Anda di halaman 1dari 32

Angka Konsumsi Ikan Mendukung Perencanaan

Ikan Penyuplai Protein

Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor yang


potensial bagi sumber pertumbuhan ekonomi serta merupakan sumber
penghidupan masyarakat banyak dan harapan masa depan bangsa. Hal
ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang terlibat dalam bisnis kelautan dan perikanan. Sebagai negara yang mempunyai potensi kelautan dan
perikanan yang besar, pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan harus dilaksanakan dengan sistem bisnis perikanan yang terintegrasi mulai dari produksi, pengolahan sampai pemasaran. Dalam mewujudkan visi dan misi kementerian, konsumsi ikan merupakan salah satu
indikator utama yang menentukan keberhasilan pembangunan kelautan
dan per-ikanan.
Meskipun tingkat konsumsi ikan per kapita masyarakat Indonesia secara nasional periode 3 tahun berikutnya telah mengalami peningkatan,
tetapi angkanya masih di bawah Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar
31,40 kg/kap/thn, dan belum merata antar daerah. Pulau Jawa misalnya rata-rata konsumsi ikannya masih sangat jauh dari PPH. Gambaran tersebut mengundang keprihatinan mengingat kekayaan sumberdaya
ikan yang dimiliki Indonesia.
Dengan mengetahui tingkat konsumsi riil ikan per kapita, akan dapat
diperkirakan besarnya penyerapan ikan di pasar dalam negeri. Data tersebut tentunya akan sangat membantu di dalam perencanaan pemenuhan
kebutuhan ikan, sekaligus dapat digunakan dalam mengetahui pola pemanfaatan sumber protein hewani. Secara umum, setiap tahunnya kontribusi protein ikan terhadap total sumber protein hewani, menunjukkan
angka yang cukup dominan (lebih dari 50%).
Oleh para ahli kesehatan, makan ikan diibaratkan sebagai sebuah
investasi kesehatan. Namun ikan yang bermanfaat adalah ikan yang dalam kondisi baik. Karenanya, menjadi konsumen cerdas dalam memilih
bahan dan produk makanan berbasis ikan akan sangat menguntungkan
semua pihak. Pengetahuan dasar yang dimiliki konsumen tentang kesegaran, kualitas dan ciri-ciri produk yang aman dan bebas dari cemaran
akan mampu menolong diri sendiri serta keluarga untuk memenuhi hak
asasi terhadap pangan.
Sebagai bahan pangan yang mempunyai keunggulan dari aspek nutrisi dan ketersediaan, program menjadikan ikan sebagai tulang punggung
kecukupan nutrisi masyarakat Indonesia perlu didukung semua pihak.

Konsumsi Ikan Salah Satu Indikator


Kinerja Utama KKP

Jenis-jenis Ikan Dalam SUSENAS

Maluku Sebagai Lumbung Ikan


Nasional. Bagaimanakah Maluku
Pasca Sail Banda?

Mengukur Kesegaran Ikan

10

Metode Pengujian Kesegaran Ikan

13

Kilas Berita

14

Peluang Pasar

15

Harga Komoditas Perikanan di Pasar


Internasional

16

Harga Komoditas Perikanan di


Beberapa TPI dan Pasar Grosir

18

Potensi Perikanan dan Kelautan di


Kabupaten Tabanan

20

DAMPAK GEMPA JEPANG :


Impor Produk Jepang Wajib Bebas
Radioaktif Nuklir

22

Ikan Pipih yang Gemar


Bercengkrama

24

Belut, Bikin Geli Namun Kaya Gizi

26

Persyaratan dan Tata Cara


Penerbitan Sertifikat Kesehatan
Hasil perikanan

27

Prosedur Penanganan
Kasus Penolakan Produk Perikanan
Di Negara Tujuan Ekspor

28

Bandeng Duri Lunak Mina Mandiri


Jaya Khas Gunung Kidul

29

Tips Memilih Lobster

30

Saung BOTRAM "BIOTIRTA"

32

Menu Masakan, Ikan Lulur Rempah

Redaksi menerima bahan tulisan terkait pemasaran ikan. Naskah dilengkapi dengan
foto, menggunakan kertas ukuran A4 dengan font arial ukuran 12. Naskah dikirim
kepada Redaksi dengan alamat: warta_pasar_ikan@kkp.go.id

Pelindung: Victor P.H Nikijuluw; Penanggung jawab: Sadullah Muhdi; Redaktur Kehormatan: Syafril Fauzi; Editor/Redaktur Pelaksana: Harlin; Desain
Grafis: Herman Priyono, Nova Firdaus; Sekretariat: Muawwanah, Uung Gantira, Wiji Lestari, Nia Nurfitriana, Yudhi Hendryana, Adrian Siwambha
Anugraha, Isyaturradijah; Penerbit: Direktorat Pemasaran Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP)Kementerian Kelautan dan Perikanan; Alamat: Gedung Mina Bahari III, Lt.12, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jl. Medan Merdeka Timur 16, Jakarta
Pusat - Telp (021) 3500 163; E-mail: warta_pasar_ikan@kkp.go.id

Ikan Penyuplai Protein


Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki
potensi sumberdaya perikanan yang sangat besar.
Sumbangan PDB perikanan Indonesia tidak
dapat dipisahkan dari
perkembangan perikanan
budidaya, yang tumbuh secara signifikan dari tahun
ke tahun. Ketika perikanan tangkap tumbuh hanya
sekitar 25% dalam 9 tahun
antara tahun 2000-2008,
produksi perikanan budidaya telah melonjak hampir mencapai 400% pada
periode yang sama.
Dalam laporan FAO
bahwa apa yang sudah
dikembangkan
dalam
pembangunan budidaya di
Indonesia masih jauh tertinggal dari apa yang sudah
dikembangkan oleh China.
Total produksi budidaya
China tahun 2008 yaitu
42.669,7 ribu ton sedangkan total produksi budidaya Indonesia yaitu 3.835,2
ribu ton pada tahun yang
sama.
Di sisi lain, berdasarkan
berbagai
laporan
FAO, konsumsi per kapita
ikan masyarakat Indonesia tertinggal hampir dari
semua negara di ASEAN,

bahkan per kapita konsumsi ikan Malaysia dan Singapura lebih dari dua kali
masyarakat Indonesia. Tahun 2009, tercatat tingkat
konsumsi ikan Indonesia
sebesar 29,08 kg per kapita
dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 30,48 kg
per kapita. Rendahnya tingkat konsumsi ikan Indonesia ini disebabkan kondisi
ekonomi masyarakat, dan
masih sulitnya mendapat

Tabel 1. Konsumsi Ikan Perkapita Indonesia (kg/tahun) dibandingkan dengan


negara-negara ASEAN lainnya dan China
Negara

Rata- Rata
2003 -2005

2007

Pertumbuhan

Perbandingan

Indonesia

20,9

24,3

16,27

1,00

Brunei

36,1

34,4

-4,71

1,42

Cambodia

23,4

33,0

41,03

1,36

Malaysia

55,4

56,1

1,26

2,31

Myanmar

24,2

29,6

22,31

1,22

Philipina

31,7

35,4

11,67

1,46

Singapura

37,9

48,9

29,02

2,01

Thailand

32,6

31,1

-4,60

1,28

Vietnam

25,4

30,6

20,47

1,26

China

25,9

26,7

3,09

1,10

Sumber: Fishery and Aquaculture Statistics 2008 and 2010, FAO Yearbook

ikan di daerah pelosok.


Karena arus distribusi
lambat, ikan segar tidak
lagi murah sampai ke tangan konsumen. Disisi lain,
meskipun tingkat konsumsi ikan per kapita Indonesia masih rendah, namun
perkembangannya menunjukkan peningkatan. Memang
pertumbuhannya
tidak terlalu tinggi seperti
Kamboja atau Singapura,
tetapi masih lebih tinggi
dibanding Brunei, Thailand, dan China (Tabel 1).
Meskipun tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN dan
China, namun kontribusi
protein ikan terhadap total
protein hewani lebih baik
yaitu mencapai lebih dari
50% (Tabel 2). Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang memiliki tingkat konsumsi ikan
lebih tinggi dari Indonesia,
kontribusi pasokan protein
ikan masyarakat Indonesia

terhadap total protein hewani ini masih lebih tinggi


dibanding Malaysia, Philippines, Thailand, Vietnam
dan Myanmar. Bahkan untuk tahun 2008 dan 2009,
kontribusinya
mencapai
2/3 dari total konsumsi
protein hewani (Tabel 3).
Namun, ketika pasokan
protein dari ikan tersebut
dibandingkan dengan total
protein (termasuk protein
nabati), komposisi pasokan
protein dari ikan masih di
bawah 15%.
Berdasarkan
kelompoknya, pasokan konsumsi
protein ikan sebagian besar berasal dari konsumsi
protein ikan dan udang
segar yaitu lebih dari 43%
sedangkan kontribusi dari
konsumsi protein ikan dan
udang diawetkan sekitar
22%. Sementara itu, kontribusi dari protein hewani
selain ikan yang dominan
adalah telur ayam ras/
kampung dan daging ayam
ras/kampung (Tabel 4).
Sebagai bahan pangan,
... ke hal. 12
WPI Edisi Mei 2011 No.93

Konsumsi Ikan Salah Satu


Indikator Kinerja Utama KKP

embangunan kelautan dan perikanan


dilaksanakan dalam
rangka mewujudkan tiga
pilar pembangunan, yaitu
pro-poor
(pengentasan
kemiskinan), pro-job (penyerapan tenaga kerja),
dan pro-growth (pertumbuhan). Sektor kelautan
dan perikanan merupakan salah satu sektor yang
potensial bagi sumber
pertumbuhan
ekonomi
serta merupakan sumber
penghidupan masyarakat
banyak dan harapan masa
depan bangsa. Hal ini
dikarenakan
banyaknya
masyarakat yang terlibat
dalam bisnis kelautan dan
perikanan.
Sebagai negara yang
mempunyai potensi kelautan dan perikanan yang
besar, pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya
perikanan harus dilaksanakan dengan sistem bisnis
perikanan yang terintegrasi
mulai dari produksi, pengolahan sampai pemasaran.
Peningkatan
pemasaran
produk perikanan di dalam
negeri secara efektif dan

efisien akan berdampak


pada peningkatan kualitas
sumberdaya manusia Indonesia maupun perbaikan
ekonomi nasional karena
industri perikanan mempunyai backward dan forward linkages yang sangat
besar.
Dalam
mewujudkan
visi dan misi kementerian,
terdapat 9 indikator utama
pembangunan kelautan dan
perikanan yang akan dicapai yang terdiri dari 5 indikator fungsi ekonomi dan
3 indikator fungsi lingkungan hidup. Dari ke-5 indikator utama fungsi ekonomi,
terdapat 3 indikator utama
yang terkait dengan fungsi
dan tugas pengolahan dan
pemasaran, yaitu nilai ekspor hasil perikanan, konsumsi ikan per kapita dan
unit pengolahan ikan yang
bersertifikat standar kelayakan pengolahan (SKP)
dan Hazard Anaysis Critical Control Point (HACCP).
Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Pengolahan
dan Pemasaran, Victor PH.
Nikijuluw, saat pembukaan kegiatan Workshop

Penghitungan Angka Konsumsi Ikan, tanggal 27


April 2011 di Jakarta. Dalam arahannya, Dirjen Nikijuluw menerangkan arti
penting dari perhitungan
angka konsumsi ikan, hal
ini dikarenakan konsumsi ikan merupakan salah
satu indikator utama yang
menentukan keberhasilan
pembangunan
kelautan
dan perikanan. Karena itu
sangatlah penting adanya
metode yang tepat untuk
dapat menghitung dengan benar angka konsumsi
ikan, baik secara nasional,
propinsi maupun kabupaten/kota.
Workshop Penghitungan Angka Konsumsi Ikan
mengundang peserta dari
33 propinsi di Indonesia
dan perwakilan dari pusat.
Pembicara sekaligus narasumber yang hadir dalam
acara tersebut antara lain,
Ir Sadullah Muhdi, MBA
(Direktur Pemasaran Dalam Negeri), Dr. Sonny
Koeshendrajana
(peneliti utama bidang sosial
ekonomi perikanan), Ir
Mewa Ariani, MS (Kepala

BPPT Propinsi Banten) dan


Yulias Riani (Pusat Analisis, Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian /PSE)
Kementerian
Pertanian.
Tujuan dari workhop ini
antara lain menyamakan
persepsi tentang pentingnya angka konsumsi ikan
sebagai pendukung perencanaan pemasaran dan
menyampaikan
metode
penghitungan angka konsumsi ikan berdasar sumber data SUSENAS beserta
simulasi penghitungannya.
Pada sesi pertama menampilkan Direkur PDN
Sadullah Muhdi dengan
materi Kebijakan Pengembangan Pemasaran Dalam
Negeri. Dalam paparannya beliau menyampaikan
bahwa adanya gap antara
permintaan dan penawaran
akan dapat menyebabkan
pemasaran hasil perikanan
tidak optimal. Selain itu
terdapat beberapa paradoks
di dalam pemasaran hasil
perikanan dalam negeri
yaitu terjadinya mis-match
antara sentra produksi dan
pasar, produksi yang tidak
teratur sedangkan pasar
menginginkan keteraturan,
kemudian perilaku pasar
institusional yang berbeda
jauh dengan rumah tangga
langsung.
Sesi kedua menampilkan Dr Sonny Koeshendrajana dengan materi Manfaat Data Susenas Dalam
Pengembangan Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Sonny Koeshendrajana menjelaskan secara detail mengenai latar
belakang data Susenas. Survei oleh Biro Pusat Statistik (BPS) ini dilaksanakan
sejak tahun 1963, tetapi
mulai lengkap mencakup
seluruh wilayah Indonesia
sejak 1993. Tujuan survei
... ke hal. 12

WPI Edisi Mei 2011 No.93

Jenis-Jenis Ikan Dalam SUSENAS

enurut Statistik
FAO,
produksi
perikanan budidaya Indonesia menempati urutan ke-5 setelah
China, India, Jepang dan
Philipina. Dari seluruh hasil produksi perikanan Indonesia, sekitar 40 persen
dari jumlah produksi total
perikanan Indonesia dijadikan bahan baku untuk
produk olahan. Sekitar 80
persen dari jumlah produk
olahan tersebut berupa ikan
asin, ikan kering, ikan asap
dan fermentasi yang dibuat
secara tradisional. Sisanya
sekitar 20 persen di proses
dengan teknologi modern
untuk kepentingan ekspor
(Dahuri, 2003).
Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari
230 juta jiwa merupakan
pasar yang amat besar bagi
penyerapan produksi domestik termasuk produksi
hasil perikanan baik berupa pangan mentah maupun
pangan olahan. Khusus
untuk pangan olahan ikan
diproduksi oleh industri
baik skala kecil dengan
pengolahan yang masih tradisional, menengah sampai
industri besar yang menggunakan teknologi tinggi
dan padat modal.
Disisi lain, Indonesia
terus berupaya untuk meningkatkan kualitas sum-

berdaya manusia (SDM).


Dengan SDM yang berkualitas diharapkan Indonesia menjadi negara yang
mampu bersaing dengan
negara lain. Pembangunan
manusia yang diukur dengan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), menunjukkan bahwa Indonesia berada pada nomor 107 dari 177
negara. Dibandingkan dengan negara tetangga yang
menjadi anggota ASEAN,
Indonesia masih tertinggal
(UNDP, 2007).
Berbicara masalah kualitas sumberdaya manusia
tidak dapat dilepaskan
dengan aspek pangan atau
ketahanan pangan, karena
pangan merupakan kebutuhan pokok yang hakiki dan
bagian dari hak azasi manusia. Diantara jenis pangan yang berperan penting
dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya
manusia adalah pangan
hewani terutama pangan
yang berasal dari kelompok ikan. Sejalan dengan
hal tersebut, Kementerian
Kelautan dan Perikanan
memilih program Gerakan
Memasyarakatkan Makan
Ikan (GEMARIKAN) yang
dilaksanakan secara sinergi
dan berkesinambungan
Sebagai lembaga resmi
penyedia data, Badan Pusat
Statistik menyelenggarakan

survei tahunan yang salah


satunya
berkaitan dengan konsumsi yaitu Survei
Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS).
SUSENAS merupakan
data sosial ekonomi yang
sangat luas dengan lingkup
nasional. Cakupan dalam
susenas modul konsumsi
meliputi pangan dan non
pangan. Pada kelompok
pangan yang terdiri dari
214 jenis makanan, didalamnya terdapat kelompok ikan yaitu sebanyak
32 jenis ikan. Sebanyak 19
jenis diantaranya merupakan ikan dan udang segar sedangkan sebanyak 13 jenis
merupakan ikan dan udang
asin/awet. Selain itu, dalam Susenas juga terdapat
kelompok ikan dalam makanan jadi yaitu untuk ikan
goreng/pepes/pindang/bakar, dan sebagainya.
Jenis ikan yang tersebut
dalam daftar Susenas merupakan jenis-jenis ikan yang
terdapat dan dikenal pada
hampir seluruh wilayah
Indonesia, baik ikan laut
maupun ikan budidaya.
Adapun jenis-jenis ikan
laut yang tercantum antara
lain ikan ekor kuning, tongkol/tuna/cakalang, tenggiri, selar, kembung, teri,
gabus, kakap, baronang,
cumi-cumi/sotong, ketam/
kepiting/rajungan, kerang/

siput dan sepat. Sedangkan


jenis-jenis ikan budidayanya antara lain ikan bandeng, mas dan lele. Untuk
jenis-jenis ikan yang tidak
tersebut diatas, maka akan
dimasukkan ke dalam kelompok ikan lainnya.
Mengingat
Indonesia sangat kaya dengan
jenis dan ragam ikannya,
tentunya jenis ikan yang
sudah masuk dalam daftar Susenas masih sangat
sedikit. Di sisi lain, untuk
kebutuhan data konsumsi
yang lebih detail dimasa
mendatang, mungkin akan
diperlukan
penambahan
jenis-jenis ikan ekonomis
penting lainnya ke dalam
daftar Susenas. Namun
karena Susenas mencakup
lingkup nasional, maka
jenis-jenis ikan yang memungkinkan untuk dimasukkan ke dalam daftar
Susenas adalah jenis ikan
yang relatif di kenal di seluruh wilayah Indonesia. Saat
ini merupakan waktu yang
tepat jika akan melengkapi jenis ikan dalam daftar SUSENAS, mengingat
tahun 2013 akan diselenggarakan Survei Pertanian
dimana sektor perikanan
masuk didalamnya.mw

WPI Edisi Mei 2011 No.93

Maluku Sebagai Lumbung Ikan Nasional

Bagaimanakah Maluku Pasca


Sail Banda?

Rasa
sayange
rasa
sayang sanyange, eee lihat dari jauh rasa sayang
sayange.....

asih
ingatkah
anda akan lirik
lagu
tersebut.
Lagu itu berasal dari tanah
Maluku, tapi belakangan di
klaim oleh Malaysia menjadi lagu nasional Malaysia. Sebuah ironi yang menarik, bagaimana mungkin
sebuah lagu daerah yang
sudah berpuluh-puluh tahun lamanya menjadi lagu
daerah di tempat tersebut
kemudian tiba-tiba diakui
dan di klaim sebagai milik
bangsa lain. Tetapi dalam
tulisan ini, tidak akan dibahas mengenai kontroversi
tentang klaim tersebut dan
lebih mendalami tentang
potensi kelautan dan perikanan yang ada dan cara
mengoptimalkannya.
Apakah yang pertama
kali terlintas di pikiran

WPI Edisi Mei 2011 No.93

anda ketika mendengarkan kata Maluku. Mungkin


anda mengatakan orang
Maluku (ambon) itu mayoritas pandai menyanyi.
Maluku atau yang dikenal
secara internasional sebagai Molucas merupakan
salah satu propinsi tertua
di Indonesia, dan Ambon
adalah ibukotanya. Secara
demografi Maluku merupakan daerah yang dikelilingi
laut, oleh karena itu daerahnya disebut kepulauan.
Total tercatat ada 632
pulau besar dan kecil yang
terdapat di Maluku. Dari
total luas wilayah sebesar
658.249 km2, luas daratan
Maluku adalah 47.350 km2,
sedangkan selebihnya merupakan perairan atau bisa
dikatakan luas daratannya
tidak sampai 10% dari total
luas wilayahnya. Penduduk
Maluku pada tahun 2010
berjumlah 1,36 juta jiwa
dan pada umumnya bermata pencaharian di sek-

tor pertanian, kehutanan


dan perikanan. Wilayah
yang berbentuk kepulauan
dengan aksesibilitas dan
interaksi yang rendah,
mengakibatkan keterpencilan di berbagai daerah di
Maluku.
Secara ekonomi Maluku merupakan salah satu
propinsi yang paling tertinggal di bandingkan propinsi
lainnya di Indonesia. Tercatat pada tahun 2009 nilai
produk domestik regional
bruto (PDRB) per kapita
Maluku adalah dibawah 5
juta, artinya dalam sebulan
penghasilannya tidak lebih
dari Rp 450 ribu perbulan.
Bandingkan dengan ratarata nasional yang Rp 21
juta, apalagi jika dibandingkan dengan PDRB di
Kalimantan Timur yang Rp
101 juta per kapita. Banyak
faktor yang menyebabkan
Maluku menjadi tertinggal
dibanding propinsi lain,
misalkan dari sudut pan-

dang geografis bisa dilihat


banyak terdapat pulau-pulau yang terpencil dan sulit
untuk diakses. Kurang baiknya infrastuktur, lemahnya tingkat pendidikan
dan pendapatan yang kecil menyebabkan propinsi
tersebut terbelenggu roda
kemiskinan dan tidak bisa
maju.
Dibalik semua permasalahan tersebut, Maluku menyimpan potensi
yang luar biasa di bidang
kelautan dan perikanan.
Diperkirakan
perairan
Maluku memiliki potensi
perikanan sebanyak 1,6
juta ton pertahun dan yang
sudah dieksplorasi baru
sekitar 300 ribu ton. Artinya masih banyak potensi
perikanan Maluku yang
bisa dieksplorasi lebih lanjut. Dari 1,6 juta ton tersebut, terdapat di Laut Banda
sebanyak 277.890 ton/
tahun. Laut Arafura sebanyak 771.500 ton/tahun dan
Laut Seram 590.640 ton/
tahun. Selain itu berdasarkan tingkat konsumsi ikan
tahun 2009, Maluku merupakan propinsi yang memiliki tingkat konsumsi ikan
tertinggi di Indonesia.
Pemerintah telah menyadari potensi kelautan dan
perikanan di Maluku adalah sangat besar, oleh karena itu saat acara Sail Banda
2010, KKP mencanangkan
Maluku sebagai Lumbung
Ikan Nasional. Dikatakan
lumbung karena diibaratkan sebagai tempat penampungan produksi ikan
dalam jumlah besar, untuk
kemudian di distribusikan ke daerah-daerah lain.
Selama ini kita mengenal
lumbung padi di pedesaan,

yang berfungsi sebagai


tempat menyimpan padi
untuk menghadapi paceklik. Jadi konsep Lumbung
Ikan pada intinya adalah
sama dengan lumbung padi
yaitu tempat penyimpanan
ikan (bahan makanan) untuk persiapan menghadapi
masa paceklik.
Sail Banda 2010 sendiri
merupakan ajang promosi
produk unggulan dan pariwisata Maluku. Propinsi
Maluku memiliki potensi
ekonomi dan peluang usaha yang cukup besar dan
beragam khususnya di sektor perikanan, pertanian
dan pariwisata namun
sampai sejauh ini pemanfaatannya masih belum
dilakukan secara optimal.
Dalam rangka mengoptimalkan
potensi-potensi
tersebut salah satu upaya
yang dilakukan yaitu dengan
diselenggarakannya
event Sail Banda yang telah
dilaksanakan bulan JuliAgustus 2010 dengan tema
Small Island For Our
Future (pulau-pulau kecil
untuk masa depan kita).
Pada kesempatan yang
sama diselenggarakan Pameran Seafood and Fishery Investment Expo 2010
yang difokuskan untuk
mempromosikan pengembangan sumber daya alam
lokal di Maluku yang berbasis kelautan, dengan
memamerkan
produk-

produk seperti ikan hias


air laut dan tawar, sarana
dan prasarana kelautan
dan perikanan, teknologi
pembenihan dan pengembangan budidaya ikan,
serta produk makanan dan
minuman hasil UMKM
dan lain-lain. Tujuan pameran antara lain menyebarluaskan informasi dan
potensi industri perikanan
dan makanan laut kepada
investor dan masyarakat,
meningkatkan dan memberdayakan
produksi
perikanan di Maluku dan
memperluas akses pasar
perikanan di domestik dan
internasional.
Kegiatan Sail Banda
2010 tersebut melibatkan
semua pihak baik dari pemerintah, BUMN/BUMD,
pelaku usaha dan segenap
masyarakat Maluku. Dalam Sail Banda 2010 juga
diadakan lomba perahu
layar yang berjalan cukup
sukses karena diikuti lebih
dari 200 peserta yang berasal dari 20 negara dan
total tamu yang datang
mencapai ribuan orang.
Dengan kegiatan Sail Banda 2010 juga diharapkan
potensi wisata bahari yang
menjadi keunggulan bisa
memberikan
kontribusi
bagi daerah ini, dengan
ditampilkannya keindahan
bawah laut Maluku yang
sangat menawan, dan juga
icon-icon potensi perika-

nan yang ada di Maluku


yang dapat menambah
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Semua sektor
ekonomi yang ada di Maluku mempunyai peran/
peluang yang sama dalam
membangun perekonomian, tinggal bagaimana semua pihak ataupun pelaku
usaha yang terlibat mau
berusaha untuk memanfaatkan momentum Sail
Banda 2010 ini sebagai
awal kebangkitan perekonomian Maluku.
Kini
setelah
hampir setahun berlalu Sail
Banda 2010, pemerintah
tetap menggarap serius
akan komitmen KKP untuk menjadikan Maluku
sebagai lumbung ikan nasional. Berkaca dari keberhasilan Sail Bunaken
tahun 2009 di Sulawesi
Utara yang berhasil memperoleh kucuran dana yang
signifikan dari pemerintah
pusat dalam rangka pembangunan infrastruktur,
maka pemerintah provinsi
Maluku
mengharapkan
adanya kucuran dana dari
pemerintah pusat untuk
membangun infrastruktur
dan salah satunya adalah sarana dan prasarana
transportasi udara. Pembangunan
infrastruktur
merupakan hal mutlak
yang sangat diperlukan
untuk menarik investor ke
Maluku, karena jika kon-

disi penerbangan belum


maksimal dan perhubungan laut yang juga belum
terlalu baik maka akan
sulit bagi investor untuk
masuk dan berinvestasi.
Kawasan
Indonesia
Timur merupakan daerah
yang tertinggal dibandingkan daerah lain, khususnya
Maluku, perlu lebih mengoptimalkan sumber daya
kelautannya. Program minapolitan yang telah ditettapkan. Keterlibatan semua
pihak, pemerintah, pelaku
usaha dan masyarakat
sangat diperlukan untuk
dapat
memaksimalkan
potensi yang dimiliki oleh
Maluku. Diharapkan program pemerintah seperti
Sail Bunaken tahun 2009,
kemudian Sail Banda tahun 2010 dapat berjalan
terus dengan mengadakan sail-sail selanjutnya
di daerah yang memiliki
potensi kelautan yang besar. Niscaya dengan program yang terus-menerus,
dan tanpa melupakan perhatian ke daerah-daerah
lain maka pendapatan
perkapita daerah-daerah
tersebut bisa merangkak
naik.ronny
Berbagai Sumber: Ronny

WPI Edisi Mei 2011 No.93

Mengukur Kesegaran Ikan


Pada ikan yang telah
mati terdapat lima fase
perubahan biokimiawi dalam tubuhnya yaitu fase
pre-rigor, rigor mortis,
post-rigor, autolisis dan
kerusakan. Dua fase pertama dipengaruhi lamanya
dan suhu penanganan ikan,
sementara tiga fase terakhir dipengaruhi terutama
aktivitas enzim proteolitik
yang menyebabkan kerusakan.

ombinasi perubahan
mekanis, autolisis,
kimia dan bakteriologis menyebabkan perubahan permanen menuju perubahan kualitas ikan yang
tidak diinginkan. Kualitas
ikan merupakan konsep
kompleks yang melibatkan
berbagai macam faktor
bagi konsumen misalnya
keamanan, kualitas gizi,
ketersediaan, kenyamanan
dan keutuhan serta kesegaran. Teknik penanganan,
pengolahan dan penyimpanan, termasuk waktu dan
suhu dapat mempengaruhi kesegaran dan kualitas
produk. Selain itu, musim,
kondisi dan metode penangkapan juga mempengaruhi kualitas secara keseluruhan. Ini merupakan
karakteristik unik ikan sebagai komoditi yang sangat
mudah rusak.
Kesegaran dan kualitas
produk akhir, tergantung
pada faktor-faktor biologis
dan pengolahan yang berbeda yang mempengaruhi
berbagai tingkatan fisik,
biokimia,
mikrobiologi,
kimia dan perubahan post
mortem pada ikan. Secara
umum metode untuk menilai pembusukan ikan
diklasifikasikan ke dalam
dua kategori utama: metode sensori dan metode instrumentasi (mikrobiologi,

WPI Edisi Mei 2011 No.93

biokimia dan fisik). Namun


pada praktiknya metode
pengujian kesegaran dibagi
menjadi metode sensori,
metode kimiawi dan metode mikrobiologi.
Kesegaran menjadi parameter kualitas yang paling sering ditemukan di
pasaran. Kesegaran ikan ini
dapat dinilai dengan berba-

gai metode tetapi umumnya


berbiaya mahal, memakan
waktu dan tidak mudah digunakan.
Temuan banyak peneliti
mengungkapkan bahwa ada
hubungan luar biasa antara
pH dan kesegaran ikan. Ini
menunjukkan bahwa karakteristik fisik ini dapat digunakan sebagai alat yang

Tabel 1. Proses pembusukan ikan, produk yang dihasilkan (indikator)


dan periode kejadian.
Cause of
deterioration

Substrate

Product/ spoilage indicator

Period of
occurrence

Chemical
activity

Glycogen

1. Lactic acid (Low pH)


2. Flesh discoloration
3. Eh voltage lower

Early stages
in spoilage
process

Mechanical
damage
muscles

Connective
tissues

1. Gaping, softened fish


2. WHC lowers
3. Blood stained flesh

Early stages

Autolytic
activity

Nucleotide,
ATP

K-Value

Early stages

Bacterial
activity

Fish tissue

1. ATP
2. Soften fish muscle

Later stages

Autolytic &
bacterial
activity

Nucleotide,
ATP

Loss of fresh fish flavours & production of (Hx), a bitter flesh taste

Later stages

Bacterial
& autolytic
activity

Protein,
peptides &
amino acid

1. Ammonia (NH3)
2. Hydrogen sulphide (H2S)
3. Softening of fish flesh
4. Lipopolysachaarids
(endotoxins)
5. Peroxidase
6. TVB-N

Later stages

Bacterial
activity

Amines,
TMAO

1. TMA-(Fishy off-odours)
2. DMA & FA (in frozen fish)
3. Ammonia

Later stages

Bacterial
activity

Biogenic
amines Ncontaining
amino acid

Histamine

Later stages

Chemical
& bacterial
activity

Lipids (fish
oils) (Lipid
oxidation &
hydrolysis)

1. Hydro peroxides
2. Soapy off-odours, (aldehydes,
ketones & alcohol)
3. Discoloration (yellowish browning) in fish flesh

Later stages

(Sumber: Bremner 2002, Huss et al. 1992, Huss 1995, Bourgeois et al. 1995 and Farid 1991)

cocok untuk analisis dan


evaluasi kesegaran ikan
daripada metode evaluasi
sensori dengan ketidakpastian pengukurannya.
Keadaan segar dapat
digambarkan dengan berbagai sifat melalui berbagai
indikator. Dengan demikian kesegaran dan kualitas
produk akhir, tergantung
pada faktor-faktor biologis
dan pengolahan yang berbeda mempengaruhi berbagai tingkatan fisik, biokimia, mikrobiologi, kimia
dan perubahan post mortem pada ikan.

Pembusukan Ikan dan


Indikatornya
Komposisi
biokimia
makanan (faktor intrinsik)
dan hubungannya dengan
faktor ekstrinsik selama
penyimpanan, memberikan
sumbangsih yang signifikan
terhadap kesegaran dan sebagian kualitas karena kedua faktor tersebut menentukan dan meningkatkan
pertumbuhan awal mikroba. Berkaitan dengan ikan,
karakteristik yang melekat
pada keberadaan komponen
nitrogen non-protein, seperti trimetilamina-oksida
(TMAO), kreatin, metionin,
asam amino bebas, cystine,
histamin, carnosine, basa
nitrogen yang mudah menguap seperti urea terutama
dalam tulang rawan ikan
mendukung pertumbuhan
mikroba dan menghasilkan
metabolit yang bertanggung
jawab untuk pembusukan
ikan selama penyimpanan.
Pembusukan ikan merupakan fenomena berurutan yang dimulai segera
setelah ikan ditangkap dan
dimatikan. Kombinasi perubahan mekanis, autolisis,
kimia dan bakteriologis menyebabkan perubahan permanen, perubahan kualitas
ikan yang tidak diinginkan.
Bremner (2002) mendefi-

nisikan pembusukan ikan


sebagai perubahan yang
memburuk dalam karakteristik sensor produk
seperti penampilan, bau,
aroma dan tekstur, yang
juga dapat digunakan untuk menunjukkan nilai gizi
dan keamanan.
Ketika ikan dimatikan
terhenti sirkulasi darah
dan akibatnya pasokan oksigen untuk memfasilitasi
energi molekul ATP diperlukan untuk mengaktifkan
kontraksi otot dan relaksasi dihambat. Dengan cara
ini glikogen dipecah untuk
memungkinkan produksi
energi dalam otot ikan
dan sebagaimana tingkat
glikogen menurun jumlah
ATP yang dihasilkan juga
menurun. Karena interaksi
antara aktin dan myosin
dipicu oleh myosin ATPase
dan ion kalsium selama
kontraksi otot membutuhkan ATP untuk bahan bakar reaksi yang jumlahnya
sudah terhambat setelah
pemotongan ikan, ion kalsium bocor ke otot-otot yang
mengakibatkan kontraksi
(kaku), sebuah proses yang
disebut sebagai rigor mortis. Kaku terus selama beberapa jam sebelum lemas
karena tidak ada ATP yang
memungkinkan otot-otot
untuk rileks lagi dan beroperasi sebagai diperlukan.
Permulaan dan akhir
rigor mortis ditentukan

oleh suhu selama penanganan (mechanical stress),


ukuran dan spesies ikan.
Jenis ikan berukuran kecil, misalnya sarden dan
mackerel mengalami rigor
mortis lebih awal dan lebih
cepat daripada jenis ikan
besar (Huss 1995).
Proses rigor mortis dapat mengakibatkan cacat
mutu dalam daging ikan
seperti kerusakan otot/
menganga, noda darah,
kehilangan kandungan air
dan pelunakan daging ikan
(Bremner 2002). Pencapaian akhir dari rigor mortis
bertepatan dengan autolisis dan perubahan pembusukan berikutnya yang
termasuk perubahan pembusukan bakteri dan kimia
yang akhirnya merontokkan mutu ikan, memberikan rasa tidak enak atau
tidak aman untuk dikonsumsi.

Pembusukan autolisis
Pada saat ikan dipotong,
enzim di usus dan daging,
sebelumnya terlibat dalam metabolisme menjadi
katalisator autolisis (self digestion). Perubahan autolisis menyebabkan dekomposisi protein dan senyawa
penting lainnya yang pada
akhirnya mengakibatkan
pelunakan daging ikan dan
melumerkan substansi dalam rongga usus.

Bakteri pembusuk ikan


Aktivitas bakteri merupakan penyebab utama
kerusakan ikan terutama
bakteri pembusuk spesifik
specific spoilage bacteria
(SSB). Dalam ikan yang
masih hidup dan sehat,
bakteri terdapat pada insang dan usus tetapi tidak
dapat menyebabkan pembusukan karena adanya
mekanisme
pertahanan
alami pada ikan. Pada perubahan autolisis bakteri
mudah masuk ke daging
dimana nutrisi didapatkan untuk pertumbuhan
dengan menguraikan berbagai komponen ikan seperti trimetilamina oksida
(TMAO) dan molekul protein non-nitrogen lainnya,
lipid, asam amino dan sebagainya
menghasilkan
bau yang tidak diinginkan.

Pembusukan kimiawi
Hidrolisis dan oksidasi
lipid merupakan faktor
utama penurunan mutu
tergantung pada komposisi kimiawi ikan. Menurut
Huss et al. (1992), tahap
utama dari oksidasi lipid
menyebabkan
produksi
hydro peroksida dihubungkan dengan rasa hambar
dan kecoklatan, perubahan
warna kekuningan pada
jaringan ikan; degradasi
lebih lanjut hasil hydro
peroksida
menghasilkan

Gambar 1. Hubungan antara kualitas dan kesegaran


Sumber: Am. J. Biochem. & Biotech., 4 (4): 416-421, 2008

senyawa volatil; aldehid,


keton dan alkohol menghasilkan aroma tengik
yang kuat. Aroma tengik
berhubungan dengan penyimpanan ikan dalam
keadaan beku atau kering
yang biasanya agak lambat
dalam proses pembusukan.
Bagaimanapun, perubahan
post mortem pada ikan adalah permanen. Ringkasan
perubahan ini ditunjukkan
pada Tabel 1.
Daya simpan ikan segar
pasca panen tergantung
pada pertumbuhan bakteri,
suhu penyimpanan, penanganan dan kondisi fisiologis
ikan. Kualitas ikan dapat
diperkirakan dengan tes
sensorik, metode mikrobiologi, pengukuran senyawa
volatil dan oksidasi lipid,
perubahan otot, pemecahan ATP dan perubahan
fisik (termasuk sifat-sifat
listrik dari kulit) pada ikan.
Parameter kualitas fisik
seperti konsistensi, kadar
air atau warna, atau perubahan biokimia seperti
perubahan lipid, protein
atau enzim.
Kesegaran
membuat
kontribusi besar terhadap
kualitas produk ikan dan
perikanan. Untuk semua
jenis produk, kesegaran
sangat penting untuk kualitas produk akhir. Gambar
1 menggambarkan hubungan antara kualitas dan
kesegaran, dengan fokus
pada berbagai karakteristik
kesegaran. Kesegaran dapat dijelaskan sampai batas tertentu oleh beberapa
parameter sensori, kimia,
biokimia, mikrobiologi dan
parameter fisik dan karena
itu dapat didefinisikan sebagai atribut objektif yang
harus menunjukkan bau
normal, rasa, penampilan
dan karakteristik tekstur
dari spesies yang akan digunakan untuk sampel.
Indra manusia memainkan
peranan penting dalam
penilaian ini yang disebut
evaluasi sensori. M. Al Alawi

Panggabean

WPI Edisi Mei 2011 No.93

Metode Pengujian Kesegaran


Ikan

Sebagaimanana disebutkan dalam artikel sebelumnya, pada praktiknya metode pengujian kesegaran ikan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu metode
sensori, metode kimiawi dan metode mikrobiologi.

1. Evaluasi sensori

10

Evaluasi sensori didefinisikan sebagai disiplin


ilmu yang digunakan untuk membangkitkan, mengukur, menganalisis dan
menafsirkan
karakteristik makanan seperti yang
dirasakan oleh indera
penglihatan, penciuman,
sentuhan rasa dan pendengaran. Tes sensori dapat
dibagi menjadi tiga kelompok: tes diskriminatif, yang
menunjukkan apakah ada
perbedaan antara sampel,
uji deskriptif dan tes afektif. Tes diskriminatif dan
deskriptif merupakan alat
uji objektif menggunakan
panelis terlatih. Tes afektif digunakan konsumen
secara subjektif berdasarkan pada pengukuran dari
preferensi atau penerimaan. Pemilihan metode
tergantung pada tujuan
penerapan evaluasi sensori dan apakah digunakan dalam pengembangan
produk, kontrol kualitas,
studi konsumen atau penelitian. Tes deskriptif paling
umum digunakan adalah
skala terstruktur untuk penilaian kualitas dan profil
penjelasan rinci tentang
sampel.
Kualitas
merupakan
fungsi dari kesegaran, kesegaran sangat penting untuk
kualitas tapi bukan hanya
itu faktor kualitas. Pada
Gambar 1 diatas, lingkaran
cincin teratas Quality terdiri dari faktor-faktor yang
berkontribusi
terhadap
kualitas, dan Freshness
lingkaran cincin bawah
merupakan
pendekatan
yang digunakan untuk
mengevaluasi kesegaran
ikan. Nilai K didefinisikan
WPI Edisi Mei 2011 No.93

sebagai rasio dari jumlah


dan konsentrasi inosine
and hypoxanthine terhadap total konsentrasi metabolit adenosine troposphere (ATP).
Perubahan
karakteristik sensori terjadi pada
penampilan, rasa, bau dan
tekstur ikan ketika kondisinya menurun. Di Eropa,
metode yang umum untuk penilaian kualitas ikan
mentah untuk pelayanan
inspeksi dan dalam industri perikanan menggunakan Uni Eropa Scheme.
Skema ini tidak mempertimbangkan
perbedaan
antara spesies karena parameter umum saja yang
digunakan.
Alternatif dari metode
skala seperti Quality Index
Methods (QIM) telah diusulkan, dimana deskripsi
dari nilai individu lebih
teliti, objektif, independen

dan utama daripada sekelompok istilah (uraian).


QIM didasarkan pada parameter sensori yang signifikan pada ikan mentah.
Nilai untuk semua karakteristik ditambahkan untuk
memberikan skor sensori
keseluruhan, sehingga disebut indeks kualitas (quality index), juga dapat digunakan untuk memprediksi
lama penyimpanan. Dalam
industri perikanan penentuan grade dari fillet mentah juga terjadi. Namun,
umumnya fillet dimasak
sebelum
melaksanakan
evaluasi sensori dan skema
Torry adalah skala yang
paling umum digunakan
untuk evaluasi kesegaran
ikan yang telah dimasak,
baik dalam industri perikanan maupun di laboratorium penelitian di seluruh
Eropa.
Penilaian sensori selalu

memainkan peran penting dalam evaluasi kualitas dan kesegaran dalam


industri ikan. Karakteristik berbagai sensor seperti
penampilan luar, bau dan
warna masih sangat penting dalam penetuan kualitas. Dalam industri pengolahan ikan pemeriksaan
secara sensori digunakan
untuk menemukan cacat
yang telah terjadi selama
penanganan dan pengolahan.

Keuntungan dan Kerugian


Uji sensori merupakan
metode tertua dan paling
luas digunakan untuk mengevaluasi keberterimaan
dan sifat dapat dimakan.
Hal ini tergantung pada
indera manusia, misalnya
bau dan penglihatan, dilengkapi dengan rasa dan
sentuhan. Alasan untuk
pemilihan menggunakan

tes sensori sudah jelas:


tidak ada peralatan laboratorium khusus diperlukan, ikan dapat diperiksa
dimanapun berada, pengujian dapat dilakukan dengan cepat dan banyak sampel dapat dievaluasi dalam
waktu yang relatif singkat.
Ketidakpastian dan kesulitan penilaian sensori
kesegaran ikan telah diakui oleh pelaku inspeksi
di lapangan. Menggunakan sejumlah besar panelis usia campuran, jenis
kelamin dan latar belakang
budaya akan mempengaruhi hasil penilaian. Metode
sensori yang cepat, sederhana, sensitif dan obyektif
bergantung pada penilaian manusia dan pelatihan
panelis yang tepat.
Untuk mengatasi beberapa kelemahan yang
terkait dengan penilaian
sensori, berbagai upaya telah dilakukan untuk meminimalkan ketidakpastian
personal dan untuk mengatasi sifat kualitatif pengujian dengan cara melatih
panelis
berpengalaman
untuk menilai sampel, perluasan sistem penilaian
numerik dan rekaman penilaian sensori.
Untuk mengenali segar
tidaknya ikan sebenarnya
tidak sulit. Paling mudah
dengan pengamatan visual terhadap penampilan
ikan, caranya menggunakan metoda 4M yaitu melihat, meraba, menekan
dan mencium. Pertama,
melihat dan mengamati
penampilan ikan secara
menyeluruh terutama penampilan fisik, mata, insang, adanya lendir dan
sebagainya. Kedua, meraba ikan untuk mengamati
kondisi ikan terutama
adanya lendir, kelenturan
ikan, dan sebagainya. Dari
meraba dapat dilanjutkan
dengan menekan daging
ikan untuk menilai teksturnya. Kemudian diikuti

dengan mencium bau ikan.


Ikan yang masih segar
memiliki penampilan yang
menarik dan mendekati
kondisi ikan baru mati.
Ikan tampak cemerlang,
mengkilap keperakan sesuai jenisnya. Permukaan
tubuh tidak berlendir,
atau berlendir tipis dengan
lendir bening dan encer.
Sisik tidak mudah lepas,
perut padat dan utuh, sedangkan lubang anus tertutup. Mata ikan cembung,
cerah dan putih jernih,
tidak berdarah dengan
pupil hitam. Insang masih
tampak merah cerah dan
tidak berlendir. Jika berlendir, lendir tersebut hanya sedikit, tipis dan bening. Ikan masih lentur atau
kaku dengan tekstur daging
pejal, lentur dan jika ditekan cepat pulih. Bau segar
atau sedikit agak amis.
Jika kondisi semacam itu
masih dapat dikenali dengan baik, maka ikan dapat
dikategorikan sebagai ikan
yang masih segar dan bermutu tinggi. Cara penilaian ini memang subyektif.
Meski demikian, pengamatan mutu kesegaran ikan
secara visual sudah sangat
memadai dan cukup andal
apabila dilakukan dengan
baik dan dilakukan oleh
orang yang berpengalaman. Lebih dari itu cara
ini lebih dekat pada preferensi konsumen, mudah
dilakukan, tidak memerlukan peralatan dan bahan
khusus dan hasilnya cepat
diperoleh. Oleh karena itu
untuk tujuan praktis atau
industri, cara ini sudah
sangat memadai. Syarat
mutu organoleptik ikan
segar adalah minimal nilai
7 (skala1-9) sesuai dengan
SNI 01-2729.1-2006, metode uji tertuang dalam
SNI 01-2346-2006.
Namun demikian, dalam beberapa halmisalnya
untuk keperluan penelitian
atau pembakuan mutu

diperlukan cara lain yang


lebih obyektif untuk mendukung hasil pengamatan visual tersebut. Cara
obyektif tersebut adalah
pengujian secara kimiawi
dan secara bakteriologis.
Untuk pengujian ini diperlukan cara, bahan, peralatan dan keahlian khusus,
sedangkan hasilnya relatif
lebih lama.

2. Metode kimiawi
TMAO adalah salah satu
fraksi utama nitrogen nonprotein (NPN) ditemukan
di hampir semua spesies
ikan laut, tetapi dalam
jumlah yang bervariasi
(1-5%) dari berat otot kering. Variasi jumlah TMAO
dalam otot ikan tergantung
pada spesies ikan, area
penangkapan dan musim.
Berkenaan dengan jumlah
TMAO di berbagai spesies ikan, cumi-cumi diketahui mengandung jumlah
tertinggi TMAO (75-250
mgN/100g),
sedangkan
ikan kod relatif rendah
(60-120 mgN/100g) sementara jenis ikan pelagis memiliki jumlah TMAO
paling sedikit. Pada ikan
demersal ditemukan pada
otot berwarna gelap dan
konsentrasi tertinggi justru pada otot putih.
Berkenaan
dengan
evaluasi mutu ikan secara
kimiawi, total amina basa
yang menguap (TVB) merupakan indikator kimiawi
yang biasanya diukur. TVB
merupakan frasa umum
yang digunakan untuk
memasukkan amina yang
mudah menguap seperti,
trimetilamina (TMA), amonia (NH3) yang dihasilkan
oleh bakteri pembusuk;
dimetilamine (DMA) dan
diproduksi oleh enzim autolisis selama penyimpanan
ikan beku. Penentuan TVB
dan TMA dalam daging
ikan dapat diukur dengan
destilasi uap, selanjutnya
dengan titrasi ekstrak ikan

terhadap asam kuat, seperti asam sulfat H2SO4.


Banyak penelitian untuk mencari metode cepat yang terpercaya untuk
pengujian kesegaran ikan.
Berbagai variasi metode digunakan untuk mengukur
perubahan postmortem dalam uji sensori, kimia dan
mikrobiologi. Suatu metode kimia menggunakan
total senyawa yang mudah
menguap (TVB) pada ikan,
yang berisi sebagian besar
amoniak, trimethylamine
(TMA) dan dimethylamine
(DMA), suatu level yang
naik seiring dengan peningkatan kerusakan karena
pengaruh bakteri atau enzim.
Bakteri memproduksi
enzim yang mengkatalisis
dekomposisi berbagai komponen ikan setelah proses
yang mengurai senyawa
seperti
trimethylamina
oxida (TMAO) menjadi
trimethylamin (TMA) dan
nitrogen non-protein terhadap total volatil basanitrogen (TVB-N). Akumulasi TMA dan/atau TVB-N
dicirikan oleh bau dan rasa
yang tidak diinginkan pada
ikan dan ini dapat digunakan untuk menunjukkan
pembusukan ikan. Namun,
menurut Huss (1995),
penggunaan TMA atau
TVB-N sebagai parameter
indikasi penurunan kualitas ikan terbatas pada jenis
ikan, misalnya TMA tidak
umum di beberapa spesies
ikan dan akumulasi yang
muncul di tahap akhir
pembusukan. Konsentrasi
TVB-N juga dapat dipengaruhi oleh cara penanganan selama analisis.
Komisi Uni Eropa menetapkan jika hasil pengujian kesegaran ikan secara
organoleptik meragukan,
inspektor harus menggunakan TVB sebagai metode
pengujian kimia. Konsentrasi TVB-N (total volatil basic-nitrogen) dalam
... ke hal. 23
WPI Edisi Mei 2011 No.93

11

Ikan Penyuplai...(dari hal. 3)


Tabel 2. Kontribusi Ikan terhadap Pasokan Protein (Gram/Kapita/Hari) di Indonesia
dan Negara ASEAN lainnya dan China (tahun 2007)
Suplai
Protein

Protein
Ikan

Protein
Hewani

Total
Protein

Kontribusi Protein
Ikan Terhadap Protein Hewani (%)

Kontribusi Protein
Ikan terhadap
Total Protein (%)

Indonesia

8,0

15,3

56,7

52,5

14,1

Brunei

8,8

49,6

86,9

17,8

10,2

Cambodia

10,4

15,1

58,2

68,7

17,9

Malaysia

17,1

39,0

77,9

43,8

22,0

Myanmar

7,2

20,8

70,8

34,6

10,2

Philippines

11,3

25,3

60,0

44,7

18,8

Singapore

13,3

59,1

92,8

22,5

14,3

Thailand

9,2

24,0

57,6

38,3

16,0

Vietnam

8,3

23,8

73,7

34,9

11,3

China

6,4

32,9

89,5

19,5

7,2

Sumber: Fishery and Aquaculture Statistics 2010, FAO Yearbook

Tabel 3. Gambaran Kontribusi Konsumsi Protein Ikan Indonesia Terhadap Total


Protein Hewani, 2008-2009
Tahun

Protein
Ikan
(gr/kap/
hr)

Protein Hewani Bukan


Ikan (gr/kap/
hr)

Total
Protein
Hewani
(gr/kap/hr)

Protein Hewan
Bukan Ikan
Terhadap Total
Protein Hewani
(%)

Protein Ikan
Terhadap Total
Protein Hewani
(%)

2008

7,94

4,00

11,94

33,50

66,50

2009

7,30

3,86

11,16

34,59

65,41

ikan merupakan sumber ikan dalam memasok toprotein, lemak, vitamin, tal konsumsi protein di
dan mineral yang san- Indonesia.
gat baik dan prospektif.
Keunggulan utama protein ikan dibandingkan
dengan produk lainnya
adalah kelengkapan komposisi asam amino dan Tabel 4. Rata- Rata Konsumsi Protein
kemudahannya
untuk Ikan per Kapita Sehari Beberapa
dicerna. Mengingat be- Jenis Makan Tahun 2008 dan 2009
Protein
sarnya peranan gizi bagi Jenis Makanan
2008
2009
kesehatan, ikan merupakan pilihan tepat untuk Ikan dan Udang 5,13
4,83
diet di masa yang akan Segar
datang. Dengan sumber Ikan dan Udang 2,81
2,47
daya perikanan yang be- diawetkan
0,19
0,18
sar, Indonesia memiliki Daging Sapi/
lebih banyak kesempa- kerbau
1,77
tan untuk menjadi pro- Daging ayam ras/ 1,91
dusen terkemuka produk kampung
0,09
perikanan di dunia dan Telur itik/manila/ 0,10
asin
sebagai eksportir potenAyam Ras/ 1,80
1,82
sial. Sumber daya ini juga Telur
kampung
seharusnya dapat terus
Sumber: BPS, Susenas Panel 2008
meningkatkan kontribusi dan 2009

Sumber: BPS, Susenas Panel 2007, 2008 dan 2009

Konsumsi Ikan...(dari hal. 4)

12

ini adalah untuk mengumpulkan data pokok (KOR)


kesejahteraan rakyat dan
data rinci/sasaran (Modul),
yang mana KOR dilakukan
tiap tahun dan Modul dilakukan secara sekuensial.
Selain Modul, Susenas juga
mencakup Paket Susenas
Panel (2008-2010), dengan variabel utamanya
yaitu demografi, pendidikan, kesehatan, ekonomi
dan unit observasinya yaitu
rumah tangga (individu).
Data Susenas ini pemanfaatannya digunakan untuk
indikator
kesejahteraan
rakyat (indikator kesehatan, indikator pendidikan
dan indikator ekonomi).
Sesi pokok dalam acara tersebut adalah Metode Perhitungan Angka
Konsumsi Ikan Berdasarkan Data Susenas dan
Simulasi Penghitungan.
Dalam paparannya yang
dibawakan secara menarik
dijelaskan bahwa sumber
data terkait konsumsi panWPI Edisi Mei 2011 No.93

gan pada dasarnya ada 2


macam yaitu Data Neraca
Bahan Makanan (NBM)
dan Data Susenas. Data
NBM pada dasarnya untuk
menggambarkan
tingkat
ketersediaan pangan untuk
konsumsi sedangkan data
Susenas lebih menggambarkan tingkat konsumsi
pangan riil. Untuk komoditas hasil perikanan, saat ini
terdapat 32 item jenis ikan
yang tercakup dalam Susenas. Jenis ikan yang belum

secara eksplisit tercantum


dalam kuesioner Susenas,
akan dimasukkan ke dalam kelompok ikan lainnya.
Simulasi
penghitungan
dilakukan dengan tujuan
meningkatkan kemampuan
dan keterampilan para peserta dalam memahami
teknis perhitungan angka
konsumsi ikan secara benar
dari sumber data Susenas.
Mengingat begitu pentingnya peranan perhitungan angka konsumsi bagi

indikator keberhasilan Kementerian Kelautan dan


Perikanan, maka kesamaan
persepsi terhadap sumber
data dan metodologi yang
digunakan dalam penghitungan angka konsumsi
ikan sangatlah penting.
Dengan sumber data dan
metodologi yang berbeda,
tentu hasilnya pun akan
berbeda pula. Sampai Jumpa di Workshop AKI tahun
depan!ronny

KIlas Berita
Impor Perikanan
Global Tahun 2010
Melambung Kembali

Dalam pasar impor,


baik pasar konvensional
maupun pasar baru yang
muncul, impor produk
pangan asal ikan tahun
2010 menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi
dibandingkan tahun 2009.
Hal yang menarik untuk
dicatat adalah bahwa
pertumbuhan impor
tersebut mencapai angka 2
digit pada sebagian besar
negara berkembang dan
pasar-pasar baru yang
muncul di Asia, Timur
Tengah dan Amerika Latin.
Sebagai gambaran, impor
China tahun 2010 meningkat hingga 24,4% dibanding tahun sebelumnya.
Impor Rusia meningkat
hingga 22,7%, Hongkong
meningkat 21,3% dan
Korea 12,7%. Pertumbuhan impor yang kuat ini
juga tercatat di banyak
pasar negara berkembang
lainnya di seluruh dunia.
Sementara laju pertumbuhan impor di Jepang,
Uni Eropa dan AS hanya
mencapai angka 1 digit,
masing-masing sebesar
5,9%, 6,7% dan 9,4%.

menyebabkan kenaikan
harga yang cukup tajam.
Perusahaan seafood di
Sungai Mekong membayar sampai VND 24.000
(US$I.18) per kilogram,
harga tertinggi yang tercatat. Keuntungan yang
diperoleh para pembudidaya sekitar VND 5.000
- 6.000 (US$ 0,25-0,30)
per kilogram. Menurut
seorang pejabat yang berwenang dari komite ikan
tra di VASEP mengatakan,
harga yang lebih tinggi
dapat mendorong pembudidaya ikan tra yang telah
berhenti untuk memulai
lagi bisnisnya.
Ikan Tra merupakan produk utama ekspor
Vietnam, meskipun ikan
ini telah mengkhawatirkan beberapa pembudidaya karena fluktuasi
dalam peningkatan biaya
produksi dan harga. Ini

Ketersediaan Ikan
tra Vietnam Tahun
Ini Diperkirakan
Turun 40%

Asosiasi Eksportir dan


Pengolah Hasil Perikanan
Vietnam (VASEP) melaporkan bahwa produksi
ikan tra Vietnam tahun ini
diperkirakan turun 40%
sebagai akibat dari para
pembudidaya yang terus
berpaling dari usaha ini.
Para petani hanya akan
mampu memproduksi
900,000 ton Ikan tra,
atau setara dengan sekitar
360,000-380,000 ton filet.
Kekurangan produksi ini
diperkirakan berlangsung
hingga awal Mei dan telah

menyebabkan banyak bank


telah menolak untuk memberikan pinjaman kepada
pembudidaya ikan tra
dalam dua tahun terakhir.
Menurut VASEP, sebanyak 48,372 ton patin di
ekspor ke Spanyol selama
Januari-November 2010
atau meningkat 2.6%
dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya.
Ekspor patin ini diharapkan mencapai 50,000 ton
di tahun 2011. Kebanyakan patin diekspor dalam
bentuk fillet (tanpa tulang

dan tanpa kulit). Patin


semakin populer disebabkan harganya yang lebih
murah.

Pengajuan Izin Ikan


Impor Capai 3 Juta
Ton

Pengajuan izin impor ikan ke Kementerian


Kelautan dan Perikanan
hingga saat ini sudah mencapai 3 juta ton per tahun.
Permintaan izin itu didominasi untuk ikan kembung dan laying. Penguatan daya saing perikanan
nasional kian mendesak
untuk
menyelamatkan
usaha perikanan. Direktur
Jenderal P2HP KKP Victor
Nikijuluw di Jakarta (14/4)
mengemukakan sejak kebijakan pengendalian impor
ikan diterapkan pada Maret
2011, sudah masuk aplikasi
untuk impor ikan sekitar 3
juta ton per tahun, 2 juta

ton diantaranya untuk pemasukan melalui DKI Jakarta. Pengajuan jumlah


impor ikan itu sangat besar, yakni sebesar 55% dari
total produksi perikanan
tangkap nasional nasional
yakni 5,4 juta ton.
Izin impor itu kini sedang dievaluasi oleh dinas
kelautan dan perikanan.
Terdapat 11 propinsi yang
berpotensi untuk jalur
masuknya ikan impor, yakni Sumatera Utara, Riau,
Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, DKI Jakarta,
Jawa Tengah, Jawa Timur,

Bali, Sulawesi Selatan dan


Sulawesi Utara. Sejauh ini,
ujar Victor izin impor yang
sudah disetujui untuk 20
perusahaan, sejumlah 15
perusahaan di antaranya
merupakan unit pengolah
ikan untuk tujuan ekspor
dengan total impor sebesar
18.000 ton per tahun. Ikan
yang diimpor itu antara
lain udang nonvaname,
cakalang dan sarden. Secara terpisah Menteri Fadel
Muhammad mengatakan
bahwa permintaan izin impor hingga jutaan ton sudah
berlangsung pada tahuntahun sebelumnya, tetapi
baru terungkap setelah
pihaknya mengoptimalkan
pengendalian impor.
Dari Pengajuan izin impor 3 juta ton ikan tersebut,
sekitar 94-95% berupa ikan
yang sudah diproduksi di
dalam negeri. Adapun mayoritas ikan impor tersebut
adalah ikan kembung, laying dan lele. Pemasok ikan
impor itu sebagian besar
berasal dari China, Vietnam
dan Thailand. Sementara
hanya 5-6% atau 150.000
ton merupakan jenis ikan
yang tidak diproduksi di
dalam negeri, seperti salmon dan kamatchi.
Wakil Ketua Umum
Bidang Perikanan KADIN
Yogi Prayanto mengatakan,
pemerintah dan perbankan
perlu segera memperkuat
produksi perikanan dalam
negeri, dianataranya dengan memproteksi produk
perikanan dalam negeri
agar tidak tergusur oleh
arus impor ikan. ulfa/ronny
Perkembangan Volume Ekspor
dan Impor Perikanan (ribu ton)

Ekspor

Impor

2004

902.4

136

2005

857.8

151

2006

926.5

184.2

2007

854.3

145.2

2008

911.7

280.2

2009

881.4

331.6

2010

1.053.4

318.8

WPI Edisi Mei 2011 No.93

13

Peluang Pasar

Komoditi

Spesifikasi

Contact Person

Olahan Ikan

produk olahan perikanan dan budidaya perikanan.

SMKN 1 Prajekan
Alamat : Jl. Raya Prajekan Bondowoso, Jawa Timur
Telp : +0332560263
Email : smknprajakan@yahoo.com

Fish Jelly Product

Produksi perhari 2 kwintal, harga per kg Rp60.000


diskon berlaku untuk pembelian partai (grosir/agen)
jenis yang diolah (1) Bekicot fresh (snail Crispy)
(2) Bakso daging Bekicot, (3) Gulai Bekicot
(4) Soup Bekicot dll
Melayani pemesanan bumbu untuk semua masakan

Ud chocho keong nusantara


Kholil LP
Alamat : Jl. kemiri desa Peh Kulon kec. Papar Kab. Kediri
Telpon: 081234176795
Email : kholilchocho@yahoo.co.id

Ikan Koi

Menjual beragam jenis koi beserta ukuran dan harganya. Siap Kirim
Koi Ke Seluruh Indonesia dan Ke Luar Negeri
Harga nego

The Koi Hunter


Amir Hamzah
Alamat : Jl. Piere Tendean 7 Kelurahan Gedog Kecamatan
Sananwetan Kota Blitar
Telp. 081334878226, Email : Amir_hzh@yahoo.com

Benih Ikan Bawal

Pembenihan Ikan Bawal


Sedia Larva Bawal : Umur 7 hari
Sedia Bibit Bawal Ukuran : 1/2, 3/4, 1, nyilet, ngorek, nyuper

Asep Zaenal U.
Alamat : Kp. Kebon Kopi Rt.03/02 Desa Ciampea Udik Kec.
Ciampea Kabupaten Bogor
No Hp : 081513131184, Email : asep.bawal@gmail.com

Abon Ikan

Produksi abon dengan kapasitas 100kg/bulan


Mentari Timur Harga nego

Bu Endah
Alamat : Desa Sukonatar, Kec. Srono Banyuwangi
Email : edihadi@gmail.com

Sari Ikan Kutuk

Sari Kutuk/ Sari Ikan Gabus. Berkhasiat untuk meningkatkan kadar


albumin dan daya tahan tubuh, mempercepat proses penyembuhan
pasca operasi, patah tulang, luka bakar dan mempercepat proses
penyembuhan luka luar dan luka dalam .
Harga nego

Griya Gizi - Naafi


Hj. Rosidah Inayati, SST
Alamat : Jl. Sisingamangaraja 42 Malang, Jawa Timur
Telp 03417329685
Email : edihadi@gmail.com

Pindang dan Petis

Produksi pindang dalam 1 hari dapat berproduksi 1,5 - 20 ton per hari
sedangkan petis mencapai 1 ton/bln..

KUB Mutiara Laut


Sunarto Eko Wahyudi
Alamat : Desa Pegagan Kecamatan Pademan Kabupaten
Pamekasan, Madura, Jatim
No Hp : 087850608122, Email : edihadi@gmail.com

Keripik, kerupuk Ikan

Pengolahan produk perikanan berupa kripik, krupuk dan ikan kering.

Alhandi
Tri Yuliani (Yuli)
Alamat Jl. Ikan Hiu Gg. I No. 12A Mayangan Probolinggo,
Jawa Timur
Telp : 085725777733, Email : usper.kotaprob@gmail.com

Olahan Ikan

Panji Mina merupakan merk dagang.


Macam-macam produk olahan hasil perikanan dengan kapasitas
produksi 20 kg/hari.

Panji Mina
Agus Hariyanto
Alamat : RT. 04/ RW. 02, Desa Kedungpanji, Kecamatan
Lembeyan, Kabupaten Magetan Jawa Timur
Nomer HP: 081359798793, E-mail: panjimina@yahoo.co.id

Fish Jelly

produksi kripik kentang udang, abon udang, baby fish, Udang Crispy,
Krupuk, Nugget dan Siomay

CV. Srikandi Mina Siti Aisyiyah


Alamat : Jl. Cumpak Raya 1 Kec. Bulak Kel. Cempak Surabaya, Jawa Timur
HP: 081234614438, Email : srikandi_mina@yahoo.com

Olahan Ikan

Keripik Teri ,Teri Kriuk, Getas Teri,Teri Gulung masing masing 4


bungkus dengan rasa manis dan gurih

KUB MELATI BAHARI


Henry
Telp : 0721-486355, Email : henrynosihs@gmail.com

Bandeng tanpa duri

Bandeng tanpa duri dalam jumlah banyak serta rutin

PT.AGAPE BORNEO CEMERLANG


Nomer HP: 08161114943, Email : primorin01@yahoo.com

Benih Ikan Gurame


Ukuran 2-3

Kami membutuhkan Benih Ikan Gurame punya Andhi Fish Farm


dan Ukuran 2-3 dalam jumlah banyak serta rutin, tolong dinfokan untuk
pengiriman dan harganya

Nomer Telpon: 081807472391


E-mail: l joseph_arnold83@yahoo.com

Kepiting Bakau

Harga: sesuai pasaran, cara pembayaran: tunai, jumlah: tak terbatas


Kemas & Pengiriman:box/stryofom
Keterangan: beli kepiting bakau/ dato dari wilayah sulsel dan sulbar

Nama: Tn. lukman [Pemilik/Pengusaha]


E-mail: garudamas04@yahoo.com
HP: 082188364233/04115793793, Telp: 04115793793
Alamat: Jl. dahlia no 4 kab. maros 90511, Sulawesi Selatan

MENAWARKAN

MEMBUTUHKAN

14

WPI Edisi Mei 2011 No.93

Harga Komoditas Perikanan di Beberapa Pasar Internasional Pada Bulan Mei 2011
Nama Produk

Ukuran

US$/KG

Nama Pasar

Nobashi (PTO), raw frozen tray pack


Black Tiger

21/25

0.29

61/70

0.11

21/25

0.26

61/70

0.11

9,5-10 cm

0.29

7,5-8,0 cm

0,12

9,5-10 cm

0,22

7,5-8,0 cm

0,11

21/25

5.40/lb

51/60

3.70/lb

Cooked and Peeled (IQF)


Vanamei

41/50

5.40/lb

61/70

3.70/lb

Cooked, P&D, Black Tiger


IQF

21/25

7.25/lb

61/70

4.20/lb

13/15

8.75/lb

41/50

3.95/lb

Vannamei

Wholesale, Tokyo
Jepang

Nama Produk

Ukuran

US$/KG

Nama Pasar

Soft Shell turtle

live

FOB Medan for


Hong Kong

Red Snapper

Natural IQF
4-6 oz/pc

5.15-5.35/
lb

12- 14 oz/pc

4.75-4.95/
lb

LizardFish Whole

30/50 gm/pc
200 gm/pc
and up

0.70

CFR Middle East

Tilapia

Fillet

5.80

FOB Medan, Indonesia for USA

CFR, New York,


USA

Bigeye Thunus obesus

g&g, chilled
(air flown)

825918877/ MT

Ex. Warehouse,
New York, USA

Auction Tsukiji
Market, Tokyo,
Jepang

Cuttlefish, sepia sp

50 - 150 gm
/ pc

1.25

CFR Europe

CFR New York,


USA

Whole, block

Large

2.45

CFR Busan, S.
Korea

Baby Cuttlefish
Whole, cleaned, 10% glazed,
IQF

10/2080/100 pc/kg

2.40

FOB Busan, S.
Korea

Blue Swimming Crab

Chilled (air
flown)

9.76-17.89

Wholesale Singapore

Squid, Loligo sp
Tubes and Tentacles

6/10-10/20
pc/kg

4.00

CFR USA

Squid, Loligo sp poulp Squid

Medium/
Large

2.50

FOB Medan for


Busan, Korea

Baby Octopus
Whole

10/20
-80/100
pc/kg

2.40

FOB Medan for


Busan, Korea

Baby Clams

SML

0.80

Hard Clams

10/20,
20/30,
30/40,
40/50, 50/80

0.80

FOB Medan for


Busan, Korea

Wholesale Kuala
Lumpur, Malaysia

Froglegs Classic Brand

6/8 pc/kg

6.5

CFR Europe

31/40 pc/kg

3.30

Wholesale Kuala
Lumpur, Malaysia

Froglegs Yoga Brand

13/15 pc/kg

6.20

20/30 pc/kg

4.50

Wholesale, Tokyo
Jepang

Sushi, Ebi cooked


Black Tiger
Vannamei
Vannamei, Cooked PTO

Cooked, PTO, Black Tiger


Grouper Epinephelus spp

US$ 4.077.32

Wholesale, Tokyo
Jepang

CFR New York,


USA
Wholesale Singapura

Whole, fresh/chilled
Brown Spotted Grouper
E.coioides
Whole, fresh/chilled
Manggrove Snapper
Whole, fresh/chilled

Red Snapper

Large

6.02

Medium

7.36

Small

4.35

Large

6.35

Medium

6.69

Small

6.02

US$ 4.885.69

Wholesale Kuala
Lumpur, Malaysia

Wholesale Kuala
Lumpur, Malaysia

Wholesale Jurong,
Singapura

Lutjanus sp, Whole, fresh


White Pomfret
Whole, Fresh/Chilled

Large

11.71

Ex. Warehouse,
NY, USA

Medium

10.03

Black Pomfret, Whole, Fresh


Cilled

Large

5.69

Medium

6.35

Spanish Mackerel
Scomberomous spp, Whole,
Fresh Chilled

Large

6.02

Wholesale Kuala
Lumpur, Malaysia

Medium

5.35

Wholesale Jurong
Singapura

Wholesale Kuala
Lumpur, Malaysia

Scomberomous spp
Whole, fresh/chilled
Indian Mackerel
Rastrelliger spp

Medium

2.68

Small

2.01

Indian Mackerel Rastrelliger


spp Whole fresh/child

Whole,
Fresh

2.44-4.07

Black Tiger Shrimp Penaeus


monodon Head-on, fresh/
chilled

9.76-26.02

Wholesale Singapura

white Shrimp p. indicus


Head-on, fresh/chilled

4.88-18.70

Wholesale Singapura

Whole fresh/child
Wholesale Jurong,
Singapura

15

WPI Edisi Mei 2011 No.93

Harga Komoditas Perikanan di Beberapa TPI dan Pasar Grosir


Produk/Lokasi

Harga bulan April 2011 (Rp/kg)


M-I

M-II

M-III

Produk/Lokasi

M-IV

Alu-alu

M-I

M-II

M-III

M-IV

Cumi-cumi

Kabupaten Sumbawa Barat

10.000

10.000

10.000

10.000

Pasar Masomba Palu

45.000

PPS Nizam Zachman Jakarta

12.500

12.000

12.000

14.000

Pasar Tua Palu

27.500

PPS Cilacap

12.000

12.000

TPI Gentuma Gorontalo

30.000

35.000

30.000

30.000

TPI Lemito Gorontalo

25.000

25.000

25.000

250.000

Kabupaten Sumenep

6.000

6.000

6.000

6.000

TPI Muara Sungai Batu Rusa Babel

PPS Nizam Zachman Jakarta

9.000

9.000

9.000

9.000

TPI Pasir Putih Babel

15.000

15.000

Ayam-ayam

TPI Karangreja Kabupaten Cirebon


Bambangan

Kabupaten Kampar

35.000

8.000

12.000

24.000

45.000

32.000

30.000

30.000

Kabupaten Sumbawa Barat

25.000

25.000

25.000

25.000

Kabupaten Sumbawa Barat

20.000

20.000

20.000

20.000

Kabupaten Sumenep

14.000

14.000

14.000

14.000

Kabupaten Sumenep

29.000

29.000

29.000

29.000

Pasar Argosari Gunung Kidul

38.286

38.000

38.000

32.500

PPS Nizam Zachman Jakarta

18.000

18.000

18.000

18.000

Pasar Ikan Kabupaten Brebes

21.000

18.500

19.000

Pasar Masomba Palu

30.000

30.000

TPI Lemito Gorontalo

11.000

10.000

10.000

TPI Paguat Gorontalo

11.000

10.000

Kabupaten Sumbawa Barat

15.000

Kabupaten Sumenep

Bandeng

Pasar Sekumpul Banjar

35.000

24.500

24.000

PPS Bitung

20.000

21.250

10.000

PPS Nizam Zachman Jakarta

26.429

30.000

30.000

30.000

10.000

10.000

Ekor Kuning

15.000

15.000

15.000

Pasar Candra Bandar Lampung

35.000

35.000

35.000

12.000

12.000

12.000

12.000

Pasar Masomba Palu

40.000

25.000

Pasar Sekumpul Banjar

15.000

8.800

12.000

12.750

Pasar Gd. Lelang Bandar Lampung

26.000

28.000

27.000

PPS Nizam Zachman Jakarta

15.429

15.500

17.000

18.000

TPI Gentuma Gorontalo

20.000

20.000

20.000

20.000

Turen & Pujon Kab. Malang

13.000

14.000

14.000

13.000

TPI Muara Sungai Batu Rusa

8.000

7.000

Kabupaten Brebes

15.000

16.000

15.000

16.000

TPI Paguat Gorontalo

15.000

15.000

15.000

15.000

TPI Pasir Putih Babel

27.000

25.000

25.000

Kabupaten Sumbawa Barat

25.000

25.000

25.000

25.000

TPI Tanjung Pandan Babel

20.000

20.000

Kabupaten Sumenep

25.000

25.000

25.000

25.000

Kabupaten Sumbawa Barat

18.000

18.000

18.000

18.000

PPS Nizam Zachman Jakarta

35.000

35.000

35.000

35.000

Kabupaten Sumenep

16.000

16.000

16.000

16.000

PPS Nizam Zachman Jakarta

27.000

25.929

25.500

27.000

Pasar Candra Bandar Lampung

49.000

49.000

49.000

49.000

7.000

7.000

Pasar Gd. Lelang Bandar Lampung

30.000

30.000

Pasar Candra Bandar Lampung

69.000

69.000

69.000

69.000

180.000

180.000

180.000

180.000

Pasar Gd. Lelang Bandar Lampung

50.000

50.000

50.000

50.000

Pasar Argosari Gunung Kidul

38.000

38.000

37.000

31.500

Pasar Ikan Kabupaten Brebes

25.000

30.000

Kabupaten Blitar

20.000

20.000

20.000

20.000

28.000

26.286

30.000

Pasar Ikan Kabupaten Brebes

32.000

32.000

40.000

43.571

45.000

45.000

TPI Karangreja Kabupaten Cirebon

22.000

22.000

Pasar Argosari Gunung Kidul

30.000

29.429

28.286

28.000

Pasar Ikan Kabupaten Brebes

24.000

25.000

PPS Nizam Zachman Jakarta

18.857

18.000

18.000

18.000

Pasar Sekumpul Banjar

16.000

16.000

16.400

16.000

Pasar Candra Bandar Lampung

59.000

59.000

59.000

59.000

14.000

14.000

14.000

14.000

TPI Gentuma Gorontalo

30.000

32.000

29.000

8.000

8.000

8.000

8.000

TPI Lemito Gorontalo

32.000

33.000

33.000

Pasar Argosari Gunung Kidul

18.600

18.000

17.000

17.500

TPI Pasir Putih Babel

50.000

25.000

35.000

30.000

PPN Palabuhanratu

15.000

15.000

15.000

13.800

TPI Tanjung Pandan Babel

40.000

35.000

35.000

32.000

PPS Bitung

10.059

10.143

10.071

11.333

Kembung

PPS Nizam Zachman Jakarta

12.429

12.357

12.500

13.500

TPI Muara Sungai Batu Rusa

Baronang

Bawal Hitam

Bawal Putih
Kabupaten Sumenep

Pasar Sekumpul Banjar


PPS Nizam Zachman Jakarta
Belut

Cakalang
Kabupaten Sumbawa Barat
Kabupaten Sumenep

16

Harga bulan April 2011 (Rp/kg)

WPI Edisi Mei 2011 No.93

TPI Karangreja Kabupaten Cirebon


Gabus

Gurame

Kakap Merah

12.000

10.000

5.000

TPI Pasir Putih

35.000

30.000

35.000

24.000

TPI Tanjung Pandan

35.000

20.000

25.000

20.000

Kabupaten Kampar

22.000

28.000

28.000

28.000

Produk/Lokasi

Harga bulan April 2011 (Rp/kg)


M-I

Produk/Lokasi

Harga bulan April 2011 (Rp/kg)

M-II

M-III

M-IV

Kabupaten Sumbawa Barat

15.000

15.000

15.000

15.000

Tawes

M-I

M-II

M-III

M-IV

Pasar Argosari Gunung Kidul

19.667

18.429

18.000

19.125

Pasar Ikan Kabupaten Brebes

13.000

14.000

Pasar Ikan Kabupaten Brebes

12.500

14.000

Pasar Sekumpul Banjar

12.000

10.400

11.800

11.333

12.000

12.500

23.000

8.000

10.000

12.000

Tenggiri

14.571

13.714

16.000

15.500

Pasar Ikan Kabupaten Brebes

14.500

17.000

Pasar Candra Bandar Lampung

40.000

40.000

40.000

40.000

PPN Palabuhanratu

35.000

27.500

TPI Gentuma Gorontalo

35.000

35.000

30.000

30.000

PPN Pekalongan

22.702

22.432

21.615

24.564

TPI Lemito Gorontalo

80.000

75.000

75.000

75.000

Teri
Kabupaten Sumbawa Barat

10.000

10.000

10.000

10.000

PPS Bitung
PPS Nizam Zachman Jakarta
Kerapu

Pasar Sekumpul Banjar

Manyung
Kabupaten Sumbawa Barat

15.000

15.000

15.000

15.000

Kabupaten Sumenep

14.000

14.000

14.000

14.000

PPN Pekalongan

14.689

12.965

12.954

17.979

Pasar Argosari Gunung Kidul

14.000

14.000

14.000

15.375

PPS Nizam Zachman Jakarta

11.929

11.500

11.500

9.500

TPI Tegal Sari Kota Tegal

11.214

11.000

11.125

11.000

Kabupaten Kampar

22.000

25.000

25.000

25.000

Tetengkek

Pasar Sekumpul Banjar

18.875

19.857

20.000

18.778

Kabupaten Sumbawa Barat

PPS Nizam Zachman Jakarta

17.214

16.000

16.000

16.000

PPS Nizam Zachman Jakarta

Pasar Argosari Gunung Kidul

17.000

17.000

16.643

Tongkol

Kabupaten Blitar

14.000

14.000

14.000

14.000

Kabupaten Kampar

23.000

25.000

26.000

25.500

14.000

14.000

12.500

12.500

12.500

Mas

Nila

TPI Karangreja Kabupaten Cirebon


Pasar Ikan Kabupaten Brebes
Pari
Kabupaten Sumbawa Barat
Pasar Ikan Kabupaten Brebes
PPN Pekalongan

11.714

12.000

12.000

12.000

6.500

6.000

Pasar Sekumpul Banjar

40.000

35.000

30.000

PPS Nizam Zachman Jakarta

8.000

8.714

9.000

10.000

TPI Muara Reja Kota Tegal

5.071

4.833

9.288

4.920

15.000

15.000

15.000

15.000

7.000

7.000

7.000

8.500

Kabupaten Blitar

10.000

10.000

10.000

11.000

Kabupaten Kampar

16.000

23.000

Kabupaten Sumbawa Barat

10.000

10.000

10.000

10.000

7.000

7.000

7.000

7.000

Pasar Argosari Gunung Kidul

18.000

18.167

17.600

16.833

Pasar Ikan Kabupaten Brebes

14.500

16.000

Pasar Sekumpul Banjar

19.625

15.000

15.000

16.250

PPN Pekalongan

12.800

13.083

12.872

12.396

Kabupaten Sumenep

12.980

9.570

13.591

11.164

PPS Nizam Zachman Jakarta

13.429

13.000

13.000

15.000

PPS Cilacap

8.000

5.857

5.000

TPI Pelabuhan Kota Tegal

14.000

11.600

12.750

13.600

PPS Nizam Zachman Jakarta

9.929

9.500

9.500

9.500

TPI Tegal Sari Kota Tegal

10.429

10.800

11.125

10.800

TPI Tegal Sari Kota Tegal

5.586

5.340

5.688

5.180

Tuna
Kabupaten Blitar

15.000

15.000

15.000

17.000

18.000

18.000

18.000

21.500

20.000

21.200

19.000

PPN Palabuhanratu

25.000

21.750

27.000

25.833

PPS Cilacap

21.000

21.000

21.000

Patin
Kabupaten Blitar

13.000

13.000

14.000

14.000

Pasar Argosari Gunung Kidul

Kabupaten Kampar

23.000

17.000

17.000

17.000

Pasar Sekumpul Banjar

Pasar Argosari Gunung Kidul

16.000

16.000

16.000

16.333

Tuna Albakor

Pasar Sekumpul Banjar

15.188

15.857

15.000

9.000

9.000

9.000

9.500

PPS Nizam Zachman Jakarta


Pisang-pisang

Udang Putih

Kabupaten Sumbawa Barat

12.000

12.000

12.000

12.000

Pasar Sekumpul Banjar

19.000

16.333

Kabupaten Sumenep

12.000

12.000

12.000

12.000

Kabupaten Sumbawa Barat

55.000

55.000

55.000

55.000

PPS Nizam Zachman Jakarta

15.000

15.000

15.000

15.000

PPS Nizam Zachman Jakarta

47.143

47.214

47.000

47.000

Rajungan

Udang Windu

Kabupaten Sumbawa Barat

20.000

20.000

20.000

20.000

Kabupaten Sumbawa Barat

55.000

55.000

55.000

55.000

Kabupaten Sumenep

22.000

22.000

22.000

22.000

Pasar Sekumpul Banjar

24.750

12.000

16.500

34.667

PPS Nizam Zachman Jakarta

36.429

35.000

35.000

35.000

PPS Nizam Zachman Jakarta

68.462

72.143

75.000

70.000

TPI Muara Reja Kota Tegal

41.143

40.667

35.550

41.000

PPN Pekalongan

14.770

13.200

9.250

11.719

PPS Nizam Zachman Jakarta

12.286

13.000

13.000

13.000

17

Remang

WPI Edisi Mei 2011 No.93

Potensi Perikanan dan Kelautan


Kabupaten Tabanan

18

ali, sebuah propinsi


yang kaya dengan
keindahan alamnya.
Selain Kuta dengan pantainya, di Bali juga terdapat
sebuah Kabupaten yang
memiliki keindahan alam
yang diakui hingga mancanegera, yaitu Kabupaten
Tabanan.
Salah satu kabupaten
di Bali ini terkenal dengan
Tanah Lot sebagai tempat
wisatanya. Selain sebagai
tempat wisata Tabanan
juga merupakan kawasan
yang potensial di dalam
produksi perikanan. Jumlah penduduk Kabupaten
Tabanan tercatat lebih dari
400.000 jiwa dan memiliki luas wilayah sebesar
839,33 km2 (14,9% dari
luas propinsi Bali). Sebagai
wilayah yang berbatasan
dengan Samudera Indonesia, Kabupaten Tabanan
memiliki garis pantai sepanjang 35 km yang terbentang dari Timur ke Barat,
mulai di Pantai Nyanyi, Kecamatan Kediri sampai di
Pantai Selabih, Kecamatan
Selemadeg Barat. Potensi
kelautan dan pantai ini telah dimanfaatkan melalui
usaha penangkapan ikan
dan obyek wisata.
Kabupaten
Tabanan
yang selama ini dikenal
sebagai daerah pertanian,
memiliki potensi perikanan
yang beragam, baik potensi
wilayah, sumber daya alam
dan kelautan. Ketersediaan
sumber mata air yang banyak dan aliran sungai yang
mengalir sepanjang tahun
serta kondisi perairannya
yang relatif rendah pencemaran, telah mendorong
tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis perikanan air tawar dalam bentuk
WPI Edisi Mei 2011 No.93

budi daya ikan di kolam,


sawah, saluran irigasi maupun pengembangan budidaya ikan di jakapung ( jaring kantong apung ).

Potensi budidaya ikan


air tawar terdiri dari potensi
budidaya ikan di sawah
tercatat sekitar 9.124 ha,
kolam air tenang 110 ha,

saluran irigasi 50 ha dan


budidaya Jakapung di Danau Beratan 50 unit. Dari
potensi yang ada tersebut,
sampai saat ini pemanfaa-

tannya masih tergolong


kecil. Budidaya ikan di
sawah baru dimanfaatkan
sekitar 15 persen, budidaya
di kolam sekitar 73 persen,
budidaya di saluran irigasi
25 persen dan budidaya di
jakapung 27 persen.

Permasalahan yang dihadapi


Hingga saat ini Kabupaten Tabanan masih
memiliki pesoalan persoalan pokok yang belum dapat terselesaikan.
Kemiskinan, pengangguran, ketimpangan ekonomi kota dan desa, rendahnya kualitas sumber daya
manusia termasuk belum
maksimalnya kabupaten
Tabanan sebagai destinasi
Investor dalam menanamkan modal yang dapat
memberikan efek peningkatan
kesejahteraan
masyarakat.
Meski masih menghadapi sejumlah kendala seperti lemahnya
permodalan dan masih
rendahnya kualitas SDM
pembudidaya ikan dan nelayan, namun pembangunan perikanan dan kelautan di Kabupaten Tabanan
selama tahun 2009 secara
keseluruhan telah menunjukkan hasi-hasil yang
cenderung meningkat dan
menggembirakan.
Pada tahun 2010, pada
sektor perikanan budidaya
diharapkan terjadi peningkatan produksi sekitar 20
persen. Adanya peningkatan ini, diharapkan sejalan
dengani tujuan pembangunan perikanan dan kelautan secara nasional yaitu
meningkatkan
produksi
ikan, meningkatkan konsumsi ikan/kapita/tahun,
meningkatkan pendapatan
para pembudidaya ikan/
nelayan serta memperluas
lapangan kerja di bidang
perikanan dan kelautan.
Terkait visi Kemente-

rian Kelautan dan Perikanan yaitu mewujudkan Indonesia sebagai penghasil


produk kelautan dan perikanan terbesar di dunia
tahun 2015, Pemkab Tabanan melalui Dinas Perikanan dan Kelautan telah
berkomitmen untuk mendukung visi tersebut melalui kontrak produksi yang
telah ditandatangani oleh
Bupati Tabanan dengan
Gubernur Bali dan Menteri
Kelautan dan Perikanan.
Dalam kontrak tersebut
peningkatan produksi perikanan budidaya diharapkan dapat mencapai 353
persen dalam periode 2010
2014 yaitu dari 1.095 ton
menjadi 3.975 ton. Untuk
mencapai
peningkatan
produksi tersebut komoditas budidaya ikan air tawar
yang akan didorong dan
dipacu pengembangannya
adalah nila, mas, lele dan
gurami sebagai komoditas
andalan.

Produksi Perikanan
Berdasarkan hasil-hasil
produksi yang diperoleh
dari berbagai jenis kegiatan baik perikanan budidaya maupun perikanan
tangkap, jumlah produksi
ikan konsumsi yang dicapai pada tahun 2010
sebesar 1.820,9 ton senilai
Rp
44.132.300.000,00
ada kenaikan produksi sebesar 605,3 ton
(49,79%) jika dibandingkan dengan produksi tahun 2009 yang mencapai
1.215,6 ton dengan nilai
Rp
39.427.800.000,00.
Adapun
daerah-daerah yang menjadi sentra produksi antara lain
Kecamatan Kediri dan
Seledemag Barat dengan
komoditas gurame, Kecamatan Tabanan dan Marga
dengan komoditas udang
galah, Kecamatan Penabel
dan Pupuan dengan komoditas ikan mas, keca-

matan Baturiti, Seledemag


Timur, dan Seledemag
dengan komoditas ikan
nila, kecamatan Kerambitan dengan komoditas ikan
lele.
Sedangkan
untuk
produksinya ikan hias
pada tahun 2010 sebesar
1,45 juta ekor. Yang banyak
disumbangkan oleh Sudimara (kec.Tabanan), Desa
Pitera, Penatahan, Wongaya Gede (kec. Penabel),
desa Bengkel (kec. Kediri),
desa Tibubiu (kec. Kerambitan), dan desa Langlanglinggah (kec. Selemadeg
Barat). Jenis ikan hias air

tawar yang diproduksi


para pembudidaya ikan di
antaranya adalah koi, mas
koki, lou han, sepat biru,
man fish, gupi, komet,
barber dan plati. Pengembangan ikan hias cukup
prospektif,
mengingat
saat ini berkembang tokotoko akuarium yang memasarkan ikan hias yang
sebagian berasal dari Jawa
Timur.

Tingkat Konsumsi Ikan


Sejalan dengan peningkatan produksi, tingkat
konsumsi
ikan/kapita/
tahun di Kabupaten Ta... ke hal. 25
WPI Edisi Mei 2011 No.93

19

DAMPAK GEMPA JEPANG :

Impor Produk Jepang Wajib


Bebas Radioaktif Nuklir
K
ebocoran yang terjadi di Daichi Nuclar
Plant di Prefecture
Fukushima, Jepang, menyusul gempa bumi dan tsunami pada tanggal 11 Maret
2011 telah memicu kekhawatiran akan adanya kebocoran reaktor nuklir seperti
yang terjadi di Chernobyl,
Ukraina pada April 1986.
Suatu kebocoran reaktor
nuklir terburuk dalam sejarah. Selain memicu evakuasi ribuan warga di sekitar
lokasi kejadian, dampak
kesehatan masih dirasakan para korban hingga
bertahun-tahun kemudian

20

WPI Edisi Mei 2011 No.93

misalnya kanker, gangguan


kardiovaskular dan bahkan
kematian.
Kekhawatiran terhadap
dampak radiasi nuklir pasca tsunami di Jepang yang
semakin meluas, juga telah
membuat berbagai negara
mulai waspada dengan
memperketat impor produk
asal Jepang, terutama setelah tanggal 11 Maret 2011.

Antisipasi Pencemaran
Singapura dan Thailand secara random telah
lebih awal melakukan tes
atas produk makanan segar
impor Jepang. Beberapa

negara lainnya seperti China dan Hong Kong, Filipina dan Korea Selatan pun
melakukan tindakan pencegahan dengan memeriksa
tingkat kontaminasi makanan impor Jepang. Hal ini
dilakukan untuk memastikan makanan impor tersebut tidak tercemar radioaktif menyusul meledaknya
PLTN di negeri itu akibat
gempa. Ini lebih sebagai
langkah antisipasi, kata
Menteri Kesehatan Hong
Kong, York Chow. Produk
yang diawasi ketat terutama produk susu dan turunannya, buah-buahan segar,

dan sayur mayur.


Di negeri jiran Singapura, otoritas pangan dan ternak (AVA) memberlakukan
tes hanya untuk produk
segar, bukan olahan. Sedang Food and Drug Administration Korea Selatan
tidak melakukan tes untuk
produk pertanian dan hutan, karena Korsel bukan
importir besar produkproduk asal Jepang. Pejabat di Korsel menyatakan,
pengawasan ketat dilakukan untuk produk laut, dimana negara ini tiap tahun
mengonsumsi 84 ton ikan
asal Jepang.

Demikian pula halnya


dengan Indonesia. Sejalan
dengan amanah UU nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, atas isu radiasi
nuklir Jepang, Indonesia
melakukan langkah antisipasi dengan meningkatkan
pengawasan impor produk
pangan dari Jepang. Pemerintah mewajibkan semua impor produk makanan olahan dan segar asal
Jepang mengantongi sertifikat bebas kontaminasi
radioaktif nuklir untuk
pengapalan pasca 11 Maret
2011. Sertifikat pengujian
bebas cemaran radiasi
tersebut diterbitkan oleh
otoritas yang berkompeten
di Jepang. Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang
Pengawasan
Keamanan
Pangan dan Bahan Berbahaya - Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM), Roy Sparingga,
Ini berlaku untuk semua
produk terutama produk
pangan olahan asal Jepang.
Kebijakan ini akan berlaku
hingga batas waktu yang
belum ditentukan. Yang
jelas, sampai semuanya
bisa terkendali. Karena
sampai saat ini dampak
radiasi ini terus meluas
dan kita tidak tahu sampai
seberapa besar dampaknya
ke depan.
BPOM
mewajibkan
pangan olahan yang diimpor dari Jepang harus dilengkapi dengan sertifikat
bebas radiasi sebagaimana
diatur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan (Kep
Menkes) No 00474/B/
II/87 tentang Keharusan
Menyertakan
Sertifikat
Kesehatan dan Sertifikat
Bebas Radiasi untuk Makanan Impor.
Dalam
Keputusan Menkes tersebut disebutkan keharusan
menyertakan sertifikat kesehatan dan bebas radiasi
untuk makanan impor sep-

erti produk susu dan hasil produk susu, buah dan


sayuran segar dan olahan,
ikan hasil laut segar dan
olahan, daging dan produk
daging, air mineral serta
serealia termasuk jagung
dan barley.
Bila produk pangan
tersebut tidak dilengkapi
sertifikat bebas radio aktif, produk tersebut akan
diajukan pengujian oleh
Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM), Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Badan Karantina Kementan ke Badan
Tenaga Atom Nasional
(Batan) guna melihat ada
tidaknya cemaran radiasi
nuklir. Apabila hasil pengujian mengandung cemaran radiasi yang melebihi
ambang batas toleransi,
produk pangan tersebut
harus di re-ekspor ke negara asal.

Produk Hasil Perikanan


Dari pandangan pelaku
pasar, Ketua Umum AP51
(Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran
Produk Perikanan Indonesia) Thomas Darmawan
mencermati bahwa sertifikasi hanya akan menyebabkan biaya tambahan bagi eksportir di negara
asal serta importir. Selain

akan menaikkan harga


jual di tangan konsumen,
ini juga akan menghambat
proses bongkar muat di
pelabuhan.
Thomas mengatakan,
data per September 2010,
nilai impor produk perikanan asal Jepang ke Indonesia sebesar US$16,5 juta
(sekitar Rp 145,2 miliar).
Dari nilai itu, ikan segar
dan ikan beku mendominasi dengan US$12,78
juta atau 77%. Kemudian
diikuti hampir merata
oleh produk tepung ikan,
makanan udang, tepung
udang, ikan kering, dan
ikan kaleng. Ikan segar
dan beku asal Jepang ini
produk-produk
spesifik
untuk memasok kebutuhan restoran-restoran Sushi Jepang, seperti jenis
magoru, funage, atau
salmon ujar Thomas.
Meskipun
sampai
saat ini belum ditemukan
adanya bukti bahwa ikan
asal Jepang terkontaminasi senyawa radioaktif.
Namun demikian, untuk
meyakinkan masyarakat
terhadap isu tersebut, Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) untuk
sementara akan menghentikan masuknya komoditas kelautan dan
perikanan khususnya ikan

asal Jepang ke Indonesia. Selain menghentikan


impor untuk sementara,
KKP juga akan bekerjasama dengan Badan Tenaga
Nuklir Nasional untuk
menguji kandungan radioaktif terhadap sampel ikan
hasil tangkapan di perairan Pasifik.
Melalui
informasi
semacam ini, diharapkan
masyarakat
khususnya
bagi para ibu tetap percaya
dan terus menyediakan
ikan bagi konsumsi keluarganya. Apabila dibandingkan dengan menu lainnya
seperti daging, ikan secara
nutrisi lebih unggul serta
sesuai untuk balita hingga
manula.
Ketersediaan omega 3,
6, dan 9 pada ikan memberikan beberapa manfaat
seperti: tumbuh kembang
bayi lebih cepat, anak
balita lebih aktif dan cerdas, serta terhindar dari
beberapa penyakit. Ikan
juga membutuhkan hanya
sedikit energi untuk memasaknya, berbeda dengan
daging yang membutuhkan lebih banyak energi. Di
samping itu segmen ikan
juga beragam, artinya ikan
dapat memenuhi berbagai kelompok masyarakat.
Dengan
mengkonsumsi
ikan yang aman dan sehat,
secara
langsung
maupun tidak langsung,
ikut berkontribusi dalam
pembentukan SDM yang
berkualitas. mw
Dari berbagai sumber

21

WPI Edisi Mei 2011 No.93

Ikan Pipih
yang Gemar Bercengkrama
Mengenal Kuwe

Ikan kuwe, Caranx sexfasciatus


(Carangidae)
hidup di perairan dangkal,
terumbu karang dan membentuk gerombolan kecil.
Ikan ini merupakan salah
satu jenis ikan permukaan
(pelagis). Panjang tubuh
ikan tersebut umumnya
sebesar 50 cm dan maksimal 75 cm. Penangkapan kuwe dilakukan dengan pancing, bubu, jaring
klotok, dan moroami jaring
insang. Kuwe biasanya dipasarkan dalam bentuk segar dan asin kering. Adapun
daerah
penyebarannya
meliputi sepanjang pantai
dangkal, perairan karang
Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang
pantai Laut Cina Selatan
dan Filipina. Ikan kuwe
juga merupakan ikan hias
yang diberi nama pidana
kuning.
Tubuh ikan kuwe berbentuk oval dan pipih.
Warna tubuhnya bervariasi, yaitu biru di bagian atas
dan perak hingga keputihputihan di bagian bawah.
Tubuh ditutupi sisik halus
berbentuk cycloid. Kuwe
dapat berenang cepat dan
memiliki laju pertumbuhan
yang lebih tinggi diband-

22

ingkan dengan jenis ikan


laut lainnya dan bersifat
karnivora. Adapun pakan
utama kuwe berupa ikan
dan krustasea berukuran
kecil. Ikan ini juga efisien
memanfaatkan pakan serta mampu hidup dalam
kondisi yang cukup padat.
Ikan kuwe memiliki lingkup pergaulan yang unik.
Seperti halnya manusia,
ikan kuwe pun gemar bercengkerama dengan teman
sebayanya. Habitat ikan
kuwe kecil lebih senang
berada di dekat karang.
Sedangkan,
kebanyakan
ikan kuwe berukuran besar melakukan penyebaran
lebih jauh dan sering pula

muncul ke permukaan.
Terdapat beberapa jenis
ikan kuwe seperti kuwe
gerong (Caranx ignobilis),
kuwe batu besar (Seriola
dumerili), kuwe mata besar (Caranx latus), tengkek
(Caranx crysos), Bar Jack
(Caranx ruber), kuwe florida (Trachinotus carolinus),
kuwe batu (Seriola rivoliana), kuwe lilin (Caranx
hippos), Permit (Trachinotus falcatus), Lookdown
(Selene vomer),
kuwe
rambut/kuwe rambe (Alectis ciliaris), sunglir/salem
(Elagatis
bipinnulata),
kuwe kuning (Caranx bartholomaei) dan kuwe sirip
biru. Ikan ini bermasuk

Produksi Tangkap Kuwe


Tahun 2003-2008

Harga Kuwe (Rp/kg) Tahun 2007-2010 di Beberapa Lokasi

Tahun

Lokasi

Produksi (ton)

2003

41.170

2004

41.351

2005

46.781

2006

47.310

2007
2008

2007

2008

2009

2010

Klasifikasi Kuwe
Pertumbuhan
(%)

Pasar Flamboyan
Pontianak

18.763

25.004

26.312

26.474

13

PPN Brondong
Lamongan

12.565

13.424

15.923

16.267

51.254
72.770

PPS Cilacap

9.000

10.222

14.183

15.571

21

Sumber: Statistik Perikanan Tangkap


2003-2008

WPI Edisi Mei 2011 No.93

Sumber: Database Harga Tahun 2007-2010

tangguh dalam mempertahankan hidupnya dan


memerlukan beberapa trik
untuk memburunya. Ikan
kuwe termasuk ikan segala
musim artinya dapat dipancing sepanjang tahun.
Meski begitu, ikan tersebut
banyak terdapat pada awal
musim hujan selama bulan
November-Maret.
Kuwe merupakan salah
satu ikan yang sangat digemari menjelang perayaan
tahun baru. Bahkan, permintaan konsumen terhadap kuwe di pasar tradisional dan modern dapat
meningkat hingga 100 %
atau dua kali lipat dibandingkan hari biasa. Ikan
tersebut biasanya diolah
menjadi ikan bakar selain
bawal, kakap merah, kakap
putih, dan gurame pada
saat menjelang perayaan
tahun baru.
Secara
keseluruhan
produksi tangkap kuwe
periode 2003-2008 mengalami pertumbuhan sebesar 13 %. Produksi terkecil
sebesar 41.170 ton ditahun
2003. Sedangkan, produksi
terbesar sebesar 72.770 ton
ditahun 2008 yang mengalami peningkatan sebesar
42 % dibandingkan tahun
2007. Kuwe diperdagang-

Famili

Carangidae

Spesies

Gnathanodon
speciosus
Caranx melampygus
Carangoides uii
C. chrysophrys
C. talamparoides

Nama Dagang

Trevally

Nama Lokal

Bubara dan kuwe


macan (G. speciosus)

kan pada beberapa pasar


tradisional dan pelabuhan

perikanan di Indonesia
diantaranya adalah Pasar

Flamboyan
Pontianak,
PPN Brondong Lamongan, dan PPS Cilacap. Pertumbuhan harga di Pasar
Flamboyan
Pontianak
meningkat sebesar 13 %.
Sedangkan, pertumbuhan
harga di PPN Brondong
Lamongan dan PPS Cilacap
juga meningkat sebesar 9
% dan 21 %. Pada tahun
2010, harga di Pasar Flam-

boyan Pontianak merupakan harga tertinggi dibandingkan PPN Brondong


dan PPS Cilacap sebesar
Rp26.474,-/kg, kemudian
disusul oleh PPS Cilacap
sebesar Rp15.571,-/kg dan
PPN Brondong Lamongan
sebesar
Rp16.267,-/kg.
dynia

selama periode 3-4 hari


inkubasi pada 25C lebih
dianjurkan
dibandingkan pada 30C atau 37C.
Penghitungan jumlah bakteri dalam makanan dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai media,
sehingga klasifikasi dari
metode ini misalnya; plate
count agars (PCA) biasanya digunakan untuk pengenalan satu per satu bakteri. Namun disarankan
agar-agar yang lebih kaya
nutrisi seperti (Agar Besi,
Lyngby) digunakan ketika
menganalisis hasil laut
untuk mendapatkan hasil
yang dapat direproduksi.
Bakteri secara alami
terdapat pada kulit, insang
dan di usus, tetapi tidak
menyebabkan pembusukan karena mekanisme
alami pada ikan hidup sehat. Setelah pemotongan
ikan, bakteri menemukan
jalan masuk ke dalam daging dan tidak hanya karena
sterilitas yang hilang tetapi
karena perubahan mekanik dan berbagai autolisis menyebabkan dinding
usus pecah dan melunakkan daging ikan sehingga
mudah bagi bakteri untuk
masuk ke jaringan ikan.
Aktivitas bakteri dalam
ikan, terutama bakteri
pembusuk spesifik specific
spoilage bacteria (SSB),
termasuk
(Shewanella,

Photobacterium
atau
Pseudomonas) mengurai
berbagai komponen ikan
seperti TMAO dan menghasilkan aroma dan rasa
yang tidak diinginkan serta
berbahaya bagi kesehatan
konsumen.
Dengan mengacu pada
Bourgeois et al. (1995),
metode plate count yang
digunakan untuk menentukan jumlah sel yang diperbolehkan serta bakteri
pembusuk dalam produk
makanan. Ini melibatkan
inokulasi dan inkubasi
sampel dalam cawan petri
pada suhu yang tepat dan
selanjutnya
menghitung
koloni.
Paling penting dari
bakteri ini adalah mereka
yang memiliki kemampuan
untuk memproduksi H2S
dan/atau mengurai trimetilamina oksida (TMAO)
menjadi
trimetilamin
(TMA). Perkiraan jumlah
bakteri pembusuk spesifik dapat berguna dalam
menentukan kualitas dan
sisa umur simpan produk
perikanan. Bagaimanapun,
metode plate count memerlukan waktu lama untuk mebuahkan hasil dan
oleh karena itu lebih sering
digunakan sebagai pengukuran dalam monitoring
kualitas ikan.M. Al Alawi

Metode Pengujian...(dari hal. 11)


jaringan otot ikan digunakan sebagai indeks mutu
kesegaran ikan. Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan nomor:
KEP.010/DJ-P2HP/2007
tentang program pengendalian dan monitoring
hasil perikanan. Didalam
keputusan tersebut dinyatakan bahwa batas maksimal kandungan TVB-N
adalah
20
mgN/100g
(mgN%). Metode pengujian berdasarkan Official
Journal of the European
Union 22.12.2005 yang telah diadopsi menjadi SNI
2354.8:2009.

3. Metode mikrobiologi
Perubahan besar pada
kesegaran ikan misalnya
perubahan kurang menarik dalam karakteristik
makanan seperti rasa, bau
dan warna sebagian besar
karena pertumbuhan dan
aktivitas bakteri. Metode
mikrobiologi
digunakan
untuk memperkirakan jumlah bakteri dalam hal menentukan kesegaran ikan,
kebersihan dan/atau mengevaluasi
kemungkinan
adanya bakteri atau organisme penting yang mempengaruhi kesehatan manusia. Prediksi/perkiraan
secara mikrobiologi adalah
jumlah bakteri, oleh karena itu dalam memenuhi

tujuan keamanan pangan


dan penentuan umur simpan, diharapkan hubungan
secara kuantitatif terhadap
karakteristik makanan selama penyimpanan.
Menurut Bourgeois dan
Mafart (1995) berbagai
cara yang dapat digunakan
untuk menentukan bakteriologi kontaminasi dalam
makanan/ikan meliputi;
Total Plate Count (TPC),
angka paling memungkinkan (MPN) dan metode
instrumen semisal (ATP,
mikroskop, turbidometri,
konduktansi dan sebagainya). Total Viable Count/
Total Plate Count/Standard Plate Count/Aerobic
Plate Count SPC, APC, semua berarti jumlah bakteri (koloni membentuk
unit, cfu/g atau ml) dalam
produk makanan di bawah
standar yang ditetapkan
dan kondisi kultur seragam. Secara umum, metode
ini bergantung pada estimasi dari fraksi mikroflora mampu menghasilkan koloni di media yang
digunakan dalam kondisi
inkubasi yang ditentukan. Oleh karena itu, suhu
petridisk selama inkubasi
memiliki pengaruh lebih
besar pada jumlah koloni
yang berkembang dalam
sampel, dalam pemeriksaan bakteri psychrophilic,
menempatkan
petridisk

Panggabean

WPI Edisi Mei 2011 No.93

23

Serial Manfaat Ikan

Belut, Bikin Geli


Namun Kaya Gizi
Di balik penampilan yang kurang menarik, belut merupakan makanan yang sangat lezat dan kaya akan berbagai nutrisi. Satu keuntungan, kaya hormon
kalsitonin dalam, yang berfungsi untuk menjaga kesehatan tulang. Selain itu, belut juga
memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan.

24

i Indonesia ada
tiga jenis ikan belut, yaitu belut
sawah (Monopterus albus
Zuieuw), rawa belut (Synbranchus bengalensis Mc.
Clell), dan belut bermata
sangat kecil (Macrotema
caligans). Belut sawah merupakan jenis paling dikenal
di Indonesia, sedangkan
belut rawa keberadaannya
terbatas sehingga kurang
dikenal. Panjang belut sangat bervariasi. Belut sawah
hanya berukuran panjang
8,5 cm, sementara belut
marmer Synbranchus marmoratus diketahui mencapai panjang 1,5 m.
Sebagian besar budidaya belut digunakan untuk
kebutuhan konsumsi. Dilihat dari komposisi gizi, belut mempunyai nilai energi
yang relatif tinggi, yaitu
303 kkal per 100 gram daging. Nilai energi belut jauh
lebih tinggi dibandingkan
telur (162 kkal / 100 g tanpa kulit) dan daging sapi
(207 kkal per 100 gram).
Nilai protein pada belut
(18,4 g / 100 g daging) setara dengan protein daging
sapi (18,8 g / 100g), tetapi
lebih tinggi dari protein
telur (12,8 g/100 g). Seperti jenis ikan lainnya, daya
cerna protein dalam belut
juga sangat tinggi, sehingga
sangat cocok untuk sumber
protein bagi semua kelompok usia, dari bayi hingga
lansia.
Leusin berguna untuk
WPI Edisi Mei 2011 No.93

melanggar dan pembentukan protein otot. Asam


glutamat sangat diperlukan untuk meningkatkan
sistem kekebalan tubuh dan
asam aspartat untuk membantu kerja neurotransmitter. Tingginya kadar asam
glutamat dalam belut belut
membuat rasanya enak dan
gurih. Dalam proses pematangan tidak perlu ditambahkan penyedap rasa dalam bentuk monosodium
glutamat (MSG).
Kandungan
arginin
(asam amino nonesensial)
pada belut dapat mempengaruhi produksi hormon
pertumbuhan
manusia
yang populer dikenal sebagai hormon pertumbuhan
manusia (HGH). HGH,
yang akan membantu meningkatkan otot dan mengurangi penumpukan lemak
di tubuh. Hasil tes laboratorium juga menunjukkan bahwa arginin fungsi
menghambat pertumbuhan
sel kanker payudara.
Belut kaya akan zat besi
(20 mg/100 g), jauh lebih
tinggi dibandingkan zat
besi pada telur dan daging
(2,8 mg / 100g). Konsumsi
125 gram belut setiap hari
memenuhi kebutuhan tubuh akan zat besi, yaitu 25
mg per hari. Badan membutuhkan zat besi untuk
mencegah anemia, yang
ditandai dengan tubuh
yang mudah lemah, letih,
dan lesu.
Besi ini berguna untuk

membentuk
hemoglobin
darah yang membawa oksigen ke. jaringan seluruh
tubuh. Oksigen kemudian
berfungsi untuk mengoksidasi karbohidrat, lemak,
dan protein menjadi energi
untuk aktivitas tubuh. Itulah yang menyebabkan gejala utama kekurangan zat
besi adalah lemah, lelah,
dan tidak bertenaga. Besi
juga berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan
tubuh, sehingga rentan terhadap berbagai penyakit
menular.
Belut juga kaya akan
fosfor. Nilainya dua kali lipat fosfor pada telur. Tanpa
kehadiran fosfor, kalsium
tidak dapat membentuk
massa tulang. Oleh karena
itu, konsumsi fosfor Hares
seimbang dengan kalsium,
sehingga tulang menjadi
kuat dan kuat, sehingga
terbebas dari osteoporosis.
Di dalam tubuh, fosfor dalam bentuk kristal kalsium
fosfat umumnya (sekitar
80 persen) berada dalam
tulang dan gigi.
Fungsi utama fosfor
adalah sebagai energi dan
kekuatan pada metabolisme
lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan
gigi dan gusi, untuk sintesis
DNA dan penyerapan kalsium dan digunakan. Fosfor
kebutuhan untuk wanita
hamil lebih dari saat-saat
tidak mengandung, terutama untuk pembentukan
tulang janin. Jika asupan

fosfor kurang, janin akan


mengambilnya dari ibunya.
Ini adalah salah satu penyakit menyebabkan tulang
rapuh pada ibu. Kebutuhan
fosfor akan terpenuhi apabila konsumsi protein juga
diperhatikan.
Kandungan vitamin A
yang mencapai setiap 100
g SI 1600 membuat belut
sangat baik untuk digunakan sebagai pemelihara sel
epitel. Selain itu, vitamin A
juga tubuh kita butuhkan
untuk pertumbuhan, visi,
dan prows reproduksi. Belut juga kaya akan vitamin
B. Vitamin B umumnya
berperan sebagai kofaktor enzim, sehingga enzim
dapat berfungsi normal
dalam proses metabolisme
tubuh. Vitamin B juga sangat penting bagi otak untuk
berfungsi secara normal,
membantu
membentuk
protein, hormon, dan sel
darah merah.
Meskipun
memiliki
kandungan nilai tinggi, gizi
lemak dalam belut juga cukup tinggi, mencapai 27 g
per 100 g. Lebih tinggi dari
lemak dalam telur (11,5
g/100 g) dan daging sapi
(14,0 g/100 g).
Di antara kelompok
ikan, belut digolongkan
sebagai ikan tinggi lemak.
Kandungan lemak pada belut hampir setara dengan
lemak pada daging babi (28
g/100 g). Menurut publikasi
yang dikeluarkan oleh Singapore General Hospital,

belut termasuk makanan


berkolesterol tinggi dan
wajib untuk menyadari.
Meskipun kandungan
lemak tinggi, belut tidak
perlu dihindari dalam
diet kita. Namun, lemak
memegang peranan penting sebagai makanan lezat
muram, sumber energi,
penyedia asam lemak esensial, dan tentu saja sebagai pembawa vitamin min
lemak larut (A, D, E dan

K).

Vitamin D adalah ikan


lemak yang cukup tinggi,
yaitu 10 kali lebih daripada
daging dan 50 kali vitamin D banyak ditemukan
dalam susu. Vitamin D
sangat berguna bagi tubuh
untuk membantu penyerapan kalsium dan mencegah dari proses resorpsi
(pelepasan kalsium dari
tulang).
Upaya untuk mengu-

rangi kandungan lemak


dalam belut dipanggang
di atas bara ke dalam api.
Proses
pemanggangan
akan menyebabkan lemak
mencair dan keluar dari
daging belut, menetes ke
bara. Belut tidak harus
diproses dengan cara digoreng, sehingga kandungan lemak tidak banyak
meningkat.
Seperti pada spesies
ikan lain, belut juga men-

gandung asam lemak omega 3. Tingkat lemak omega


3 pada ikan, termasuk belut, sangat bervariasi tetapi
berkisar antara 4,48 persen menjadi 11,80 persen.
Kandungan omega 3 pada
ikan, tergantung pada
jenis, umur, ketersediaan
makanan, dan daerah penangkapan ikan.
Dan hasil penelitian,
diketahui bahwa komposisi tubuh ikan memiliki
lemak omega-3 dengan
berbeda. Tingkat omega
3 pada kepala sekitar 12
persen, dada 28 persen,
31,2 persen dari permukaan daging, dan isi rongga perut 42,1 persen (berat
kering). her

Potensi Perikanan...(dari hal. 19)


banan dari tahun ke tahun juga menunjukkan
peningkatan. Pada tahun
2008 tingkat konsumsi
ikan masyarakat Kabupaten Tabanan mencapai
20,8 kg/kapita/tahun atau
mengalami peningkatan
sebesar 0,3 kg/kapita/tahun dibandingkan tahun
sebelumnya.
Hal ini menunjukan
tingkat konsumsi ikan di
Tabanan masih berada di
bawah angka tingkat konsumsi nasional pada tahun
2010 yaitu 30,48 kg/kapita/
tahun. Dengan mayoritas
penduduk yang beragama
hindu dan mempunyai
kebiasaan tidak mengkonsumsi daging sapi, maka
seharusnya angka tingkat
konsumsi ikan tersebut
bisa dikembangkan. Ada
baiknya kampanye Gerakan
Memasyarakatkan
Makan Ikan (Gemarikan)
dioptimalkan di kabupaten
Tabanan, karena daerah
ini sangat potensial untuk
dikembangkan

Pengembangan Komoditas
Andalan
Berdasarkan
potensi
wilayah dan kesesuaian lahan budi daya ikan, Dinas
Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Tabanan telah menetapkan beberapa
komoditi andalan untuk
dikembangkan. Beberapa
komoditi andalan yang diunggulkan dan dikembangkan di antaranya adalah:
Ikan Nila (Oreochromis
niloticus), Ikan Mas (Cyprinus carpio), Ikan Lele
(Clarias gariepinus), Ikan
Gurami
(Osphronemus
gouramy).
Selain empat komoditas andalan tersebut, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tabanan
juga telah mencanangkan
program pengembangan
komoditas alternatif perikanan budidaya. Komoditas alternatif ini diharapkan bisa menjadi pilihan
alternatif sekaligus sebagai
pendukung produksi peri-

kanan budidaya. Beberapa


komoditas alternatif yang
telah dikembangkan oleh
para pembudidaya ikan
di Kabupaten Tabanan di
antaranya adalah: Udang
Galah
(Macrobrachium
rosenbergii), Kodok Lembu (Rana catesbiana), Patin (Pangasius sp), Lobster
Air Tawar (Cherax sp).
Selain perikanan budidaya, Kabupaten Tabanan
juga memiliki potensi di
bidang perikanan tangkap.
Pada bidang ini, komoditas yang dikembangkan
dan dijadikan andalan di
antaranya adalah Lobster
(Panulirus sp) dan Layur
(Trichiurus sp). Kedua
komodiatas tersebut diTahun

Hasil tangkapan
(ton)
Air tawar

Air laut
491,2

jadikan andalan, karena


selama ini Kabupaten Tabanan dikenal sebagai produsen utama udang barong
atau lobster di Bali. Selain
lobster, hasil tangkapan
utama di Tabanan adalah
ikan layur. Di Kabupaten
Tabanan, lobster dan layur
dihasilkan oleh 20 kelompok nelayan dari berbagai
sentra produksi.
Karena itu jika anda
ada waktu berkunjung ke
Bali jangan lupa untuk menyempatkan mampir ke
Tabanan, selain berwisata
kuliner dengan menikmati
ikan gurame ataupun lobster sekaligus sambil melihat pemandangan alam
Tabanan. her/ronny

Sumber: Dinas Perikanan Kab.

Hasil
budidaya
(ton)

Total
produksi
(ton)

429,1

1.055,0

2006

134,7

2007

132,3

517,2

408,3

1.057,8

2008

133,2

518,0

411,8

1,063,0

2009

150,2

535,3

530,1

1.215,6

2010

115,3

606,1

1.099,5

1.820,9

WPI Edisi Mei 2011 No.93

25

Persyaratan dan Tata Cara

Penerbitan Sertifikat Kesehatan


Hasil perikanan

26

erdaskan Undangundang No. 31 tahun 2004 yang telah


diubah dengan Undangundang No. 45 tahun 2009
tentang perikanan khususnya dalam Pasal 20 dan 21
serta memperhatikan Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan No. PER.01/
MEN/20017 yang telah
direvisi menjadi PER.019/
MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan dan Peraturan
Kepalaq Badan Karantina
Ikan, pengendalian Mutu
dan keamanan Hasil Perikanan No. 03/BKIPM/2011
tentang Pedoman Teknis
Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan diamanatkan untuk melakukan pengendalian terhadap hasil
perikanan.
Dalam
mendukung
pelaksanaan pengendalian
tersebut, maka produk perikanan yang telah dikendalikan diberikan jaminan
berupa Sertifikat Kesehatan.
Sertifikat
Kesehatan
(Health Certificate) yang
sering disingkat HC merupakan sertifikat yang menyatakan bahwa ikan dan
hasil perikanan telah memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan
untuk dikonsumsi manusia. HC merupakan salah
satu kelengkapan dokumen
ekspor.
Penerbitan HC dilakukan oleh laboratorium pengujian yang ditunjuk oleh
oleh Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian
Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan (BKIPM) selaku
Otoritas Kompeten, berWPI Edisi Mei 2011 No.93

dasarkan Surat Keputusan


Pendelegasian Kewenangan Kementerian Kelautan
dan Perikanan.

Persyaratan
a. Setiap produk perikanan dipasarkan untuk
konsumsi manusia wajib disertai dengan sertifikat kesehatan yang
diterbitkan berdasarkan
hasil inspeksi dan hasil
pengujian selama proses
produksi atau in-Process
Inspection (IPI);
b. Sertifikat kesehatan sebagaimana
dimaksud
huruf (a) hanya dapat
diterbitkan
terhadap
hasil perikanan yang berasal dari UPI yang telah
mendapatkan Sertifikat

Penerapan HACCP dan


atau sertifikat cara Penanganan Ikan yang baik
di kapal;
c. Sertifikat
Kesehatan
ditandatangani oleh Pejabat
Penandatangan
dan dibubuhi stempel
BKIPM;
d. Sertifikat
Kesehatan
harus memuat data dan
informasi yang sesuai
dengan produk yang disertifikasi;
e. Sertifikat kesehatan harus diterbitkan sebelum
hasil perikanan didistribusikan.

Tata Cara
a. UPI mengajukan permohonan penerbitan Sertifikat Kesehatan kepada

lembaga inspeksi dan


sertifikasi sesuai wilayah
kerja dengan melampirkan dokumen spesifikasiproduk yang akan
didistribusikan.
b. Lembaga inspeksi dan
serifikasi
melakukan
evaluasi terhadap permohonan sebagaimana
dimaksud huruf (a), rekaman hasil uji dan rekaman hasil survailen
UPI bersangkutan;
c. Hasil uji sebagaimana
huruf (b), diterbitkan
oleh laboratorium yang
terakreditasi oleh lembaga akreditasi yang diakui
secara internasional;
d. Pimpinan lembaga inspeksi dan sertifikasi
dapat menugaskan inspektur mutu untuk
melakukan pengecekan
lapangan mengenai kebenaran informasi yang
disampaikan dalam permohonan;
e. Sertifikat
kesehatan
diterbitkan apabila hasil
evaluasi
sebagaimana
damaksud huruf (b), (C)
dan (d) telah memenuhi
standar dan atau persyaratan yang berlaku.

Layanan Pengaduan
Pusat Sertifikasi Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan
Telp/Fax: 021-3500149

Prosedur Penanganan

Kasus Penolakan Produk Perikanan Di Negara Tujuan Ekspor

ndonesia dituntut untuk meningkatkan dan menyerasikan Sistem


Jaminan Mutu dan Kemanan
Hasil Perikanan dengan negara-negara tujuan ekspor. Negara yang telah
melakukan kerja sama (MRA) dengan Indonesia dalam bidang perikanan , yaitu UE, Kanada , Korea China,
Rusia dan Vietnam.
Indonesia akan terus menjaga eksistensinya sebagai negara pengekspor produk perikanan yang tyerjamin mutunya dan mempunyai daya
saing tinggi, dengan terus mengambangkan penerapan sisiten HACCP
yaitun salah satu sistem jaminan
mutu dan keamanan pangan yang diakui secara internasional.
Meskipun berbagai persyaratan
ekspor telah kita upayakan untuk
dipenuhi namun masih terjadi kasus
penolakan oleh negara pengimpor.
Penangan kasus penolakan ini bertujuan akan kasus penolakan tidak
terjadi secara berulang, UPI dapat
segera memperbaiki kasus tersebut
sehingga penerapan sistem jaminan
mutu dan keamanan hasil perikanan
dapat berjalan dengan konsisten agar
kasus penolakan oleh negara tujuan ekspor (RASFF)
dapat ditekan.
Terhadap kasus penolakan
yang terjadi, pemerintah
Indonesa telah melakukan upaya penanganan
dan penyelesaian kasus
tersebut. Sehingga dapat
memberikanan pemahaman terhadap UPI yang
terkena kasus penolakan
yang berdampak pada
dikenakannnya status internal suspend dan upaya
pencabutan status internal suspend.

UPT BKIPM/LPPMHP dan tidak


diperkenankan melakukan ekspor
ke negara tersebut yang sedang
menggunakan status suspend.
UPI yang terkena kasus (status
internal suspend) akan segera diinvestigasi oleh inspektur mutu
tanpa dibebani biaya investigasi.
Hasil
investigasi
dilaporkan
kepala Pusat Sertifikasi Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan dan dievaluasi.
Hasil evaluasi dilaporkan kepada
Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan (BKIPM).
UPI yang terkena status internasional suspend setelah diinvestigasi agar segera melakukan tindakan
perbaikan atas temuan ketidaksesuaian.
Hasil tindakan perbaikan dilaporkan kepada pengawas mutu yang ada
di LPPMHP atau UPT BKIPM untuk
diverifikasi. Hasil perbaikan yang
sudah diverifikasi tersebut disampaikan kepada Kepala Pusat Sertifikasi
Mutu dan Kemamnan Hasil Perikanan untuk dievaluasi dan dilaporkan

Prosedur Operasi Standar


Penolakan Produk
Perikanan

Rapid Alert System For Food and Feed


(RASFF)

Rapid Alert System of Food and


Feed (RASFF) merupakan sistem
yang dikebangkan di kawasan Ui
Eropa uantuk menyediakan informasi mengenai bahaya keamanan
dan kesehatan pangan serta pakan.
Dasar hukum RASFF adalah General Product Safety Directive (EC)
No 178/2002 dengan perlakuan
bersifat mandatory bagi semua
komoditi pangan dan pakan yang
berjumlah 30 negara, antara lain
27 Member State Uini Eropa
dan 3 negara anggota European Free Trade Association
(EFTA)

Saksi Terhadap UPI Terkena


Kasus Penolakan
Notifikasi atau pemberitahuan
penolakan produk dari negara
importir

Prosedur Penanganan kasus


UPI yang terkena Kasus
penolakan hasil perikanan
oleh negara tujuan diberlakukan status internal
suspend
UPI dengan status Internal suspend tidak dapat
dikeluarkan Health Certificate (HC) nya oleh

kepada Kepala BKIPM sebagai hasil


penanganan kasus penolakan.
Hasil penanganan kasus penolakan tersebut oleh Kepala BKIPM
disampaikan kepada Otoritas Kompeten di Negara tujuan/mitra sebagai
bahan pertimbangan untuk membuka status internal suspend-nya.
Apabila status internal suspend
telah dibuka, BKIPM akan menginformasikan melalui surat kepada
UPI, LPPMHP dan UPT BKIPM
bahwa UPI tersebut dapat melakukan ekspor kembali.

Laporan
Investigasi

Kepala BKIPM
Penugasan

Laporan

KAPUS SMKHP
NOTIFIKASI
(INTERNAL
SUSPEND) DAN
INVESTIGASI

UPT BKIPM,
DINAS, dan
LPPMHP

UPI

Upi yang terkena kasus penolakan oleh negara mitra


akan diberi sanksi berupa internal suspend. Khusus bagi
UPI yang terkena kasus penolakan oleh Rusia dan Korea,
secara langsung diberi sanksi
berupa suspend oleh negara
tersebut, sedangkan untuk
negara mitra lainnya, status
internal suspend diberikan
oleh Otoritas Kompeten Indonesia.

Layanan Pengaduan
Pusat Sertifikasi Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan
Telp/Fax: 021-3500149

WPI Edisi Mei 2011 No.93

27

Profil Produk

Bandeng Duri Lunak Mina Mandiri


Jaya Khas Gunung Kidul

Awal Usaha

28

Tahun
2011,
UKM
pengolah hasil perikanan
Mina Mandiri Jaya yang
bertempat di Jambe Ngijo, Semin, Gunung Kidul
milik Seno Budiyanto (41
tahun) berhasil menyabet
gelar juara pertama UKM
Pengolah Hasil Perikanan
Tingkat Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Kesuksesan beliau bermula
dari kejeliannya melihat
peluang usaha pengolahan hasil perikanan yang
masih jarang dilakukan di
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta khususnya di
Gunung Kidul.
Selama sepuluh tahun,
Seno membantu usaha keluarga dalam mengolah
bandeng di Wonogiri sejak
tahun 1986 hingga 1996.
Kemudian pada tahun
2005, beliau mendirikan
usaha bandeng presto dengan merek Mina Mandiri
Jaya. Bapak dengan tiga
anak dan satu istri ini berpenampilan low profil, ulet,
dan mempunyai semangat
tinggi dalam menciptakan
peluang kerja yang cukup
besar bagi tenaga kerja di
lingkungan sekitar. Usaha
ini memiliki tujuh orang
karyawan tetap yang terdiri
dari enam orang tenaga
kerja pengolahan dan satu
WPI Edisi Mei 2011 No.93

orang sopir dengan omset


sekitar 85 juta per bulan.

Bahan Baku
Kebutuhan
bahan
baku bandeng berasal dari
Gresik, Lamongan dan Kulon Progo sebesar 300kg
per hari. Adapun harga
bandeng per kg sebesar
Rp12.000,- (isi 10-12 ekor)
dan Rp11.000 (isi 14-15
ekor). Bahan baku tersebut
didatangkan pada sore hari
kemudian pada malam hari
dilakukan proses produksi,
setelah itu dijual pada pagi
hari. Untuk menjaga kualitas produk pindang bandeng duri lunak, Seno selalu berusaha menerapkan
prinsip-prinsip
sanitasi
dan higienitas dalam menjalankan proses produksi.
Selain itu, beliau juga melengkapi usahanya dengan
perizinan seperti SIUP,
HO, NPWP dan Sertifikat
Pangan Industri Rumah
Tangga (PIRT).

Proses Pengolahan
Proses pengolahan pindang bandeng duri lunak
tidak menggunakan zat
kimia aditif yang dapat
membahayakan kesehatan
manusia tetapi hanya mengunakan aneka bumbu tradisional. Produk pindang
bandeng duri lunak milik

Seno Budiyanto ini sangat


digemari anak-anak hingga
dewasa karena durinya lunak, kandungan protein
cukup tinggi, sangat mudah dicerna serta sangat
baik untuk dikonsumsi
oleh semua usia dengan
rasanya yang enak, lezat,
dan gurih.
Resep kesuksesan bisnis pindang bandeng tanpa
duri milik Seno Budiyanto
ini terletak pada pemberian bumbu berupa garam,
daun sere, daun salam,
daun jeruk, kunyit dan
bawang putih dengan cara
pengolahan yang masih
semi tradisional menggunakan tungku pemanas
stainless steel berukuran
180 cm x 100 cm x 100 cm
dan menggunakan kayu bakar sebagai sumber panas
dengan kapasitas sebesar
240kg.
Proses
pengolahan
bandeng duri lunak meliputi penimbangan, penyiangan, pencucian, pemberian bumbu, penataan
dalam kotak kayu kemudian ke dalam tungku, dan
pemindangan selama 5
jam. Selain, pindang bandeng duri lunak Seno juga
memproduksi pepes pindang bandeng duri lunak.
Adapun presentase produk
olahan beliau terdiri atas

95 % pindang bandeng duri


lunak dan 5 % pepes pindang bandeng. Pepes bandeng duri lunak dibandrol
dengan harga Rp.2.500,(ukuran 0,7 ons) hingga Rp
5.000,- (uk. 1,4 ons) dengan kemasan dibalut daun
pisang. Sedangkan, produk
pindang bandeng duri lunak dijual dengan harga
sebessar Rp 6.000,- (uk. 2
ons) dan harga sebesar Rp
9.000,- (uk. 6 ons) dengan
kemasan karton yang terletak dalam wadah kayu.

Pemasaran
Wilayah
pemasaran
pindang bandeng duri lunak 60 % untuk konsumen
lokal di Kabupaten Gunung
kidul dan 40% untuk memenuhi permintaan konsumen di daerah Praci,
Kabupaten Wonogiri. Tujuan pemasaran produk ini
adalah pedagang pengecer
dengan sistem pembayaran
secara tunai dan didistribusikan sesuai dengan pesanan dengan pembayaran
secara tunai. Permintaan
konsumen terhadap pindang bandeng duri lunak
akan meningkat secara signifikan menjelang puasa
dan lebaran dengan peningkatan produksi sebesar
50 % dibandingkan hari
biasa.Dewi AP

Tips Memilih Lobster

enis lobster yang banyak dijumpai di Indonesia, adalah lobster batik (panulirus Cygnus)
lobster bambu (panulirus versicolor),
lobster batu (panulirus penicilatus),
lobster pasir (homarus panulirus)
lobster mutiara (ornatus panulirus)
lobster udang kipas - merah / hitam
- (Scyllarides). Yang paling mahal
diantara jenis tersebut adalah lobster
mutiara.
Untuk memilih lobster berkualitas diperlukan sedikit pengetahuan.
Di bawah ini adalah panduan sederhana untuk memilih lobster untuk
memenuhi selera Anda.
Warna, jenis kelamin, tekstur kulit, dan usia merupakan pilihan mendasar. Pada dasarnya ada dua warna,
yaitu merah atau hijau. Tidak ada
perdebatan dalam hal ini karena pada
dasarnya rasanya sama. Tipisnya perbedaan rasa antara merah dan hijau
secara efektif tertutup oleh bumbu-bumbu atau saus mentega yang
akan digunakan. Satu pilihan yang
lebih mendesak adalah pilihan yang
berkaitan dengan gender. Lobster
betina adalah pilihan yang lebih baik
daripada yang jantan. Lobster betina
mungkin memiliki telur, atau telur
yang tidak dibuahi yang lezat dan itu
diakui oleh penggemar lobster. Dis-

amping itu lobster betina memiliki


ekor yang lebih lebar, berarti lebih
banyak daging. Ukuran besar pada
lobster betina memang dibutuhkan
untuk membawa telur-telurnya. Pertanyaannya, bagaimana mengetahui
lebster jantan atau betina? Selain
ekornya yang lebih luas lobster betina
berbulu, tidak seperti jantan badannya lebih kurus dan lebih keras. Isu
lain yang masih dalam perdebatan
adalah pilihan antara mendapatkan
yang soka atau yang keras. Hal ini biasanya ditentukan oleh preferensi.
Lobster bercangkang lembut ketika baru mengalami moulting, yang
berarti bahwa cangkang mereka
adalah mudah pecah, berarti untuk
dimasak dan dimakan lebih mudah,
dagingnya juga dianggap lebih manis.
Kelemahan kondisi tersebut ketika
pada masa transportasi, yaitu risiko
pecah dan rusak. Padahal, lobster
jantan, menjadi pilihan pedagang
juga koki karena pertimbagan kekuatannya selama masa transportasi dan
ketika dipasarkan. Pada dasarnya
pilihan tergantung pada preferensi
konsumen, metode persiapan masih
merupakan faktor besar dalam memilih lobster.
Koki biasanya memilih lobster berdasarkan apa yang telah direncana-

kan dan yang telah dipersiapkan


Dalam merencanakan menentukan
jenis lobster yang akan digunakan
adalah penting. Cangkang yang keras
biasanya lebih disukai untuk dimasak
dengan cara dibakar karena dapat
menahan panas. Cangkang lunak biasanya dibuat dengan dikukus untuk
menghindari menyebabkan kerusakan pada kulit halus. Betina lebih
disukai untuk disup atau hidangan
lainnya karena rasa tambahan dari
telurnya yang gurih. Lobster jantan
biasanya direbus. Namun, hampir
semua orang setuju, bahwa dengan
lobster, Anda tidak bisa salah dengan
mentega!
Selain serbaguna dan lezat, lobster sangat baik untuk kesehatan.
Penelitian terbaru, bahwa konsumsi
loster telah membubarkan hubungan antara kolesterol darah yang
lebih tinggi. Lobster hanya sedikit
lebih tinggi dengan 81 miligram per 3
ons penyajian dibandingkan dengan
daging sapi tanpa lemak dan ayam
di 78 miligram per 3 ons. Lobster
dan udang yang rendah lemak dan
digabungkan dengan porsi moderat
itu dapat dinikmati sampai tiga kali
seminggu. Ingat bahwa saos dan selai
justru yang meningkatkan lemak dan
kolesterol. Cobalah memasak dengan
metode yang berbeda. seperti mengukus atau dalam salad dan sup atau
bahkan dipanggang.
Cara terbaik adalah memasak lobster hidup, jangan terlalu khawatir
tentang perlakuan kejam terhadap
binatang hidup (animal walfare);
lobster dan kerang paling tidak bisa
merasakan sakit karena sistem saraf
mereka terpusat di belakang. Sebuah
trik yang baik adalah menjatuhkan lobster dalam panci air mendidih dengan kepala terlebih dahulu,
menghindari percikan air panas akibat kibasan ekor.
Lobster hidup akan memiliki rasa
yang lebih baik dan manis. Anda dapat mengetahui apakah lobster telah dimasak hidup jika ekor ikal di
bawah.
Lobster, udang, tiram dan kerang
lain tidak hanya enak rasanya tetapi
juga membuat Anda tetap sehat. Jadi
nikmatilah! her

WPI Edisi Mei 2011 No.93

29

Profil Rumah Makan

Saung BOTRAM BIOTIRTA

30

ila anda tak mungkin


menjadi sang surya, jadilah bintang yang bercahaya. Bukan ukuran dan takaran anda untuk menentukan
keberhasilan anda, melainkan
manfaat yang sebenarnya yang
sempat anda garap dengan daya
WPI Edisi Mei 2011 No.93

upaya demi kepribadian anda!


(bila tak mungkin By : Douglas
Mallaoch)
Mungkin kata mutiara tersebut dapat menjadi inspirasi bagi
Endang Firdaus sebagai Ketua
Kelompok pembudidaya Udang
Biotirta dalam memulai usa-

ha rumah makan khusus olahan udang galah dan ikan. Dia


berkeinginan dapat sukses seperti Rumah Makan Mang Engking yang mampu mendirikan
rumah makan di berbagai kota
dengan berjualan hasil olahan
udang galah dan ikan. Walau-

pun berada di kota kecil dengan


lokasi yang jauh dari pusat kota
dan jalan raya, beliau mendirikan Saung Botram Biotirta
meskipun hanya mengikuti jejak atau sebagai follower.

Aneka Masakan Udang Galah


Segar
Lokasi Saung Botram Biotirta berada di Desa / Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya tepatnya di sebelah
Masjid Cisayong. Jalan menuju
rumah makan tersebut merupakan jalan aspal meskipun tidak
seluruhnya mulus.
Saung Botram Biotirta menyediakan berbagai macam hidangan dengan menu khusus
udang galah. Sembari menikmati hidangan yang menggoyang lidah, pengunjung dapat menghirup segarnya udara
perdesaan dan melihat keindahan Gunung Galunggung. Menu
yang tersedia meliputi udang
bakar, udang saus tiram, sop
udang, udang goreng tepung,
udang gulai dengan daun singkong, pepes udang dan lainnya.
Sedangkan, menu tambahan
meliputi nila bakar, pepes nila,
dan berbagai olahan sayur pakis,
jantung pisang, daun singkong.
Khusus untuk nasi, pengunjung
dapat memilih nasi liwet atau
nasi putih dari beras organik.

Pesan dulu
Pengunjung Saung Botram
Biotirta lebih baik memesan
menu terlebih dahulu agar ketika tiba di tempat langsung dapat
menikmati hidangan yang telah
dipesan, jika tidak memesan ter-

lebih dahulu pengunjung harus


menunggu sekitar 30 60 menit hingga hidangan siap untuk
disajikan. Kepuasan konsumen
merupakan tujuan utama sehingga hidangan yang disediakan
berasal dari bahan baku yang
terjaga kesegarannya, bahkan
untuk ikan dan udang masih dalam keadaan hidup ketika pengunjung datang. Saung-saung
yang berada disamping kolamkolam pemeliharaan udang
yang dikelilingi persawahan
menambah indahnya pemandangan sekitar. Saat ini, jumlah
saung meningkat dari semula
tiga buah saung menjadi tujuh
buah.
Harga yang ditawarkan untuk semua menu yang tersedia di Saung Botram Biotirta
relatif lebih murah dibandingkan rumah makan lain dengan
pelayanan yang lebih bersahabat. Harga per porsi untuk ukuran udang galah super (berat
setengah kg) meliputi udang
bakar Rp60.000, udang goreng
Rp50.000, udang saus tiram
Rp 50.000, udang asam manis
Rp 50.000, dan udang goreng
tepung Rp60.000. Sedangkan,
harga per porsi udang galah
standar (berat setengah kg) meliputi udang bakar Rp 50.000,
udang goreng Rp 45.000, udang
saus tiram Rp 45.000, udang
asam manis Rp45.000, dan
udang goreng tepung Rp50.000.
Adapun harga menu udang
lainnya per porsi berupa sop
udang Rp20.000, udang pepes
Rp10.000 dan gulai udang daun
singkong Rp15.000. Sedang-

kan, nila merah bakar kecap dan


goreng per kg masing-masing
Rp. 60.000 dan pepes nila merah Rp25.000 per bungkus.
Selain harga satuan, Saung
Botram Biotirta menyediakan
pelayanan paket (per paket untuk 6 orang) yang terdiri dari
udang bakar, udang goreng
tepung, udang asam manis, nila
goreng ,dan nila bakar dengan
harga Rp285.000. Semua hidangan tersebut diolah oleh seorang
koki handal bernama Evi Lenawati yang juga merupakan istri
Endang Firdaus. Beliau menggunakan resep keluarga untuk
meracik beragam menu udang
galah untuk bagi pengunjung.

Yang Plus-plus
Selain pengunjung dapat
memanjakan perut dengan hidangan yang disediakan, pengunjung juga dapat belajar
mengenai budidaya udang galah
karena Endang telah memulai
budidaya udang windu sejak
tahun 1987. Endang merintis
usaha udang galah sejak tahun
2003. Empat tahun kemudian,
beliau mendirikan kelompok
budi daya dengan melibatkan
60 orang petani. Saat ini, mereka memanen tidak kurang
1,5 kuintal udang dari kolam
dan petani binaannya. Udangudang tersebut dijual di Saung
Botram Biotirta juga untuk
memenuhi pesanan dari rumah
makan yang ada di Bandung, Jakarta ataupun Depok.D.Ruswandi

WPI Edisi Mei 2011 No.93

31

Ikan Lulur Rempah


Bahan:









Daging ikan kakap 200 gr


Bawang merah 20 gr
Bawang putih 20 gr
Ketumbar 10 gr
Daun ketumbar 15 gr
Kayu manis bubuk 35 gr
Pala bubuk 3 gr
Cabe merah 15 gr
Tepung terigu 30 gr
Telur ayam 3 butir

Cara Membuat:
Daging kakap potong tipis-tipis.
Semua bumbu dihaluskan.
Kakap yang sudah dipotong campurkan
bumbu, kemudian masukkan ke dalam
tepung dan telur.
Goreng dengan mentega sampai matang.
Sumber: Dokumentasi Lomba Masak Serba Ikan Tingkat Nasional
ke-7 tahun 2008 di Jakarta.

32

WPI Edisi Mei 2011 No.93

Anda mungkin juga menyukai