Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap lembaga pendidikan pasti mempunyai tujuan yang sama dalam usaha
mencerdaskan

kehidupan

bangsa.

Salah

satunya

yaitu

dengan

senantiasa

meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan masing-masing lembaga pendidikan


tersebut. Di dalam interaksi belajar mengajar, pembelajaran bukanlah sesuatu yang
terjadi secara kebetulan, melainkan adanya kemampuan dari guru yang memiliki
dasar-dasar mengajar yang baik. Mengajar pada hakikatnya merupakan suatu
kegiatan belajar, sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif
dan efisien.
Dengan adanya perubahan paradigma pembelajaran yang semula berpusat pada guru
menjadi pembelajaran berpusat pada siswa, menuntut adanya perubahan unsur-unsur
lain yang menunjang dalam pembelajaran tersebut, seperti adanya perubahan
kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai kurikulum yang
ditawarkan diharapkan mampu memberikan kompetensi sesuai dengan tingkat satuan
pendidikan yang akan dicapai. Pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila ada
keberanian untuk mencari metode serta membangun paradigma baru. Hal ini
diperlukan penerapan cara dan metode yang lain yang telah digunakan pada masa
lampau. Suatu metode yang telah terbukti mampu mendatangkan hasil baik pada
masa lampau belum tentu akan membawa hasil yang sama jika diterapkan di masa
kini dan mendatang. Untuk itulah seorang guru harus melakukan pembaharuan agar
dapat memotivasi dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa

agar dapat belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan di dalam kemampuan
guru dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran.
Metode ini merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan suatu
kondisi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi
kelancaran proses belajar dan tercapainya belajar anak yang memuaskan.
Sunaryo(1995).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi pengembangan kurikulum..?
2. Apakah definisi metode?
3. Bagaimana criteria pemilihan metode?
4. Bagaimana prinsip prinsip pemilihan metode.?
5. Bagaimana metode penyampaian materi/isi pelajaran

dalam

proses

pembelajaran ?
6. Bagaimana metode pengembangan/penyusunan bahan ajar ?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat megetahui definisi pengembangan kurikulum
2. Mahasiswa dapat mengetahui definisi metode
3. Mahasiswa dapat mengetahui criteria dalam pemilihan metode
4. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip prinsip pemilihan metode
5. Mahasiswa dapat mengetahui metode penyampaian materi/isi pelajaran
dalam proses pembelajaran
6. Mahasiswa dapat mengetahui metode pengembangan/penyusunan bahan ajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pengembangan Kurikulum
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang
strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu
pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam

penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan
penelitian secara mendalam.
Dan pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponenKomponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat
diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari
buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum
terhadap komponen-komponen kurikulum yang lain.
Kurikulum merupakan seperangkat/sistem rencana dan pengaturan mengenai
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk
menggunakan aktivitas belajar mengajar.
sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen yang
terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan demikian,
dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki
sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang
bulat untuk mencapai tujuan.
Pengembangan kurikulum (Curriculum development/Curriculum design)
sebagai tahap lanjutan dari pembinaan, yakni kegiatan yang mengacu untuk
menghasilkan suatu kurikulum baru.
Menurut Geane, Topter dan Alicia bahwa Pengembangan Kurikulum adalah
suatu proses dimana partisipasi pada berbagai tingkatan dalam membuat keputusan
tentang tujuan, bagaimana tujuan direalisasikan melalui proses belajar mengajar dan
apakah tujuan dan alat itu serasi dan efektif.
Pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang merencanakan,
menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penelitian
terhadap kurikulum yang tidak berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi kegiatan
belajar mengajar yang lebih baik.
Bagian ini menjabarkan cara

bagi para guru didalam mengembangan kurikulum

yang meliputi empat area dasar pengembangan kurikulum, yaitu


(a)perumusan tujuan,
(b) pemilihan isi ,
(c) pemilihan metode,

(d) pemilihan prsedur evaluasi,


disamping itu pada bagian ini dijabarkan pula berbagai model dalam mengubungkan
komponen-komponen kurikulum dalam sebuah perencaan kurikulum.
B. Definisi Metode
Pemilihan

metode

mungkin

membutuhkan

perlakuan

yang

lebih

dibandingkan dengan komponen kurikulum lainnya. Dampak dari metode sangatlah


penting, dan pada bagian ini akan dipaparkan pentingnya pemilihan metode sebagai
bagian utama dari komponen kurikulum.
Metode adalah bagaimana seorang guru mengaktifkan isi kurikulum, karena isi
kurikulum akan berarti bagi siswa apabila guru dapat mentransmisikannya dengan
berbagai cara. Tidak ada satupun metode yang paling baik, seperti halnya bahwa
semua komponen kurikulum pada dasarnya adalah sama pentingnya.
Untuk meningkatkan efisiensi belajar siswa, guru harus dapat memilih metode yang
paling pas dari sekian metode yang ada.
C. Criteria pemilihan metode
Beberapa kriteria dalam memilih

metode dan terlepas dari

rumusan objectives

adalah:

prinsip-prinsip belajar dan


identifikasi kegiatan belajar yang dilakukan.

Selain kedua kriteria tersebut di atas, masih terdapat kriteria lainnya, yaitu:

variety, yaitu metode harus bervariasi untuk mencapai tujuan dan dapat

mengakomodasikan perbedaan tingkat dan gaya belajar siswa;


scope, yaitu metode harus cukup bervariasi di dalam mencapai seluruh tujuan

yang sudah dirumuskan;


validity,yaitu metode khusus harus berhubungan

rumusan tujuan;
appropriateness, yaitu metode harus berhubungan dengan minat, kemampuan,
dan keterbacaan siswa;

dengan bagian-bagian

relevance, yaitu metode yang digunakan harusberhubungan dengan apa yang


dibutuhan setelah siswa tamat belajar.

D. Prinsip prinsip metode


Penelitian berkaitan dengan metode menunjukkan dan memberikan saran bahwa
sebaiknya keterlibatan siswa di dalam perencanaan kurikulum harus semakin
ditingkatkan. Oleh karena itu,

keterlibatan siswa di dalam

pemilihan metode

kedepan harus semakin dipertimbangkan di dalam upaya pemilihan isi kurikulum


dan pencapaian tujuan.
Terminologi metode pada prinsipnya juga mencakup

integration: paduan mata pelajaran ke dalam wilayah yang lebih besar

sehingga siswa dapat memahami keterkaitan antar setiap mata pelajaran;


sequence:urutan mata pelajaran dan pengalaman belajar kedalam tahapan

belajar yang dapat dikelola untuk pengembangan konsep; dan


arrangement:organisasi mata pelajaran yang membuat logis dan semakin
mudah dipelajari(Brady, 1946:111-126).

Pada dasarnya tidak ada suatu metode tunggal yang lebih baik atau lebih buruk
jika dibandingkan dengan metode-metode lainnya. Setiap metode memiliki kelebihan
kelebihan dan kekurangankekurangan sendiri.
Seleksi metode penting untuk Meningkatkan efisiensi Belajar siswa.Adapun criteria
penyeleksiannya antara lain dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip Dan
identifikasi kegiatan belajar, prinsip variasi, ruang lingkup, validitas, relevansi, dan
kesesuaian metode.
E. Metode Penyampaian Materi/Isi Pelajaran
1. Model Pengajaran
Pada tahun 1985 , Brady mengidentifikasi lima model pembelajaran,
dan mendefinisikan model sebagai acuan dalam mengajar . Model diatur
dalam sebuah kontinum, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan
pembelajaran yang berpusat pada siswa.

a. The Exposition Model (Model eksposisi) yaitu model pembelajaran


yang berpusat pada guru, model ini terfokus pada pendekatan ekspositori.
Pendekatan ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran
yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan
demikian, sebab guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui
metode ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur
dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai
siswa dengan baik. Fokus utama metode ini adalah kemampuan akademik
siswa. Ada beberapa pendekatan/metode yang digunakan yaitu, dengan
narasi ( menjelaskan dengan menggunakan contoh-contoh), penjelasan
langsung, praktik, dan revisi (pengulangan atau baca ulang dari
materi/bahasan
b. The Behavioural Model (Model Tingkah Laku)
Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari
peserta didik. Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik,
yaitu bertujuan untuk mengembangkan sistem yang efisien untuk
mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku. Model ini
lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis. Langkahlangkahnya adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan objek/tujuan.
2. Menjelaskan teori atau dasar pemikiran dari , teori dari pelatihan
dijelaskan ke pada peserta didik untuk meningkatkan pemahaman
dan keterampilan tertentu kenapa yang diajari.
3. Guru memberikan pertunjukkan/contoh kepada peserta didik yang
akan dijadikan sebagai model perilaku yang sesuai.
4. Praktik , dari penjelasan model kemudian peserta didik melakukan
praktik sesuai dengan model/contoh yang dipelajari.
5. Latihan untuk mengirim ke ' dunia nyata ' (aplikasi dalam masyarakat)
. karena Praktek lebih terlihat realistis.
c. The Cognitive Developmental Model (
2. Criteria Pemilihan Metode

Untuk meningkatkan efisiensi belajar siswa, maka guru harus dapat memilih
metode yang paling pas dari sekian metode yang ada. Beberapa kriteria di
dalam memilih metode dan terlepas dari rumusan objectives diperkenalkan
oleh Kendaraan beroda ( 1967, p. 130), adalah sebagai berikut :
a) Pembelajaran aktif lebih baik dari pembelajaran pasif oleh karena itu
siswa harus terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
b) Pembelajaran menjadi lebih efisien jika siswa memahami apa yang ia
pelajari.
c) Pembelajaran dipengaruhi oleh perbedaan individu dan perbedaan social.
d) Pembelajaran dipengaruhi oleh motivasi dan perhatian siswa. Motivasi
mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat
terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya
dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi
tersebut. Motivasi dapat bersifat internal maupun eksternal.
e) Peserta didik lebih menyukai pengalaman belajar yang bervariasi.
f) Pembelajaran merangsang siswa untuk belajar lebih lanjut, seperti
melakukan inovasi dan ekspotasi.
g) Peserta didik memiliki cara yang berbeda dalam menerima pelajaran. tiap
siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan individu
ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
h) Pembelajaran lebih efektif ketika penguatan/konfirmasi segera disajikan.
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam
ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.
Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan
positif. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu
ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas
ia terdorong untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan
negatif.
i) Pengulangan , Pengulangan dalam belajar akan melatih daya-daya yang
ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap,

mengingat, mengkhayal, merasakan, hingga berfikir yang akan membuat


daya-daya tersebut berkembang.
Selain kedua kriteria tersebut di atas, masih terdapat
kriteria lainnya, yaitu :
a) variety : metode harus bervariasi .
b) scope : metode harus cukup bervariasi di dalam mencapai seluruh
tujuan yang sudah dirumuskan;
c) validity : metode khusus harus berhubungan dengan bagian-bagian
rumusan tujuan;
d) appropriateness :

metode harus berhubungan dengan minat ,

kemampuan dan keterbacaan siswa;


e) relevance : metode yang digunakan harus berhubungan dengan apa
yang dibutuhan setelah siswa tamat belajar.
Penelitian berkaitan dengan metode menunjukkan dan memberikan saran
bahwa sebaiknya keterlibatan siswa di dalam perencanaan kurikulum harus
semakin ditingkatkan, oleh sebabnya pertimbangan keterlibatan siswa di dalam
pemilihan metode kedepan harus semakin dipertimbangkan di dalam upaya
pemilihan isi kurikulum dan pencapaian tujuan.
F. Metode Pengorganisasian/Penyusunan Bahan Ajar/Materi
Sebelum materi/isi disajikan kepada peserta didik melalui berbagai metode/cara,
maka

materi/bahan

ajar

harus

disusun

sedemikian

rupa

memudahkan

pengajaran.berikut beberapa cara penyusunan bahan jar/materi :


1. Integrasi ( keterkaitan/penggabungan)
Artinya ada kaitan, hubungan, atau bahkan ada jaminan bahwa bahan ajar
yang dipilih itu menunjang tercapainya kompetensi yang dibelajarkan (KD,
SK). Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi : (a)
mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b)

mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang
sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih sumber bahan ajar.
2. Sequence ( berurutan)
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk
menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang
tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan
yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam
mempelajarinya. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai
prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta
kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok , yaitu:
pendekatan prosedural, dan hierarkis. Pendekatan prosedural yaitu urutan
materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah
secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas.
Misalnya langkah-langkah mencangkok, langkah-langkah pengecambahkan
biji. Sedangkan pendekatan hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat
berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Menurut Smith,
Stanley dan Shores (1950) mendeskripsikan beberapa tipe urutan materi :
a. Sederhana ke kompleks
b. Belajar prasyarat
c. Kronologikal (fakta dan ide pada satu urutan waktu, misalnya riwayat)
3. Arrangement (pengaturan)
Organisasi mata pelajaran

yang membuat logis dan semakin mudah

dipelajari. Materi harus diorganisir sedemikian rupa sehingga mudah untuk

dipelajari. Kadang-kadang guru memiliki cara yang berbeda dalam


penyampaian materi, oleh karena itu guru harus memilih cara yang mudah

untuk dipelajari. Selain itu materi harus memadai keluasannya dan


ketercukupannya. Misalnya, materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak
boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai
SK dan KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu
dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengembangan Kurikulum adalah suatu proses dimana partisipasi pada
berbagai tingkatan dalam membuat keputusan tentang tujuan, bagaimana tujuan

direalisasikan melalui proses belajar mengajar dan apakah tujuan dan alat itu serasi
dan efektif.
Metode adalah bagaimana seorang guru mengaktifkan isi kurikulum, karena isi
kurikulum akan berarti bagi siswa apabila guru dapat mentransmisikannya dengan
berbagai cara. Tidak ada satupun metode yang paling baik, seperti halnya bahwa
semua komponen kurikulum pada dasarnya adalah sama pentingnya.
Kriteria pemilihan metode

variety,
scope,;
validity,
appropriateness,
relevance,

Prinsip prinsip pemilihan metode

integration:;
sequence:urutan
arrangement:

B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
secara penulisan maupun secara materi.Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun agar makalah ini bisa
berguna bagi mereka yang memerlukan dan untuk masa depan.

DAFTAR PUSTAKA
Brady, Laurie. 1947. Curriculum Development. Third Edition.Victoria, Australia:
Prentice Hall.
Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Syadih, S. Nana. (1997). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung:


Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai