Pendahuluan
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang
mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan
kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi
menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup dari pasien.
Perubahan orientasi ini mengharuskan apoteker untuk memiliki peran yang lebih luas dari
hulu ke hilir mulai dari pembuatan, pengawasan, penyerahan hingga pemastian bahwa
obat yang akan digunakan oleh pasien memenuhi prinsip-prinsip rasionalitas. Apoteker
dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat
meningkatkan interaksi langsung dengan pasien.
Peran farmasi klinik sendiri memberikan dampak yang baik terhadap
berbagai outcome terapi pada pasien, baik dari sisi humanistik (kualitas hidup, kepuasan),
sisi klinik (kontrol yang lebih baik pada penyakit kronis), dan sisi ekonomis
(pengurangan biaya kesehatan). Hasil review publikasi Inditz et al (1999) antara tahun
1984-1995 menyimpulkan bahwa pelayanan farmasi klinik efektif untuk mengurangi
biaya pelayanan kesehatan dan juga efektif dalam meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Hal ini diperoleh terutama dengan melakukan pemantauan resep dan
pelaporan efek samping obat.
Lingkungan pelayanan kesehatan yang sensitif terhadap biaya saat ini menciptakan
tempat kerja yang kompetitif dan menantang bagi tenaga kesehatan. Tantangan bagi
tenaga kesehatan untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya
minimal. Mutu pelayanan kesehatan tidak boleh diabaikan karena masalah biaya. Saat ini
produk dan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan harus
mencerminkan nilai farmakoekonomi, yaitu, keseimbangan antara luaran ekonomi,
humanistik dan klinik. Farmakoekonomi yang merupakan bagian dari farmasi social
merupakan bidang ilmu yang bisa menyediakan cara sistematis untuk menghitung luaran
ini. Luaran pelayanan kesehatan bisa diukur menggunakan ECHO models, yaitu
economic, clinical, humanistic outcomes.
C. Luaran Ekonomi
Luaran ekonomi adalah pengaruh akibat intervensi dari biaya pelayanan kesehatan.
Pengukuran dan analisis luaran ekonomi menggunakan prinsip ekonomi atau
farmakoekonomi.
Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh
dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan kesehatan. Farmakoekonomi
juga didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi dalam suatu sistem
pelayanan kesehatan. Lebih spesifik lagi adalah sebuah penelitian tentang proses
identifikasi, mengukur dan membandingkan biaya resiko dan keuntungan dari suatu
program, pelayanan dan terapi. Tujuan farmakoekonomi adalah membandingkan obat
yang berbeda untuk pengobatan pada kondisi yang sama, selain itu juga membandingkan
pengobatan yang berbeda pada kondisi yang berbeda. Hasilnya dapat digunakan sebagai
informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas
alternative-alternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih
efisien dan ekonomis. Informasi farmakoekonomi saat ini dianggap sama pentingnya
dengan informasi khasiat dan keamanan obat dalam menentukan pilihan obat mana yang
akan digunakan.
Tipe-tipe biaya :
1. Direct medical costs
2.
3.
4.
5.
Biaya yang dikeluarkan oleh pasien terkait dengan pelayanan jasa medis, yang
digunakan untuk mencegah atau mendeteksi suatu penyakit seperti kunjungan pasien,
obat-obat yang diresepkan, lama perawatan, perawatan kesehatan dirumah (Orion,
1997;
Vogenberg,
2001).
Kategori biaya-biaya medis langsung, antara lain : pengobatan, pelayanan untuk
mengobati efek samping, pelayanan pencegahan dan penanganan,
Direct nonmedical costs
Biaya yang dikeluarkan oleh pasien tidak terkait langsung dengan pelayanan medis,
seperti transportasi pasien ke rumah sakit, makanan, jasa pelayanan lainnya yang
diberikan pihak rumah sakit (Orion, 1997; Vogenberg, 2001).
Indirect medical costs
Biaya yang dapat mengurangi produktivitas pasien (Vogenberg, 2001). Biaya yang
hilang akibat waktu produktif yang hilang. Sebagai contoh pasien kehilangan
pendapatan karena sakit yang berkepanjangan sehingga tidak dapat memberikan
nafkah keluaganya, pendapatan berkurang karena kematian yang cepat (Vogenberg,
2001).
Intangible costs
Merupakan biaya yang dikeluarkan bukan hasil tindakan medis, tidak dapat diukur
dalam mata uang (Vogenberg, 2001). Biaya yang sulit diukur seperti rasa nyeri/ sakit,
cacat, kehilangan kebebasan, efek samping. Sifatnya psikologis, sukar dikonversikan
dalam bentuk rupiah sehingga sering diabaikan (Vogenberg, 2001).
Opportunity costs
Menunjukkan besarnya manfaat ekonomis ketika membatalkan suatu alternatif terapi
sebagai pengganti terapi alternatif terbaik berikutnya, dimana manfaat itu telah
terbukti. (Vogenberg, 2001)
ditinjau dari perspektif masyarakat. Analisis ini sangat bermanfaat pada kondisi antara
manfaat dan biaya mudah dikonversi ke dalam bentuk rupiah.
Merupakan tipe analisis yang mengukur biaya dan manfaat suatu intervensi dengan
beberapa ukuran moneter, dan pengaruhnya terhadap hasil perawatan kesehatan. Dapat
digunakan untuk membandingkan perlakuan yang berbeda untuk kondisi yang berbeda.
Merupakan tipe penelitian farmakoekonomi yang kompreherensif dan sulit dilakukan
karena mengkonversi benefit kedalam nilai uang.
3. Cost-Effectiveness Analysis
Analisis Cost-Effectiveness adalah tipe analisis yang membandingkan biaya suatu
intervensi dengan beberapa ukuran non-moneter, dimana pengaruhnya terhadap hasil
perawatan kesehatan. Analisis Cost-Effectiveness merupakan salah satu cara untuk
memilih dan menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa program yang berbeda
dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Dalam menganalisis suatu penyakit,
analisis cost-effectiveness berdasarkan pada perbandingan antara biaya suatu program
pemberantasan tertentu dan akibat dari program tersebut dalam bentuk perkiraan dari
kematian dan kasus yang bisa dicegah.
4. Cost-Utility Analysis
Analisis Cost-Utility adalah tipe analisis yang mengukur manfaat dalam utility-beban
lama hidup; menghitung biaya per utility; mengukur ratio untuk membandingkan diantara
beberapa program. Analisis cost-utility mengukur nilai spesifik kesehatan dalam bentuk
pilihan setiap individu atau masyarakat. Seperti analisis cost-effectiveness, cost-utility
analysis membandingkan biaya terhadap program kesehatan yang diterima dihubungkan
dengan peningkatan kesehatan yang diakibatkan perawatan kesehatan.
Aplikasi dan Peranan Farmakoekonomi Dalam Pelayanan Kesehatan
farmakoekonomi tidak hanya penting bagi para pembuat kebijakan di bidang kesehatan
saja, tetapi juga bagi tenaga kesehatan, industri farmasi, perusahaan asuransi dan bahkan
pasien, dengan kebutuhan dan cara pandang yang berbeda.
Manfaat Farmakoekonomi dalam pelayanan dan kepuasan pasien
Manfaat yang dapat diperoleh dengan penerapan farmakoekonomi antara lain:
1.
Memberikan
pelayanan
maksimal
dengan
biaya
yang
terjangkau.
Seiring dengan perkembangan zaman, maka pengetahuan yang berkaitan dengan penyakit
sudah semakin berkembang. Pengetahuan tentang pengobatan terhadap penyakit-penyakit
tertentu pun tidak ketinggalan, dimana saat ini untuk suatu penyakit tertentu telah tersedia
berbagai macam obat untuk menyembuhkan ataupun sekedar meredakan simptom
penyakit
tersebut.
Hal ini memberikan manfaat, yaitu terdapat banyak pilihan obat yang dapat diberikan
untuk tindakan terapi bagi pasien. Namun, banyaknya pilihan terapi ini tidak akan
bermanfaat apabila ternyata pasien tidak sanggup membeli karena harganya yang mahal.
Oleh karena itu, pertimbangan farmakoekonomi dalam menentukan terapi yang akan
diberikan kepada pasien sangat diperlukan, misalnya dengan penggunaan obat generik.
Di Indonesia khususnya, telah terdapat 232 jenis obat generik yang diregulasi dan
disubsidi oleh pemerintah dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan obat
patennya.
2. Angka Kesembuhan Meningkat, Angka Kesehatan Meningkat dan Angka Kematian
Menurun.
Terapi yang diberikan oleh dokter akan berhasil apabila pasien patuh terhadap
pengobatan penyakitnya. Kepatuhan ini salah satunya dipengaruhi oleh faktor ekonomi.
Misalnya saja harga obat yang diresepkan oleh dokter terlalu mahal maka pasien tidak
akan sanggup membeli dan tentu saja tidak dapat mengkonsumsi obatnya. Dan
sebaliknya apabila harga obat terjangkau, maka pasien dapat mengkonsumsi obatnya dan
mengalami kesembuhan.
Selain itu ketepatan dokter dalam memilih terapi yang tepat untuk penyakit pasien atau
berdasarkan Evidense Based Medicine juga berpengaruh. Misalnya saja dokter hanya
memberikan obat yang sifatnya simptomatis kepada pasien, tentu saja penyakit pasien
tidak sembuh dan harus kembali berobat dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai
kesembuhan semakin besar.
D. Luaran Klinik
Pengukuran perubahan status kesehatan karena intervensi pelayanan kesehatan.
Intermediate: blood pressure, glucose, LDL-cholesterol, A1c
Final: stroke, myocardial infarction, death
Evaluasi luaran klinik dilakukan dengan uji klinik atau post-marketing reports
Contoh :
- Efek penyakit pada pasien
Efek obat pada pasien
Efek kepatuhan dan adherence pada pasien
Efek sistem penghantaran pelayanan kesehatan pada pasien
E. Luaran Humanistik
Informasi tentang dampak produk farmasi dan jasa terhadap kualitas hidup dapat
memberikan data tambahan untuk pembuatan kebijakan kesehatan dan keputusan klinis
Kualitas hidup sebagai masukan untuk pengambilan keputusan klinis di tingkat pasien
juga sangat penting. Misalnya, pengobatan alternatif mungkin memiliki khasiat yang
sama berdasarkan parameter klinis tradisional (misalnya penurunan tekanan darah) tetapi
menghasilkan efek yang sangat berbeda pada kualitas hidup pasien
Luaran humanistic dievaluasi menggunakan survey atau kuesioner pada pasien.