Anda di halaman 1dari 7

Audit Resep di Apotek dalam Praktek Pengobatan Rasional

Dokter: dr. Auisi,


SIK:......
Jl........
R/

Tetradex tab
Parasetamol mg 100
Primperan tab
Luminal mg 10
m.f.la dtd no XV
S.t.d.d pulv I

R/

Imodium tab
New Diatab tab
m.f.la caps dtd no X
S.t.d.d caps I

R/

Oralit 200 mL
Sue

Pro : An.Mawar
Umur : 5 tahun
Penanganan Resep:
1) Skrining Resep
Skrining
resep
secara
administratif
meliputi
kelengkapan
resep
Dalam skrining resep berkaitan dengan pengobatan rasional Apoteker diharapkan
dapat melakukan Anamnese keFarmasian (AF)adalah kegiatan apoteker dalam
menganalisa indikasi masing-masing obat dan menerjemahkannya ke dalam suatu dugaan
diagnose apa yang telah ditegakkan oleh dokter atau sakit apa yang diderita oleh Pasien.
Berdasarkan analisa indikasi obat-obatan dalam resep anamnese Farmasi diperkirakan
pasien Mawar menderita Diare. Untuk meyakinkan AF tersebut Apoteker harus melakukan
chross chek kepada pasien, dengan bertanya apa keluhan yang disampaikan kepada dokter.
Atau Apoteker melakukan kumonikasi kepada Dokter untuk menanyakan diagnose dari
Pasien.
2) Penilaian Pengobatan Rasional oleh Apoteker
Berdasarkan data pada langkah 1) Apoteker dalam penilaian Pengobatan Rasioanal harus
berpegang pada Acuan Langkah Pengobatan Rasional yang dikeluarkan oleh WHO (1985)
yaotu
The rational use of drugs requires that patients receive medicines
appropriate to their clinical needs, in doses that meet their own
individual requirements, for an adequate period of time, and at
the lowest cost to them and the community.
(WHO 1985)

Apoteker diwajinkan dapat melakukan analisa:


a) Tepat indikasi,
b) Tepat obat,
c) Tepat dosis,
d) Tepat pasien/pendertia,
e) Waspada efek samping, dan pada akhirnya
f) melakukan analisa farmakoekonomi untuk mendapatkan harga yang tepat dengan keuangan
pasien.
Dalam penilaian 4T 1 W diatas:
-Tepat Indikasi dan Obat
Apoteker harus memahami uraian penyakit yang dihadapi oleh Pasien. Dikaitkan dengan
Resep diatas AF, mengatakan Pasien menderita Diare: Dari uraian penyakit penyebab diare
dapat dikelompokkan kedalam: a) diare infeksi bakteri patogen, b) diare infeksi oleh
amoba, c) diare oleh infeksi virus, d) diare non spesifik oleh kesalahan makanan.
Dalam melakukan kros -chek kepada pasien apoteker harus dapat mencari penyebab diare
dari pasien Mawar. Apoteker diharapkan mampu memberikan anjuran langkah
pemeriksaan laboratorium yang nantinya sangat diperlukan oleh dokter dalam penegakan
diagonose.
Penilaian ketepatan indikasi obat didasarkan atas ketepatan diagnose dan keluhan pasien
mawar. Dalam hal ini seorang apoteker dituntut mampu menilai indikasi dari masingmasing obat dikaitkan dengan ketepatan pengobatan diatas, sehingga berujung pada
pengobatan yang rasional. Pada akhirnya seorang apoteker dapat menyimpulakan apakah
pengobatan tersebut tepat indikasi dan obat.
- Tepat Dosis, Jika apoteker sudah sampai pada keputusan tepat indikasi dan obat, sorang
apoteker dituntut dapat menghitung dosis dari masing-masing obat yang diperlukan oleh
pasien mawar.
- Tepat Pasien/Penderita; seorang apoteker diharapkan dapat memilihkan bentuk sediaan
obat yang sesuai dengan pasien,
-Waspada Efek samping: seorang apoteker mencatat efek samping (advers reaction) dari
obat atau interaksi obat yang mungkin ditimbulkan. Seorang apoteker diharapkan dapat
melihat kemungkinan terjadinya Interaksi Obat, baik pada fase farmasetik (peracikan),
farmakokinetik (adsorpsi, distribusi, dan eliminasi), dan fase farmakodinamik. Jika terjadi
interaksi apoteker diharapkan dapat mengkomunikasikan kepada pasien.
- Jika ada ketidak tepatan dalam pemilihan obat oleh dokter dalam tujuan pengobatan
menurut analisa apoteker, apoteker diharuskan melakukan komunikasi kepada dokter
penulis resep untuk menanyakan tujuan dokter dalam menuliskan obat dalam resep
tersebut. (sebab sering terjadi perbedaan asumsi apoteker dengan pendekatan dokter dalam
pemilihan obat). Jika kata sepakat antara apoteker dan dokter telah dicapai dalam kontek
pengobatan rasional, maka seorang apoteker dapat melanjutkan ke:
- Langkah terakhir seorang apoteker melakukan analisis farmakoekonomi, yaitu menawarkan
beberapa pilihan obat yang secara ekonomis paling sesuai dengan keuangan pasien.
3) Peracikan obat (Compounding & Dispensing)
Apoteker dapat melakukan penilaian farmseutik agar dalam peracikan obat tidak terjadi
kerusakan obat. Diikuti dengan pengemasan dan pemberian etiket.

4) Penyerahan dan pemberian KIE (Konseling Informasi dan Edukasi) pasien


Pada penyerahan obat seorang apoteker harus dapat memberikan informasi tentang cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat dan berapa lama obat tersebut disimpan, dan
menjelaskan
reaksi
efek
samping
obat
yang
mungkin
timbul.
Contoh Resep:
(Contoh ini adalah UTS mata kuliah Compounding & Dispensing, Jawaban atas resep ini
dikerjakan oleh Fischer Raditya Simorangkir (Mhs Profesi PS-Apoteker Jurusan
Farmasi Udayana, Angkatan ke 4)
Dr. Leo, Sp.PD
SIK : 19/DIKES/2009
JL Raya Sesetan no 98
22-07-2011
R/ Zumafib
No L
S 1 dd I
R/ Hp Pro
No XXX
S 1 dd I
Pro
: Bader
I.

SKRINING RESEP
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang
standar pelayanan kefarmasian di apotek, persyaratan administratif dalam penulisan resep
adalah:
- Nama, SIP dan alamat dokter.
- Tanggal penulisan resep.
- Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
- Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta.
- Cara pemakaian yang jelas.
- Informasi lainnya.
II. SPESIFIKASI OBAT
A. Zumafib
Komposisi
: Fenofibrat
Efek farmakologis
: Fenofibrat merupakan agonis peroxisome proliferator-activated
receptor-alpha (PPAR-alpha), yang menurunkan regulasi apoprotein C
dan menaikkan regulasi apoliprotein a-1, protein transport asam lemak,
dan lipoprotein lipase menghasilkan peningkatan VLDL katabolisme,
oksidasi asam lemak, dan eliminasi partikel trigliserida (Lacy,et al.
2009).
Efek Samping
: Hepatik : Kerusakan hati (3-13%). Sistem saraf pusat : Sakit Kepala
(3%). Gastrointestinal : Nyeri abdominal (5%), Konstipasi (2%),
Nausea (2%). Neuromuskular dan skeletal : Nyeri punggung (3%)
(Lacy, et al. 2009).
Kontraindikasi
: Kehamilan (Farktor resiko C) (Lacy, et al. 2009)

Interaksi Obat
Dosis

B. HP Pro
Komposisi
Efek farmakologis
Dosis
III.

:Meningkatkan efek dari obat obat : Ezetimibe, Sulfonilurea,


antagonis vitamin K dan Warfarin (Lacy, et al. 2009).
: Hipertrigliseridemia : 45-135 mg perhari. Dosis maksimum 135 mg
per hari. Hiperkolestrolemia : 50-135 mg per hari. Dosis maksimum
135 mg per hari.
: Curcuma Zedoaria, Curcuma xhantorriza, Ipomoea pres-caprael.s,
Phylanthus urinaria, madu.
: Hepatoprotektor, suplemen.
: 1-3 kali sehari : Suplemen untuk hati.

ANAMNESE KEFARMASIAN
Analisis jenis penyakit secara umum dapat dilakukan berdasarkan jenis dan indikasi
obat. Pasien diberikan Zumafib dengan kandungan fenofibrat yang diindikasikan untuk
hiperkolestrolemia dan hipertrigliseridemia. Hp pro diduga digunakan sebagai suplemen
untuk melindungi fungsi hati untuk mencegah kerusakan hati. Berdasarkan hal tersebut
diduga pasien menderita hiperlipidemia yang memiliki efek lanjutan berupa perlemakan hati
(fatty liver). Gambar berikut merupakan algoritme penatalaksanaan hiperlipidemia:
hipertrigliseridemia.
Untuk meyakinkan anamnese kefarmasian ini maka dilakukan cross check kepada
pasien dengan menanyakan keluhan yang disampaikan pasien kepada dokter. Adapun hal-hal
yang perlu ditanyakan kepada pasien:
1. Keluhan apa yang anda sampaikan ke dokter?
Jawab: Saya punya penyakit kolesterol (Pasien berbadan gemuk/obesitas).
2. Bagaimana penjelasan dokter tentang obat yang diresepkan untuk anda?
Jawab: Saya mendapat obat untuk kolesterol saya.
3. Bagaimana penjelasan dokter mengenai cara penggunaan obat ini?
Jawab: Dokter tidak mengatakan mengenai cara penggunaan obat.
4. Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan setelah anda mendapatkan pengobatan
ini?
Jawab: Setelah mengkonsumsi obat, kolesterol saya turun.
5. Anda sudah melakukan cek laboratorium sebelumnya?
Jawab: Sudah. Saat itu dokternya mengatakan kolesterol saya cukup tinggi.
6. Apakah bapak sebelumnya sudah mengkonsumsi obat lain?
Jawab: Tidak.
Hasil Test Laboratorium Pasien Bader
Indikator
- Fungsi ginjal
Natrium
Kalium
Klorida
CO2
BUN
SCR
- Gula darah
Kadar glukosa

Pasien

Normal

Status

140 mEq/L
4,2 mEq/L
105 mEq/L
28 mEq/L
11 mg/dL
1,0 mg/dL
120 mg/dL
6,2 %

135 - 145mEq/L
3,5 - 5 mEq/L
95 -105 mEq/L
20-29 mEq/L
7-20 mg/dL
0-8 1,4mg/dL
<140 mg/dL
< 7%

Fungsi ginjal
normal

Normal

HbA1C
-

Fungsi hati
(LFT)
ALT (SGPT) AST (SGOT) GGT (penanda
penyalahgunaan
alkohol)
T.bilirubin
T.protein
Albumin
INR(tes
koagulasi)
- Darah
Hgb
Hct
RBC
Plt
Wbc
-

20 IU/L
18 IU/L
20 IU/L

< 23 IU/L
< 21 IU/L
6-37 IU/L

0,5 mg/dL
7,5 g/dL
3,5 g/dL
1,0

0,2-1,3mg/dL
7,2-8,0 g/L
3,5-5,0 g/dL
0,8-1,2

14 g/dL
43%
4,7 x 106/mm3
262 x 103/mm3
6,2 x 103/mm3

14-17,5 mg/dL
Normal
20-50% (P)
4-6 x 106/mm3
140-340
x
3
3
10 /mm
4,5-10 x l03 mm3

Kadar Lipid
TC
250 mg/dL
LDL
100 mg/dL
HDL
65 mg/dL
TG
280 mg/dL
- Tekanan darah - 120/80 mmHg -

Normal

150-200 mg/dL
< 100 mg/dL
45-65 mg/dL (P)
120-190 mg/dL
120/80 mmHg

Hiperkolestrole
mia,
Hipertrigliserid
emia
Normal

Berdasarkan hasil komunikasi yang singkat antara apoteker dengan pasien, maka hasil
anamnese kefarmasian adalah pasien diduga menderita hiperkolestrolemia (kadar kolesterol
total diatas batas normal) dan hipertrigliseridemia (kadar trigliserida [TG] diatas normal).
V. PENILAIAN PENGOBATAN RASIONAL
A. Tepat Indikasi
Ketepatan indikasi obat ditentukan berdasarkan ketepatan diagnosa dan keluhan pasien.
Berdasarkan anamnese kefarmasian yang dilakukan dengan meninjau indikasi obat-obat
dalam resep serta keluhan pasien yaitu pasien mengeluh mengalami kolesterol yang tinggi
(Pasien berbadan gemuk/obesitas). Dalam resep tidak dicantumkan dosis Zumafib sehingga
digunakan dosis yang paling kecil yang beredar dipasaran yaitu 100 mg. Umumnya pada
dosis tersebut digunakan untuk pengobatan hipertrigliseridemia dengan dosis 100 mg per hari
dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama (50 hari). Obat Hp Pro digunakan untuk
melindungi fungsi hati dan mencegah kerusakan hati, karena hiperkolestrolemia dapat
menyebabkan perlemakan hati (fatty liver). Selain itu, pasien Bader mengkonsumsi obat
dalam jangka waktu yang lama (50 hari). Hp Pro disini hanya sebagai suplemen saja, maka
dosis 1 kali sehari sudah cukup.
b. Tepat Obat
Obat yang diresepkan dokter adalah:
1. Zumafib yang diindikasikan untuk Hiperkolestrolemia dan Hipertrigliseridemia.

2. HP Pro merupakan hepatoprotektor berfungsi sebagai suplemen untuk melindungi fungsi


hati.
c. Tepat Dosis
Zumafib
Dosis oral : Hipertrigliseridemia : 45-135 mg perhari. Dosis maksimum 135 mg per hari.
Hiperkolestrolemia : 50-135 mg per hari. Dosis maksimum 135 mg per hari.
(Lacy, et al. 2009).
Dosis dalam resep tidak dicantumkan sehingga digunakan dosis yang paling kecil yang
beredar dipasaran yaitu 100 mg.
Sekali pakai : 100 mg
Sehari pakai : 100 mg (sudah sesuai dengan rentang terapeutik).
Administrasi : 6 8 minggu (Lacy, et al. 2009).
Dalam resep, pasien menerima terapi selama 50 hari (Sudah sesuai dengan administrasi).
Hp Pro
Suplemen hati : 1 kali sehari (Sudah tepat dosis).
d. Tepat Pasien
Pasien merupakan pasien dewasa dan tanpa gangguan menelan sehingga pemberian
kapsul telah sesuai dengan kondisi pasien.
e. Waspada Efek Samping
Penggunaan Zumafib dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati yaitu
perlemakan hati (fatty liver) dengan persentase kejadian 3-13% (Lacy, et al. 2009). Untuk itu,
pemberian obat Hp Pro sebagai suplemen untuk melindungi fungsi hati dan mencegah
kerusakan hati pasien sudah tepat.
Kesimpulan : Resep Rasional sehingga bisa diproses untuk penyiapan obat.
VI.

FARMAKOEKONOMI
Tabel 1. Perbandingan Harga Sediaan
Sediaan
Penawaran 1
Zumafib 50 kapsul Rp
140.000,00
(Fenofibrat)
(Zumafib/Sandoz)
HP
pro
@Rp Rp 120.000,00
4.000,00
Biaya Tambahan Rp
3.000,00
(Plastik Klip)
Jumlah
Rp 163.000,00

Penawaran 2
Rp
135.000,00
(Felosma/Bernofarm)
Rp 120.000,00
Rp

3.000,00

Rp 158.000,00

Pemberian Zumafib dan Hp Pro dinilai telah rasional dan memenuhi aspek farmakoekonomi,
karena dokter telah meresepkan obat yang benar benar dibutuhkan oleh pasien.
VII. PENYERAHAN OBAT DAN PEMBERIAN KIE
1. Pasien diserahkan obat berupa kapsul Zumafib sebanyak 50 kapsul, dan Hp Pro sebanyak 30
kapsul.
2. Pasien diberikan informasi mengenai pemakaian obat Zumafib diminum 1 kali sehari pada
pagi hari setelah makan, obat Hp Pro juga diminum 1 kali sehari pada pagi hari setelah
makan.

3. Pasien diberitahukan bahwa obat disimpan di tempat kering dan tidak terkena sinar matahari
langsung pada suhu kamar (15-300C). Jika dimungkinkan obat dapat disimpan dalam kotak
obat (dengan silika gel).
4. Pasien disarankan untuk berolahraga dengan teratur.
5. Pasien disarankan mengurangi konsumsi makanan berlemak dan makanan yang berkolesterol
tinggi.
6. Pasien disarankan beristirahat yang cukup.
7. Pasien disarankan untuk cek laboratorium kembali, guna mengetahui kadar kolesterol pasien,
1 bulan setelah mengkonsumsi obat.
8. Apabila keadaan pasien tidak membaik, disarankan segera kembali dokter.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
AAFP. 2012. Algorithm for managing hyperlipidemia : hypertriglyceridemia. USA: American
Academy of Family Physician (Cited 2012 March, 20) Available from:
http://www.aafp.org/afp/2007/0501/afp20070501p1365-f1.gif
Anonim. 2010. ISO Indonesia. Jakarta: PT ISFI Penerbitan
MenKes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (Cited 2011
September, 22). Available from: URL:
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201027%20ttg
%20Standar%20Pelayanan%20Kefarmasian%20Di%20Apotek.pdf
Lacy, C.F., Lara, L.A., Morton, P.G, Leonard, L.L. 2009. Drug Information Handbook 18th edition.
United States of Amerika; Lexi-comp, Inc.

Anda mungkin juga menyukai