Bagian I
Perencanaan Fisik dan Strategis Rumah Sakit
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
Bagian II
Evaluasi Pasca Huni Rumah Sakit
2.1
2.2
2.3
2.4
Makalah disajikan dalam Rapat Kerja Wilayah ke XVII Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat
Piimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Kediri, 17-19 Maret 2007
2
Adi Utomo Hatmoko, Ir. (Jurusan Arsitektur UGM, 1991, cum laude), M.Arch. (Georgia Institute of Technology,
USA, 1996, Fulbright). Staf Pengajar dan Peneliti (1991-sekarang), serta Ketua Laboratorium Perancangan (20012006) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Staf Pengajar pada Magister Manajemen
Rumahsakit, Magister Desain Kawasan Binaan, serta Magister Pariwisata, Universitas Gadjah Mada. Partner pada
PT. Global Rancang Selaras dan PT. Global Medika Konsultrada. Anggota Tim Penasehat Arsitektur Kota DKI Jakarta
2001-2010. Penyusun Masterplan dan Perancang Beberapa Rumahsakit di Indonesia.
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Bagian III
Guidelines Umum Manajemen Fisik Rumah Sakit
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
3.9.
3.10.
3.11.
3.12.
3.13.
3.14.
Bagian IV
Perancangan Rumah Sakit Kontemporer
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
4.9.
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
bagian
1.1.
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
1.2.
Tujuan perencanaan asset fisik rumahsakit secara Pentahapan pada masterplan RSUD Komodo, salah
satu contoh perencanaan rumahsakit baru dengan
umum adalah untuk:
1. Memperoleh keterpaduan antara rencana tingkat kompelksitas tinggi.
pengembangan
program
pelayanan
kesehatan dengan rencana pengembangan
fisik, yang dapat diandalkan baik dalam
jangka panjang, menengah, maupun jangka
pendek.
2. Memperoleh arah pengembangan fisik,
sekaligus sebagai kerangka dasar bagi
pengembangan-pengembangan bangunan
serta infrastruktur di lingkungan umahsakit
3. Memperoleh dasar bagi pentahapan
pengembangan fisik, dikaitkan dengan
pengembangan
program
pelayanan
kesehatan maupun dengan manajemen
rumahsakit secara keseluruhan.
Sasaran penyusunan rencana pengembangan fisik
rumahsakit secara umum adalah untuk:
1. Optimalisasi fungsi, baik yang ada
sekarang, maupun yang direncanakan
mendatang
2. Optimalisasi ruang untuk mengakomodasi
fungsi yang ada sekarang maupun fungsi
yang direncanakan mendatang
3. Optimalisasi
sirkulasi
dengan
mempertimbangkan jejalur sirkulasi yang
telah
ada,
namun
dengan
upaya
menghubungkan secara lebih efektif dan
efisien fungsi-fungsi yang terkait dalam
lingkungan Rumahsakit
4. Meningkatkan kualitas estetika, kekuatan
konstruksional, serta performansi fungsional
yang disandang oleh massa dan bentuk
bangunan
5. Menanggapi konteks dan lingkungan secara
positif, baik dari sisi fungsional-higiene,
maupun
secara
estetika-perancangan
kawasan.
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
1.3.
Perencanaan
Strategis
Terjema
han
Progra
m
dalam
bentuka
n fisik
Komitmen
Tata Aktivitas
Tata Ruang
Tata Massa
Tata Sirkulasi
Tata Konteks
Pengembangan Fisik
Kinerja
Meningkat
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Strategis
Kajian Performa RS
saat ini
Fisik
Analisis Situasi
Benchmarking
dengan Visi
Analisis Optimalisasi
fasilitas saat ini untuk
mencapai visi
Estimasi kapasitas
dari rencana strategis
yang ada
Arahan rancangan
fasilitas fisik
Pemrograman
Strategis untuk fisik
Konsep pengembangan
fasilitas fisik
Prioritas
pemrograman,
penganggaran
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Penilaian kondisi
saat ini
Rancangan
visi,
tujuan,
sasaran, untuk 20 tahun, 10
tahun, dan 5 tahun
Arahan
pengembangan
program
dan
batasan
sumberdaya
Konsep pengembangan
Konsep
pengembangan
programatik
Konsep
pengembangan
fasilitas fisik
Strategi Pengembangan
Tahapan,
pembiayaan,
keterlibatan stakeholders
Tipe,
intensitas,
dan
distribusi sumberdaya lahan,
bangunan, dan infrastruktur
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
1.4.
Bangunan ekonomis
Penggunaan energi
Pemeliharaan murah
Pertimbangan umum pada:
Biaya pemeliharaan
Penggunaan ruang
Pertimbangan umum pada:
Mudah
merespon
perubahan
penggunaan
Dapat
berkembang
sesuai
kebutuhan
Masterplan
RSUD
Banyumas.
Perencanaan
rumahsakit dengan skala fisik eksisting yang sudah
cukup kompleks menuju pemanfaatan ruang yang
lebih optimal dan efisien.
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Pemisahan
Kenyamanan
Privasi
Pertimbangan umum pada:
Lingkungan pengobatan
6.
Arsitektur yang baik
Kriteria yang digunakan:
Sosial
Taraf hidup
Estetika
Disisi yang lain, perencanaan dan perancangan
fisik rumahsakit juga didasarkan pada kriteria
bangunan Rumahsakit yang baik. Dimana kriteria
yang harus dijawab pada bagian ini antara lain:
1.
Berarsitektur bagus
Memberikan nilai positif pada
komunitas dan konteks sosial
Memperlihatkan komposisi yang
baik
Memberi nilai estetis baik eksternal
maupun internal
2.
Sesuai dengan lingkungan
Menjadi
tetangga
yang
baik
terhadap lingkungan
Sesuai
dengan
tapak
dan
persyaratan perencanaan kota
3.
Mudah
bagi
pengguna,
ramah
lingkungan
Tampak bangunan menarik dengan
skala manusia
Main entrance yang jelas dan pintu
masuk khusus yang mudah dilihat
Entrance dan area penerima yang
mengundang
Jejalur yang sederhana, jelas dan
mudah
Ruang dalam yang menentramkan
dengan pandangan ke arah luar
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
disesuaikan
dengan
kebutuhan
masa datang
Selain itu perencanaan dan perancangan fisik
fasilitas kesehatan juga perlu didasarkan pada
kualifikasi fasilitas pelayanan kesehatan yang
secara diagramatis disajikan pada diagram berikut
ini.
Rumah
Posyandu
Perawatan di rumah
Farmasi
Toko Obat
Balai Pengobatan
RSIA, RSB
Pusat Kesehatan Masyarakat
Perawatan sendiri
Pengawasan
Perawatan Otomatis
Informasi dan bimbingan
Pengarahan Pelayanan
Kesehatan Negara
Perawatan Sosial
Perawatan Utama
Perawatan Luar Jangkauan
Informasi dan bimbingan
Perawatan terencana
Perawatan darurat
Diagnosis kompleks
Perawatan dan pengobatan
pasien inap
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
1.5.
Produk
Rencana
Induk
Pengembangan Fisik
(Physical Masterplan)
1. Hasil Analisis Purna
Occupancy Evaluation)
Huni
(Post
Fasilitas
Fisik
(Facility
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Kualitatif
Rancangan
Rumahsakit
1. Konsep Rancangan dan Prarancangan
(Design Concept & Predesign)
2. Pengembangan
Development)
Rancangan
(Design
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
bagian
2.1.
Aspek fungsional
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
2.2.
Arahan tindakan
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
2.3.
Dalam bagian kedua, optimalisasi fasilitas kesehatan akan dipandang dari berbagai
faset perencanaan fasilitas dan perancangan arsitektur. Berbagai faset ini dapat
menjadi hasil keluaran dan rekomendasi dari evaluasi pasca huni yang dilakukan
terhadap sebuah fasilitas kesehatan. Dalam hal ini, peningkatan performansi fasilitas
kesehatan dapat meliputi peningkatan 5 aspeknya, yaitu fungsi, bentuk dan
kelengkapan, lokasi dan ruang, akses dan sirkulasi, serta konteks.
Optimalisasi fungsi meliputi peningkatan fungsi yang ada sekarang dengan
penyempurnaannya berdasar persepsi dan spirasi pengguna, ataupun penambahan
fungsi baru yang sinergis dengan fungsi yang ada. Sebagai contoh misalnya
diperlukan adanya integrasi antara fungsi-fungsi kesehatan fasilitas kesehatan
dengan fungsi-fungsi pendidikan, rekreatif, bahkan komersial yang akan
menghidupkan fasilitas tersebut.
Optimalisasi bentuk dan kelengkapan meliputi peningkatan secara fisik fasilitas
kesehatan, baik yang berupa bangunan (fixed elements), fasilitas dan perabot
(semi-fixed elements) ataupun setting-setting meso dan mikro bagi berbagai
aktivitas penggunanya (non-fixed elements). Atau dapat juga dilihat sebagai sistem
pewadahan fungsi (ruang dan tata perabot yang ada) serta sistem penunjang fungsi
(pencahayaan, penghawaan, serta akustik). Dalam aspek bentuk ini, yang
diperlukan adalah adanya pemenuhan kebutuhan masa kini dan masa depan yang
terujud dalam bentuk fisik dan fasilitas serta teknik komunikasi yang digunakan.
Optimalisasi lokasi dan ruang meliputi peningkatan dan pengkayaan nilai lokasi
serta kualitas ruang-ruang dalam dan di luar fasilitas kesehatan, baik ruang
keseluruhan fasilitas kesehatan sebagai fasilitas, maupun ruang-ruang mikro dalam
fasilitas kesehatan sebagai setting kegiatan. Interaksi antara ruang pakai baik yang
aktif maupun yang pasif dengan ruang layanan, interaksi antara ruang dalam
dengan ruang luar, serta interaksi antara setting budidaya dengan setting alam
sangat diperlukan. Dalam hal ini, diharapkan fasilitas kesehatan dapat memberi
wadah bukan hanya kegiatan layanan kesehatan secara sempit, melainkan juga
layanan kesehatan secara luas dan bahkan juga sebagai fasilitas sosial-edukasibudaya secara proporsional.
Optimalisasi akses dan sirkulasi meliputi kemudahan pencapaian hingga pada
perangkaian pergerakan dalam fasilitas kesehatan sehingga menjadi efektif dan
efisien. Akses menjadi hal yang penting, mengingat salah satu keunggulan fasilitas
kesehatan adalah potensi jangkauan layanan kesehatan ke masyarakat luas di
tengah komunitas mereka sendiri.
Optimalisasi konteks meliputi integrasi fasilitas kesehatan dengan konteks
keruangan, sosial, dan waktu. Konteks keruangan, dalam arti lingkungan di sekitar
fasilitas kesehatan, layak untuk ditanggapi sebagai sesuatu yang penting, dan dapat
dilayani fasilitas kesehatan tersebut. Demikian juga dengan konteks sosial, yang
dapat menunjukkan karakteristik masyarakat di sekitar fasilitas kesehatan tersebut,
yang akan secara spesifik memberi keunikan pada fasilitas kesehatan dan
menambah dayatariknya. Optimalisasi konteks akan membuat fasilitas tersebut akan
lebih mudah berkomunikasi dengan masyarakat penggunanya.
Arti Penting Masterplan Untuk Pengembangan Rumah Sakit
19
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
2.4.
Profil
: kondisi eksisting yang ada
Visi
: kondisi ideal yang diinginkan
Masalah : jarak antara kondisi ideal dan kondisi eksisting
Strategi : cara untuk mencapai visi
Aksi
: tindak nyata yang merupakan jabaran dari strategi
Kondisi Ideal
VISI
Cara untuk
mencapai visi
STRATEGI
Kondisi Eksisting
PROFIL
Tindak nyata
AKSI
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Profil
Kondisi eksisting perlu ditinjau dari setidaknya 5 aspek yang disebutkan di atas.
Kondisi tersebut perlu dinilai. Salah satu alatnya adalah Analisis SWOT (SWOT
analysis), yang meliputi:
- Strengths (kekuatan), yaitu faktor positif internal
- Weaknesses (kelemahan), yaitu faktor negatif internal
- Opportunities (peluang), yaitu faktor positif eksternal
- Threats (ancaman), yaitu faktor negatif eksternal
Visi
Visi dapat dirinci dalam waktu dimana visi tersebut diharapkan terjadi, dapat berupa:
- Jangka panjang, dengan durasi sekitar 10-20 tahun
- Jangka menengah, dengan durasi sekitar 5 tahun
- Jangka pendek, dengan durasi sekitar 1 tahun
Visi ini dapat juga terkait dengan tujuan atau sasaran, atau developmental goals dan
developmental objectives
Masalah
Masalah adalah jarak (discrepancy) antara kondisi ideal yang diharapkan dengan
kondisi eksisting sekarang ini. Perumusan problem statement membutuhkan
langkah-langkah sebagaimana berikut:
- Mempelajari secara mendalam masalah yang dihadapi
- Membatasi daerah masalah secara lokasional, temporal, serta melihat
kaitan dan pengaruhnya terhadap masalah yang lain
- Menyiapkan data-data/informasi pendukung masalah
- Menyiapkan daftar tujuan dan sasaran
- Mengenali kisaran variabel-variabel yang perlu diperhitungkan
- Mengkaji ulang problem statement
Strategi
Strategi adalah cara untuk mencapai visi, yang dijabarkan dalam rencana atau
rancangan. Perumusan strategi terkait erat dengan perumusan tujuan dan sasaran
bagi strategi tersebut. Jika tujuan (goals) lebih bersifat ultimate serta tidak langsung,
maka sasaran (objectives) lebih bersifat langsung serta konkret. Tujuan pada
dasarnya dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, atau
pemanfaatan peluang.
Aksi
Produk rancangan yang ada pada dasarnya dapat dibagi dalam:
- Kebijakan (policy)
- Rencana (plan)
- Arahan (guidelines)
- Program (program)
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Bagian
2.1.
Rencanakan
Rumahsakit
Rencana Strategis
Sesuai
DEMAND
SUPPLY
RESOURCES
Feasibility
Study dan
Business Plan
Activities
Human
Resources
STANDARDS
Physical
Masterplan
Equipments
Land +
Developm
ent
Buildings
Infra
structure
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
2.2.
Rencanakan
Rumahsakit
Secara
Organis, Berkembang Bertahap
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
bagian tertentu
bertahap.
2.3.
untuk
Rencanakan
Kompak
berkembang
Rumahsakit
secara
yang
2.4.
Rencanakan
Rumahsakit
Memberi Harapan Sehat
yang
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
2.5.
dengan
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
2.6.
Rencanakan
Rumahsakit
dengan
Sirkulasi yang Tepat dan Aksesibel
2.7.
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
2.8.
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
2.9.
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
2.12. Rencanakan
Rumahsakit
Mengakomodasi
Kebutuhan
Perilaku Manusia
yang
dan
2.13. Rencanakan
Rumahsakit
yang
Nyaman
Visual
dan
Tanggap
Lingkungan
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Sebagai
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
bagian
5.1.
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
5.2.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
nomor:
159b/Men.Kes/Per/II/1988 tentang rumah sakit,
disebutkan bahwa:
1. Rumah sakit adalah sarana upaya
kesehatan
yang
menyelenggarakan
kegiatan
pelayanan
serta
dapat
dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga
kesehatan dan penelitian
2. Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit adalah
kegiatan pelayanan berupa Pelayanan
Rawat Jalan, Pelayanan Rawat Inap dan
Pelayanan Gawat Darurat yang mencakup
pelayanan medik dan penunjang medik
3. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit
yang memberikan pelayanan kesehatan
semua jenis penyakit dari yang bersifat
dasar sampai dengan sub spesialistik
4. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit
yang
menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan berdasarkan jenis penyakit
tertentu atau disiplin ilmu
5. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah
sakit umum yang dpergunakan untuk
tempat pendidikan tenaga medik tingkat S1,
S2, S3
6. Rujukan
Upaya
Kesehatan
adalah
penyelenggarakan
pelayanan
tempat
pelimpahan tanggung jawab secara timbal
balik mengenai masalah kesehatan baik
secara vertikal maupun horisontal
7. Wilayah Rujukan Kesehatan adalah wilayah
pelayanan upaya rujukan kesehatan yang
didasarkan atas faktor-faktor geografis,
komunikasi, sarana infra struktur, dan
faktor-faktor sosial, budaya dan pendidikan
8. Klasifikasi
Rumah
Sakit
adalah
pengelompokkan rumah sakit berdasarkan
pembedaan
bertingkat
menurut
kemampuan pelayanan kesehatan yang
dapat disediakan
9. Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan
bahwa rumah sakit memenuhi standar
minimal yang ditentukan
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
5.3.
Gagasan awal
Yogyakarta.
pengelolaan
asset
RS
Dr
Yap,
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
5.4.
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
5.5.
Pergerakan Barang
5.6.
5.7.
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
5.8.
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
3.
4.
5.
6.
7.
5.9.
5.9.1.
Perancangan Rawat
Sleman, Yogyakarta.
Inap
RSIA
Sakina
Idaman.
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
5. Fasilitas
kebersihan
pasien
harus
dipusatkan pada satu area dari ruang
perawatan. Dan harus dihubungkan pada
kelompok-kelompok ruangan pasien.
Bagian ruang rawat seringkali dikelompokkan
secara horisontal oleh karena itu, area tempat tidur
dibuat berdekatan. Hal yang tidak berhubungan
secara
langsung
dengan
tempat
tidur,
dikelompokkan agar bisa memberikan keuntungan
yang memungkinkan individu didalalam bagian ini
mengaturnya menjadi lebih besar atau lebih kecil
menurut pola-pola permintaan. Bagaimanapun,
pada prakteknya terdapat faktor-faktor yang bisa
mengurangi kemungkinan ini.
1. adanya keinginan dari sebagian petugaspetugas ruang rawat untuk bisa mengetahui
dan mengendalikan situasi dalam ruangan
2. Keberadaan pintu darurat kebakaran pada
setiap bagian akhir sal ( sejak sal secara
normal
menggunakan
terminal
sub
kompartemen untuk kebakaran ), dan
3. Adanya jalur dari sistem komunikasi yang
digunakan untuk perawat ke komunikasi lain
untuk satu wilayah petugas atau yang lain.
Hal ini merupakan point berikutnya yang
dapat dicarikan jalan keluarnya dengan
membuat tombol pengaturan ganda, tetapi
kembali pada masalah biaya.
Spesialisasi klinis tertentu memiliki persyaratan
dalam area ruang rawat yaitu :
1. Bangsal untuk anak-anak. Bagian ini
biasanya memiliki ukuran dengan ruang
tersendiri yang lebih luas, yang ditujukan
untuk orang tua yang akan menemani
sepanjang malam. Sebagai tambahan
disediakan ruang duduk dan pantry yang
dibutuhkan oleh orang tua. Dengan
memberi batasan yang tidak ketat
mengenai waktu kunjungan yang sering kali
menghabiskan sebagian besar waktunya
didalam ruangan.
2. Bangsal geriatric, sal ini biasanya berukuran
di atas rata-rata karena alat-alat perawatan
yang besar ditempatkan didalam ruangan
perawatan ini. Extra day space, fasilitas WC
dan bak mandi dan mungkin membutuhkan
Arti Penting Masterplan Untuk Pengembangan Rumah Sakit
42
Pengembangan Puskesmas
Kalimantan Timur.
Sangatta.
Sangatta,
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Instalasi Bedah
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Instalasi Radiologi
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Puskesmas Meureubo
Puskesmas Samatiga
Puskesmas Arongan Lambalek
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Instalasi Laboratorium
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Kamar Mayat
Fungsi dari instalasi ini adalah untuk menerima mayat dari ruangan perawatan dan
menyimpannya didalam sebuah lemari pendingin hingga persiapan untuk diambil
oleh sanak saudaranya atau oleh pihak yang membutuhkannya untuk mengadakan
pengujian untuk mengetahui sebab-sebab kematiannya. Ada beberapa keuntungan
jika kamar mayat tersebut sejalan dengan instalasi yang menangani cacat anatomi
pada instalasi laboratorium, tapi hal ini bukanlah sesuatu yang esensial.
Meja-meja tempat penyimpanan mayat, membutuhkan air dan drainase serta
ventilasi udara diluar ruangan langsung pada meja-meja tersebut untuk mencegah
terjadinya kontaminasi saat mayat yang terkena infeksi tersebut diautopsi. Air yang
terdapat pada meja-meja yang berasal dari tubuh mayat tersebut, butuh perlakuan
khusus. Tempat penyimpanan mayat adalah sebuah refrigerator yang berbentuk
kompartemen yang biasanya terdiri dari tiga tingkat. Pemisahan tersebut mungkin
diperlukan untuk mayat yang terinfeksi. Dalam hal ini, dibutuhkan area lantai dasar
dengan akses dari luar untuk kendaraan.
5.9.7.
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
pasien rawat inap; seluruh pasien yang membutuhkan perawatan, akan dialihkan ke
ruangan untuk perawatan umum atau pada ICU. Kunci kedekatan dalam hal ini telah
didiskusikan pada perencanaan bentuk bangunan dan seringkali bentuk instalasi ini
merupakan sebuah kelompok-kelompok yang memiliki akses langsung ke instalasi
radiologi dan klinik patah tulang. Akses eksternal untuk ambulans merupakan
prioritas utama, dengan jalan masuk yang dibuat terpisah dengan jalan yang
digunakan oleh pejalan kaki dan untuk brankar pasien. Didalam rumah sakit,
sebagai tambahan berkaitan dengan hal diatas, harus ada akses yang cepat menuju
ke ruang operasi utama dan ke ruang ICU, dimana ada kemungkinan instalasi yang
berada di tingkat yang berbeda, akan diprioritaskan untuk menggunakan lift.
Walaupun bukan suatu kebiasaan untuk menyediakan ruang operasi kecil didalam
instalasi, tetapi hal tersebut tetap membutuhkan ruang penanganan utama dengan
pipa gas untuk keperluan medis dan penyaring suplai udara yang untuk beberapa
pembedahan yang bersifat emergency, akan diperlukan.
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
5.9.8.
Poliklinik
Area untuk pasien rawat jalan mungkin merupakan satu instalasi yang areanya
paling luas pada sebuah rumah sakit yang didalamnya dapat ditemukan berbagai
fasilitas. Pasien memilih klinik sebagai tempat utama untuk melakukan konsultasi,
latihan-latihan atau pemulihan dan akomodasi yang disediakan mencerminkan
kenyataan bahwa beberapa hal yang ada dalam seminggu menyebabkan konsultan,
staf paramedis dari hampir seluruh spesialisasi dan disiplin, akan bekerja dalam
instalasi ini. Oleh karena itu, untuk tujuan pendeskripsian, pengakomodasian dapat
diklasifikasikan kedalam (a) hal-hal yang berkaitan dengan instalasi, (b) tujuan
umum klinik dan (c) tujuan khusus area-area klinik.
1. hal-hal yang berkaitan dengan instalasi. Area ini meliputi ruang penerimaan,
ruang tunggu dan, area-area yang nyaman bagi pasien misalnya tempat
penjualan makanan kecil, area tempat bermain anak, toko-toko kecil, ruang
untuk menempatkan alat-alat kebersihan, kantor-kantor, tempat parkir troli
dan kursi roda, fasilitas sanitary. Penempatannya akan tergantung pada
perencanaan keseluruhan dari instalasi.
2. tujuan umum kamar-kamar klinik. Ini merupakan jantung dari instalasi yang
mengurusi pasien rawat jalan dan jumlahnya tergantung kepada penaksiran
daya tampung pasien untuk proyek tertentu. Ada dua tipe dasar dari ruangan
untuk konsultasi. Tipe A terdiri dari dua ruangan yang mengkombinasikan
antara ruangan untuk konsultasi dan ruangan tindakan, dan tipe B , berupa
satu ruangan untuk konsultasi yang diapit oleh dua ruangan tindakan. Tipe A
biasanya memberikan kesempatan untuk melakukan alokasi yang lebih
fleksibel
untuk ruangan klinik karena spesialisasi yang berbeda
membutuhkan penggunaan sejumlah ruangan yang terdiri dari berbagai
macam tipe pada klinik. Pengalaman menunjukkan bahwa jika kamar tipe A
digunakan , harus dikelompokkan dalam satu garis lurus, tidak menggunakan
sekat dan dipisahkan menjadi kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok
kamar klinik dlengkapi dengan perawatan, ruangan kotor dan ruangan
bersih, toko-toko, ruang resepsionis dan area ruang tunggu.
3. tujuan khusus akomodasi. Meskipun dasar dari ruangan konsultasi dan
latihan telah sesuai untuk mayoritas spesialisasi klinis, tetapi beberapa
akomodasi untuk beberapa spesialis, tetap dibutuhkan. Ini dikarenakan
secara alamiah, hal tersebut tidak dapat dibagi. Yang menjadi tujuannya
adalah untuk mengurangi dan meminimalkan proporsi dari ruangan untuk
satu spesialisasi. Sebagai contoh adalah : bedah gigi dan laboratorium;
ruangan audiometri, area perawatan dermatology; ophthalmic dan ruangan
opthoptic; klinik pemeriksaan anak.
Instalasi yang menangani pasien rawat jalan, memperlihatkan jumlah lalu lintas
dari luar menuju ke rumah sakit yang besar baik dengan berjalan kaki ataupun
dengan menggunakan kendaraan. Oleh karena itu diperlukan penataan pintu
masuk dan akses yang berasal dari luar yang mana tidak akan menyebabkan
kemacetan pada lalu lintas yang lain dalam rumah sakit misalnya untuk suplaisuplai, pengunjung, petugas-petugas. Oleh karena itu dipilih untuk menempatkan
instalasi tersebut pada lantai dasar tetapi bagian yang lain ditempatkan pada
lantai-lantai atas dengan penyediaan lift yang cukup.
Arti Penting Masterplan Untuk Pengembangan Rumah Sakit
49
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
5.9.9.
Farmasi
Instalasi yang berkaitan dengan bidang farmasi di rumah sakit pada dasarnya
menyediakan sebuah pelayanan khusus untuk ruang perwatan rawat inap, instalasiinstalasi dan untuk pasien rawat jalan. Lebih luas lagi, fasilitas ini dibutuhkan untuk
melakukan persiapan yang sangat penting, termasuk didalamnya produk-produk
steril dan formulasi-formulasi khusus yang tergantung pada penataan yang tetap
eksis beberapa proyek tertentu untuk area atau pelayanan sub-regional.
Kecenderungan yang terlihat pada area yang berkaitan dengan apotik adalah
melayani beberapa rumah sakit, dimana produknya adalah merupakan hasil olahan
pabrik, persiapan pengepakan kedalam kemasan-kemasan, produksi cairan-cairan
steril, akan dikemas kemudian diangkut. Prosesnya hampir sama dengan yang
terjadi di industri farmasi komersial dan juga membutuhkan desain bangunan yang
memiliki kemiripan yang mana hal ini bukan merupakan keharusan untuk
ditempatkan pada lokasi rumah sakit.
Ada asumsi bahwa dalam pelaksanaannya, apotik akan membutuhkan fasilitasfasilitas untuk penerimaan barang dan tempat penyimpanan serta area untuk
meracik pesanan yang sifatnya individual, fasilitas yang dibatasi hanya untuk
menyiapkan produk-produk dengan kuantitas yang kecil misalnya obat tetes mata
dan counter yang dipergunakan untuk menerbitkan resep untuk pasien yang sedang
menjalani rawat jalan. Keterkaitan yang paling besar dalam hal ini adalah antara
penyediaan rute-rute untuk suplai internal maupun eksternal dengan instalasi yang
menangani pasien rawat jalan. Hal seperti ini, lazimnya mengindikasikan situasi
yang terjadi di lantai dasar.
Ruangan tempat penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar, sebaiknya
ditempatkan pada bangunan yang terpisah jauh dari bangunan utama rumah sakit.
Untuk hal tersebut mungkin dapat ditempatkan bersamaan dengan instalasi lain
misalnya di instalasi laboratorium.
5.9.10.
Unit Sterilisasi/CSSD
Kebijakan mengenai peraturan-peraturan, cakupan, skala dan isi dari instalasi ini,
telah berangsur-angsur mengalami banyak perkembangan selama 10-15 tahun dan
juga mengalami banyak perubahan dalam prosesnya. Hal ini tercermin pada jumlah
nama-nama yang berbeda yang bisa dilihat pada beberapa instalasi selama
bertahun-tahun (misalnya CSSD, TSSU, HSSU dan HSDU). Bagaimanapun, seluruh
variasi tersebut sebenarnya memiliki tema sentral yaitu sterilisasi dan
penanggulangan infeksi pada peralatan yang dipergunakan di rumah sakit. Kategori
yang terbesar dari item-item yang menjalani proses ini adalah dressing pack
(dengan atau tanpa peralatan), linen (pakaian yang digunakan untuk operasi),
perlengkapan-perlengkapan (ruangan tempat perwatan maupun ruangan operasi),
mangkuk-mangkuk dan alat-alat suntik. Sebagai tambahan, untuk membersihkan
dan mensterilkan item-item ini, instalasi mulai mengembangkan pelayanan
disinfection untuk perlengkapan-perlengkapan medis yang mana terhubung secara
langsung dengan pasien misalnya, ventilator dan inkubator.
Kuantitas dari material yang diproduksi pada instalasi ini, sangat tergantung pada
kebijakan lokal mengenai (a) pemanfaatan barang-barang untuk satu kali pemakaian
Arti Penting Masterplan Untuk Pengembangan Rumah Sakit
50
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
Instalasi Gizi
Adi Utomo Hatmoko, Ir., M.Arch.. RAKERWIL XVII MKKM, Kediri, 17-19 Maret 2007
dijalankan dari usaha penyeimbangan pilihan yang telah tersedia pada setiap proyek
individu.