daya Mansusia). edisi kesepuluh
terjemahan Jana Angelica. Jakarta: Salemba Empat.
Robbins, Stephen. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenhallindo.
Setyowibowo, Nugrahedi. 2005. Pengaruh Stress Kerja Terhadap Strains
Kerjadengan Locus Of control dan Social Support Sebagai
Variabel Moderator Pada Pegawai Badan Pengawas Daerah Propinsi
Daerah
Umar, Husein, 2003. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Veithzal, Rivai. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan.
edisi pertama, cetakan kedua. Jakarta : Raja Garfindo Persada.
59