Anda di halaman 1dari 23

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemeriksaan Ante Natal Care (ANC)


2.1.1. Pengertian Ante Natal Care (ANC)
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).
Menurut

Prawiroharjo

(2005),

pemeriksaan

kehamilan

merupakan

pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum
sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau
dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas
mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada
tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2005).
Menurut Henderson (2006), kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak
ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan

10
Universitas Sumatera Utara

11

kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi


informasi bagi ibu dan petugas kesehatan.

2.1.2. Tujuan Antenatal Care (ANC)


2.1.2.1. Tujuan Umum
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu
dan bayi.
3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,
termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Menurut Depkes RI (2004) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk
menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas
dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.

Universitas Sumatera Utara

12

Menurut Muchtar (2005) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah menyiapkan


seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan,
persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
2.1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin diderita sedini
mungkin.
2. Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak.
3. Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga
berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
Menurut Wiknjosastro (2005) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah menyiapkan
wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post
partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.

2.1.3. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan


Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan
anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai
dengan kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan
kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan
trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan
(Saifuddin, 2005).

Universitas Sumatera Utara

13

2.1.4. Pemeriksaan Kehamilan


Dalam masa kehamilan ibu harus memeriksakan kehamilan ke tenaga
kesehatan paling sedikit 4 kali :
1. Trismester I : 1 kali
2. Trismester II : 1 kali
3. Trismester III : 2 kali

2.1.5. Pelayanan Antenatal


1. Konsep Pemeriksaan Antenatal
Menurut Departem Kesehatan RI (2002), pemeriksaan antenatal dilakukan
dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan :
a. Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan
sebelumnya dan kehamilan sekarang.
b. Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan.
c. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa
d. Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (fe)
e. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku seharihari, perawatan payu dara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko, pentingnya
pemeriksaan kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga
terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan
kehamilan ulang.

Universitas Sumatera Utara

14

2. Kunjungan Ibu Hamil


Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak
antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal
standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini
dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau
sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau
posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi
beberapa tahap, seperti :
a. Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.
b. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal
sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan
distribusi kontak sebagai berikut :
a.

Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu

b.

Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-24 minggu

Universitas Sumatera Utara

15

c.

Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu.

1. Jadwal pemeriksaan
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), pemeriksaan kehamilan berdasarkan
kunjungan antenatal dibagi atas :
a. Kunjungan Pertama (K1)
Meliputi : (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat
kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6)
Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan
konsultasi.
b. Kunjungan Keempat (K4)
Meliputi : (1) Anamnese (keluhan/masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan

kesehatan,

(3)

Pemeriksaan

psikologis,

(4)

Pemeriksaan

laboratorium bila ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan


normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko
tinggi (6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).
Menurut Muchtar (2005), jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan
adalah :
a. Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid
terlambat satu bulan
b. Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan
c. Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan

Universitas Sumatera Utara

16

d. Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan


e. Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah
2. Pelaksana Pelayanan Antenatal
Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di
desa, bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam
pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2002).

2.2. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


Menurut Supriyanto (1998), bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah
penggunaan pelayanan yang telah diterima pada tempat atau pemberi pelayanan
kesehatan. Sedangkan pelayanan kesehatan sendiri adalah setiap upaya yang
diselenggarakan secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta
memulihkan kesehatan per orangan, kelompok, keluarga, dan ataupun masyarakat
(Azwar, 2002).
Pemanfaatan pelayanan kesehatan sangat erat kaitannya dengan waktu, kapan
kita memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektivitas pelayanan
tersebut.
Menurut Arrow yang dikutip Tjiptoherijanto (1994), hubungan antara
keinginan sehat dan permintaan akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya aja
sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks. Penyebab utama adalah karena
persoalan kesenjangan informasi. Adanya keinginan sehat menjadi konsumsi

Universitas Sumatera Utara

17

perawatan kesehatan melibatkan berbagai informasi, yaitu aspek yang menyangkut


kesehatan saat ini, informasi tentang status kesehatan yang membaik, informasi
tentang jenis perawatan yang tersedia, serta tentang efektivitas pelayanan kesehatan
tersebut. Dari informasi inilah masyarakat kemudian terpengaruh untuk melakukan
permintaan dan penggunaan (utilisasi) terhadap suatu pelayanan kesehatan.
Menurut Andersen (1968), ada delapan faktor yang memengaruhi
pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: faktor demografi, (jumlah, penyebaran,
kepadatan, pertumbuhan, struktur umur, dan rasio jenis kelamin), tingkat pendapatan,
faktor sosial budaya (tingkat pendidikan dan status kesehatan) aksesibilitas terhadap
pelayanan kesehatan, produktifitas dan teknologi kesehatan.
Menurut Departement Of health aducation and welfare, USA (1997) dalam
Azwar (2002) faktor-faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan yaitu, (1) faktor
sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan: tipe organisasi, kelengkapan program
kesehatan, tersedianya tenaga pelayanan kesehatan dengan masyarakat dengan
adanya asuransi kesehatan serta adanya faktor kesehatan lainnya, (2) faktor dari
konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan: faktor sosio demografi (umur,
jenis kelamin, status kesehatan, besar keluarga) faktor sosial psikologis
(sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan pengetahuan dan sumber informasi dari
pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelaksana pelayanan kesehatan sebelumnya),
faktor

status

sosial

ekonomi

(meliputi:

pendidikan,

pekerjaan,

pendapatan/penghasilan), dapat digunakan pelayanan kesehatan yang meliputi jarak

Universitas Sumatera Utara

18

antar rumah dengan tempat pelayanan kesehatan, variabel yang menyangkut


kebutuhan (mobilitas, gejala penyakit yang dirasakan oleh yang bersangkutan dan
lain sebagainya).

2.2.1. Elemen Pokok Pelayanan Kesehatan


Menurut Mayer (1996), mengemukakan bahwa dalam pelayanan kesehatan
yang baik terdapat 4 (empat) elemen pokok yaitu aksesibilitas, kualitas,
kesinambungan dan efisiensi dari pelayanan.
1. Aksesibilitas Pelayanan
Pelayanan harus dapat digunakan oleh individu-individu pada tempat dan waktu
yang ia butuhkan. Pengguna pelayanan harus mempunyai akses terhadap berbagai
jenis pelayanan, peralatan, obat-obatan dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan
pasien.
2. Kualitas
Suatu pelayanan yang berkualitas tinggi, mengimplementasikan pengetahuan dan
tehnik paling mutakhir dengan tujuan untuk memperoleh efek yang paling baik.
Kualitas pelayanan berhubungan dengan kompetensi profesional dan provider.
3. Kesinambungan
Pelayanan kesehatan yang baik, disamping mempunyai akses dan kualitas yang
baik juga harus memiliki kesinambungan pelayanan, berarti proses pelayanan
harus memperlakukan pasien sebagai manusia secara utuh melalui kontak yang
terus menerus antara individu dengan provider.

Universitas Sumatera Utara

19

4. Efisiensi
Elemen pokok lain dari pelayanan kesehatan yang bermutu adalah efesiensi yang
menyangkut aspek ekonomi dan pembiayaan pelayanan kesehatan baik bagi
pasien, provider maupun bagi organisasi/institusi penyelenggaraan pelayanan.

2.2.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Antenatal


Faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan kesehatan cukup banyak
model-model penggunaan pelayanan kesehatan yang dikembangkan seperti model
kependudukan, model sumberdaya masyarakat, model organisasi dan lain-lain sesuai
dengan variabel-variabel yang digunakan dalam masing-masing model.
Anderson (1974) mengembangkan model sistem kesehatan berupa model
kepercayaan kesehatan (health belief model) yang didasarkan teori lapangan (field
theory) dari Lewin (1994). Dalam model Anderson ini, terdapat 3 (tiga) kategori
utama dalam pelayanan kesehatan yaitu :
1. Komponen predisposisi, menggambarkan kecenderungan individu yang berbedabeda dalam menggunakan pelayanan kesehatan seseorang. Komponen terdiri dari:
a. Faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar
keluarga dan lain-lain)
b. Faktor struktural sosial (suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan)
c. Faktor keyakinan/kepercayaan (pengetahuan, sikap dan persepsi)

Universitas Sumatera Utara

20

2. Komponen

enabling

(pemungkin/pendorong),

menunjukkan

kemampuan

individual untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Di dalam komponen ini


termasuk faktor-faktor yang berpengaruh dengan perilaku pencarian :
a. Sumber keluarga (pendapatan/penghasilan, kemampuan membayar pelayanan,
keikutsertaan dalam asuransi, dukungan suami, informasi pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan).
b. Sumber daya masyarakat (suatu pelayanan, lokasi/jarak transportasi dan
sebagainya).
3. Komponen need (kebutuhan), merupakan faktor yang mendasari dan merupakan
stimulus langsung bagi individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan apabila
faktor-faktor predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan pelayanan kesehatan
dapat dikategorikan menjadi :
a. Kebutuhan yang dirasakan/persepsikan (seperti kondisi kesehatan, gejala
sakit, ketidakmampuan bekerja)
b. Evaluasi/clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit
didasarkan oleh petugas kesehatan (tingkat beratnya penyakit dan gejala
penyakit menurut diagnosis klinis dari dokter)

Universitas Sumatera Utara

21

2.3. Model Pemanfaatan Antenatal Care di Indonesia


Anderson (1968) mengembangkan bahwa konsep model pemanfaatan
pelayanan antenatal care di Indonesia, yang bersifat menyeluruh meneliti faktorfaktor pada ibu hamil.
PREDISPOSING
- Paritas
- Interval Kelahiran
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Sikap

ENABLING/PEMUNGKIN
- Dukungan Suami
- Ekonomi Keluarga
- Pembayaran
- Ongkos
- Waktu
- Ketersediaan Pelayanan
- Jarak

NEED
- Riwayat/kehamilan masa lalu
- Keluhan/penyakit yang diderita
- Persepsi Sehat
- Kondisi Ibu
- Rencana Pengobatan
- HB

PEMANFAATAN PELAYANAN
ANTENATAL

Gambar 1. Model Pemanfaatan Antenatal Care (ANC)

2.4. Faktor Predisposisi dan Kebutuhan dalam Pemanfaatan Antenatal Care


Faktor predisposisi dalam pemanfaatan Antenatal Care (ANC) adalah :
1. Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
memengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan kesehatan
adalah aplikasi atau penerapan pendidikan didalam bidang kesehatan (Notoatmojo,
2003).
Menurut Sedarmayanti (2001) yang dikutip oleh Hardywinoto (2007),
pekerjaan yang disertai dengan pendidikan dan keterampilan akan mendorong

Universitas Sumatera Utara

22

kemajuan setiap usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan baik pendapatan


individu, kelompok maupun pendapatan nasional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
sumber utama kinerja yang efektif yang memengaruhi individu adalah kelemahan
intelektual, kelemahan psikologis dan kelemahan fisik.
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi
keadaan keluarga karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
pengetahuan atau informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan akan lebih
baik. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku seseorang sebagai
hasil jangka menengah dari pendidikan yang diperoleh. Perilaku kesehatan akan
berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil dari
pendidikan kesehatan.
Faktor pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap
perilaku. Faktor lingkungan non fisik, akibat masalah-masalah sosial penanganannya
diperlukan pendidikan kesehatan. Dalam rangka membina meningkatkan kesehatan
masyarakat ditunjukkan pada upaya melalui tekanan, paksaan kepada masyarakat dan
edukasi atau upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan.
Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, faktor predisposisi ini mencakup
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, sistem yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

23

Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan


kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada
petugas kesehatan (Depkes RI, 2008).
2. Pekerjaan
Menurut Labor Force Consepth, yang digolongkan bekerja adalah mereka
yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk
memperoleh penghasilan atau keuntungan, baik mereka bekerja penuh maupun tidak.
Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari atau mendapatkan nafkah
(Hardywinoto, 2007). Ibu hamil yang bekerja akan memiliki sedikit waktu untuk
memeriksakan kehamilannya karena sibuk dengan pekerjaannya.
3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagiaan besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Natoadmodjo, 2003).
Pentingnya aspek pengetahuan dalam pemanfatan Antenatal Care (ANC)
dapat dilihat dari pendapat Cholil (2004) yang menyatakan bahwa pemanfatan
Antenatal Care (ANC) perlu dilakukan upaya peningkatan kesehatan ibu saat
kehamilan dan melahirkan. Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya
pemeriksaan

kehamilan

berdampak

pada

ibu

hamil

tidak

memeriksakan

kehamilannya pada petugas kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

24

Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat


pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain
ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku
sesuai dengan apa yang ia ketahui (Friedman, 2005).
Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang pelayanan Antenatal Care (ANC) dan
pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil akan memeriksakan
kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes RI, 2008).
4. Paritas
Menurut Wiknjosastro (2005), paritas 2-3 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka
makin kurang baik endometriumnya. Hal ini diakibatkan oleh vaskularisasi yang
berkurang ataupun perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa.
Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang Antenatal Care
(ANC), sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga
kesehatan kehamilannya (Depkes RI, 2008).
5. Interval Kehamilan
Interval kehamilan yang terlalu rapat memang mengundang risiko bagi para
wanita. Penelitian terbaru menyatakan, ibu yang hamil lagi dalam waktu setahun
setelah melahirkan berisiko menyebabkan autisme pada calon anak mereka kelak.

Universitas Sumatera Utara

25

Kehamilan berturut-turut membuat ibu bisa kepayahan. Para ilmuwan dari New York
AS menyebutkan, wanita butuh waktu untuk pulih dari kehamilan. Selain itu,
kehamilan yang terjadi dalam jangka waktu pendek akan menyebabkan anak-anak
yang dilahirkan rentan mengalami kekurangan gizi. Dalam hal ini perlu
memperhatikan interval kehamilan karena jarak kehamilan yang terlalu rapat
mengundang risiko bagi para wanita, Jadi sebaiknya apabila ibu hamil dengan
interval kehamilan yang rapat sebaiknya rutin memeriksakan kehamilannya.
Faktor kebutuhan dalam pemanfaatan Antenatal Care (ANC) adalah sebagai
berikut :
1. Penyakit yang diderita
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin
yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila
dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal. Penyakit yang diderita
ibu baik sejak sebelum hamil ataupun sesudah kehamilan, seperti : penyakit paru,
penyakit jantung sianotik, penyakit ginjal dan hipertensi, penyakit kelenjar endokrin
(gondok, diabetes mellitus dan penyakit hati), penyakit infeksi (virus dan bakteri
parasit), kelainan darah ibu-janin ataupun keracunan obat dan bahan-bahan toksis,
juga merupakan penyabab yang mengakibatkan terjadinya gangguan dan penyulit
pada kehamilan. Disamping itu, kehamilan sendiri dapat menyebabkan terjadinya
penyakit pada ibu hamil. Penyakit yang tergolong dalam kelompok ini antara lain :

Universitas Sumatera Utara

26

toksemia gravidarum (keracunan hamil), perdarahan hamil tua yang disebabkan


karena plasenta previa (plasenta menutupi jalan lahir) dan solusio plasenta (plasenta
terlepas sebelum anak lahir). Penyebab kematian ibu bersalin di Indonesia masih di
dominasi oleh perdarahan, infeksi dan toksemia gravidarum. Pada ibu hamil
pemeriksaan antenatal memegang peranan penting dalam perjalanan kehamilan dan
persalinannya.
2. Kehamilan Masa Lalu
Riwayat kehamilan masa lalu yang pernah diderita seperti normal dan tidak
normal akan memengaruhi kehamilan berikutnya atau menjadi faktor risiko yang
mungkin ada pada ibu. Ibu yang mengalami masalah pada kehamilan sebelumnya
akan lebih memeriksakan kehamilan. Pemeriksaan antenatal care memegang peranan
penting dalam perjalanan kehamilan dan persalinannya.

2.5. Faktor Pemungkin (Dukungan Keluarga/Sosial)


2.5.1. Pengertian Dukungan
Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan
kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam
melaksanakan kegiatan.
Menurut Santoso (2001) dukungan yaitu suatu usaha untuk menyokong
sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu. Menurut Friedman (1998),
dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

Universitas Sumatera Utara

27

penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Menurut Friedman (2003) dukungan keluarga merupakan bagian integral dari
dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan
penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan.

3.5.2. Fungsi Dukungan Keluarga/Sosial


Menurut Caplan (1964) dalam Friedman (1998), dukungan keluarga
menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu :
1. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi
tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang
dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.
2. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota
keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.
3. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya:
kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat,
terhindarnya penderita dari kelelahan.

Universitas Sumatera Utara

28

4. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan
emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya
kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.Dukungan sosial
keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari
suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga
eksternal (Friedman, 1998).

2.5.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Dukungan Keluarga/Sosial


Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat
dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara
kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang
berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian dari pada anak-anak dari
keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu)
juga dipengaruhi oleh usia. Ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa
merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris
dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.
Faktor-faktor yang memengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas
sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan
atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah,
suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam

Universitas Sumatera Utara

29

keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu
orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan
keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah
(Akhmadi, 2006).

2.5.4. Sumber-Sumber Dukungan Keluarga/Sosial


Sumber-sumber dukungan sosial yaitu menurut Suhita (2005) :
1. Suami
Hubungan perkawinan merupakan hubungan akrab yang diikuti oleh minat yang
sama, kepentingan yang sama, saling membagi perasaan, saling mendukung, dan
menyelesaikan permasalahan bersama. Dukungan sosial suami yang sangat
diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan
istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan
kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdoa
untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan
(Harymawan, 2007). Dalam hal ini untuk kesehatan kehamilan istri dibutuhkan
dukungan suami, apabila ada dukungan suami untuk melalukan pemeriksaan
antenatal care, maka ibu hamil akan lebih sering untuk memanfaatan kunjungan
Antenatal Care (ANC)
2. Keluarga
Menurut Friedman (1998) keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena
dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang saling mempercayai. Individu

Universitas Sumatera Utara

30

sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan,


tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan
bilamana individu sedang mengalami permasalahan.
3. Teman/sahabat
Menurut Kail dan Neilsen (Suhita, 2005) teman dekat merupakan sumber
dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama
mengalami suatu permasalahan. Sedangkan menurut Ahmadi (1991) bahwa
persahabatan adalah hubungan yang saling mendukung, saling memelihara,
pemberian dalam persahabatan dapat terwujud barang atau perhatian tanpa unsur
eksploitasi.

2.6. Landasan Teori


Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga tergantung pada predisposisi
keluarga mencakup karakteristik keluarga cenderung menggunakan pelayanan
kesehatan meliputi variabel demografi, variabel struktur sosial (pendidikan, pekerjaan
dan suku)

serta kepercayaan dan sikap terhadap perawatan medis, dokter, dan

penyakit termasuk stress serta kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan
(Muzaham, 1995).
Menurut Reinke (1994) yang dikutip oleh Siregar (2005), ada beberapa faktor
yang memengaruhi seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah

faktor

regional, faktor dan sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yatu tipe dari
organisasi, misalnya rumah sakit, puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan

Universitas Sumatera Utara

31

lainnya, faktor adanya fasilitas kesehatan, faktor-faktor dari konsumen yang


menggunakan pelayanan kesehatan yaitu faktor sosio psikologis yaitu meliputi
sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan.
Menurut Anderson (1968), faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal care adalah komponen predisposisi, komponen pemungkin dan
komponen kebutuhan.
Model pemanfaatan pelayanan antenatal care menurut Anderson (1968),
dihubungkan oleh faktor predisposing yaitu susunan keluarga, struktur sosial dan
kepercayaan kesehatan, seperti: paritas, jarak kelahiran, pendidikan, pengetahuan,
sikap, dan faktor enabling adalah sumber keluarga dan sumber masyarakat, seperti:
pekerjaan suami, ekonomi keluarga, pembayaran, ongkos, waktu, ketersediaan
pelayanan, jarak, sedangkan faktor need adalah riwayat/kehamilan masa lalu,
keluhan/penyakit yang diderita, persepsi sehat, kondisi ibu, rencana pengobatan dan
HB.

Komponen Predisposisi
- Paritas
- Interval Kelahiran
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Sikap

Komponen Pemungkin
- Dukungan Suami
- Ekonomi Keluarga
- Pembayaran
- Ongkos
- Waktu
- Ketersediaan Pelayanan
- Jarak

Komponen Need
- Riwayat/kehamilan masa lalu
- Keluhan/penyakit yang diderita
- Persepsi sehat
- Kondisi ibu
- Rencana pengobatan
- HB

Pemanfaatan Pelayanan Antenatal

Gambar 2. Kerangka Teori Model Anderson

Universitas Sumatera Utara

32

2.7. Kerangka Konsep

Faktor Predisposisi
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Pengetahuan
- Paritas
- Interval Kehamilan
Faktor Kebutuhan
- Penyakit yang diderita
- Kehamilan masa lalu

Pemanfaatan
Antenatal Care (ANC)

Faktor Pemungkin
- Dukungan suami

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai