Anda di halaman 1dari 13

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG BANK BRI

ACEH
Analisis struktur bangunan Gedung BRI Kanwil dan Kanca, Banda Aceh dilakukan dengan program
komputer berbasis elemen hingga ( finite element ) untuk berbagai kombinasi pembebanan yang meliputi
beban mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa dengan pemodelan struktur 3-D ( space-frame)
menggunakan Software ETABS. Analisis terhadap beban gempa digunakan cara statik ekivalen maupun
dinamik response spectrum analysis dan time history analysis. Struktur bangunan dirancang mampu
menahan gempa rencana sesuai peraturan yang berlaku yaitu SNI 03-1726-2002 tentang Tatacara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Dalam peraturan ini gempa rencana
ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 %
selama umur gedung 50 tahun. Berdasarkan pembagian Wilayah Gempa, lokasi bangunan di Banda
Aceh, termasuk wilayah gempa 5 (wilayah dengan intensitas gempa tertinggi kedua setelah wilayah 6)
dengan percepatan puncak batuan dasar 0,25.g (g = percepatan grafitasi = 9,81 m/det 2).. Konsep
perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan batas (ultimate-strength) yang mempunyai
daktilitas cukup untuk menyerap energi gempa sesuai peraturan yang berlaku .

Model Struktur Gedung Bank BRI Aceh

PERATURAN DAN STANDAR PERENCANAAN


1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-1992).
2. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F).
3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).
4. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia, 1981 (PUBI-81).

BAHAN STRUKTUR
1. Beton

Untuk struktur kolom, sloof, balok lantai dan plat lantai digunakan beton dengan kuat tekan beton yang
disyaratkan, fc = 25 MPa (setara dengan beton K-300). Modulus elastis beton, Ec = 4700.fc = 2,35.104
MPa = 2,35.107 kN/m2. Angka poison, = 0,20. Modulus geser, G = Ec/ [ 2.( 1 + ) ] = 0,98.107 kN/m2.
2. Baja Tulangan
Untuk baja tulangan dengan > 12 mm digunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan tegangan leleh
baja, fy = 400 MPa. Untuk baja tulangan dengan 12 mm digunakan baja tulangan polos BJTP 24
dengan tegangan leleh baja, fy = 240 MPa. Modulus elastis baja, Es = 2,1.105 MPa.
3. Baja Profil
Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan setara dengan BJ-37.

JENIS BEBAN
1. Beban mati (Dead load)
Beban mati yang merupakan berat sendiri konstruksi (specific gravity) menurut Tata Cara Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah seperti table berikut :
No
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Konstruksi
Baja
Beton bertulang
Beton
Dinding pas bata bt
Dinding pas bata 1 bt
Curtain wall+rangka
Cladding + rangka
Pasangan batu kali
Finishing lantai (tegel)
Plafon+penggantung
Mortar
Tanah, Pasir
Air
Kayu
Baja
Aspal
Instalasi plumbing

Berat
7850
2400
2200
250
450
60
20
2200
2200
20
2200
1700
1000
900
7850
1400
50

Satuan
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m2
kg/m2
kg/m2
kg/m2
kg/m3
kg/m3
kg/m2
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m3
kg/m2

2. Beban hidup (Live load)


Beban hidup yang bekerja pada lantai bangunan Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah seperti tabel berikut :
No

Lantai bangunan

Beban
hidup

Satuan

1
2
4
5

Hall,coridor,balcony
Tangga dan bordes
Lantai bangunan
Lantai atap bangunan

300
400
250
100

kg/m2
kg/m2
kg/m2
kg/m2

3. Beban gempa (Earthquake)


Beban gempa dihitung berdasarkan Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-1726-2002) dengan 2 metode yaitu cara statik dan dinamik. Dari hasil analisis kedua cara
tersebut diambil kondisi yang memberikan nilai gaya atau momen terbesar sebagai dasar perencanaan.
a. Metode Statik Ekivalent
Gaya geser dasar nominal pada struktur akibat gempa dihitung dengan rumus sebagai berikut :
V = C . I / R .Wt
Dengan, C= nilai faktor response gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa (Gambar 1),
kondisi tanah dan waktu getar alami.
Wilayah gempa : zone 5.
Kondisi tanah : lunak
Waktu getar alami gedung, T = 0,68 deitk < .n = 0,16.6 = 0,96 detik. Untuk T = 0,68 detik, dari kurva

diperoleh : C = 0,85. R = faktor reduksi gempa representatif. Untuk taraf kinerja struktur gedung
daktail parsial, maka : Faktor daktilitas, = 4. Ditetapkan kuat lebih beban dan bahan yang
terkandung di dalam struktur : f1 = 1,6. Maka : R = .f1 = 4.1,6 = 6,4.
Fi = gaya horisontal pada masing-masing taraf lantai

I = faktor keutamaan (diambil, I = 1)


Wt = jumlah beban mati dan beban hidup yang direduksi yang bekerja di atas taraf penjepitan lateral.
Faktor reduk diambil = 0,5
Koefisien gempa rencana = C . I / R = 0,85.1/ 6,4 = 0,13. Analisis statik dilakukan dengan meninjau

secara bersamaan 100% gempa arah X dan 30% gempa arah Y, dan sebaliknya.

b. Metode Dinamik Response Spectrum


1) Besar beban gempa ditentukan oleh percepatan gempa rencana dan massa total struktur. Massa
total struktur terdiri dari berat sendiri struktur dan beban hidup yang dikalikan dengan faktor reduksi 0,5.
2) Percepatan gempa diambil dari data zone 5 Peta Wilayah Gempa Indonesia menurut Tatacara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) dengan memakai

spektrum respons yang nilai ordinatnya dikalikan dengan koreksi I/R = 1/6,4 seperti tabel di bawah.
Percepatan grafitasi diambil, g = 981 cm/det2.

Tabel 1. Nilai spectrum terkoreksi


Waktu getar
(detik)
0.0
0.2
0.6
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0

Nilai
spectrum
0.32
0.83
0.83
0.50
0.33
0.25
0.20
0.17

Nilai spectrum

terkoreksi
0.05
0.13
0.13
0.08
0.05
0.04
0.03
0.02

3) Analisis dinamik dilakukan dengan metode superposisi spectrum response. dengan mengambil
response maksimum dari 4 arah gempa, yaitu 0, 45, 90, dan 135 derajat.
4) Digunakan number eigen NE = 3 dengan mass partisipation factor 90 % dengan kombinasi
dinamis (CQC methode)
3) Karena hasil dari analisis spectrum response selalu bersifat positif (hasil akar), maka perlu faktor
+1 dan 1 untuk mengkombinasikan dengan response statik.
c. Metode Time History Analysis
Analisis dinamik linier riwayat waktu (time history) sangat cocok digunakan untuk analisis struktur yang
tidak beraturan terhadap pengaruh gempa rencana. Mengingat gerakan tanah akibat gempa di suatu
lokasi sulit diperkirakan dengan tepat, maka sebagai input gempa dapat didekati dengan gerakan tanah
yang disimulasikan. Dalam analisis ini digunakan hasil rekaman akselerogram gempa sebagai input data
percepatan gerakan tanah akibat gempa. Rekaman gerakan tanah akibat gempa diambil dari
akselerogram gempa El-Centro N-S yang direkam pada tanggal 15 Mei 1940. Dalam analisis ini redaman
struktur yang harus diperhitungkan dapat dianggap 5% dari redaman kritisnya. Faktor skala yang
digunakan = g x I/R dengan g = percepatan grafitasi (g = 981 cm/det 2).
4. Beban Angin
Beban angin minimum pada bangunan yang terletak cukup jauh dari tepi laut dihitung berdasarkan
kecepatan angin 20 m/detik pada ketinggian 10 m di atas permukaan tanah dengan rumus : P = V 2/16
P = tekanan tiup angin (kg/m2)
V = kecepatan angin (m/det)
Tabel 2. Beban angin dasar

Ketinggian
dari
muk
a
tana
h
0 m 10 m
10,1 m 20 m
20,1 m 30 m
30,1 m 50 m
50,1 m 70 m
70,1 m 100 m

Beban angin
dasar (kg/m2)

25
35
43
56
66
79

Beban angin tersebut harus dikalikan dengan koefisien tekanan angin sesuai ketentuan Tata Cara
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F).

Spectrum gempa wilayah 5

Wilayah gempa di Indonesia

KOMBINASI PEMBEBANAN
Semua komponen struktur dirancang memiliki kekuatan minimal sebesar kekuatan yang dihitung
berdasarkan kombinasi beban sbb. :
1) Kombinasi 1,4.D
2) Kombinasi 1,2.D + 1,6.L
3) Kombinasi 1,2.D + Lr E
4) Kombinasi 0,9.D + E
5) Kombinasi 0,9.D + 1,2.L + 1,2.W
6) Kombinasi 0,9.D + 1,3.W
Dengan :
D = beban mati (Dead load)
L = beban hidup (Live load)
Lr = beban hidup yang direduksi.
E = beban gempa (Earthquake)
W = beban angin (Wind)

Model Struktur Gedung Bank BRI-Aceh

PROSEDUR PERHITUNGAN STRUKTUR


A. Lakukan Analisis Struktur Dinamik Response Spectrum
1. Tentukan foundamental periode untuk arah x dan y.
2. Hitung gaya geser dasar statik untuk arah x dan y berdasarkan step 1, dengan V = C.I/R.W t
3. Hitung faktor skala untuk masing-masing arah x dan y.
4. Perbesar gaya geser tingkat dinamik dengan faktor skala yang relevan kemudian hitung berdasarkan
prinsip statik, besar gaya statik setiap level lantai-i, Fi. Nilai Fi ini dihitung berdasarkan gaya geser tingkat
dinamik.

B. Lakukan Analisis Struktur Statik Ekivalen dengan rotasi horisontal dikekang (NSD=3).
1. Lakukan analisis struktur statik ekivalen dengan beban Fi dari step A.4. Dari hasil analisis diperoleh :
Gaya geser tingkat k, Vkx,y = s.Fx,y dan momen puntir tingkat terhadap koordinat local frame Mkx,y.
2. Hitung pusat rotasi struktur tingkat (pusat gaya geser) :
xr' = Mkx / Vkx
yr' = Mky / Vky
3. Hitung pusat rotasi lantai :
xr = (Mkx,i+1 - Mkx,i)/Fx

yr = (Mky,i+1 - Mky,i)/Fy
Fx,y = beban lateral gempa arah x dan y.
xm, ym = koordinat pusat massa lantai ke-i.
4. Hitung eksentrisitas lantai ke-i
edx1 = a.et1x + b.B edy1 = a.et1y + b.B
edy2 = a.et2x + b.B edy2 = a.et2y + b.B
dimana menurut peraturan :
Untuk et1 > 0,3.B a = 1,5 b = 0,05
a= 1,0 b = -0,05
Untuk et2 < 0,3.B a = 1,0 b = 0,10
a = 1,0 b = -0,10
5. Hitung lokasi pusat massa yang baru :
xm' = xr + ed
ym' = yr + ed
Ini yang di INPUT pada ETABS sebagai titik tangkap F.
6. Koreksi file data untuk ETABS meliputi lokasi pusat massa teoritis digeser letaknya terhadap pusat
rotasi. Buka kekangan rotasi di blok 1 (NSD=0).

C. Lakukan analisis struktur dengan data ETABS yang telah diperbarui yang meliputi perubahan lokasi
titik tangkap gaya Fi dan kekangan rotasi dibuka.

SNI UNTUK ANALISIS STRUKTUR GEDUNG

PPURG-1987 : Pedoman Perencanaan Pembebanan Rumah Untuk Gedung


SNI 03-1726-2002 : Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung

SNI 03-1729-2002 : Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung

SNI 03-2847-2002 : Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung

SNI Untuk Struktur Kayu

SNI UNTUK BANGUNAN GEDUNG

SNI 2008 : Material, Biaya dan Komponen


SNI 1740-2008 Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bahaya bangunan rumah dan gedung

SNI 1741-2008 Cara uji ketahanan api komponen struktur bangunan

SNI 2411-2008 Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung

SNI 2547-2008 Spesifikasi Meter Air

SNI 2835-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah

SNI 2836-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi

SNI 2837-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran

SNI 2839-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding

SNI 3417-2008 Tata cara penentuan posisi titik perum menggunakan alat sipat ruang

SNI 3434-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaaan kayu

SNI 6897-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi
bangunan gedung dan perumahan

SNI 1972-2008 Cara uji slump beton

SNI 1973-2008 Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

SNI 2458-2008 Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

SNI 2496-2008 Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung udara untuk beton

SNI 3402-2008 Cara uji berat isi beton ringan structural

SNI 3419-2008 Cara Uji Abrasi Beton di Lab

SNI 4156-2008 Cara uji bliding pada beton segar

SNI 4817-2008 Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton

SNI 6369-2008 Tata cara pembuatan kaping untuk benda uji silinder beton

LITERATURE

ACI-318-08 : Building Codes Requirements for Structural Concrete and Commentary


UBC-88 : Uniform Building Code

ATC-40

MANAJEMEN DAN STRATEGI PENCAPAIAN MUTU


JEMBATAN
A. LATAR BELAKANG
Peningkatan sarana transportasi sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi dan menunjang pembangunan nasional di masa yang akan datang. Sesuai
dengan perkembangan daerah yang bersangkutan, jembatan merupakan salah satu
sarana prasarana transportasi yang sangat menentukan dalam upaya menunjang
kelancaran lalu lintas dan meningkatkan aktifitas perekonomian di daerah yang mulai
berkembang. Oleh pembangunan jembatan baik kualitas maupun kuantitasnya
mempunyai arti penting untuk guna menunjang tercapainya program merupakan hal
yang sangat penting jembatan.
Jembatan yang merupakan bagian dari sistem jaringan transportasi darat mempunyai
peranan yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menunjang pembangunan
nasional di masa yang akan datang. Oleh sebab itu perencanaan, pembangunan dan
rehablillasi serta fabrikasi konstruksi jembatan perlu diupayakan seefektif dan seefisien
mungkin, sehingga pembangunan jembatan dapat mencapai sasaran mutu jembatan
yang direncanakan. Manajemen dan strategi pencapaian mutu jembatan harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya rekonstruksi yang harus dilakukan apabila ada
bagian yang tidak memenuhi stndar mutu yang diharapkan.
Para pemerhati Jembatan Indonesia yang terdiri dari Kalangan Pemerintahan,
Akademisi, Konsultan Perencana dan Pengawas, Kontraktor atau Pelaksana Fabrikasi
dan Supplier turut terlibat dan bertanggung jawab atas pembangunan jembatan yang
efektif, efisien dan berdaya guna sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan
teknologi.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud kegiatan manajemen dan strategi pencapaian mutu jembatan adalah untuk
dapat memberikan arahan dan pedoman terhadap pembangunan prasarana
transportasi yang berupa jembatan yang memenuhi stndar mutu dan berdaya guna
sehingga dapat menunjang strategi Pembangunan Wilayah di Pemerintah Daerah
Kabupaten maupun Propinsi.
Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mendapatkan cara penanganan yang efisien
dan efektif dalam pencapaian mutu jembatan yang memenuhi stndar.
C. PENGERTIAN JEMBATAN
Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan route transportasi
melalui sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain. Jembatan adalah
suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang
terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai
saluran irigasi dan pembuang . Jalan ini yang melintang yang tidak sebidang dan lainlain.
Sejarah jembatan sudah cukup tua bersamaan dengan terjadinya hubungan komunikasi
dan transportasi antara sesama manusia dan antara manusia dengan alam
lingkungannya. Macam dan bentuk serta bahan yang digunakan mengalami perubahan
sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sekali
sampai pada konstruksi yang mutakhir.
Mengingat fungsi dari jembatan yaitu sebagai penghubung dua ruas jalan yang dilalui
rintangan, maka jembatan dapat dikatakan merupakan bagian dari suatu jalan, baik
jalan raya atau jalan kereta api.
Berikut beberapa jenis jembatan :
1. Jembatan diatas sungai
2. Jembatan diatas saluran irigasi/ drainase
3. Jembatan diatas lembah
4. Jembatan diatas jalan yang ada (fly over)
Bagian-bagian Konstruksi Jembatan terdiri dari :
Konstruksi Bangunan Atas (Superstructures)
Sesuai dengan istilahnya, bangunan atas berada pada bagian atas suatu jembatan,
berfungsi menampung beban-beban yang ditimbulkan oleh suatu lintasan orang,
kendaraan, dll, kemudian menyalurkan pada bangunan bawah.
Konstruksi bagian atas jembatan meliputi :
1. Trotoir
2. Sandaran dan tiang sandaran
3. Peninggian trotoir (kerb)
4. Konstruksi trotoir

5. Lantai kendaraan dan perkerasan


6. Balok gelagar
7. Balok diafragma / ikatan melintang
8. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan rem,ikatan tumbukan)
9. Perletakan (tumpuan)
Konstruksi Bangunan Bawah (Substructures)
Bangunan bawah pada umumnya terletak disebelah bawah bangunan atas. Fungsinya
untuk menerima beban-beban yang diberikan bangunan atas dan kemudian
menyalurkan ke pondasi, beban tersebut selanjutnya oleh pondasi disalurkan ke tanah.
Konstruksi bagian bawah jembatan meliuputi :
1. Pangkal jembatan (abutment) dan pondasi
2. Pilar jembatan (pier) dan pondasi
D. KRITERIA PERENCANAAN JEMBATAN
Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan identifikasi yang menyangkut
beberapa hal antara lain :
Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun lokasi jembatan
berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada.
Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu lintas.
Struktur tanah, geologi dan topografi serta kondisi sungai dan perilakunya.
1. Pemilihan Lokasi Jembatan
Dasar utama penempatan jembatan sedapat mungkin tegak lurus terhadap sumbu
rintangan yang dilalui, sependek, sepraktis dan sebaik mungkin untuk dibangun di atas
jalur rintangan.
Beberapa ketentuan dalam pemilihan lokasi jembatan dengan memperhatikan kondisi
setempat dan ketersediaan lahan adalah sebagai berikut :
Lokasi jembatan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak menghasilkan
kebutuhan lahan yang besar sekali.
Lahan yang dibutuhkan harus sesedikit mungkin mengenai rumah penduduk sekitarnya,
dan diusahakan mengikuti as jalan existing.
2. Bahan Konstruksi Jembatan
Ditinjau dari klasifikasi bangunan penyeberangan secara umum, bahan konstruksi
jembatan dapat dikelompokkan seperti yang tercantum pada tabel 1.
Tabel 1. Bahan Konstruksi Jembatan
Bagian
Bahan
Jenis
Struktur atas
Beton bertulang Slab

Struktur bawah
Fondasi

Girder
Beton prategang Girder
Baja
Truss
Komposit
Girder
Suspension
Beton bertulang Abutment
Pier
Beton bertulang Footplat
Sumuran
Tiang pancang
Bore-pile

3. Pemilihan Konstruksi Atas Jembatan


Pemilihan konstruksi atas jembatan ditetapkan dengan mempertimbangkan konstruksi
yang kuat, aman, dan ekonomis. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis
konstruksi atas antara lain :
1. Mudah pelaksanaannya
2. Biaya pelaksanaan murah
3. Pengadaan bahan relatif mudah
4. Biaya perawatan relatif rendah
5. Cukup kuat dengan biaya relatif murah
6. Bentang sungai
4. Pemilihan Konstruksi Bawah Jembatan
Pemilihan konstruksi bawah jembatan harus memperhatikan kondisi tanah setempat
dan pola aliran sungai. Konstruksi ditetapkan berdasarkan pertimbangan kekuatan,
biaya, serta kemudahan dalam pelaksanaan. Tahapan yang harus dilakukan dalam
perencanaan fondasi jembatan antara lain :
1. Pemeriksaan rencana tahanan lateral ultimit geser maupun tahanan tekanan
pasif pada fondasi.
2. Stabilitas terhadap geser dan guling.
3. Kapasitas daya dukung ultimit.
4. Penurunan (settlement) pada fondasi.

Anda mungkin juga menyukai