Pasal 2.
Hutang ini harus dibayar dengan cara menyicil sekurangkurangnya Rp. .......... (..................... rupiah) tiap-tiap bulan; Penyicilanpenyicilan itu harus dibayar tiap-tiap bulan selambat-lambatnya tanggal
...................... pertama kalinya selambat-lambatnya tanggal ................
yang akan datang, dan demikian selanjutnya hingga hutang ini lunas
sama sekali.
Untuk hutang ini tidak dikenakan bunga.
Pasal 3.
Pasal 4.
Pasal 6.
Kedua belah pihak dengan ini memberi kuasa, yang tidak dapat
ditarik kembali, kepada tua-tuan: ............................................................
masing-masing atau bersama-sama, kekuasaan mana merupakan bagian
mutlak dari erjanjiana hutang ini dan tidak berakhir karena ditarik
kembali oleh pihak pertama atau karena pihak pertama meninggal
dunia;
pertama: untuk bagi dan atas nama pihak pertama kepada pihak kedua ,
baik karena pokok maupun karena biaya-biaya yang dimaksudkan
dalam pasal 5, memasang hipotik pertama sejumlah Rp. .......................
(............................................ rupiah) untuk pihak kedua atas:
sebidang tanah eigendom verponding nomor .............................
terletak di ..........................................., dijelaskan dalam surat
ukur tanggal ........................................ tahun dua
ribu ................... nomor .................................. tercatat atas nama
pihak pertama menurut akte eigendom tanggal ..........................
tahun dua ribu ............................ nomor .....................................
dibuat dihadapan yang berwajib di .............................................
demikian berikut bangunan-bangunan yang sekarang ada dan kemudian
akan didirikan di atas tanah-tanah itu dan berikut segala sesuatu yang
akan ada dan dikemudian hari akan diadakan pada tana-tanah dan
bangunan-bangunan itu, yang mnurut sifat, peruntukan atau menurut
undang-undang dapat dianggap sebagi harta tetap, dan dengan
perjanjuan perjanjian yang sudah biasa untuk hipotik pertama dan yang
dikehndaki oleh pihak kedua, terutama perjanjian-perjanjian yang
dimaksudkan dalam pasa-pasal 1178, 1185, dan 1210 Kitab Undangundang Hukum Perdata dan pasal 297 Kitab Undang-undang Hukum
Dagang.
Kedua: untuk menerima pemasangan hipotik itu dengan perjanjianperjanjian yang dimaksudkan di atas ini untu dan atas nama pihak
kedua.
Untuk urusan pemasangan hipotik itu menghadap dimanapun juga,
memberi keterangan- keterangan, menandatangani akte-akte dan suratsurat lain, memilih tempat tinggal dan mengenai hal itu melkukan
sehala sesuatu yang diperlukan.
Pasal 7.