Anda di halaman 1dari 9

Metode Perbanyakan Vegetatif (Perbanyakan Aseksual)

Perbanyakan ini dikatakan aseksual karena bibit diperoleh dengan cara memanfaatkan bagian
tanaman yang bukan termasuk alat kelamin dalam proses persilangan atau perkawinan bunga.
Bagian tanaman yang dimanfaatkan adalah akar, batang (termasuk cabang dan ranting) serta
daun. Berbeda dengan bibit asal biji yang mempunyai variasi dan keberagaman sifat akibat proses
persilangan, bibit vegetatif akan bersifat identik dengan sifat tanaman induknya dan tidak akan
ditemukan perbedaan sifat genetik sama sekali. Jika terdapat individu tanaman buah diketahui
bersifat unggul, misalnya : tahan terhadap kekeringan, daya adaptasi luas, tahan hama dan
penyakit, genjah (gampang berbuah pada umur tanaman yang masih muda), produktifitas buah
tinggi, kualitas buah bagus (ukuran, tekstur daging, rasa, warna, dan daya simpan buah), maka
perbanyakan bibit tanaman secara vegetatif untuk individu tanaman ini sangatlah dianjurkan.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dikenal dengan istilah perbanyakan
secara klonal sehingga bibit vegetatif juga biasa disebut sebagai bibit klonal.
Tergantung pada jenis tanamannya, perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara :
CANGKOK : adalah perbanyakan bibit tanaman dengan cara menumbuhkan akar pada bagian
cabang atau ranting yang dikerat kulit cabang atau rantingnya. Cangkok dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan sederhana yang terdapat di sekitar kita (misalnya : tanah murni,
campuran tanah dan bahan organik seperti pupuk kandang atau kompos, lumut, sabut kelapa
utuh, serat sabut kelapa urai atau coco fiber, maupun serbuk sabut kelapa atau coco peat), serta
dapat juga menggunakan bahan yang relatif sulit diperoleh seperti sphagnum moss atau akar pakis
danfloral foam. Intinya adalah sama yakni sebagai upaya untuk menumbuhkan akar
cabang/ranting menggunakan bahan-bahan tersebut di atas sebagai media tumbuhnya akar.
Beberapa orang menggunakan zat perangsang tumbuh (ZPT) untuk mempercepat pertumbuhan
akar. ZPT tersebut mengandung bahan aktif naftalenasetamida dan indol butiratyang berfungsi
merangsang dan memacu pertumbuhan tunas-tunas akar dari cabang/ranting yang dicangkok.
Beberapa merk ZPT ini antara lain adalah : Rootone F, Root F, dan Clonex. Jika akar telah tumbuh
banyak, maka cabang/ranting dapat dipotong dan dipisahkan dari tanaman induknya dan bibit asal
cangkok ini dapat diperlakukan sebagai tanaman yang siap ditumbuhkan menjadi individu
tanaman baru. Beberapa keuntungan bibit tanaman asal cangkok adalah : bersifat identik, sama
persis dengan sifat induknya, tumbuh relatif lebih cepat pada fase tanaman muda,
percabangannya kompak, umur berbuah relatif lebih cepat, dan mudah dibuat tanpa memerlukan
keterampilan tertentu serta dapat dilakukan pada banyak jenis tanaman buah. Kekurangan
cangkok adalah : tidak semua tanaman buah dapat dicangkok cabang/rantingnya, dibutuhkan
waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan akar cangkokan pada beberapa jenis tanaman buah
tertentu, bibit cangkok akan mempunyai akar serabut tanpa akar tunggang (akar utama) sehingga
pada jenis tanaman buah tertentu mudah rubuh jika terkena angin kencang, serta menghabiskan
banyak cabang/ranting jika tanaman dicangkok dalam jumlah banyak sekaligus.

STEK : adalah cara perbanyakan bibit tanaman dengan menumbuhkan akar dari ranting muda di
bagian ujung tanaman menggunakan beragam media tanam stek, antara lain : sekam bakar steril,
campuran sekam bakar dengan tanah, campuran sekam bakar dengan pupuk kandang/kompos,
campuran tanah dengan pupuk kandang/kompos,cocopeat, hingga stek yang menggunakan floral
foam sebagai media tanam. Selain ranting muda, beberapa tanaman juga dapat diperbanyak
dengan menggunakan stek akar, namun cara ini sangat jarang dilakukan. Keuntungan
perbanyakan bibit tanaman dengan cara stek adalah : stek tidak memerlukan dan sama sekali
tidak tergantung pada ketersediaan batang bawah, sangat mudah dilakukan oleh siapapun, bibit
yang dihasilkan akan mempunyai sistem perakaran serabut dan nantinya akan berkembang
menjadi sistem perakaran yang baik, serta memiliki kesamaan sifat-sifat genetik dengan tanaman
induknya. Kekurangan cara stek ini adalah : tidak semua jenis tanaman dapat distek, pertumbuhan
yang relatif lambat pada fase bibit muda, diperlukan perlakuan sungkup untuk menjaga
kelembaban agar tetap tinggi selama proses stek berlangsung (pada skala pembibitan stek yang
lebih besar diperlukan pembangunan mist room sebagai sarana untuk menyungkup tanaman
secara komunal dalam jumlah besar, dengan mekanisme pengaturan suhu dan tingkat kelembaban
tertentu, serta harus dilengkapi dengan alat pengabut), serta bahan stek sangat mudah ditumbuhi
jamur karena faktor kelembaban yang tinggi selama proses penyungkupan berlangsung.

OKULASI : adalah perbanyakan bibit tanaman dengan cara menempelkan mata tunas yang
diperoleh dari tanaman induk ke jaringan kambium pada batang bawah. Mata tunas diperoleh dari
ketiak daun yang tumbuh di ranting tanaman induk. Mata tunas yang ditempel tersebut kelak akan
tumbuh menjadi individu tanaman baru yang bersifat identik dengan sifat induk di mana mata
tunas tersebut diambil. Okulasi tempel mata tunas adalah cara yang paling populer dilakukan
untuk memperbanyak tanaman buah karena dalam waktu singkat dapat dihasilkan individu
tanaman baru dalam jumlah besar, hingga ratusan ribu. Bibit tanaman okulasi mempunyai
keuntungan sebagai berikut : mempunyai perakaran yang sangat baik yang diperoleh dari sistem
perakaran batang bawah, mempunyai tingkat keseragaman penampakan tanaman yang sangat
baik saat ditanam di lahan, tingkat pertumbuhan yang relatif seragam pada kondisi lingkungan
yang mendukung, serta dapat dibuat dalam jumlah besar sekaligus. Kekurangan okulasi adalah :
dibutuhkan keterampilan bagi pembuatnya, persentase keberhasilan pembuatannya sangat
tergantung pada banyak faktor internal dan eksternal, ketergantungan terhadap ketersediaan
batang bawah, sering ditemukan ketidaksesuaian (inkompatibilitas) antara batang atas dan batang
bawah pada fase pertumbuhan bibit selanjutnya dan hanya baik dilakukan saat musim kemarau
jika dibuat secara massal di lapangan.

SAMBUNG SISIP : adalah perbanyakan bibit tanaman dengan memodifikasi cara okulasi atau
tempel mata. Jika okulasi dilakukan dengan menempelkan mata tunas, maka sambung sisip adalah
menempelkan potongan ranting muda ke jaringan kambium pada batang bawah. Jika okulasi hanya
menempelkan satu mata tunas, maka dengan metode sambung sisip dapat ditempelkan lebih dari
satu mata tunas sekaligus yang terdapat pada ranting muda yang ditempelkan. Dengan cara ini,
kemungkinan tumbuhnya dua atau lebih mata tunas sekaligus pada bibit baru akan cukup besar,
namun umumnya hanya akan tumbuh maksimum dua mata tunas, sehingga jika ada 2 mata tunas
yang tumbuh bersamaan, akan diperoleh bibit yang bercabang primer langsung dari titik
sambungan. Bibit tanaman hasil sambung sisip mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut :
bersifat identik dengan sifat genetik tanaman induk, mempunyai perakaran sangat baik yang
diperoleh dari sistem perakaran batang bawah, mempunyai tingkat keseragaman penampakan
tanaman yang sangat baik saat ditanam di lahan, tingkat pertumbuhan yang relatif seragam pada
kondisi lingkungan yang medukung, tumbuh lebih cepat dibanding bibit okulasi, serta dapat dibuat
dalam jumlah besar sekaligus. Kekurangan cara perbanyakan sambung sisip adalah : dibutuhkan
keterampilan bagi pembuatnya untuk meningkatkan persentase keberhasilan dalam proses
pembuatan bibit, ketergantungan terhadap ketersediaan batang bawah, lebih boros dalam
penggunaan entres sehingga dibutuhkan ranting muda dalam jumlah lebih banyak, dan hanya baik
dilakukan saat musim kemarau jika dibuat secara massal di lapangan.

SAMBUNG SAMPING : adalah perbanyakan bibit tanaman yang caranya mirip dengan cara
sambung sisip, namun jika pada sambung sisip hanya melepaskan kulit batang sehingga terlihat
lapisan kambium sebagai tempat menempel tunas ranting muda, maka pada sambung samping
dilakukan pengirisan kulit sekaligus sebagian kayu bagian dalam dengan irisan yang tipis. Cara ini
dilakukan jika kulit batang tergolong sulit untuk dikelupas akibat tipisnya lapisan cambium batang
bawah. Lebar dan panjang irisan sama persis dengan metode sambung sisip dan di tengah irisan
itulah, potongan ranting muda disisipkan. Ranting muda yang disisipkan bisa terdiri dari tunas
ujung maupun bukan tunas bagian ujung, dengan jumlah mata tunas bisa lebih dari satu,
tergantung panjang ranting muda yang disambungkan. Bibit tanaman hasil sambung sisip
mempunyai keuntungan sebagai berikut : bersifat identik dengan sifat tanaman induknya,
mempunyai perakaran sangat baik yang diperoleh dari sistem batang bawah, mempunyai tingkat
keseragaman penampakan tanaman yang sangat baik saat ditanam di lahan, tingkat pertumbuhan
yang relatif seragam pada kondisi lingkungan yang mendukung, tumbuh lebih cepat dibanding
bibit okulasi, serta dapat dibuat dalam jumlah besar sekaligus. Kekurangan perbanyakan dengan
cara sambung samping adalah : dibutuhkan keterampilan bagi pembuatnya untuk meningkatkan
persentase keberhasilan pembuatan bibit, ketergantungan terhadap ketersediaan batang bawah,
menggunakan entres lebih banyak dibanding okulasi sehingga harus disediakan entres dalam
jumlah lebih banyak, dan hanya baik dilakukan saat musim kemarau jika dibuat secara massal di
lapangan.

SAMBUNG PUCUK : biasa juga disebut dengan cara GRAFTING, adalah cara perbanyakan bibit
tanaman dengan membelah batang bawah yang dipotong pada ketinggian tertentu dan
menyisipkan potongan mata potongan ranting muda yang bagian bawahnya dibentuk seperti huruf
V atau berbentuk baji ke dalam belahan di tengah batang bawah tersebut. Potongan ranting
yang disisipkan ke belahan tengah batang bawah dapat dapat merupakan potongan pucuk/ujung
ranting maupun potongan ranting muda di bagian bawah potongan ujung ranting, dengan satu
atau lebih mata tunas sekaligus. Cara ini lazim dilakukan saat batang bawah masih sangat muda
dan belum berkayu (pada alpokat, misalnya) maupun pada tanaman lainnya yang batang
bawahnya masih berwarna hijau dengan diameter kurang dari 5mm. Jika dilakukan pada batang
bawah yang masih sangat muda, cara ini dikenal dengan istilah sambung dini atau mini grafting.
Bibit tanaman hasil sambung pucuk mempunyai keuntungan sebagai berikut : bersifat identik
dengan sifat genetik tanaman induk, mempunyai perakaran sangat baik yang diperoleh dari sistem
perakaran batang bawah, mempunyai tingkat keseragaman penampakan tanaman yang sangat
baik saat ditanam di lahan, tingkat pertumbuhan yang relatif seragam pada kondisi lingkungan
yang mendukung, tumbuh lebih cepat dibanding bibit okulasi, serta dapat dibuat dalam jumlah
besar sekaligus. Kekurangan okulasi adalah : dibutuhkan keterampilan bagi pembuatnya,
ketergantungan terhadap ketersediaan batang bawah, diperlukan perlakuan penyungkupan pada
bibit pasca penyambungan, baik penyungkupan secara individual jika jumlahnya sedikit maupun
penyungkupan komunal jika bibit dibuat dalam skala besar, sering ditemukan ketidaksesuaian
(inkompatibilitas) antara batang atas dan batang bawah, dan keberhasilannya sangat tergantung
pada kesehatan dan kualitas pertumbuhan batang bawah (karena batang bawah dipangkas habis
tanpa daun dan hanya menyisakan batang yang akan disambung).

SAMBUNG SUSU : adalah cara perbanyakan bibit tanaman dengan menempelkan batang bawah
yang dipotong dengan ketinggian tertentu dan ujungnya dibentuk seperti huruf V terbalik atau
berbentuk baji terbalik ke dalam keratan cabang/ranting pohon induk. Keratan pada
cabang/ranting juga dibentuk sama dengan bentuk ujung batang bawah, yakni huruf V terbalik
atau baji terbalik. Keratan dilakukan tidak hanya pada kulit cabang/ranting namun hingga ke
bagian kayunya sekaligus, sepertiga hingga setengah diameter cabang/ranting. Modifikasi lain dari
cara sambung susu adalah mengerat lapisan kambium batang bawah dengan ukuran tertentu
tanpa memotong batang bawah sama sekali, kemudian ditempelkan pada cabang/ranting batang
atas berukuran sama besar dan juga telah dikerat lapisan kambiumnya, lalu diikat tali plastik
hingga menempel dengan kuat. Modifikasi lain dari cara ini yang dilakukan oleh
banyak nursery tanaman buah di Thailand, adalah menempelkan batang bawah kecil ke
cabang/ranting batang atas berukuran dua, tiga, bahkan empat kali lipat lebih besar ukuran
diameternya, untuk menghasilkan bibit susuan yang relatif cepat periode berbunga dan
berbuahnya. Bibit tanaman hasil sambung sisip mempunyai keuntungan sebagai berikut : bersifat
identik dengan sifat tanaman induknya, mempunyai perakaran sangat baik yang diperoleh dari
sistem perakaran batang bawah, tingkat pertumbuhan yang relatif seragam pada kondisi
lingkungan yang medukung, tumbuh lebih cepat dibanding bibit okulasi karena batang atas sudah
berupa cabang/ranting, periode berbunga dan berbuah relatif lebih singkat dan bentuk tanaman
dapat ditentukan sejak awal dengan memilih bentuk cabang/ranting tanaman induk seperti bentuk
yang diinginkan sebelum penyambungan dilakukan, serta persentase keberhasilan pembuatan
bibit yang tinggi. Kekurangan sambung susu adalah : dibutuhkan keterampilan bagi pembuatnya,
dibutuhkan para-para sebagai penyangga jika bibit dibuat dalam jumlah besar, sangat
boros dalam penggunaan entres karena menghabiskan banyak cabang/ranting dan dapat merusak
penampilan dan kesehatan pohon induk jika disambung dalam jumlah besar, ketergantungan
terhadap ketersediaan batang bawah, dan sangat sering ditemukan ketidaksesuaian
(inkompatibilitas) antara batang atas dan batang bawah saat fase pertumbuhan tanaman
selanjutnya.

Masih terdapat metode perbanyakan vegetatif lainnya seperti MERUNDUK dan perbanyakan
tanaman dengan metode KULTUR JARINGAN, namun metode ini tidak dibahas karena jarang
dilakukan sebagai cara untuk memperbanyak bibit tanaman buah, Kultur jaringan sendiri
memerlukan investasi besar untuk peralatan laboratorium dan harus disertai dengan ketrampilan
teknis operator yang memadai, yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang punya keterampilan
dan pengalaman dan di bidang tersebut.
INKOMPATIBILITAS, atau ketidaksesuaian antara pertumbuhan batang bawah bawah (rootstock)
dengan batang atas (scion/entres) sering ditemukan, di mana terjadi fakta bahwa batang bawah
tumbuh dan membesar lebih cepat dibanding pertumbuhan batang atas atau sebaliknya. Hal ini
bisa terjadi karena pengaruh faktor genetik tanaman masing-masing batang (bawah dan atas),
maupun faktor gangguan metabolisme yang terjadi saat tanaman tumbuh dan berkembang.
Batang bawah mampu tumbuh dengan cepat, namun pertumbuhan batang bawah tersebut tidak
didukung oleh kecepatan pertumbuhan batang atas, sebaliknya pertumbuhan batang atas
berlangsung dengan cepat sementara pada saat yang bersamaan batang bawah tumbuh dengan
lambat. Warna batang juga sering berbeda, batang bawah terlihat berwarna cokelat keabuan
sementara batang atas tumbuh dengan warna hijau kecokelatan dengan perbedaan yang sangat
kontras persis di titik sambungan. Bibit tanaman buah dengan kondisi seperti ini umumnya tetap
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik meski secara estetis penampilan tanaman menjadi
jelek, apalagi jika tanaman tersebut ditanam di dalam pot (tabulampot). Jaringan kalus yang
terbentuk di titik sambungan terlihat tidak serasi sehingga mengurangi nilai estetika sebuah
tanaman. Jika ditanam di lahan, perbedaan ini tidak akan terlihat lagi saat tanaman tumbuh
dewasa di mana batang bawah yang lebih besar atau lebih kecil telah tertimbun masuk ke dalam
tanah. Berbeda pada bibit tanaman dengan kompatibilitas tinggi, penyatuan titik sambungan akan
terlihat sempurna satu sama lain, dan pada umur tanaman yang semakin menua, titik sambungan
tersebut tidak akan terlihat lagi, nyaris seperti batang yang tumbuh lurus tanpa proses
penyambungan sama sekali.

Pada akhirnya, apapun jenis bibit yang dipilih untuk ditanam, bibit tanaman buah tidak akan
tumbuh dengan baik jika tidak disertai dengan perawatan dan teknis budidaya yang tepat, dimulai
dari persiapan lubang tanam di lahan maupun persiapan media tanam yang sesuai jika bibit
hendak ditanam dalam pot, pengairan yang teratur, pemberian pupuk secara berkala dengan jenis
dan dosis yang tepat, penambahan pupuk organic secara berkala, pengendalian hama dan
penyakit tanaman, dan pemangkasan secara teratur sesuai dengan tahap pertumbuhan tanaman.
Dari sini akan diperoleh hasil pertumbuhan tanaman yang optimal sehingga pada waktunya nanti,
tanaman buah akan menghasilkan buah dengan produktifitas yang optimal pula sebagai mana
yang diharapkan oleh penanamnya.

Anda mungkin juga menyukai