Anda di halaman 1dari 29

8

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Merokok
Merokok bukan lagi menjadi barang aneh untuk saat ini, ketika disebut
kata rokok, yang terbayang adalah sebuah komoditi terlaris yang paling
gampang di undang untuk menjadi sponsor pada berbagai even olahraga ataupun
petunjukan besar. Sampai saat ini jarang sekali toko atau warung yang tidak
menjual rokok, bahwa dalam setiap toko grosir makanan rokok bisa mengisi 4050 % barang yang laris terjual setiap harinya. Melihat fenomena ini sepertinya
rokok telah menjelma menjadi kebutuhan pokok layaknya sembako. Seandainya
rokok itu sangat bermanfaat, mengandung unsur gizi yang dibutuhkan tubuh,
tentunya tidak masalah, tetapi rokok sudah diakui sebagai komoditi yang
berbahaya bagi kesehatan (Basyir, 2005).
1. Pengertian Rokok
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2003
tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan dalam Bab 1 pasal 1 rokok
didefinisikan sebagai hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Rustica dan spesies
lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
bahan tambahan.
Menurut Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 188/MENKES/PB/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok dalam Bab 1 pasal 1 mendefinisikan rokok

sebagai salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap,
dan atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya
yang dihasilkan dari tanaman Nicotina Tabacum, Nicotina Rustica dan spesies
lainnya atau sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau
tanpa bahan tambahan.
2. Bahan Bahan Yang Terkandung Dalam Rokok
Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen
lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersamasama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan demikian komponen asap
rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian
partikel. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya bersifat
racun antara lain Karbon Monoksida (CO) dan Polycyclic Aromatic hydrocarbon
yang mengandung zat zat pemicu terjadinya kanker (seperti tar, byntopyrenes,
vinylchlorida dan nitrosonornicotine). Rokok mengandung zat-zat yang berbahaya
diantaranya :
a. Nikotin adalah zat yang bersifat adiktif sehingga menyebabkan rasa
ketagihan pada orang yang mengkonsumsinya. (PPRI NO.19, 2003).
b. Tar merupakan senyawa karsinogen yang dapat memicu kanker berupa
polinuklir hidrokarbon aromatika.
c. Karbon monoksida adalah gas beracun yang biasanya dikeluarkan oleh
knalpot kenderaan. Apabila racun rokok itu memasuki tubuh manusia,
akan membawa kerusakan pada setiap organ yang dilaluinya bermula
dari hidung, mulut, tenggorokan, saluran pernafasan, paru-paru,

10

saluran darah, jantung, organ reproduksi, saluran kencing dan kandung


kemih, yaitu apabila sebagian dari racun-racun itu dikeluarkan dari
badan dalam bentuk air seni.
Merokok merupakan sebuah tindakan yang dilakukan dengan menikmati
hasil pembakaran nikotin yang berupa asap. (Tirtosarto, 2010). Dalam batang
rokok mengandung lebih dari 4000 zat yang berupa bahan radioaktif dan bahanbahan yang digunakan dalam cat (Mulya, 2012). Selain itu masing-masing rokok
mempunyai berbagai macam rokok agar memiliki rasa dan aroma yang berbeda.
Adapun bahan-bahan tambahannya dapat berupa cengkeh dan metanol
(Tirtosastro, 2010). Komponen dalam rokok dibagi menjadi dua bentuk yaitu
berupa fase gas dan fase tar (fase partikulat). Fase gas adalah berbagai jenis
kandungan gas yang berbahaya yang berasal dari hasil pembakaran rokok berupa
asap yang mengandung nitrosamin, nitrosopirolidin, hidrasin, vinil klorida, uretan,
formaldehid, hidrogen sianida, akrolein, asetaldehida, nitrogen oksida, amonia
piridin dan karbon monoksida. Sedangkan fase tar adalah hasil penyerapan bahan
yang berasal dari penyaringan asap rokok yang menggunakan filter cartridge yang
terdiri dari bensopirin, dibensakridin, dibensokarbasol, piren, fluoranten,
hidrokarbon aromatik, polinuklear, naftalen, nitrosamine yang tidak mudah
menguap, nikel, arsen, nikotin, alkaloid tembakau, fenol dan kresol. (Haris A,
2012).
Ada lima sumber komponen rokok yang berbahaya bagi kesehatan yaitu
(Tirtosastro, 2010) :

11

1. Senyawa alkaloid, salah satunya adalah nikotin yang terkandung


dalam

tembakau

dan

diwariskan

secara

genetik.

Dapat

mengakibatkan ketagihan dan kerusakan pada jantung dan paruparu.


2. Tobacco Specific Nitrosamine (TSNA) yang terkandung dalam
daun tembakau dalam jumlah yang kecil namun dapat meningkat
akibat

proses

pembakaran

yang

terlalu

lama

sehingga

menghasilkan senyawa nitrit. TSNA ini merupakan zat yang


bersifat karsinogenik yang juga terdapat pada beberapa makanan
yang diolah secara pengasapan atau pembakaran.
3. Residu bahan bakar pada proses pembakaran langsung yang juga
menghasilkan senyawa nitrit yang bersifat karsinogenik.
4. Residu pupuk dan peptisida lain seperti klor, cadmium,
sipermetrin, provenofos dan lain-lain.
5. Bahan-bahan asing dalam bentuk plastik seperti tali, pembungkus
dan lain sebagainya yang dikelompokkan sebagai Non Tobacco
Related Material (NTRM).
3. Pengaruh Asap Rokok Pada Organ Tubuh
Pajanan asap rokok merupakan hal yang paling sering diteliti sebagai
sumber polusi. Orang yang merokok akan menghasilkan asap rokok yang bukan
saja terhisap oleh perokok sendiri namun dapat terhisap juga pada orang yang
tidak merokok disekitarnya. (Hidayat S, 2012).

12

Besarnya pajanan asap rokok dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok


yang dihisap dan pola penghisapan rokok tersebut. Asap rokok yang berada di
sekitar perokok mengandung zat toksik dan karsinogenik yang sama seperti yang
dihisap oleh yang bukan perokok sehingga efek yang ditimbulkan hampir sama
dengan perokok (Hidayat S, 2012). Adapun kelainan atau penyakit yang
diakibatkan oleh pajanan asap rokok pada organ tubuh yaitu :
a. Otak
Pengaruh asap rokok terhadap otak dapat menimbulkan terjadinya
stroke dan terjadinya perubahan kimia otak.
b. Mulut dan tenggorokan
Dapat

menimbulkan

terjadinya

kanker

pada

bibir,

mulut,

tenggorokan dan laring.


c. Jantung
Menimbulkan efek kelemahan arteri dan meningkatkan resiko
serangan jantung.
d. Paru-paru
Mengakibatkan terjadinya penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
kanker paru dan asma.
e. Hati
Menimbulkan penyakit kanker hati.
f. Abdomen
Dapat menimbulkan terjadinya kanker lambung, pankreas dan usus.

13

g. Ginjal dan kandung kemih


Dapat menimbulkan terjadinya kanker pada ginjal dan kandung
kemih.
h. Reproduksi
Dapat mengakibatkan terjadinya impotensi, kanker leher rahim dan
kemandulan.
i. Kaki
Dapat menimbulkan terjadinya gangren.

4. Dampak Rokok Bagi Kesehatan


Perilaku merokok dapat menimbulkan banyak penyakit dan memperberat
penyakit lainnya (Perwitasari, 2006). Menurut Amstrong seperti yang dikutip oleh
Perwitasari (2006), penyakit jantung koroner, diabetes, tekanan darah tinggi,
kanker, stroke, dan ashma merupakan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
akibat perilaku merokok. Ahnyar (2009) menambahkan bahwa dalam penelitian
yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris, ditemukan bahwa kebiasaan
merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS dua kali lebih cepat pada
pengidap HIV.
Dalam penelitian lain yang dilakukan di Jerman ditemukan bahwa
responden yang memiliki ketergantungan nikotin akibat perilaku merokok
memiliki kualitas hidup yang lebih buruk, dan hampir 50% dari responden
perokok memiliki setidaknya satu jenis gangguan kejiwaan (Ahnyar, 2009).

14

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas


dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa membesar
(hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran
nafas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel
dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel
radang dan kerusakan alveoli (Ahnyar, 2009).
Akibat perubahan anatomi saluran nafas, pada perokok akan timbul
perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya . Hal itu
menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun. Dikatakan
merokok merupakan penyebab utama PPOM, termasuk emfisema paru-paru,
bronchitis kronis, dan asma (Ahnyar, 2009).
Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5
dekade terakhir ini. Di dapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok
terutama ciggarete dengan tumbuhnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara
tegas menyatakan bahwa merokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker
paru-paru. Partikel asap rokok seperti benzopiren, dibenzopiren dan uretan dikenal
sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan resiko terjadinya kanker.
Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru
pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering (Ahnyar, 2009).
Seorang perokok yang menghisap dua bungkus rokok telah mengurangi
umurnya sebanyak 8 tahun, sementara bukan perokok yang terkena paparan asap
dari dua bungkus rokok, akan mengurangi umurnya selama 4 tahun. Walaupun
berbagai cara telah dilakukan untuk menunjukkan kerugian dari merokok, namun

15

kebanyakan perokok tidak percaya, terutama perokok remaja. Hal ini disebabkan
kenyataan bahwa efek buruk dari rokok tidak akan dirasakan dalam jangka waktu
pendek. Dampak adiktif yang ditimbulkan nikotin juga merupakan alasan
mengapa perokok sangat sulit menghentikan kebiasaannya (Zaidah, 2007).
Mekanisme kerusakan paru akibat rokok dilalui dengan 2 jalur, yaitu dengan
peradangan yang disertai kerusakan ekstrasel dan reparasi matriks ekstrasel yang
dihambat (Rahmatika, 2009). Merokok juga mengakibatkan gangguan pada kulit,
penuaan dini, dan meningkatkan resiko timbulnya katarak sebanyak 1,5 hingga
2,9 kali dibandingkan orang yang tidak merokok (Tana et al., 2007).
Hal ini yang juga terjadi pada perokok adalah tingginya nilai IgE
dibandingkan dengan bukan perokok, baik pada pria maupun wanita.
Permeabilitas dari epitellium bronkial terbukti meningkat pada perokok, sehingga
sensitasi pada allergen pada penderita asma kian meningkat dibandingkan dengan
subjek kontrol (Oryszczyn et al., 2000).
Berdasarkan uraian diatas, perilaku merokok berdampak pada kesehatan
fisiologis dan psikologis seseorang. Dampak perilaku merokok tidak hanya akan
dirasakan oleh perokok itu saja tapi juga akan dirasakan oleh orang-orang yang
berada disekitar perokok.
B. Konsep Remaja
1. Pengertian remaja
Menurut WHO seorang anak dikatakan remaja apabila anak telah
mencapai umur antara 10-19 tahun (Syamsu, 2004). Sementara itu di dalam
undang-undang nomor IV tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, dikatakan

16

bahwa seorang individu dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18
tahun atau sudah menikah (Narendra, 2002). Secara umum masa remaja normal di
mulai dari usia 12-19 tahun.
Istilah adolesen biasanya menunjukkan maturasi-maturasi psikologi
individu, ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat
terjadi. Perubahan hormonal (pubertas) mengakibatkan perubahan penampilan
pada remaja, sedangkan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk
menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi. Masa remaja dianggap sebagai
periode yang paling sehat dalam siklus kehidupan. Pertumbuhan sosial dan pola
kehidupan masyarakat akan sangat mempengaruhi pola tingkah laku pada
golongan usia remaja (Santrock, 2003).
Kehidupan masa remaja dibagi menjadi dua periode yakni:
a. Periode remaja awal (12-15 tahun)
Periode remaja awal merupakan masa transisi antara alam kanakkanak
dan alam dewasa. Perubahan fisik yang tampak terutama pada anakanak perempuan, yang lazimnya mengalami tahap baliqh lebih awal
dari anak-anak laki-laki. Pada periode ini anak matang secara seksual
dan mulai berpikir secara rasional, bebas dari ikatan orang tuanya dan
membentuk hubungan erat dengan teman sebaya. Komunikasi yang
efektif dapat membantu dalam menyelesaikan hubungan antara
keluarga dan remaja pada periode ini.

17

b. Periode remaja akhir (16-19 tahun)


Pembentukan identitas diri merupakan tugas utama yang menjadi
agenda penting dalam periode remaja akhir. Remaja mulai berpikir
dan bertindak dalam menentukan pilihannya. Hubungan dengan teman
berlainan jenis mulai terbentuk, seiring meningkatnya hubungan baik
dengan orang lain.
2. Ciri-ciri Remaja
Masa remaja adalah masa sulit dimana remaja mengalami kesulitan
dengan dirinya sendiri, orang tua, guru, dan dewasa lainnya. Selain itu remaja
juga cenderung tidak stabil, berubah-ubah dan tidak logis. Sikap suka berontak,
berenergi tinggi, dan mengukur segalanya dengan ukuran sendiri (Harun, 1997).
Menurut Harun (1997) ada beberapa ciri dan tuntutan perkembangan
pada masa remaja dalam rangka perjuangan remaja untuk mencari identitas diri
yang menentukan peranannya nanti dalam masyarakat, yaitu:
a. Sifat ingin tahu
Melakukan percobaan dengan keluar rumah dan menemukan hal
baru serta ekstrim, namun menyadari bahwa selalu akan disertai bahaya
dan tanggung jawab. Eksperimen inilah lainnya yang menentukan apakah
remaja memiliki identitas diri positif atau negatif.
b. Protes terhadap orang tua
Meskipun cenderung setuju terhadap nilai hidup orang tua, remaja
berusaha mencari identitas dan menjauhi orang tua. Pencarian identitas ini

18

sering dilakukan dengan mengagumi tokoh di luar lingkungan keluarga


seperti guru, teman, tokoh idola, dan tokoh masyarakat.
c.

Sangat memperhatikan tubuh sendiri


Perubahan fisik menjadi perhatian khusus dan cenderung

melakukan

perbuatan-perbuatan

seperti

berkaca

berjam-jam

dan

berdandan. Setiap perubahan sekecil apapun pada tubuh akan menjadi


pusat perhatiannya.
d.

Setia kawan dengan kelompok sebaya


Keterikatan dan kebersamaan dengan kelompok sebaya terlihat

dengan adanya kebudayaan remaja seperti kesamaan cara berpakaian,


berbicara, hobi, sikap dan perilaku yang sama untuk dapat diterima di
kelompoknya. Kelompok sebaya menjadi penting karena berperan sebagai
teman senasib, partner atau saingan dalam kelompok dan menyalurkan
ekspresi serta bereksperimen dan merasa diterima dalam bentuk
keberhasilan atau kegagalannya (Harun, 1997). Sangat besarnya pengaruh
teman sebaya, maka dapat dimengerti bahwa teman sebaya sangat
mempengaruhi pembentukan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan
perilaku dibandingkan dengan keluarga (Hurlock, 1994).
e. Perilaku sangat stabil dan berubah-rubah
Pada waktu tertentu dapat bertanggung jawab dan di waktu lain
akan merasa masa bodoh (Harun, 1997).
Ada beberapa kecendrungan yang dialami oleh remaja. Kecendrungan ini
diakibatkan oleh emosi yang masih labil, yaitu:

19

1. Kecendrungan untuk meniru


2. Kecendrungan untuk mencari perhatian
3. Kecendrungan untuk tertarik pada lawan jenis
4. Kecendrungan untuk mencari idola
5. Kecendrungan untuk mencoba hal-hal baru
6. Kecendrungan emosi yang mudah meletup
3. Perubahan-perubahan pada remaja
Menurut Harun (1997) ada beberapa perubahan yang terjadi pada masa
remaja, yaitu :
a. Perubahan fisiologi
Pertumbuhan tulang yang cepat, terlihat pada bertambahnya tinggi dan
berat badan. Pertumbuhan seks sekunder, terjadi kematangan kelenjar endokrin
dan kematangan seksual. Hormon endokrin akan memberikan stimulus pada tubuh
remaja berupa rangsangan tertentu, seperti rasa tidak tenang dan rasa yang tidak
pernah dialami sebelumnya.
b. Perubahan psikologi
Perkembangan psikologi lebih lambat dari pertumbuhan fisik. Tidak
sinkronnya kematangan psikologik dan fisik remaja inilah yang menjadi masalah
pada remaja tersebut. Apabila pada masa anak telah terjadi keseimbangan,
kemudian masuk ke masa remaja dengan memperoleh pengalaman baru, maka
akan terjadi unpleasan state (disekuilibrium) dan remaja akan berusaha mengatasi
hal ini dengan kerangka konseptual yang baru untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan tersebut, sehingga tercapai keseimbangan yang baru lagi (ekulibrium).

20

Selanjutnya pada akhir masa remaja akan terjadi lagi keadaan disekuilibrium yang
terjadi dalam rangka penyesuaiannya untuk masa dewasa. Kegagalan dalam
penyesuaian diri akan menjadikan mereka sebagai remaja yang bermasalah.
c. Bidang sosio-kultural
Dalam diri remaja terdapat berbagai macam konflik dan kultur dengan
lingkungannya, seperti konflik sikap, nilai, norma, dan sosial, oleh karena itu
dalam msa peralihan dari masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa
memerlukan kematangan dan peran sosial dan penyesuaian kultur dari remaja
untuk menghadapi konflik-konflik tadi dalam rangka menuju ke arah kedewasaan.
Adanya sikap anti sosial pada remaja seperti ingin menentang sikap
otoriter orang tua, guru, orang dewasa lain dan lebih menerima sikap, nilai,
norma, dan hubungan sosial diantara teman sebaya sebagai hubungan akrab,
kebersamaan, senasib, partner dan saling memiliki dan cenderung menjadi standar
dirinya, tidak lain adalah untuk percobaan pembuktian kedewasaannya
4. Faktor-Faktor Perilaku Merokok Pada Siswa
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan
umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indra manusia,
yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2003).

21

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya,
pengetahuan diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui
pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan tentang rokok merupakan sejauh mana seseorang mampu
mengetahui dan memahami tentang keuntungan dan kerugian yang ada pada
rokok. Pengetahuan tentang rokok ini juga dapat diartikan sebagai sejauhmana
seseorang mampu memahami bahaya yang dapat diakibatkan oleh rokok.
b.Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi respon seseorang yang masih tertutup
terhadap stimulus atau objek. Dalam kehidupan sehari-hari sikap merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur
melalui pengalaman yang memberikan pengaruh yang dinamik dan terarah
terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.
Menurut tingkatnya sikap terdiri dari :
1)

Menerima.
Menerima

diartikan

bahwa

orang

(subyek)

mau

dan

mengerjakan

dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).


2)

Merespon.
Memberikan

jawaban

apabila

ditanya,

menyelesaikan tugas yang diberikan, itu menunjukkan sikap


terhadap ide yang diterima. Karena dengan suatu usaha untuk

22

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,


lepas dari benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
3) Mengkaji.
Mengajak orang lain untuk ikut mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah.
Menurut WHO dalam Notoatmodjo, 2003 menyebutkan bahwa sikap
sebagai bagian dari perilaku seseorang, akan terwujud menjadi tindakan nyata
berdasarkan empat alasan pokok yaitu sikap akan situasi saat itu, pengalaman
orang lain, banyaknya pengalaman yang dimiliki dan nilai atau value yang berlaku
dalam suatu masyarakat. Tingkatan dalam sikap yaitu menerima; bahwa orang
(subjek) mau dan menerima info yang diberikan, merespon; merespon jawaban
apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan pertanyaan yang diberikan,
menghargai; mampu mengerjakan dan berusaha melakukannya dengan sebaik
mungkin setiap ide yang diajukan, dan bertanggung jawab; bertanggung jawab
atas pilihan yang dilakukannya dengan segala resikonya (Notoatmodjo, 2003).
New Comb (Notoadmodjo, 2005) salah seorang ahli psikologi sosial
mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindak suatu perilaku,
sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau
tingkah laku yang terbuka.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek-obyek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Begitu pula

23

dengan sikap siswa terhadap rokok. Sikap siswa terhadap rokok tidak begitu saja
muncul, mungkin sikap yang dimiliki oleh para siswa itu disebabkan oleh hasil
evaluasinya terhadap orang yang merokok yang akhirnya membentuk sebuah
pengalaman baru yang mewarnai perasaannya yang akhirnya ikut menentukan
kecenderungan berperilaku bahwa siswa itu akan ikut merokok atau menghindari
dari aktivitas merokok. Hal semacam ini wajar sebagai suatu fenomena sikap,
fenomena sikap yang timbulnya tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang
sedang kita hadapi tetapi juga oleh kaitannya dengan pengalaman masa lalu, oleh
situasi di saat sekarang, dan harapan kita untuk masa yang akan datang.
Sikap siswa terhadap rokok tidak begitu saja muncul pada siswa mungkin
sikap yang dimiliki oleh para siswa itu disebabkan oleh hasil evaluasinya terhadap
orang yang merokok yang akhirnya membentuk sebuah pengalaman baru yang
mewarnai perasaannya yang akhirnya ikut menentukan kecenderungan berprilaku
bahwa siswa itu akan ikut merokok atau menghindari dari aktivitas merokok.
Itulah fenomena sikap, fenomena sikap yang timbulnya tidak saja ditentukan oleh
keadaan objek yang sedang kita hadapi tetapi juga oleh kaitannya dengan
pengalaman masa lalu, oleh situasi di saat sekarang, dan harapan kita untuk masa
yang akan datang. Tindakan merokok diawali dari adanya suatu sikap, yaitu
kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju
terhadap respon yang datang dari luar dalam hal ini adalah rokok. Orang melihat
rokok atau melihat orang lain merokok, lalu respon apa yang muncul di dalam
pikiran atau perasaanya. Bisa saja orang tertarik (setuju) atau tidak tertarik (tidak
setuju) atau bahkan berespon masa bodoh.

24

c. Perilaku keluarga
Orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak-anaknya,
sikap orang tua akan dijadikan role model bagi anak-anaknya. Orang tua
merupakan peranan yang paling penting dalam perkembangan seorang anak
karena biasanya anak selalu meniru kebiasaan orang tuanya. Artinya, bila orang
tua merokok di depan sang anak ataupun menyuruhnya untuk membeli rokok,
maka lama-kelamaan anak itu akan penasaran dan akhirnya ingin mencoba-coba.
Selain itu bila orang tua tidak peduli dengan perkembangan sikap dan moral
seorang anak maka kemungkinan besar sang anak akan leluasa melakukan segala
hal dengan bebas sehingga akhirnya ia terjerumus kepada hal-hal yang negatif
seperti merokok.
Faktor yang meningkatkan kemungkinan seorang remaja merokok
memiliki orang tua yang merokok (faktor tunggal yang paling bisa diprediksi),
teman sebaya yang merokok, dan kurang harga diri. Orang tua bisa mencegah
remaja mereka dari merokok dengan dirinya sendiri berhenti merokok (atau
pemberhentian), dengan diskusi bahaya tembakau secara terbuka, dan meyakinkan
remaja yang telah merokok untuk berhenti dan mencari bantuan medis dalam
berhenti jika diperlukan.
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda
yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih
mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia.

25

Anak-anak dengan orang tua perokok cenderung akan merokok


dikemudian hari, hal ini terjadi paling sedikit disebabkan oleh karena dua hal:
Pertama, karena anak tersebut ingin seperti bapaknya yang kelihatan gagah dan
dewasa saat merokok. Kedua, karena anak sudah terbiasa dengan asap rokok
dirumah, dengan kata lain disaat kecil mereka telah menjadi perokok pasif dan
sesudah remaja anak gampang saja beralih menjadi perokok aktif. Bahkan dalam
sebuah studi, dari para remaja perokok ditemukan bahwa 75% salah satu atau
kedua orang tua mereka merupakan perokok (Soetjiningsih 2007).
Aditama mengungkapkan bahwa jumlah remaja perokok lima kali lebih
banyak pada mereka yang orangtuanya merokok dibandingkan dengan orangtua
yang tidak merokok (Basyir, 2005). Resiko munculnya perilaku merokok remaja
didukung pula oleh perilaku merokok saudara kandung meraka. Remaja dengan
orangtua dan saudara kandung perokok memiliki kemungkinan 4 kali lipat untuk
menjadi perokok, apalagi jika mereka bersikap tidak melarang remaja untuk
merokok.
Hasil penelitian Kurniawati (2003) mengenai perilaku merokok remaja di
Cimahi, menerangkan bahwa keluarga menjadi salah satu faktor yang
berhubungan dengan perilaku merokok remaja. Faktor keluarga memberikan
kontribusi terhadap perilaku merokok pada remaja sebesar 96,6%. Menurutnya
perilaku merokok yang ditampilkan keluarga menjadikan remaja meniru perilaku
tersebut, terlebih bila merokok sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga.
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang
berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu

26

memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih


mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia.
Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilainilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk
terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang
permisif dengan penekanan pada falsafah kerjakan urusanmu sendiri-sendiri",
dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur
contoh yaitu sebagai perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali
untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang
tinggal dengan satu orang tua (single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku
sebagai perokok bila ibu mereka merokok dari pada ayah yang merokok, hal ini
lebih terlihat pada remaja putri.
d. Pengaruh Perilaku teman
Selain orang tua, faktor pergaulan pun tidak kalah penting.
Maksudnya, mayoritas anak yang merokok itu akibat pengaruh teman-temannya
yang suka merokok sehingga anak yang tidak merokok itu akhirnya penasaran
untuk mencoba rokok. Bahkan bila sang anak itu menolak untuk merokok, maka
tidak menutup kemungkinan teman-teman yang merokok itu akan terus
mengajaknya melakukan hal yang mereka lakukan. Apalagi untuk seorang cowok,
biasanya bila dia tidak memenuhi ajakan temannya itu maka ia dikatakan tidak
gaul dan tidak jantan hingga dikatakan bencong atau anak ingusan.

27

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok


maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan
tinggal dilingkungan perokok. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang
terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan temanteman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka
semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai
kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non
perokok (Ein Leben, 2009).
Banyak fakta membuktikan bahwa remaja perokok, kemungkinan besar
teman-temannya juga perokok, dan sebaliknya. Diantara remaja perokok terdapat
87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu
pula dengan remaja non perokok.
Pada saat anak duduk di sekolah menengah atas, kebanyakan pada siswa
laki-laki, merokok merupakan kegiatan yang menjadi kegiatan sosialnya. Menurut
mereka, merokok merupakan lambang pergaulan bagi mereka. Siswa SMU yang
berada dalam masa remaja yang merasa dirinya harus lebih banyak menyesuaikan
diri dengan norma-norma kelompok sebaya daripada norma-norma orang dewasa.
Dalam hal ini remaja menganggap merokok sebagai lambang pergaulannya.
Khususnya siswa laki-laki bahwa merokok sebagai suatu tuntutan
pergaulan bagi mereka. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Hurlock bahwa
bagi remaja rokok dan alkohol merupakan lambang kematangan. Hal tersebut
disampaikan oleh Hurlock berdasarkan fenomena di Amerika. Tetapi menurut
norma yang berlaku di Indonesia lebih memandang bahwa remaja khususnya

28

remaja yang masih berada diusia sekolah melakukan aktivitas merokok


diidentikkan sebagai anak yang nakal.
Hampir semua orang mulai merokok dengan alasan yang sedikit sekali
kaitannya dengan kenikmatan. Dalam pikiran remaja, rokok merupakan lambang
kedewasaan. Sebagai seorang remaja mereka menggunakan berbagai cara agar
terlihat dewasa. Untuk membuktikannya mereka melakukan dengan sadar
melakukan kebiasaan orang dewasa yakni merokok. Remaja ingin mencoba
melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa, dengan sembunyisembunyi remaja pria mencoba merokok karena seringkali mereka melihat orang
dewasa melakukannya.
Alasan utama menjadi perokok adalah karena ajakan teman-teman yang
sukar ditolak, selain itu, ada juga pelajar pria mengatakan bahwa pria menjadi
perokok setelah melihat iklan rokok. Ini berarti bahwa tindakan merokok diawali
dari adanya suatu sikap, yaitu kecenderungan seseorang untuk menerima atau
menolak, setuju atau tidak setuju terhadap respon yang datang dari luar dalam hal
ini adalah rokok. Orang melihat rokok atau melihat orang lain merokok, lalu
respon apa yang muncul di dalam pikiran atau perasaannya, bisa saja orang
tertarik (setuju) atau tidak tertarik (tidak setuju), hal ini akan terjadi pada setiap
orang. Orang yang setuju, ada kecenderungan akan melakukannya atau
menirunya, bagi yang tidak setuju tentu kencenderungannya akan menghindari.
Namun ada kecenderungan lain, yaitu dalam hati ia tidak setuju, tetapi
kenyataannya ia melakukannya (merokok). Hal ini tentu ada faktor lain yang
mempengaruhinya. Di sinilah terjadinya kontradiksi antara sikap dan perbuatan.

29

Lingkungan sosial mempunyai peranan besar terhadap perkembangan


remaja. Lingkungan sosial sebagai bagian dari komunitas sosial memegang
peranan yang strategis bagi kehidupan sosial masyarakat. Pada masa remaja
lingkungan sosial yang dominan antara lain dengan teman sebaya. Kelompok
teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk
hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman
sebaya merupakan suatu kelompok baru yang memiliki ciri, norma, kebiasaan
yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan rumah. Bahkan apabila
kelompok tersebut melakukan penyimpangan, maka remaja juga akan
menyesuaikan dirinya dengan norma kelompok. Remaja tidak peduli dianggap
nakal karena bagi mereka penerimaan kelompok lebih penting, mereka tidak ingin
kehilangan dukungan kelompok dan tidak ingin dikucilkan dari pergaulan.
Sebagian dari remaja mengambil jalan pintas untuk menghindarkan diri dari
masalah sehingga cenderung untuk keluyuran dan melakukan tindakan pergaulan
yang salah dengan teman-temannya. Akibatnya banyak yang terjerumus dalam
tindak kenakalan seperti menipu, berkelahi, mencuri dan sebagainya.
Pada pengertian lain Hurlock (2001) mengatakan bahwa seseorang yang
memiliki ciri tertentu secara berlebihan bisa menimbulkan penerimaan yang
kurang baik, meskipun ciri itu sendiri merupakan ciri yang sangat dikagumi.
Sebagai contoh individu akan memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat
diterima dalam masyarakat bila dia murah hati daripada bila dia kikir. Akan tetapi,
bila dia terlalu murah hati, membagi-bagikan hadiah begitu saja kekanan kiri,
mungkin akan timbul kesan bahwa dia mencoba membelidukungan. Pergaulan

30

dengan teman sebaya serta akibat yang ditimbulkan merupakan hal yang sangat
penting sebab menciptakan perilaku dan bentuk tingkah laku yang akan
dibawanya ketika dewasa. Remaja mudah terjebak atau terlibat pada perbuatanperbuatan yang menyimpang. Banyak remaja yang punya keinginan tampil beda,
namun ada beberapa remaja yang salah jalur dalam menunjukkan jati dirinya.
Remaja kadang bertingkah laku di luar kewajaran seperti minum-minuman keras
atau terjerumus dalam perkara kriminal.
Perilaku anti sosial ini sering terjadi karena dipengaruhi perilaku temantemannya untuk melakukan tindakan yang tidak baik. Remaja cenderung untuk
mengikuti kemauan teman-temannya agar tidak merasa ditolak atau diabaikan
oleh kelompok teman sebayanya (Prasetyo, 2005).
Pada kehidupan sehari-hari remaja lebih dekat dengan teman sebaya
daripada dengan orangtua karena remaja menginginkan teman yang mempunyai
minat, sikap, yang sama, sehingga banyak melakukan kegiatan bersama, dalam
mengisi waktu luangnya. Hal ini menyatakan bahwa remaja cenderung melakukan
hal-hal yang sama dengan teman-temannya semata-mata agar dapat diterima dan
tetap menjadi anggota kelompok tersebut. Persamaan dalam usia, pendidikan,
jenis kelamin dan perasaan terabaikan membuat mereka menjalin persahabatan
yang kental dan erat dengan kesetiakawanan. Akibatnya apabila salah satu dari
mereka

merasa

menderita,

menghilangkan penderitaan itu.

maka

yang

lainnya

akan

siap

membantu

31

e. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat
remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan
tersebut.
Dewasa ini kegiatan periklanan disadari oleh banyak kalangan,
terutama industri, sebagai sesuatu yang penting. Dalam ilmu komunikasi
pemasaran,

iklan

merupakan

investasi

untuk

menjaga

hubungan

yang

berkesinambungan antara perusahaan dengan konsumennya. Iklan adalah suatu


bentuk komunikasi non personal, dibayar atas tanggungan sponsor tertentu dan
menggunakan media massa untuk membujuk atau mempengaruhi audiens sasaran.
Iklan adalah sebuah proses yang menghasilkan dan mengedarkan
rangsang-rangsang yang terorganisir melalui media massa yaitu surat kabar, radio,
majalah, televisi dan tempat-tempat pemasangan iklan lainnya sebagai usaha
untuk mempengaruhi orang lain. Iklan merupakan salah satu media promosi yang
efektif dalam memasarkan berbagai produk kepada konsumen karena daya
jangkauan yang luas dan masif. Iklan pada dasarnya bermaksud mempengaruhi
orang

lain untuk

membeli

sebuah produk berupa barang

atau

jasa.

Berdasarkan dari definisi iklan diatas maka dapat disimpulkan bahwa iklan adalah
pesan yang merupakan bentuk dari komunikasi non personal dan bersifat
membujuk orang lain. Tayangan iklan diharapkan dapat mempengaruhi perilaku
sesuai dengan apa yang menjadi tujuan para pengguna jasa periklanan.

32

Iklan disebarkan melalui berbagai media massa maupun berupa


sponsor pada kegiatan olahraga, acara remaja dan konser musik. Iklan yang
seringkali menjadi sponsor pada kegiatan olahraga, acara remaja dan konser
musik adalah iklan rokok. Dalam promosinya, rokok diasosiasikan dengan
keberhasilan dan kebahagian.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa definisi peran iklan
rokok adalah suatu tayangan yang berisikan pesan yang memberikan informasi
mengenai gambaran tentang rokok dan bersifat mempengaruhi penontonnya agar
menggunakan rokok yang ditawarkan.

C. Perilaku Merokok
1. Pengertian
Perilaku atau tindakan merupakan suatu proses lanjutan untuk
mempraktikkan atau melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya. Perilaku
dikutip beberapa tingkatan yaitu (Notoadmojo, S.2007) :
a. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil.
b. Respon Terpimpin (Guide Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh.

33

c. Mekanisme (Mechanism)
Seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
d. Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik.
Kebiasaan mengkonsumsi rokok sudah menjadi hal yang biasa di
kalangan masyarakat. Kebanyakan diantaranya adalah laki-laki dewasa muda.
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, kebiasaan mengkonsumsi rokok
ini telah dimulai sejak umur remaja (Salawati, T. 2010).
Perilaku merokok adalah suatu aktifitas yang dilakukan seorang individu
yang berupa membakar kemudian menghisapnya yang akan menimbulkan
keluarnya asap sehingga terhisap oleh orang yang ada disekitarnya. Perilaku ini
tidak menguntungkan untuk kesehatan baik untuk diri-sendiri dan orang lain di
lingkungan sekitar (Fikriyah, S. 2012).
Ada banyak perihal yang mendukung perilaku merokok, secara umum
perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu yang artinya
selain disebabkan faktor dari dalam diri perilaku merokok juga disebabkan oleh
faktor lingkungan. Biasanya, seseorang yang berperilaku merokok berkaitan
dengan adanya krisis psikososial yang dialami pada masa perkembangan yaitu
masa pencarian jati diri. Adapun sebagian orang menganggap merokok
merupakan suatu symbol dari proses kematangan, kekuatan, kepemimipinan dan
daya tarik terhadap lawan jenis (Komalasari, D. 2006).

34

Berdasarkan hasil survey WHO tahun 2008, Indonesia sebagai jumlah


perokok remaja tertinggi didunia. Sebanyak 13,2% dari total keseluruhan remaja
di Indonesia adalah perokok aktif. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku merokok
yang dinilai merugikan kini telah menjadi perilaku yang menyenangkan dan
menjadi kebiasaan yang bersifat obsesif (Fikriyah, F. 2010).
2. Tahap Perilaku Merokok
Perilaku meroko dibagi menjadi empat tahap untuk menjadi sebagai
perokok yakni (Komalasari, D. 2006).
a. Prepatory
Pada tahap ini, seseorang memiliki informasi yang menyenangkan
mengenai merokok. Dengan cara melihat iklan rokok dan mendengar tanggapan
orang lain sehingga memicu minat untuk merokok.
b. Initation
Ini adalah merupakan tahap dimana seseorang yang telah merokok akan
memutuskan untuk memilih perilaku merokok atau tidak. Tahap ini sering juga
disebut sebagai tahap perintisan.
c. Becoming a Smoker
Tahap ini merupakan tahap dimana seseorang yang mulai ketagihan
menggunakan rokok bila dalam sehari telah mengkonsumsi rokok kurang lebih 4
batang.

35

d. Maintenance of Smoking
Tahap ini seseorang telah tumbuh menjadi seorang perokok dan
merokok telah menjadi bagian dari kebiasaan hidup yang sulit untuk dihentikan
karena dengan merokok akan memperoleh kesenangan.
3. Tipe-tipe Perokok
Tipe perokok dibagi menjadi dua jenis, yaitu tipe perokok aktif (active
smoker) dan perokok pasif (passive smooker).
a. Perokok aktif (Active Smooker)
Adalah seseorang yang benar-benar memiliki kebiasaan merokok.
Merokok sudah menjadi bagian dari kehidupannya sehingga membuat rasa yang
tidak nyaman bila satu hari saja tidak merokok.
b. Perokok Pasif (passive smoker)
Adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan merokok dalam
harinya, namun hanya terhisap pajanan asap rokok.
Selain itu, tipe perokok dapat diklasifikasikan menurut banyaknya jumlah
rokok yang dihisap, yaitu (Nurcahyani, FH. 2011) :
1. Perokok Ringan
Adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok kurang 10 batang per hari.
2. Perokok Sedang
Adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok 10-20 batang per hari.
3. Perokok Berat
Adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih 20 batang per hari.

36

D. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi:
a. Pengetahuan
b. Jenis kelamin
c. Sikap
d. Umur

Faktor pemungkin:
a. Ketersediaan rokok di
lingkungan sekitar siswa
b. Keterjangkauan siswa
terhadap rokok

Prilaku Merokok

Faktor penguat:
a. Keluarga
b. Teman sebaya
c. Guru
d. Paparan Iklan rokok

Tabel 2.1 Kerangka Teori (Green, Lawrence, 2003)

Anda mungkin juga menyukai