PEMBAHASAN
A. SURAT PERMINTAAN VISUM
KEPOLISIAN DAERAH SULAWESI SELATAN
RESOR KOTA BESAR MAKASSAR
SEKTOR TALLO
I.a
Nomor
Lampiran
Perihal
II
1. Dasar :
a. Pasal 133 Ayat 1 dan 2 KUHP
b. Laporan Polisi Nomor : LP/ 908/ XII/ 2014/ SPKT, Tanggal 03 Desember
2014 tentang PENGANIAYAAN
2. Bersama ini disampaikan kepada Kepala RS. BHAYANGKARA tentang
Permintaan Visum Et Repertum, seorang Laki-laki / perempuan yang
mengaku bernama :
Nama
: Samsul
Umur
: 32 Tahun
Pekerjaan
: Tukang Batu
Alamat
: Jl. Barukang II No.35 Kel. Pattengaloang Kec. Ujung
tanah Kota Makassar
Orang tersebut diatas diduga mengalami luka robek dan berdarah pada
bagian pantat sebelah kiri diduga keras akibat benda tajam yang terjadi pada
hari Rabu tanggal 03 Desember 2014, sekitar Jam 21.30 Wita, di belakang
pasar Pannampu Kec. Tallo Kota Makassar, mohon dijelaskan sifat luka pada
korban tersebut di atas
3. Mohon kiranya Kepala RS. BHAYANGKARA dapat memeriksa keadaan
korban dan selanjutnya menerbitkan hasil Visum Et Repertum yang dimaksud
I.c
Diterima oleh:
Nama : Taufiq M. Razis
Jabatan : Dokter Muda Forensik
Tanggal/jam : 03 Desember 2014, pukul 23.30 WITA
Tanda tangan :
I.b
C. Hasil Pemeriksaan
Dari hasil pemeriksaan luar, didapatkan luka iris pada tungkai atas kiri
sisi belakang berbentuk lonjong dengan ukuran panjang empat koma delapan
sentimeter dan lebar nol koma empat sentimeter. Setelah dirapatkan luka
berbentuk garis lurus dengan ukuran lima sentimeter. Ujung pertama luka dua
puluh sentimeter dari sendi lutut, ujung kedua luka dua puluh satu sentimeter
dari sendi lutut. Tepi luka rata, tebing luka terdiri dari jaringan kulit, jaringan
lemak dan jaringan ikat. Dasar luka terdiri dari jaringan ikat. Tidak tampak
jembatan jaringan dan benda asing di antara kedua tepi luka. Tidak tampak
kemerahan disekitar luka.
Luka iris adalah luka akibat benda / alat yang bermata tajam yang
terjadi dengan suatu tekanan ringan dan goresan pada permukaan tubuh.
Contoh alat yang bisa digunakan yaitu pisau, pecahan kaca, dan pisau silet.
Adapun bentuk dari luka iris tergantung dari lokasi yang dikenai. Misalnya,
bila luka sejajar arah serat elastis / otot luka maka luka berbentuk menganga.
Dan ciri-ciri dari luka iris, yaitu tepi dan permukaan luka rata, sudut luka
lancip, tidak ada jembatan jaringan, rambut terpotong, tidak ditemukan luka
memar atau luka lecet disekitarnya, tidak mengenai tulang, dan panjang luka
lebih besar dari dalam luka. Semua ciri-ciri dari luka iris ini terdapat pada luka
yang ada pada korban.
D. Diagnosa dan Pemeriksaan
Diagnosa dibuat secara klinis dan anamnesis tentang riwayat dapat membantu
penegakkan diagnosa dan penatalaksanaan tindakan lebih lanjut.
E. Penatalaksanaan
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka,
penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan
eksplorasi).
b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk
melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau
larutan antiseptik seperti alkohol, povidone iodine.
c. Pembersihan Luka, bertujuan dilakukannya pembersihan luka adalah
meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka;
menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris.
d. Penjahitan luka. Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta
berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan
sembuh per sekundam atau per tertiam.
e. Pembalutan. Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat
tergantung pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai
pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang
baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek
penekanan
yang
mencegah
berkumpulnya
rembesan
darah
yang
menyebabkan hematom.
f. Pemberian Antibiotik. Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan
antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan
antibiotik.
g. Pengangkatan Jahitan. Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak
diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai
faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap
penderita dan adanya infeksi
F. Aspek Medikolegal
Pada kitab Undang undang Hukum Pidana, yang berasangkutan dengan Bab
XX (tentang penganiayaan), terutama 351 dan pasa; 352 dan Bab IX pasal 90.
Pasal 351, berbunyi :
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan
pidana penjara paling lama lima tahun
(3) Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh
tahun
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan
(5) Percobaan untuk melakukan ini tidak dipidana
Pasal 352, berbunyi:
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan dengan
pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak tiga ratus
rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan
kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya atau menjadi
bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
Pasal 90
Luka berat berarti:
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan akan
sembuh sama sekali atau menimbulkan bahaya maut
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Luka akibat benda tajam pada umumnya mudah dibedakan dari luka yang
disebabkan oleh benda tumpul dan oleh senjata api. Pada kematian yang disebabkan
oleh benda-benda tajam pada umumnya disebabkan karena peristiwa pembunuhan,
bunuh diri, atau kecelakaan. Luka yang disebabkan oleh benda tajam dapat dibedakan
dari luka yang disebabkan oleh benda lainnya yaitu keadaan sekitar luka yang tenang,
tidak ada luka lecet atau luka memar, tepi luka yang rata, dari sudut-sudutnya yang
runcing, serta tidak adanya jembatan jaringan.1
Macam kelainan akibat benda tajam:2
a. Luka iris (Incised Wound)
b. Luka tusuk (Stab Wound)
c. Luka bacok (Chop Wound)
Tabel 1. Perbedaan luka akibat benda tumpul dan benda tajam
Trauma
Tumpul
Tajam
Bentuk luka
Tidak teratur
Teratur
Tepi luka
Tidak rata
Rata
Jembatan jaringan
Ada
Tidak ada
Rambutan
Ikut terpotong
Dasar luka
Tidak teratur
Sekitar luka
Tabel
2.
Ciri-ciri
luka
akibat
kekerasan
benda
tajam
pada
kasus
Pembunuhan/percobaan
pembunuhan
Bunuh diri
Kecelakaan
Lokasi luka
Sembarang
Terpilih
Terpapar
Jumlah luka
Banyak
Banyak
Tunggal/banyak
Pakaian
Terkena
Tidak terkena
Terkena
Luka
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Mungkin ada
Tidak ada
Mungkin ada
tangkis
Luka
percobaan
Cedera
sekunder
Luka iris adalah luka akibat benda / alat yang bermata tajam yang
terjadi dengan suatu tekanan ringan dan goresan pada permukaan tubuh.
Contoh alat yang bisa digunakan yaitu pisau, pecahan kaca, dan pisau silet.
Adapun bentuk dari luka iris tergantung dari lokasi yang dikenai. Misalnya,
bila luka sejajar arah serat elastis / otot luka maka luka berbentuk menganga.
Dan ciri-ciri dari luka iris, yaitu tepi dan permukaan luka rata, sudut luka
lancip, tidak ada jembatan jaringan, rambut terpotong, tidak ditemukan luka
memar atau luka lecet disekitarnya, tidak mengenai tulang, dan panjang luka
lebih besar dari dalam luka.2
A. Diagnosis dan Pemeriksaan
Diagnosis dibuat secara klinis dan anamnesis tentang riwayat dapat
membantu penegakan diagnosis dan terapi lebih lanjut. 3
B.
Penatalaksanaan
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan
yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka,
Pasal 352
1.
Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
sebagai luka berat. Contohnya trauma pada tangan kiri pemain biola atau
pada wajah seorang peragawati dapat dikategorikan luka berat jika
akibatnya mereka tidak dapat lagi menjalankan pekerjaan tersebut
selamanya.
Kehilangan salah satu dari panca indera. Jika trauma menimbulkan
kebutaan satu mata atau kehilangan pendengaran satu telinga, tidak dapat
digolongkan kehilangan indera. Meskipun demikian tetap digolongkan
DAFTAR PUSTAKA
1. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Binarupa
Aksara,1997;p.131-168
2. Apuranto H. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Edisi
tujuh. Surabaya: Departement Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 1997;p.30-35
http://www.mdguidelines.com/contusion-eye.
4. Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda,
Alih bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC.
5. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).