TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Sebagian besar air tanah berasal dari air permukaan yang meresap masuk
kedalam tanah, dan merupakan bagian dari siklus hidrologi. Kandungan air tanah di
suatu daerah dapat dipengaruhi oleh kondisi susunan lapisan geologi bawah permukaan
di daerah tersebut terutama berkaitan dengan porositas batuan. (Suharyadi, 1984 : 12)
2.2. Sifat Batuan sebagai Media Aliran Air Tanah
Batuan yang bertindak sebagai media aliran airtanah mempunyai sifat kelulusan
air, kapasitas jenis, keterusan air, daya simpan air. (Suharyadi, 1984 : 41)
1. Koefisien kelulusan air
Koefisien kelulusan air (Coeficient of Permeability/ Hydraulic Conductivity)
adalah kemampuan untuk meluluskan air di dalam rongga-rongga batuan tanpa
mengubah sifat-sifat airnya. Koefisien kelulusan air terdiri dari koefisien kelulusan air
di lapangan (Kf) dan koefisien kelulusan air di laboratorium atau standart (K s). Menurut
hokum darcy, koefisien kelulusan air dinyatakan sebagai :
Q
K=
A x dh
dl
L3
T
2
L xL
L
m
T hari
K (mm/hari)
450
270
150
45
12
3
Macam Batuan
Batu Pasir Menengah
Batu Pasir Halus
Silt
Lempung
Batu Gamping
Dolomit
K (mm/hari)
3.1000
0.2000
0.0800
0.0002
0.9400
0.0010
2. Kapasitas jenis
Kapasitas Jenis (Specific Capacity) adalah debit yang dapat diperoleh setiap
penurunan permukaan airtanah bebas ataupun airtanah tertekan, sepanjang satu satuan
panjang dalam satu sumur pompa pada akhir periode pemompaan. Secara sedarhana
harga kapasitas jenis dapat digunakan untuk menetukan besarnya debit pemompaan.
Kapasitas jenis secara umum dinyatakan dalam:
Q L3
L2
m2
SQ =
S T
T
det
L
3. Koefisien keterusan air
Koefisien keterusan air koefisien transmisivitas (Coeficient of Transmisivity)
merupakan banyaknya air yang dapat mengalir melalui suatu bidang vertikal setebal
akuifer, selebar satu satuan panjang. Harga koefisien keterusan dapat ditentukan dengan
uji pompa (pumping test), atau melalui perhitungan secara teoritis.
Koefisien keterusan air dinyatakan dalam:
L3
L2 m 2
Transmisivity = T
T
det
L
Tabel 2.2. Nilai Porositas dan Permeabilitas Lapisan
POROSITAS
POROSITAS
KOEFISIEN
EFEKTIF
PERMEABILITAS
(%)
45-50
35-45
30-35
25-30
(%)
5,00-10,00
5,00-8,00
20,00-25,00
15,00-20,00
50-60
40-50
35-40
30-35
55-65
40-50
30-65
3,00-5,00
5,00-10,00
15,00-20,00
10,00-20,00
3,00-5,00
5,00-10,00
3,00-10,00
( m2/det )
10-4-10-5
10-4-10-5
10-1-10-6
10-1-10-6
10-5-10-6
10-5-10-6
10-2-10-3
10-2-10-3
10-5-10-6
10-3-10-4
10-3-10-6
LAPISAN TANAH
Lempung (Alluvium)
Silt (Alluvium)
Pasir (Alluvium)
Pasir dan Kerikil (Alluvium)
Lempung (Dillivium)
Silt (Dillivium)
Pasir (Dillivium)
Pasir dan Kerikil (Dillivium)
Batu Lumpur (neo-tersier)
Akuifer (aquifer) merupkan suatu lapisan yang mempunyai susunan batuan yang
sedemikian rupa, sehingga dapat menyimpan dan melepaskan air dalam jumlah yang
cukup berarti. Misalnya kerikil, pasir, batu kapur, batuan gunung berapi.
B. Akuitar
Akuitar (Aquitards) merupakan suatu lapisan yang mempunyai susunan batuan
sedemikian rupa, sehingga dapat menyimpan air tetapi hanya dapat mengalirkan air
dalam jumlah yang terbatas. Misalnya tampak adanya kebocoran-kebocoran atau
rembesan yang terletak antara akuifer dan akuiklud.
C. Akuiklud
Akuiklud (Aquiclude) merupakan suatu lapisan yang mempunyai susunan
batuan sedemikian rupa, sehingga dapat menampung air tetapi tidak dapat melepaskan
air dalam jumlah yang cukup berarti. Hal ini terjadi dikarenakan nilai konduktivitasnya
kecil sekali, misalnya lapisan lempung dan lapisan Lumpur (silt).
D. Akuifug
Akuifug (Aquifuge) merupakan suatu lapisan yang mempunyai susunan batuan
sedemikian rupa, sehingga tidak dapat menampung maupun melepaskan air (sama
sekali kedap terhadap air), misalnya granit yang keras, kuarsit, lapisan batuan yang
kompak (rock) atau batuan sedimen yang tersemen penuh.
2.3. Penyebaran Vertikal Air tanah
Distribusi airtanah secara vertikal dibawah permukaan tanah dibagi dalam
beberapa zone yaitu zone jenuh dan zone tidak jenuh. Zone tidak jenuh sendiri terdiri
atas: zone air dangkal (soil water zone), zone antara (intermediate vadoze water zone)
dan zone kapiler (capillary water zone). Penjelasan selengkapnya mengenai susunan
vertikal air tanah adalah sebagai berikut:
A. Zone Jenuh
Pada zone jenuh (Zone of Saturation) semua rongga-rongga atau pori-pori berisi
air. Bagian bawah dari zone jenuh merupakan lapisan kedap air, zone jenuh dapat
berupa tanah liat atau batuan dasar (bedrock). Air yang berada dalam zone jenuh
dinamakan airtanah. Air yang ditampung dalam zone ini adalah air yang ditahan oleh
lapisan setempat terhadap gaya gravitasi. (Bisri, 1988 : 4)
Zone air dangkal (Soil Water Zone) dimulai dari permukaan tanah sampai ke
zone perakaran utama (major root zone). Tanah di zone air dangkal dalam keadaan tidak
jenuh, kecuali bila terdapat banyak air di permukaan tanah seperti berasal dari curah
hujan, irigasi.
Air yang berada di zone dangkal dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori
berdasarkan konsentrasinya di dalam zone tersebut. (Soemarto, 1995 : 164)
a) Air higroskopis
Air higroskopis merupakan air yang diisap dari udara membentuk lapisan
air yang sangat tipis dipermukaan partikel-partikel tanah. Air higroskopis
memiliki gaya adhesi yang sangat besar, sehingga tidak dapat diserap oleh akarakar tanaman.
b) Air kapiler
Air kapiler merupakan air yang berada dalam lapisan tipis di seputar
partikel-partikel tanah. Air kapiler ditahan oleh tegangan permukaan (surface
tension) yang digerakan oleh aksi kapiler sehingga dapat diserap oleh tanaman.
c) Air gravitasi
Air gravitasi merupakan kelebihan air dangkal yang mengalir melewati
sela-sela butiran tanah di bawah pengaruh gaya gravitasi.
2.4. Akuifer
Akuifer sendiri berasal dari kata aqua yang berarti air dan fere yang berarti
mengandung. Jadi akuifer dapat juga diartikan sebagai lapisan pembawa air atau lapisan
`permeabel. (Suharyadi 1984 : 12)
daerah
hujan
permukaan piezometer
muka
air
muka air
sumur
sumur artesian
muka air
lapisan
kedap air
akuifer bebas
lapisan
kedap air
akuifer terkekang
3. Batuan vulkanik
Batuan vulkanik primer misalnya lava basalt dapat sangat lulus air apabila
banyak lubang-lubang bekas gas maupun retakan. Batuan endapan vulkanik dapat
bertindak sebagai akuifer yang baik, terutama batuan yang berumur muda.
2.6. Metode-metode Geofisika
Ada beberapa metode geofisika yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
lapisan geologi bawah permukaan (Verhoef, 1992 : 199) diantaranya:
A. Metode seismik
Dalam metode seismik penyelidikan didasarkan pada kecepatan rambat dari
getaran suara, yang tergantung dari kerapatan material dan massa. Metode seismik
sendiri terdiri dari metode refraksi seismik dan metode refleksi sismik.
B. Metode geolistrik
Pada metode geolistrik penyelidikan didasarkan pada variasi vertikal dan
horizontal yang menyangkut perubahan dalam hantaran elektrik suatu arus listrik.
Metode ini banyak digunakan dalam penentuan struktur geologi, ketebalan lapisan
penutup, kadar kelembaban tanah dan permukaan airtanah.
C. Metode magnetik
Metode magnetik merupakan salah satu bentuk pengukuran terhadap variasi
dalam medan magnetik bumi. Metode ini banyak digunakan dalam pencarian material
magnetik dalam lingkungan yang tidak magnetis atau sebaliknya.
2.7.
kedalam bumi melalui dua elektroda arus. Beda potensial yang terjadi diukur melalui
dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap
jarak elektrode tertentu, dapat ditentukan variasi harga tahanan jenis masing-masing
lapisan di bawah titik ukur. Metode geolistrik tahanan jenis ini banyak digunakan dalam
penentuan kedalaman batuan dasar dan pencarian reservoir air.
Teknik pengambilan data dalam metode geolistrik tahanan jenis terdiri dari:
vertikal sounding dan lateral mapping. (waluyo, 1984 ; 149)
a) Vertikal sounding
Vertikal sounding merupakan penyelidikan perubahan tahanan jenis bawah
permukaan kearah vertikal. Caranya pada titik ukur yang tetap, jarak elektroda arus dan
tegangan diubah atau divariasi. Konfigurasi elektroda yang biasanya dipakai adalah
konfigurasi Schlumberger.
b) Lateral mapping
Lateral mapping adalah penyelidikan perubahan tahanan jenis bawah permukaan
kearah lateral (horizontal). Caranya dengan jarak elektroda arus dan tegangan tetap, titik
ukur dipindah atau digeser secara horizontal. Konfigurasi elektroda yang biasa dipakai
adalah konfigurasi Wenner atau Dipole-dipole.
2.7.1. Tahanan Jenis Batuan.
Tahanan jenis atau resistivitas, dapat ditentukan menggunakkan hukum Ohm:
Gambar 2.7. Arus listrik merata dan sejajar dalam sebuah silinder dengan beda
potensial antara kedua ujungnya
(Sumber, Waluyo, 1984 : 149)
A x V
I xL
Dimana:
V = Tegangan (Volt)
I
Logam
Tembaga
1,7 x 10
-8
Material Bumi
Batuan sedimen
Batu Lempung
10 1 x 103
Emas
Perak
Grafit
Besi
Nikel
Timah
Granit
Diorit
Gabbro
Andesit
2,4 x 10-8
1,6 x 10-8
1 x 10-3
1 x 10-7
7,8 x 10-8
1,1 x 10-7
Batuan Kristalin
102 - 106
104 105
103 106
102 104
Basalt
10 107
Sekis
Gneiss
10 104
104 - 106
Batu Pasir
Batu Gamping
Dolomit
Pasir
Lempung
Air Sumur
Air Payau
Air Laut
Air Asin
(Garam)
1 1 x 108
50 1 x 107
100 1 x 104
Sedimen Lepas
1 1 x 103
1 1 x 102
Airtanah
0,1 1 x 103
0,3 1
0,2
0,05 0,2
Tufa
Kelompok andesit
Kelompok granit
Kelompok chert, slate
20-200
100-2000
1000-10000
200-2000
Secara teknis hubungan antara besarnya nilai tahanan jenis dengan macam
batuan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Nilai tahanan jenis batuan yang lepas lebih rendah dari batuan yang kompak.
2. Nilai tahanan jenis batuan akan lebih rendah, jika airtanah berkadar garam tinggi.
3. Tidak terdapat batas yang jelas antara nilai tahanan jenis dari tiap-tiap batuan.
4. Tahanan jenis batuan dapat berbeda secara menyolok, tidak saja dari lapisan yang
satu terhadap lapisan yang lain, tetapi juga didalam satu lapisan batuan.
5. Batuan yang pori-porinya mengandung air, hambatan jenisnya lebih rendah dari
yang kering. Kandungan air didalam batuan akan menunjukan harga resistivitas.
Ketentuan umum dari sifat kelistrikan batuan adalah besarnya tahanan
dinyatakan dengan perantaraan nilai tahanan jenisnya. Tahanan jenis berbanding
terbalik dengan daya hantar listrik, sehingga:
Dimana:
Pada penelitian ini akan digunakan model konfigurasi schlumberger. Pada saat
melakukan pengukuran, elektroda disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu
susunan konfigurasi. Faktor geometri (K) disebut sebagai suatu besaran yang berfungsi
sebagai faktor koreksi dari berbagai perubahan konfigurasi elektroda. Besarnya faktor
geometri untuk tiap-tiap konfigurasi elektroda tidak sama.
C1
r1
C2
r2
P1
P2
r3
B
r4
Arus listrik sebesar (I) diinjeksikan kedalam tanah dengan asumsi bahwa kondisi
tanah tersebut homogen isotropis dan tahanan jenis sebesar () yang melalui elektroda
arus (C). Sehingga potensial (V) disebut titik sejauh (r) dari pusat arus adalah:
I .
V
2. .r
Karena potensial listrik adalah besaran skalar, maka besarnya potensial
disembarang titik yang diakibatkan oleh elektroda arus ganda merupakan jumlah
potensial dari dua elektroda arus tunggal.
Maka potensial di titik M oleh arus yang melewati elektroda A dan B seperti
gambar diatas adalah:
VM
I . 1
1
x
2. r1 r2
Sedangkan tanda negatif pada tanda di atas disebapkan oleh arus yang arahnya
harus berlawanan pada elektroda arus ganda.
Potensial di titik N oleh arus yang melewati elektroda A dan B seperti pada
gambar di atas adalah:
VN
I .
2.
1
1
r3 r4
Dengan demikian beda potensial antara titik M dan N yang diakibatkan oleh dua
elektroda yang dialiri listrik adalah:
V VM V N
I .
2.
1
1 1
1
r1 r2 r3 r4
Kemudian K menjadi :
untuk
kekurangan
dari
konfigurasi
schlumberger
adalah
membutuhkan voltmeter yang sangat sensitive untuk spasi elektroda arus yang besar,
karena spasi pada elektroda potensialnya kecil bila dibandingkan spasi elektroda arus.
Dan juga secara umum interpretasi yang didasarkan pada DC sounding akan terbatas
untuk disederhanakan, yaitu pada struktur lapisan horizontal.
Bawah permukaan tanah terdiri dari beberapa lapisan yang dibatasi oleh bidang
batas horizontal serta terdapat perbedaan resistivitas antara bidang batas pelapisan
batuan.
2.
3.
Batas antara dua lapisan merupakan bidang batas antara dua hambatan jenis yang
berbeda.
4.
Dalam bumi tidak ada sumber arus selain arus listrik searah yang diinjeksikan
diatas permukaan bumi.
Pada kenyataannya, bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan yang berbeda-
beda, sehingga potensial yang terukur seolah-olah merupakan harga resistivitas untuk
satu lapisan saja (terutama untuk spasi yang lebar). Resistivitas semu ini dirumuskan
dengan: (Sumber: Bisri, 1988 : 10)
V
I
a K
dimana:
a
: faktor geometri
Oleh karena itu resistivitas yang diperoleh dari persamaan (2-11) dan persamaan
(2-14) bukan merupakan resistivitas yang sebenarnya, melainkan resistivitas semu atau
apparent resistivity (a). Untuk jarak antar elektroda arus kecil, akan memberikan nilai
a yang harganya mendekati batuan di dekat permukaan.
Resistivitas semu yang dihasilkan oleh setiap konfigurasi yang berbeda akan
berbeda nilainya walaupun jarak antar elektrodanya sama. Untuk medium yang berlapis,
harga resistivitas semu merupakan fungsi jarak antara elektroda arus.
2.7.4. Interpretasi Geolistrik
Dasar interpretasi geolistrik resistivitas yang digunakan hingga saat ini
umumnya berdasarkan atas nilai tahanan jenis yang kemudian menafsirkan kedalaman
batuan-batuan tertentu sesuai dengan sifat dan kondisi geologinya. Tujuan dari
2,3 x Q
r
x Log e
2 x x SW
rw
re
3,333
rw
1,22 xQ
SW
dimana :
SW
re
rw