Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN PADA IBU NIFAS DAN MENYUSUI

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu
setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
Masa nifas ( Puerperium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari Persalinan selesai sampai
kandungan kembali seperti pra- hamil.
Nifas ialah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan,
Masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5. Mendapatkan kesehatan emosi.

Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun
peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan
anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.

7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan


diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat
proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan secara professional.

Tahapan Masa Nifas


Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
1. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalanjalan.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang
lebih enam minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna
terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi.
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan
kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan
ibu nifas maupun bayinya.
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:
Kunjungan Waktu
I

Asuhan

6-8 jam
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
post partum Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.

Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru


lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
II

6 hari post Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.


partum
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup
cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada
tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

III

2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
post partum diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.

IV

Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa


6 minggu nifas.
post partum
Memberikan konseling KB secara dini.
Perubahan Fisiologi Dan Psikologi

1. Sistem Reproduksi
A. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil ( involusi ) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil.
Bayi lahir fundus setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.
Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berat uterus
750 gr.
Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat
uterus 500 gr.
Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat uterus
350 gr.
Enam minggu post partum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gr.
B. Lochia
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Macam-macam Lochia :
Lochia Rubra ( Cruenta ) : Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban , sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari post partum.
Lochia Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7 post partum.

Lochia Serosa : Berwarna kuning, cairan tidak darah lagi, pada hari ke 7-14 post partum.
Lochia Alba : Cairan putih, setelah 2 minggu.
Lochia Purulenta : Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
Lochiastasis : Lochia tidak lancar keluarnya.
C. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat
dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.
D. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil.
E. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh
tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, Perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap kendur dari pada keadaan
sebelum melahirkan.
F. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
Penurunan kadar progesterone secara tepat dengan peningkatan hormone prolaktin setelah
persalinan.
Kolostrum sudah ada saat persalinan. Produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3
setelah persalinan.
Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi.
2. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Urin dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar
hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaan ini menyebabkan diuresis.
3. Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah
kembali kapada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan haemoglobin kembali
normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar
selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal.
4. Sistem Gastrointestinal / Pencernaan
Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas, dikarenakan kurangnya makanan
berserat selama proses persalinana dan adanya rasa takut dari ibu karena perineum sakit,

terutama jika terdapat luka perineum. Namaun kebanyakan kasus sembuh secara spontan,
dengan adanya ambulasi dini dan dengan mengonsumsi makanan yang berserat. Jika tidak,
dapat diberikan supositoria biskodil per rektal untuk melunakan tinja. Defakasi harus terjadi
dalam 3 hari post partum.
Perubahan Psikologi
Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres. Periode itu dibagi menjadi 3 tahap,
yaitu :
Talking In Period
Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung, fokus
perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan
yang dialami, kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat.
Taking Hold Period
Berlangsung 3-4 hari setelah post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya
menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi
sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi
kritikan yang dialami ibu.
Letting Go Period
Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi
yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.

Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya
kemungkinan perdarahan post partum.
Mobilisasi
Kini perawatan puerperium lebih aktif dengan menganjurkan ibu nifas untuk melakukan
mobilisasi dini ( early mobilization ), hal ini mempunyai keuntungan yaitu :
- Memperlancar pengeluaran lochia
- Mempercepat involusi
- Melancarkan fungsi alat gastroinstensinal dan alat perkemihan.
- Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.
Kebersihan Diri
- Anjurkan kebersihan seluruh tubuh / personal hygiene
- Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan
ibu mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu. Dari depan ke
belakang, baru membersihkan daerah anus. Nasehatkan ibu untuk membersuhkan diri setiap
kali selesai buang air kecil atau besar.
- Sarankan ibu untuk mengganti pembalut minimal dua kali sehari
- Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
- Kurang istirahat akan berpengaruh terhadap ibu, yaitu : mengurangi jumlah ASI yang
diproduksi, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan diri sendiri.

Istirahat
- Anjurkan ibu untuk beristiraht cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
- Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan,
serta tidur siang atau beristiraht selama bayi tidur.
Gizi
- Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
- Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup.
- Minum sedikitnya 3 liter air setiap harinya ( anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui)
- Tablet Fe harus diminum untuk menambah gizi setidaknya 40 hari pasca bersalin, minum
kapsul vitamin A ( 200.000 ) unit, agar memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
Senam Nifas
Senam nifas dilakukan untuk memperlancar sirkulasi drah dan mengembalikan otot-otot yang
kendur, terutama rahim dan perut yang memuai saat hamil. ( Haliana, 2003 : 6 )
Latihan senam nifas dapat diberikan mulai hari kedua misalnya :
a. Ibu telentang lalu kedua kak ditekuk, kedua tangan ditaruh diatas dan menekan perut.
Lakukan pernapasan dada dan pernapasan perut.
b. Dengan posis yang sama, angkat bokong lalu taruh kembali
c. Kedua kaki diluruskan dan disilangkan, lalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan
defakasi
d. Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkan badan sambil tangan berusaha menyentuh
tumit.
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat
bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI.
Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula dalam botol yang
berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan
mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi,
langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor
pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet
dot.
Tanda bayi bingung puting antara lain:
1. Bayi menolak menyusu
2. Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar
3. Bayi mengisap puting seperti mengisap dot
Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting antara lain:
1. Berikan susu formula menggunakan sendok ataupun cangkir.

2. Berikan susu formula dengan indikasi yang kuat.


Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah
menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk
menyusu.
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang
dan bila memungkinkan disusui.
Bayi dengan Ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi
pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:
1. Segeralah menyusui bayi setelah lahir.
2. Menyusui bayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan mendapat kolustrum.
Kolustrum membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui
feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.
Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing
pallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi
tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus
tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah.
Anjuran menyusui pada keadaan ini dengan cara:
1. Posisi bayi duduk.
2. Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
3. Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
4. Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing pada bibir
dan langit-langit).
Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah dengan posisi
memegang bola (football position). Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu
secara bergantian. Susuilah bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah
sakit, berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat
maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh
bayi Anda.
Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral, tetapi
pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan
kontraindikasi pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang
tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI

sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan
tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar
mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi
tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk mengurut puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup memegang puting dan areola dengan baik, maka proses
laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan
menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat menangkap putting dan areola dengan
benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.
Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu, sebaiknya ibu
tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat
memerah ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun juga perlu diperhatikan,
agar tidak mudah basi.
Menyusui dalam Keadaan Darurat
Masalah pada keadaan darurat misalnya: kondisi ibu yang panik sehingga produksi ASI dapat
berkurang; makanan pengganti ASI tidak terkontrol.
Rekomendasi untuk mengatasi keadaan darurat tersebut antara lain: pemberian ASI harus
dilindungi pada keadaan darurat, pemberian makanan pengganti ASI (PASI) dapat diberikan
dalam kondisi tertentu dan hanya pada waktu dibutuhkan; bila memungkinkan pemberian
PASI tidak menggunakan botol.

Referensi
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/ diunduh 1 September
2009: 20.00 WIB.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media
Jakarta
masanifas.blogspot.com/ diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas.
Diposkan oleh ihda mahila alawiya di 16.25
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Anda mungkin juga menyukai