Anda di halaman 1dari 18

PINDAH PANAS

PINDAH PANAS

Dosen Pembimbing :
Dewi Fortuna, S.TP. M.P

Oleh :
Nama

: Amelia Ramadhan

NIM

: D1C012042

Prodi

: Teknologi Hasil Pertanian

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................2
ISI.........................................................................................................................3
1.1

Pengertian Perpindahan Panas.................................................................3

1.2

Hukum Pendinginan Atau Pemanasan Newton........................................4

1.3

Mekanisme Perpindahan Panas................................................................5

1.3.1

Konduksi/Hantaran (Conduction)......................................................6

1.3.2

Radiasi/Pancaran (Radiation)............................................................6

1.3.3

Konveksi/Ilian (Convection)..............................................................6

1.4

Hukum-hukum Dasar Perpindahan Panas................................................7

1.5. Mekanisme Perpindahan Panas Gabungan............................................11


1.6

Aplikasi Pindah Panas pada Bidang Industri Pangan............................14

1.6.1

Evaporasi.........................................................................................14

Daftar Pustaka.....................................................................................................17

ISI

1.1

Pengertian Perpindahan Panas


Panas telah diketahui dapat berpindah dari tempat dengan temperatur lebih tinggi

ke tempat dengan tempeatur lebih rendah. Hokum percampuran panas juga terjadi karena
panas itu berpindah, sedangkan pada kalorimeter, perindahan panas dapat terjadi dalam
bentuk pertukaran panas dengan luar sistem.
Jadi pemberian atau pengurangan panas tidak saja mengubah temperatur atau fasa
zat suatu benda secara lokal, melainkan panas itu merambat ke atau dari bagian lain benda
atau tempat lain. Peristiwa ini disebut perindahan panas.
Menurut penyelidikan, perpindahan tenaga panas dapat dibagi dalam beberapa
golongan cara perpindahan. Panas itu dapat merambat dari suatu bagian ke bagian lain
melalui zat atau benda yang diam. Panas juga dapat dibawa oleh partikel-partikel zat yang
mengalir. Pada radiasi panas, tenaga panas berpindah melalui pancaran yang merupakan juga
satu cara perindahan panas. Umumnya perindahan panas berlangsung sekaligus dengan
ketiga cara ini.
Perindahan panas melalui cara pertama disebut perpindahan panas melalui
kondoksi. Cara kedua, perindahan panas melalui konveksi dan cara ketiga melalui radiasi.
daya panas melalui penampang tegak lurus kepada arah arus. Oleh sebab itu arus panas ratarata adalah rata-rata adalah
H=

Dengan

sebagai waktu perpindahan panas yang dipandang.

Karena arus panas dapat berubah-ubah menurut waktu, maka arus panas pada

setiap saat adalah

H= lim

dQ
d

Perindahan panas dapat ketahui melalui perubahan temperatur. Oleh karenanya


perlu ditentukan hubungan antara arus panas dan perubahan atau perbedaan temperatur.
Bagi kalorimeter yang mengalami pertukaran panas dengan luar sistem, akibat
perpindahan panas, Newton memberikan suatu koreksi yang dikenal sebagai hukum
pendinginan atau pemanasan Newton.

1.2

Hukum Pendinginan Atau Pemanasan Newton


Perubahan temperatur akibat pertukaran panas seperti pada kalorimeter menurut

Newton pada tahun 1701, adalah berbanding lurns dengan waktu. Bila temperatur sistem
lebih tinggi daripada tempeatur sekitarnya, maka akan terjadi pendinginan pada sistem atau
penurunan temperatur dan demikian pun sebaliknya. Perbandingan ini dapat dijadikan
persamaan dengan membubuhi suatu faktor konstanta k, sehingga
t

= - k(t - ts)

dengan t dan t. masing-masing merupakan temperatur sistem dan temperatur


sekitarnya. Tanda negatif menunjukkan terjadinya penurnnan temperatur bila t > t.. Karena
perubahan temperatur ini dapat berbeda menurut waktu, maka perubahan temperatur setiap
saat adalah
dt
d

= - k(t - ts)

atau dapat juga ditulis


dt
tt s

= k d

sehingga setelah diintegrasikan diperoleh temperatur sistem setelah waktu


In (t - tS) = - k
Jika temperatur pada waktu

, sebesar

+C

0 adalah t0 maka konstanta integrasi C dapat ditentukan,

sehingga diperoleh
4

tt
t 0ts

In

atau

t = t0 + (t0 ts) e -k
Apabila perbedaan temperatur sistem dan sekitarnya keeil maka dengan
sendirinya perubahan temperatur pada sistem adalah keeil juga karena perubahan temperatur
maksimum dari sistem adalah menyamai temperatur sekitarnya. Oleh sebab itu dalam hal
ini nampak dari rumus diatas bahwa k

akan kecil juga harganya. Untuk k

<<1 dapat diadakan pendekatan dari rumus diatas dengan menguraikan dulu kedalam

deret

t = t0 + (t0 ts) {l k

dengan mengabaikan faktor k

(k )2
2!

(k )3
3!

+ ...........}

dengan pangkat dua dan lebih, pendekatan ini

menjadi

t = to (to ts) k
atau perubahan temperatur sistem selama waktu

adalah kira kira

t - to = (to ts) k
bagi to > ts terjadi pendinginan yakni penurunan temperature sistem dan bagi to < ts terjadi
pemanasan atau kenaikan temperatur. Jadi untuk perbedaan temperatur sistem dan sekitarnya
yang kecil hubungan rumus di atas dapat digunakan untuk koreksi temperature dana
kalorimeter.

1.3

Mekanisme Perpindahan Panas


Perpindahan panas dapat didefenisikan sebagai berpindahnya energi dari satu

daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah daerah tersebut. Hal
ikhwal aliran panas bersifat universal yang berkaitan dengan tarikan gravitasi.

Secara umum ada tiga cara perpindahan panas yang berbeda yaitu : konduksi
(conduction; dikenal dengan istilah hantaran), radiasi (radiation) dan konveksi (convection;
dikenal dengan istilah ilian). Jika kita berbicara secara tepat, maka hanya konduksi dan
radiasi dapat digolongkan sebagai proses perpindahan panas, karena hanya kedua mekanisme
ini yang tergantung pada beda suhu. Sedang konveksi, tidak secara tepat memenuhi definisi
perpindahan panas, karena untuk penyelenggaraanya bergantung pada transport massa
mekanik pula. Tetapi karena konveksi juga menghasilkan pemindahan energi dari daerah
yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah, maka istilah perpindahan
panas dengan cara konveksi telah diterima secara umum.
1.3.1

Konduksi/Hantaran (Conduction)
Konduksi adalah proses dengan mana panas mengalir dari daerah yang bersuhu

tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium (padat, cair atau gas) atau
antara medium - medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung tanpa adanya
perpindahan molekul yang cukup besar menurut teori kinetik. Suhu elemen suatu zat
sebanding dengan energi kinetik rata rata molekul molekul yang membentuk elemen itu.
Energi yang dimiliki oleh suatu elemen zat yang disebabkan oleh kecepatan dan posisi
relative molekul molekulnya disebut energi dalam. Perpindahan energi tersebut dapat
berlangsung dengan tumbukan elastic (elastic impact), misalnya dalam fluida atau dengan
pembauran (difusi/diffusion) elektron elektron yang bergerak secara cepat dari daerah yang
bersuhu tinggi kedaerah yang bersuhu lebih rendah ( misalnya logam). Konduksi merupakan
satu satunya mekanisme dimana panas dapat mengalir dalam zat padat yang tidak tembus
cahaya.
1.3.2

Radiasi/Pancaran (Radiation)
Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke

benda yang bersuhu rendah, bila benda benda itu terpisah didalam ruang, bahkan bila
terdapat ruang hampa diantara benda benda tersebut. Semua benda memancarkan panas
radiasi secara terus menerus. Intensitas pancaran tergantung pada suhu dan sifat permukaan .
Energi radiasi bergerak dengan kecepatan cahaya (3x108 m/s) dan gejala gejalanya
menyerupai radiasi cahaya. Menurut teori elektromagnetik, radiasi cahaya dan radiasi termal
hanya berbeda dalam panjang gelombang masing masing.
1.3.3

Konveksi/Ilian (Convection)
6

Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari konduksi
panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur. Konveksi sangat penting sebagai
mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat, cairan atau gas. Perpindahan
panas secara konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas (free convection) dan konveksi
paksa (forced convection) menurut cara menggerakkan alirannya. Bila gerakan mencampur
berlangsung semata mata sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh
gradien suhu, maka disebut konveksi bebas atau alamiah (natural). Bila gerakan mencampur
disebabkan oleh suatu alat dari luar seperti pompa atau kipas, maka prosesnya disebut
konveksi paksa.
Keefektifan perpindahan panas dengan cara konveksi tergantung sebagian
besarnya pada gerakan mencampur fluida . akibatnya studi perpindahan panas konveksi
didasarkan

1.4

pada

pengetahuan

tentang

ciri

ciri

aliran

fluida.

Hukum-hukum Dasar Perpindahan Panas


Konduksi. Hubungan dasar untuk perpindahan panas dengan cara konduksi

diusulkan oleh ilmuan perancis , J.B.J. Fourier, tahun 1882. Hubungan ini menyatakan bahwa
qk, laju aliran panas dengan cara konduksi dalam suatu bahan, sama dengan hasil kali dari
tiga buah besaran berikut :
1. k, konduktivitas termal bahan.
2. A, luas penampang dimana panas mengalir dengan cara konduksi
yang harus diukur tegak lurus terhadap arah aliran panas.
3. dT/Dx, gradien suhu terhadap penampang tersebut, yaitu perubahan
suhu T terhadap jarak dalam arah aliran panas x.
Untuk menuliskan persamaan konduksi panas dalam bentuk matematik, kita harus
mengadakan perjanjian tentang tanda. Kita tetapkan bahwa arah naiknya jarak x adalah arah
aliran panas positif. Persamaan dasar untuk konduksi satu dimensi dalam keadaan tunak
(stedi) ditulis :

qk = kA

dT
dX

Untuk konsistensi dimensi dalam pers. 1-1, laju aliran panas qk dinyatakan dalam
Btu/h*), luas A dalam ft2 dan gradien suhu dT/dx dalam F/ft. Konduktivitas termal k adalah
sifat bahan dan menunjukkan jumlah panas yang mengalir melintasi satuan luas jika gradien
suhunya satu. Jadi

Bahan yang mempunyai konduktivitas termal yang tinggi dinamakan konduktor


(conduktor), sedangkan bahan yang konduktivitas termalnya rendah disebut isolator
(insulator).

Untuk kasus sederhana aliran panas keadaan stedi melalui dinding datar (plane),
gradien suhu dan aliran panas tidak berubah dengan waktu dan sepanjang lintasan aliran
panas luas penampangnya sama :

qk
A

dx
0

Tdingin

kdT

Tpanas

Jika k tidak bergantung pada T, setelah integrasi kita mendapat rumus berikut
untuk laju konduksi panas melalui dinding :

qk =

Ak
L

( T panas Tdingin ) =

T
L / Ak

L/Ak setara dengan tahanan termal (thermal resistance) R k yang diberikan oleh
dinding kepada aliran panas dengan cara konduksi dan kita memperoleh.

Rk =

L
Ak

Kebalikan dari tahanan termal disebut konduksi termal (thermal conductance);


Kk =

Ak
L

Radiasi, jumlah energi yang meninggalkan suatu permukaan sebagai panas radiasi tergantung
pada suhu mutlak dan sifat permukaan tersebut. Radiator sempurna atau benda hitam (black
body) memancarkan energi radiasi dari permukaan dengan laju qr yang diberikan oleh
qr = A1 T14 Btu / hr
Btu/h, jika A1 luas permukaan dalam ft persegi, T1 suhu permukaan dalam derajat
rankine (R) dan konstanta dimensional dengan nilai 0,1714 x 10 -8 Btu/h ft2 R4 dalam satuan
SI laju aliran panas qr mempunyai satuan watt, jika luas permukaan A1 dalam m2, suhu mutlak
dalam derajat Kelvin, dan 5,67 x 10

-8 watt /

m2 k4 besaran dinamakan konstanta Stefan

Boltzmann.
Jika benda hitam tersebut beradiasi ke sebuah penutup yang sepenuhnya
mengurungnya dan yang permukaanya juga hitam, yaitu menyerap semua energi radiasi yang
datang padanya , maka laju bersih perpindahan panas radiasi diberikan oleh.
qr = A1 (T14 - T24)
Dimana T2 adalah suhu permukaan penutup dalam derajat Fahrenheit mutlak. Jika
pada suhu yang sama dengan benda hitam benda nyata memancarkan sebagian yang konstan
dari pancaran benda hitam pada setiap panjang gelombang, maka benda itu disebut benda
kelabu (gray body). Laju bersih perpindahan panas dari benda kelabu dengan suhu T1 ke
benda hitam dengan suhu T2 yang mengelilinginya adalah
qr = A1 1 (T14 - T24)
Dimana 1 adalah emitansi (emittance) permukaan kelabu dan sama dengan
perbandingan pancaran (emission) dari permukaan kelabu terhadap pancaran dari radiator
sempurna pada suhu yang sama.
Jika kedua benda tersebut bukan radiator sempurna dan jika kedua benda itu
mempunyai hubungan geometrik tertentu satu sama lain, maka perpindahan panas bersih
diantara kedua benda tersebut diberikan oleh
qr = A1 1-2 (T14 - T24)
Konveksi. Laju perpindahan panas dengan cara konveksi antara suatu permukaan
dan suatu fluida dapat dihitung dengan hubungan :

10

qc = hc A T
Dimana

qc = laju perpindahan panas dengan cara konveksi, Btu/h;


A = luas perpindahan panas, ft2;
T = beda antara permukaan suhu Ts dan suhu fluida T dilokasi yang
ditentukan (biasanya jauh dari permukaan), F;
hc = Konduktansi termal satuan konveksi rata rata (sering disebut
koefisien

permukaan

perpindahan

panas

atau

koefisien

perpindahan panas konveksi), Btu/h ft2 F.

Dengan mempergunakan diatas, kita dapat mendefenisikan konduktansi termal


Kc untuk perpindahan panas konveksi sebagai
Kc = hc A
Dan tahanan termal terhadap perpindahan panas konveksi Rc yang sama
dengan kebalikan konduktansi, sebagai
Rc =

l
hcA

1.5.1. Mekanisme Perpindahan Panas Gabungan


Dalam praktek biasanya panas berpindah dalam tahap tahap melalui sejumlah bagian
yang berbeda yang dihubungkan secara seri, dan untuk bagian tertentu dalam sistem tersebut
perpindahannya seringkali berlangsung dengan dua mekanisme secara paralel.

11

Contoh; Perpindahan panas dari hasil pembakaran dalam ruang bakar motor roket
melalui dinding tipis ke zat pendingin yang mengalir dalam cincin diluar dinding tersebut
(Gb. 1-4).

Bagian pertama sistem ini panas berpindah dari gas panas ke permukaan dalam
dinding motor roket dengan mekanisme konveksi dan radiasi yang bekerja secarah paralel.
Laju total aliran panas q ke permukaan dinding pada suatu jarak dari nosel adalah :

q = qc + qr
= hc A (Tg Tsg) + hr A (Tg Tsg)
q = (hc A + hr A) (Tg Tsg)
= (Kc + Kr) (Tg Tsg)
=
Dimana Tg

TgTsg
R1

= suhu gas panas ;

Tsg = suhu pada permukaan dalam dinding;


R1

= tahanan termal kombinasi atau efektif bagian pertama,

R1 = 1/(hr + hc) A.
12

Bagian kedua; keadaan stedi, panas berkonduksi melalui cangkang (shell), yaitu
bagian kedua sistem tersebut, dengan laju yang sama dengan laju ke permukaan dan
q = qk =

kA
L

(Tsg Tsc)

= Kk (Tsg Tsc)
=

TsgTsc
R2

Dimana Tsc
R2

= suhu permukaan dinding pada zat pendingin


= tahanan termal dalam bagian ketiga sistem.

Bagian ketiga; panas mengalir melalui bagian ketiga sistem tersebut ke zat
pendingin dengan cara konveksi.
q = qc = hc A (Tsc T)
=
Dimana:

TsgTsc
R3
Tc

= suhu zat pendingin ;

R3

= tahanan termal dalam bagian ketiga sistem.

Dalam praktek, sering kali yang diketahui hanya suhu gas panas dan suhu
zat pendingin atau;
q=

TgTc
R 1+ R 2+ R 3

T total
R 1+ R 2+ R 3

Persamaan di atas disederhanakan dengan menggabungkan berbagai tahanan atau


konduktansi sistem termalnya menjadi satu besaran, yang dinamakan konduktansi satuan
keseluruhan (overall unit conductance), transmitansi keseluruhan (overall transmittance), atau
koefisien perpindahan panas keseluruhan, U atau

13

Dimana

q
UA

= U A Ttotal
=

1
R 1+ R 2+ R 3

Untuk aliran panas sepanjang lintasan yang terdiri dari n bagian termal dalam
seri, konduktansi keseluruhan UA sama dengan kebalikan dari jumlah tahanan masing
masing bagian, atau
UA

1
R 1+ R 2+ . Rn

1.6

Aplikasi Pindah Panas pada Bidang Industri Pangan

1.6.1

Evaporasi
Evaporasi adalah proses penguapan daripada liquid (cairan) dengan penambahan

panas. Suatu penghantaran panas pada cairan mendidih yang banyak terjadi dalam industri
pengolahan adalah evaporasi. Uap dari larutan yang mendidih dihilangkan dan larutan tang
tertinggal mempunyai konsentrasi lebih tinggi dari semula. Panas pada evaporasi dapat
disuplai dengan berbagai cara, misalnya secara alami dan penambahan steam.

Proses

evaporasi ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari
lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume
signifikan.Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga
didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari evaporasi itu
14

sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak mudah
menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan proses evaporasi , pelarutnya
adalah air. Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah
zat cair, kadang-kadang zat cair yang sangat viskos, dan bukan zat padat. Begitu pula,
evaporasi berbeda dengan distilasi, karena disini uapnya biasanya komponen tunggal, dan
walaupun uap itu merupakan campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha untuk
memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Biasanya dalam evaporasi, zat cair pekat itulah yang
merupakan produk yang berharga dan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang.
Prinsip kerja dari evaporasi adalah untuk menghilangkan sebagian air dari bahan
pangan dengan cara pemanasan.
Fungsi aplikasi utama Aplikasi utama proses evaporasi dalam industry pangan
dilakukannya bertujuan:
a. Untuk pengentalan awal suatu bahan cair sebelum dilakukan proses
pengolahan selanjutnya, misalnya sebelum dilakukan spray drying, drum
drying, kristalisasi.
b. Mengurangi volume cairan untuk mengurangi biaya penyimpanan,
pengangkutan dan pengemasan.
c. Menurunkan Aw (Activity Water) dengan meningkatkan kandungan bahan
padat dalam bahan untuk membantu pengawetan, misalnya dalam
pembuatan susu kental. Keadaan yang akan dijumpai selama evaporasi
dapat bermacam-macam. Cairan yang akan diuapkan mungkin lebih
kental sehingga sulit mengalir. Mungkin juga terjadi pengendapan yang
membentuk kerak pada permukaan pemanas, terjadi pembentukan buih,
kenaikan titik didih atau terjadi kerusakan karena suhu tinggi. Selama
evaporasi berlangsung sisa cairan akan lebih pekat menyebabkan titik
didih cairan menjadi naik, bila sumber panas masih tetap. Kenaikan titik
didih ini akan menurunkan kecepatan pindah panas. Demikian pula
viscositas cairan juga meningkat, yang akan menaikan koefisien pindah
panas dan memperlambat pendidihan.

15

A. Gambar dan skema dari evaporator

16

Daftar Pustaka

Agung, T, Dkk. 2004. Pengukuran Koefisiensi Perpindahan Kalor Evaporasi


Pertozon Rosy 12 Dalam Saluran Halus Horizontal. Jurnal Ilmiah Semesta
Teknika. Vol.7, No.1, Hal: 84-98.
Frank Kreith, 1997., Prinsip Perpindahan Panas, ed 3 , Erlangga, Jakarta
J.P. Holman, 1997 ., Perpindahan Kalor, ed. 6, Erlangga, Jakarta
Necati Ozisik, 1985., Heat Transfer, Mcgraw-Hill, Singapura
17

http://www.unhas.ac.id/lkpp/Perpindahan.pdf
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/fisika_ilmu_panas/bab3perpindahan_panas.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai