Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Penyehatan Lingkungan
Diterbitkan oleh:
Kelompok Kerja Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan
Penasihat/Pelindung:
Direktur Jenderal Tata Perkotaan dan
Perdesaan, DEPKIMPRASWIL
Penanggung Jawab:
Direktur Permukiman dan Perumahan,
BAPPENAS
Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi,
DEPKES
Direktur Perkotaan dan Perdesaan
Wilayah Timur, DEPKIMPRASWIL
Direktur Bina Sumber Daya Alam dan
Teknologi Tepat Guna, DEPDAGRI
Direktur Penataan Ruang dan
Lingkungan Hidup, DEPDAGRI
Pemimpin Redaksi:
Oswar Mungkasa
Dewan Redaksi:
Hartoyo, Johan Susmono,
Indar Parawansa, Poedjastanto
Redaktur Pelaksana:
Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,
Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,
Essy Asiah, Mujiyanto
Desain/Ilustrasi:
Rudi Kosasih
Produksi:
Machrudin
Sirkulasi/Distribusi:
Anggie Rifki
Alamat Redaksi:
Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.
Telp. (021) 31904113
e-mail: redaksipercik@yahoo.com
redaksi@ampl.or.id
oswar@bappenas.go.id
Redaksi menerima kiriman
tulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan
dengan air minum dan penyehatan
lingkungan dan belum pernah
dipublikasikan. Panjang naskah tak
dibatasi. Sertakan identitas diri.
Redaksi berhak mengeditnya.
Silahkan kirim ke alamat di atas.
z foto cover: MUJIYANTO/PERCIK
Dari Redaksi
Suara Anda
Laporan Utama
Sampah Masih Jadi Sampah
Seputar Sampah
Upaya Mengurangi Emisi Metan dari TPA
Belajarlah Sampah ke Negeri Cina
Program Bangun Praja, Memacu Daerah Peduli Lingkungan
Wawancara
Penanganan Sampah Jelek, Tingkat Kesehatan Rendah
Wawasan
Sampah Sebagai Sumber Energi, Tantangan Bagi
Dunia Persampahan Indonesia Masa Depan
Pre-Studi Masalah Sampah, Kasus Kota Surabaya
Pengelolaan Sampah di Makassar
Pengelolaan Program Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
dan Tantangan ke Depan
Masalah AMPL di Kabupaten Kebumen
Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di Kota Tangerang
Sampah Membawa Berkah di Desa Temesi, Kabupaten Gianyar, Bali
Reportase
Kiprah Ny. Bambang Sampah Wahono,
Kelola Sampah, Hijaukan Banjarsari
Ragam
Ragam Teknologi Pengolahan Sampah
Kapsul Sampah, Model Penyimpanan Sampah Jangka Panjang
Teropong
Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung
Info Buku
Info CD
Info Situs
Kunjungan
Diseminasi Program WASPOLA di Propinsi Gorontalo
Pringga Jurang Keruntuhan Bulan
Seputar WASPOLA
Pelaksanaan Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah
Lokakarya Kelompok Kerja WASPOLA
Pertemuan Tim Pengarah WASPOLA
Seputar AMPL
Orientasi MPA/PHAST
Pokja AMPL Ikuti Nusantara Water 2004
Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi Proyek ProAir
Seminar Teknologi Tepat Guna Pengolahan Limbah Cair
Persiapan Proyek ProAir di Kabupaten Alor
Pustaka AMPL
Agenda
Glosari
1
2
3
3
6
8
9
11
13
16
18
20
22
23
25
27
29
32
34
35
37
38
39
40
41
42
44
45
46
47
47
48
49
50
51
52
DARI REDAKSI
embaca, Percik mulai menapaki babak baru yakni bagaimana Percik mulai menjangkau para pemangku kepentingan air
minum dan penyehatan lingkungan
di seluruh Tanah Air. Percik telah
menyebar dari Sabang sampai Merauke meski dalam jumlah yang terbatas.
Alhamdulillah, berbagai kalangan menyambut hangat kehadiran
Percik. Ini dibuktikan dengan banyaknya tanggapan yang datang
kepada kami. Bahkan ada beberapa
kalangan yang berharap bisa berlangganan Percik kendati harus
membayar padahal Percik merupakan majalah gratis. Ini tentu hal
yang membahagiakan kami.
Beberapa waktu lalu kami mengikuti Nusantara Water 2004 di Jakarta Convention Center bersama
dengan Program WASPOLA dan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL)
sebagai induk kami. Langkah itu
merupakan upaya kami untuk makin mendekatkan Percik ke tengahtengah pemangku kepentingan
AMPL. Kami akan terus berupaya
agar majalah ini makin eksis dan
menjadi rujukan, referensi, dan wadah komunikasi bagi pihak-pihak
terkait di bidang ini.
Pembaca, pada edisi ini, Percik
hadir dengan laporan utama mengenai sampah. Mengapa ini diangkat?
Sampah merupakan suatu hal yang
masih menjadi persoalan di negeri
ini. Isu penyehatan lingkungan tak
pernah lepas dari sampah. Semua
orang tahu itu, tapi tak semua orang
memiliki kepedulian terhadap masalah yang satu ini. Ibarat peribahasa, Anjing menggonggong, kafilah
tetap berlalu, sampah tak pernah
kunjung usai penanganannya meski
banyak pihak berbicara kebersihan
dan kesehatan.
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
FOTO: OM
LESEHAN
Salah satu kekhasan dari Kelompok Kerja AMPL Pusat adalah lesehan dalam beberapa lokakarya.
S UARA ANDA
MDGs Kurang Greget
Kami ucapkan selamat atas terbitnya
media informasi Percik. Izinkanlah
kami menyarankan agar Millennium
Development Goals (MDGs) disosialisasikan terlebih dahulu ke daerah supaya
gregetnya atau gaungnya sampai ke telinga masyarakat sehingga masyarakat
sendiri terinspirasi dan memiliki tanggung jawab moral untuk mewujudkan
target MDGs.
Natalia Silitonga
Kantor Bupati Toba Samosir
Bagian Perekonomian-Kasubbag Kimpraswil
Jl. Pagar Batu No. 1 Balige
Sumatera Utara
Membantu Stakeholder
di Daerah
Adanya media informasi air minum
dan penyehatan lingkungan (Percik)
akan sangat membantu kami dalam melaksanakan interaksi dengan pemangku
kepentingan (stakeholder) di bidang air
minum agar tercipta suatu kerja sama
para pemangku kepentingan dengan
program seksi penyehatan air dan
pengamanan limbah di Dinas Kese-
L O M B A K A R YA T U L I S
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
(Pokja AMPL) bekerja sama dengan Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah (Dep. KIMPRASWIL)
Menyelenggarakan Lomba Karya Tulis
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
TEMA :
PENYELENGGARAAN AIR MINUM DAN
PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT
SUB TEMA :
1) Pemberdayaan Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan
2) Pendanaan Berbasis Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan
3) Kelembagaan Pengelolaan Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan berbasis masyarakat
4) Peran Wanita dalam Penyelenggaraan Air Minum
dan Penyehatan Lingkungan
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
PERSYARATAN
1. Peserta Lomba : Masyarakat Umum
2. Panjang tulisan 10-15 halaman folio; 1,5 spasi
dan ditulis dalam bahasa Indonesia.
Naskah digandakan 5 (lima) kali.
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan
4. Peserta melampirkan foto copy identitas.
5. Karya Tulis diserahkan ke Panitia Lomba
Paling Lambat tanggal 28 Oktober 2004
6. Pemenang Karya Tulis akan Diumumkan
tanggal 28 November 2004
7. Hadiah:
Pemenang 1 Rp. 5.000.000
Pemenang 2 Rp. 3.000.000
Pemenang 3 Rp. 1.500.000
Keterangan lebih lanjut silakan hubungi
Panitia Lomba Karya Tulis
Jl Cianjur No. 4 Menteng,
Jakarta Pusat
Telp. (021) 31904113
L APORAN UTAMA
SAMPAH
Kita tidak pernah lepas dari sampah. Setiap hari ada saja
sampah yang harus kita buang. Entah di kantor,
di rumah, di manapun kita berada. Tidak heran ketika
kita tidak mengelola dengan baik maka sampah
akan dengan mudah kita temui bertebaran
di sekitar kita.
Timbulan sampah
Tidak tersedia data berapa persisnya
jumlah timbulan sampah di Indonesia.
Namun berdasar hasil perhitungan
Bappenas sebagaimana tercantum dalam
Buku Infrastruktur Indonesia, pada
tahun 1995 perkiraan timbulan sampah
di Indonesia mencapai 22,5 juta ton, dan
meningkat lebih dua kali lipat pada tahun
2020 menjadi 53,7 juta ton. Sementara di
kota besar di Indonesia diperkirakan timbulan sampah per kapita berkisar antara
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
L APORAN UTAMA
akan lahan untuk pengolahan
sampah setelah TPA Bantar
Gebang tidak dapat dipergunakan
lagi.
persen
Penanganan Sampah
Menurut data BPS, pada
tahun 2001 timbulan sampah
yang diangkut hanya mencapai
18,03 persen, sementara selebihnya ditimbun 10,46 persen, dibuat kompos 3,51 persen, dibakar
43,76 persen, dan lainnya
(dibuang ke sungai, pekarangan
kosong dan lainnya) 24,24
persen. Terlihat bahwa sampah yang
diangkut masih sangat sedikit, demikian
pula sampah yang diproses menjadi kompos, sementara yang dibakar dan dibuang
ke tempat yang tidak seharusnya bahkan
masih mencapai 68 persen. Kondisi ini
menunjukkan masih besarnya potensi
sampah menjadi sumber pencemaran
baik udara, maupun air termasuk menjadi pemicu timbulnya penyakit. Di daerah perkotaan sekalipun, sampah yang
dibakar dan dibuang sembarangan masih
mencapai 50,76 persen. Proporsi sampah
yang ditimbun sendiri masih cukup besar
mencapai 10,46 persen. Sampah seperti
plastik dan sejenisnya relatif sulit diurai
sehingga penanganan sampah dengan
cara menimbun menjadi kurang tepat.
Pengomposan juga belum populer di
masyarakat.
Sebagian besar Tempat Pengolahan
Akhir (TPA) sampah direncanakan menggunakan sistem sanitary landfill. Namun
dalam perjalanan waktu, akhirnya sebagian besar TPA tersebut akhirnya menggunakan sistem open dumping (70
persen) dan hanya sebagian kecil yang
tetap menggunakan sistem controlled
landfill dan sanitary landfill (30 persen).
Beberapa kota yang menerapkan controlled landfill di antaranya Jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya, Padang,
Malang, Yogyakarta, Pontianak, Balikpapan, Banjarmasin, dan Denpasar.
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
L APORAN UTAMA
dicari alternatif pengolahan sampah yang
tidak memerlukan lahan yang luas.
Di sisi lain, saat ini belum tersedia
kebijakan nasional persampahan yang
dapat menjadi payung pengelolaan persampahan oleh seluruh pemangku
kepentingan. Peraturan-peraturan yang
ada tercecer di daerah atau instansi sektoral. Wajar bila hingga kini belum terwujud sistem kelembagaan, koordinasi dan
integrasi pengelolaan sampah.
Dimulainya era otonomi daerah menjadikan pengelolaan sampah menjadi
kewenangan pemerintah daerah. Namun
di lain pihak, masih banyak pemerintah
daerah yang menganggap persampahan
bukan prioritas. Ini terlihat dari minimnya alokasi anggaran ke sektor ini.
Kebijakan ke Depan
Penyelesaian persampahan mau tidak
mau harus dilakukan secara sistemik dan
terintegrasi dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan. Apalagi pada
2025 telah dicanangkan sebagai tahun
zero waste (bebas sampah) dunia.
Beberapa langkah yang bisa diambil
dalam rangka menuju ke arah itu yakni:
1. Mengurangi volume timbulan sampah dengan menggunakan konsep 3R
(reduce, reuse, dan recycle).
Metode ini perlu disosialisasikan ke tengah-tengah masyarakat agar mereka mau menggunakan kembali dan mendaur
ulang sampahnya. Tentu langkah
ini perlu dibarengi penyadaran
akan pentingnya memilah sampah di rumah tangga sehingga
memudahkan pengolahan pada
tahap berikutnya. Konsep 3R
akan makin efektif jika didukung
peraturan perundang-undangan
yang memberikan penghargaan
dan hukuman (reward and punishment) kepada semua pemangku kepentingan yang terkait, apakah itu pemulung, ma-
syarakat, dan lainnya. Selain itu, pemanfaatan sampah sebagai sumber energi
(wasre to energy) layak untuk diperhatikan mengingat hingga kini belum ada
pihak yang mempraktekkan langkah ini
di Indonesia. Bila sampah telah termanfaatkan sejak dari hulu maka sistem sanitary landfill tidak memerlukan lahan
yang luas dengan biaya besar. Sanitary
landfill hanya digunakan untuk mengolah residu dari hasil pembakaran insinerator.
2. Peningkatan peran masyarakat
dan dunia usaha
Langkah mengurangi timbulan sampah tidak akan efektif tanpa peran aktif
masyarakat. Merekalah penghasil utama
sampah dan mereka pula yang merasakan
dampak negatifnya bila sampah tak
dikelola dengan baik. Kuncinya adalah
peningkatan kesadaran dan tanggung
jawab dalam pengelolaan sampah.
Masyarakat bisa berperan sebagai a) pengelola (mengurangi timbulan sampah dari
sumber); b) pengawas (mengawasi tahapan
pengelolaan agar berjalan dengan benar); c)
pemanfaat (memanfaatkan sampah secara
individu, kelompok, atau kerja sama dengan
dunia usaha); d) pengolah (mengoperasikan
dan memelihara sarana dan prasarana pengolah sampah); e) penyedia biaya pengelo-
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
L APORAN UTAMA
Seputar Sampah
FOTO: OSWAR MUNGKASA
1-2 minggu
Kertas
Baju katun
Kayu
wool
Wool
Alumunium, kaleng, dan
sejenisnya
10-30 hari
2-5 bulan
10-15 tahun
1 tahun
100-500 tahun
Kantong plastik
Botol gelas
1 juta tahun?
Tidak diketahui
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
1.
L APORAN UTAMA
FOTO: MUJIYANTO
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
bakaran sampah dilakukan sebagai alternatif terakhir atau lebih difokuskan pada
penanganan sampah medis.
(v). Pengomposan. Pengomposan
adalah proses biologi yang memungkinkan organisme kecil mengubah sampah organik menjadi pupuk.
Sampai seberapa jauh tanggung
jawab produsen?
Jika rumah tangga diberi peran untuk
mengurangi timbulan sampah melalui
prinsip 4R, maka produsen seharusnya
juga diberi tanggungjawab yang jelas.
Produsen dapat membantu rumah tangga
dalam menerapkan prinsip 4R tersebut.
Salah satunya melalui EPR (Extended
Producer
Responsibility/Perluasan
Tanggung jawab Produsen) yang merupakan usaha mendorong produsen untuk
menggunakan kembali produk dan
kemasan yang diproduksinya. Pemberian
insentif bagi produsen menjadi suatu
keniscayaan. OM
L APORAN UTAMA
Upaya Mengurangi
4 megawatt listrik setara dengan menanam 60 ribu are hutan setahun atau
mengurangi emisi CO2 dari 45 ribu mobil
setahun. Energi yang dihasilkan juga
dapat menggantikan penggunaan batu
bara dari 1.000 kereta api atau penggunaan 500 ribu barel minyak; (iii) mengurangi polusi udara dengan mengurangi
penggunaan bahan bakar yang tidak ter-
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
L APORAN UTAMA
Belajarlah Sampah
ke Negeri Cina
Luas (Ha)
Kapasitas (ton/hari)
Beishinshu landfill
33,7
1000
Liulitun landfill
46,5
1500
Asuwei landfill
60
2000
Anding landfill
21,6
700
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Tipe
Proses Pengolahan
Leachate
Diangkut ke sewerage
treatment plant
Oxidition Ditch
Oxidation Ditch
Filtrasi dengan reverse osmosis
Parameter
kualitas efluent leachate
COD
BOD
Amonia
-
324
787
3 - 17
22,9
126
-
17
24
1,2 15
L APORAN UTAMA
FOTO: ENDANG SETYANINGRUM
Tabel 3.
Standar efluent China dan Beijing
COD
< 300
< 60
BOD
< 150
< 20
Amonia
< 25
< 25
10
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Aspek Manajemen
z Pemerintah kota Beijing memiliki komitmen yang tinggi dalam
meningkatkan kualitas landfill
(saat ini dalam kondisi sangat baik, kecuali masalah effluent)
z Adanya kesungguhan dan sikap profesional dari petugas di lapangan merupakan
modal yang menentukan keberhasilan
program kebersihan di Beijing. Di Indonesia, SDM yang ditempatkan sebagai
orang kebersihan pada umumnya merasa sebagai terpinggirkan
z Retribusi pengelolaan sampah dengan sistem insentif bagi keluarga kecil, di Indonesia sistem insentif dapat dikembangkan
berdasarkan pengurangan volume sampah
z Penerapan peraturan sudah cukup memadai, sementara di Indonesia buang
sampah sembarangan sah-sah saja, lebih takut kena tilang lampu merah atau
Three In One atau sabuk pengaman
z Tingkat kesadaran masyarakat sudah
sangat tinggi dalam bidang kebersihan.
Di Indonesia perlu kesungguhan untuk
membangun kesadaran masyarakat,
bahkan mungkin perlu dikenalkan melalui pendidikan formal sejak dini
Pelajaran-pelajaran di atas bisa diambil
oleh para pengambil kebijakan di Indonesia.
Apa salahnya kita belajar persampahan ke
Cina, negara tirai bambu yang kualitas
kebersihan kotanya tidak kalah dengan
negara Eropa maupun Jepang?
Endang Setyaningrum, Staf Direktorat
Perkotaan, Ditjen TPTP, Depkimpraswil dan
anggota Pokja AMPL
L APORAN UTAMA
Program Bangun Praja
Memacu Daerah
Peduli Lingkungan
11
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
L APORAN UTAMA
4. Adanya kebijakan yang mendukung
5. Adanya sistem pertanggungjawaban
yang jelas
7. Ketersediaan dana
Kegiatan program ini tahun 20022003 difokuskan pada monitoring dan
evaluasi isu-isu lingkungan perkotaan
atau daerah urban meliputi: pengelolaan
sampah, pengelolaan ruang terbuka
hijau, pengelolaan fasilitas publik, dan
pengendalian pencemaran air. Pada
tahun ini, jumlah yang ikut 59 kota.
Setiap daerah didata melalui kuisioner
dan pengamatan langsung di lapangan.
Komponen yang dievaluasi yaitu manajemen, daya tangkap, institusi, hasil (fisik),
dan inovasi. Data itu kemudian disimpan
pada data base dan diperbaharui setiap
ada evaluasi setiap tahun. Kebijakan dan
program peningkatan kapasitas daerah
disusun berdasarkan data yang ada.
Pada tahun kedua (Juni 2003-Mei
2004) jumlah peserta Program Bangun
Praja bertambah menjadi 133 kota. Dari
jumlah tersebut, 31 kota masuk nominasi
sebagai kota terbersih yang akan memperoleh penghargaan Adipura. Penghargaan ini terdiri atas Anugerah Adipura
bagi kota-kota yang nilai kinerjanya
emua orang sebenarnya tahu bagaimana mengatasi masalah sampah. Orang juga tahu hambatan-hambatannya, seperti kendala teknis, dana, peralatan, dan SDM. Tetapi mengapa masalah ini tak pernah terselesaikan? Beberapa daerah yang dibantu juga tetap tak
bisa menyelesaikan masalah ini.
Lalu apa sebenarnya kata kunci dari
permsalahan sampah itu? Kita sampai
pada kesimpulan bahwa itu semua tergantung komitmen pemerintah daerah.
Punya nggak pemerintah daerah dan
masyarakat komitmen untuk mengatasi
sampah? Kalau mereka punya komitmen,
sebenarnya uang itu tak jadi masalah.
Sampah bisa bersih kalau pemerintah daerah punya komitmen. Kalau tidak ada
komitmen, diberikan apapun maka tak
akan bisa berbuat banyak.
Masalah uang itu sebenarnya ada.
Hanya masalahnya dialokasikan ke arah
yang betul.
Melalui program ini, kita ingin menaikkan komitmen pemerintah daerah.
12
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Biar kalau daerah itu kotor, pemerintahnya malu. Kita mendorong agar masalah
sampah dan kota bersih menjadi isu.
Kalau isu ini tidak diangkat maka pemerintah daerah akan tenang-tenang saja.
Saat ini kita terus berupaya mengangkat
isu sampah ke level pengambil keputusan di daerah sampai ke pusat. Kita berharap muncul komitmen daerah dan nasional. Coba kalau presiden teriak, gubernur teriak, kita bisa mengatasi hal itu.
Program ini bersifat sukarela. Ada
dua hal dalam program ini yakni pertama mendorong daerah membuat kotanya bersih dan teduh (clean and green
city). Kedua adalah capacity building.
Kita mendorong daerah meningkatkan
kapasitasnya dalam bidang lingkungan
khususnya perkotaan. Kita memberikan
workshop, pelatihan, studi banding dan
sebagainya yang berkaitan dengan cara
mengelola kota.
Visinya untuk sementara sampah
dulu, perbaikan fasilitas publik, dan ruang terbuka hijau. Kita batasi tiga dulu,
W AWANCARA
Budiman Arief, Sekjen Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
FOTO: MUJIYANTO
13
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
W AWANCARA
100 persen. Paling tidak 70 persen bisa
didapatkan dari retribusi. Jadi subsidi
hanya 30 persen saja. Tapi kalau aspek
pembiayaan tidak dibenahi dan retribusi
tidak ditarik dengan baik, maka akan
membuang uang saja.
Dari aspek hukum, peraturan harus
dibenahi. Perdanya bagaimana, supaya
jelas. Kalau orang membuang sampah
sembarangan didiamkan, wah susah.
Sampah itu kan berasal dari manusia,
maka hukumnya harus ditegakkan.
Dari aspek teknis juga jangan
seenaknya. Ada hitungan-hitungannya.
Sistemnya bagaimana, waktu mengangkutnya bagaimana, waktu di TPA-nya
bagaimana. Terus dari aspek peran serta
masyarakat, itu satu hal yang sangat penting. Kalau masyarakat tidak mendukung
maka biaya menjadi mahal. Oleh karena
itu peran masyarakat harus selalu ditingkatkan. Kelima itu saling terkait.
Jadi tidak ada yang dominan?
Ya. Tapi sebetulnya ada dananya dulu.
Kalau tidak ada ya gimana? Tapi duit saja
bukan jaminan.
Apa yang telah dilakukan pemerintah selama ini dalam menangani
sampah ini?
Tugas Depkimpraswil adalah membuat pedoman-pedoman. Kita sudah banyak
menghasilkan pedoman mengenai pengelolaan sampah yang betul. Tapi tidak
hanya itu. Kita juga memberikan stimulan. Kita berikan kepada pemerintah
daerah yang memang ingin mengatasi
masalah ini. Kalau tidak ingin, kita tidak
memberikannya karena itu buang-buang
uang saja. Jadi kita akan berikan kepada
yang benar-benar ada upaya. Kekurangan
mereka kita bantu. Ini juga sebagai
reward.
Berapa banyak pemda yang
mendapatkan stimulan ini?
Sejak 2001, sudah cukup banyak pemda yang mendapatkannya. Kita juga
14
membantu kota-kota yang baru terbentuk, misalnya untuk modal awal kita
berikan mobil pengangkut sampah. Kalau
selanjutnya bagus, kita tambah lagi.
Apa rencana pemerintah ke depan?
Saya rasa kita akan tetap meneruskan
apa yang sudah dilaksanakan. Pengelolaan TPA akan kita perbaiki lagi. Maunya
pemda, mereka ingin menerapkan sanitary landfill, tapi faktanya hanya open
dumping saja. Ini yang menyebabkan
banyak protes. Mestinya open dumping
ini sudah ditinggalkan. Meskipun kita
belum bisa menuju sanitary landfill penuh. Kita akan memberikan bantuan kepada pemda yang kesulitan dalam penanganan TPA.
Bagaimana penanganan terhadap masyarakat?
Semua pemda harus memberikan pengertian kepada masyarakat mengenai
pengelolaan sampah. Sebagai contoh, ada
warga yang merasa sudah membayar
kepada tukang sampah tapi ada tagihan
lagi dari dinas kebersihan. Kalau seperti
ini masyarakat bisa bingung. Mestinya
diberikan pengertian bahwa pengelolaan
sampah dari sisi teknis itu ada yang
mengumpulkan, ada yang mengangkut,
dan ada yang mengolah di akhir. Kalau
membayar ke RT/RW itu hanya mengumpulkan saja. Itupun sebenarnya
hanya 30 persen dari seluruh proses teknis. Kadang-kadang yang diambil RT/RW
itu terlalu besar sehingga dinas tidak
kebagian. Makanya masyarakat harus
diberi pengertian sejelas-jelasnya sehingga mereka terbuka dan mengetahui dengan jelas bagaimana mengelola sampah
dengan betul.
Pandangan Anda terhadap kesadaran masyarakat dalam hal sampah?
Saya kira masyarakat belum memahami secara utuh betapa pentingnya pe-
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
WAWANCARA
tah kota/kabupaten karena ada UU 22,
PP 25, tapi dulu ada PP 18 tahun 1953
yang menyatakan bahwa pengelolaan
sampah itu menjadi tugas pemerintah
kota/kabupaten. Itu mestinya tugas yang
melekat di pemerintah daerah.
Jadi adanya perubahan ke arah
otonomi daerah beberapa tahun lalu tak berpengaruh terhadap tugas
pengelolaan sampah?
Sebetulnya tidak. Hanya saja kita berharap daerah menjadi lebih baik dalam
menangani sampah ini. Yang dulu belum
begitu tegas, sekarang sudah lebih tegas
lagi.
sampah ini?
Seperti saya jelaskan, pemerintah
hanya memberikan stimulan saja. Departemen ini hanya membina infrastruktur
dasar yakni air minum, limbah, sampah,
drainase, dan jalan. Kita tak hanya mengeluarkan pedoman saja tapi juga stimulan. Ini juga supaya ada perhatian daerah.
Maksudnya apakah anggaran
yang ada sudah cukup?
Kurang. Masih terlalu kecil. Dan memang infrastruktur itu masih dianggap
kurang.
jelas penanggungjawabnya. Memang harus ada institusinya, tapi masyarakat tetap ikut dalam sistem yang jelas. Bisa saja
RT/RW atau kelompok masyarakat bisa
saja ditugaskan dalam pengumpulan.
Institusi yang bertanggung jawab secara
keseluruhan bisa bertugas mengambil
dari TPS ke TPA. Jadi institusi yang menangani harus jelas dan tingkatnya cukup
memadai.
Harapan Anda ke depan terhadap kota-kota kita?
Kebersihan dan kerapian harus kita
FOTO: OSWAR MUNGKASA
15
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
WAWASAN
Sampah Sebagai Sumber Energi :
16
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
WA W A S A N
FOTO: FANY WEDAHUDITAMA
Proses Anaerobik
Proses ini akan melepas energi yang
tersimpan dalam gas CH4 ( metana ) yang
memiliki nilai kalor tinggi yang akan terbentuk. Lahan urug saniter, sesungguhnya merupakan reaktor anaerobik dalam
kapasitas yang besar. Beberapa teknik
telah dilakukan untuk meningkatkan produksi gas metana yang terbentuk.
Resirkulasi air lindi merupakan salah satu teknik yang diterapkan untuk meningkatkan produksi gas metana, selain
untuk mempercepat degradasi sampah
itu sendiri. Akan tetapi, reaktor anaerobik
yang direncanakan secara khusus dengan
kapasitas yang lebih kecil, dapat lebih
mudah untuk dimonitor dan dikontrol
dalam kinetika pembentukan gas metana
dengan lebih baik ketimbang pada lahan
urug saniter. Residu yang terbentuk dapat
dimanfaatkan untuk kompos, yang sebelumnya telah diambil sebagian energinya menjadi gas metana, ketimbang
proses aerobik pada pengomposan yang
hanya akan menghasilkan kompos saja.
Jika tahapan proses anaerobik ini dihentikan hanya pada tahapan fermentasi
saja, yaitu tahapan sebelum pemben-
17
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
W AWASAN
18
Fany Wedahuditama *)
Klasifikasi
Musim Hujan
13.54
Paper
1.85
Textil
52.93
Organic
19.15
Wood/grass
7.7
Plastic
0.45
Leather/rubber
0.82
Metal (Ferrous)
0.08
Metal (Non Ferrous)
1.12
Glass
1.61
Stone ceramic
0.62
Bones
0.13
Others
TOTAL
100
Musim Kemarau
4.37
2.03
55.59
15.72
7.51
0.03
0.74
0.16
0.68
4.46
0.74
0.07
100
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Simpul Persoalan
Berdasarkan uraian mengenai lingkup makro masalah sampah Kota Surabaya, maka rumusan persoalan sampah
Kota Surabaya adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan Pemerintah Kota Surabaya dalam penanganan sampah, baik
dalam hal teknis, biaya, sumber daya manusia, pengetahuan dan yang paling utama, yaitu perencanaan penanganan sampah yang komprehensif dan terpadu;
2. Sistem pengelolaan sampah yang tidak berjalan dengan baik, mulai dari sistem
pengangkutan, penyebaran dan penggunaan TPS, fasilitas TPA, Fasilitas penunjang
TPA, sistem pengolahan sampah dan sistem
treatment limbah cair sampah;
WAWASAN
3. Teknologi pengolahan sampah yang
sangat mahal;
4. Kelangkaan lahan untuk fasilitas
TPA, karena jika benar-benar harus dipindahkan maka perlu lahan yang luas.
Selain itu produksi sampah tidak akan tetap pada angka + 8.000 m3 per hari, karena tingginya laju peningkatan penduduk;
5. Terbatasnya atau kurangnya pengalaman dan pengetahuan pemerintah
kota mengenai kerja sama dengan pihak
swasta maupun dengan pemerintah kota
lain dalam penanganan sampah.
Rekomendasi Studi
Mengacu pada uraian dalam studi ini,
maka rekomedasi yang diberikan dimaksudkan sebagai arahan bagi Pemerintah
Kota Surabaya dalam rangka menangani
masalah sampah.
1. Kerjasama antara Pemerintah Kota Surabaya, Sidoarjo dan Gresik.
Cepat atau lambat, jika setiap pemerintah
kota dituntut untuk semakin sigap dalam
melayani publik, maka harus terjadi kerja
sama antara pemerintah kota. Suatu kota
19
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
WAWASAN
Pengelolaan Sampah
di Makassar
20
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
septik tank.
Sumber daya operasional Dinas Kebersihan dan Keindahan Kotamadya Dati
II Makassar 135 orang pengemudi dan
225 orang pengangkut sampah. Kotamadya Makassar hingga saat ini telah menggunakan tujuh TPA yaitu : TPA Karuwisi,
TPA Sappabulo, TPA Andi Tonro, TPA
Panampu, TPA Kantisang, TPA Tanjung
Bunga, dan TPA Tamangapa. Semua TPA
telah ditutup kecuali TPA Tamangapa.
Perubahan TPA dilakukan akibat pertumbuhan produksi sampah kota yang
semakin tahun semakin bertambah. TPA
yang telah ditutup masih menggunakan
sistem open dumping.
TPA Tamangapa menggunakan Metode Semi Sanitary Landfill. Metode ini dilakukan untuk mengadaptasi metode Sanitary Landfill dengan metode Open
Dumping. Hal ini dilakukan untuk penerapan pada daerah yang tidak mempunyai dana yang cukup untuk menerapkan
metode Sanitary Landfill.
Di TPA Tamangapa, sampah dipisah
oleh para pemulung untuk dijual pada
para tengkulak kemudian disalurkan ke
pabrik-pabrik yang memerlukan. Penghasilan mereka cukup baik untuk memenuhi kebutuhan. Selain pemulung, di
TPA Tamangapa terdapat sapi yang dapat
mengurangi jumlah sampah basah yang
akan ditimbun.
175,77 km
1.300.000 jiwa
Perkiraan Timbunan
3.535,20 m3
- Domestik
1.576,60 m3
- Komersial
1772,7 m3
2996,67 m3
Tingkat pelayanan
Sumber :Dinas
Dinas Kebersihan
Ujung
Pandang
1998 1998
Sumber:
KebersihanKotamadya
Kotamadya
Ujung
Pandang
84,8 %
WAWASAN
FOTO: ISTIMEWA
Permasalahan
Metode Semi Sanitary Landfill membutuhkan tanah penutup dalam jumlah
yang cukup besar. Hal ini jelas menambah biaya operasional pengelolaan sampah, apalagi kalau tanah yang dibutuhkan
jauh dari lokasi TPA. Untuk TPA
Tamangapa, tanah penutup dapat diperoleh pada daerah sekitar TPA.
Selain itu, metode ini juga perlu pengawasan yang ketat dalam pemasangan pipa
untuk mengalirkan biogas yang dihasilkan
timbunan sampah. Biogas ini baru berhenti setelah penimbunan berkisar 50 tahunan
bahkan lebih. Jika biogas ini tidak disalurkan dapat mengakibatkan ledakan yang
akan menghamburkan timbunan sampah.
Perpipaan biogas TPA Tamangapa dilakukan setelah timbunan terbentuk selama setahun lebih. Hal ini patut disayangkan karena pada perencanaan awal pipa biogas
telah dirancang.
Air hujan yang jatuh pada daerah timbunan sampah juga menimbulkan
masalah jika tidak tertangani dengan
baik. Di TPA Tamangapa proses pengolahan menggunakan proses fotosintesis
karena merupakan sistem yang relatif
mudah dan murah. Lindi (Leachate) yang
dihasilkan oleh timbunan sampah dapat
merusak air tanah jika dasar timbunan
tidak kedap air. Bahkan dapat merusak
air permukaan seperti sungai.
Untuk lingkungan sekitarnya perlu pula
diperhatikan faktor bau dan angin berhembus sehingga tidak mempengaruhi pemukiman sekitarnya. Berdasarkan standar
pemilihan daerah TPA, sebenarnya tidak
dibenarkan adanya pemukiman di sekitar
TPA tetapi penduduk biasanya malah
membangun semakin dekat dengan TPA
terutama para pemulung.
Sampah Mereka Sampah Kita
Masalah-masalah yang timbul sebenarnya dapat direduksi dengan menerapkan sistem pengelolaan yang terpadu
antara masyarakat dan pemerintah kota.
Selama ini masalah sampah hanya menja-
21
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
telah puluhan tahun. Sampah bisa juga dibuang di lahan bekas galian tambang, tapi tiap
kota tidak selalu mempunyai penambangan.
Jadi betapa beruntunnya masalah jika tidak
dipikirkan secara serius.
Pola pikir masyarakat harus diubah
dengan memandang sampah masyarakat
lain merupakan sampah mereka juga.
Maksudnya sampah menjadi tanggung
jawab bersama. Karena jika sampah itu
semakin hari semakin tinggi produksinya
bisa dibayangkan kota besar seperti
Jakarta dan Makassar khususnya akan
menjadi timbunan sampah.
Untuk saat ini, tentu kita hanya dapat
mengharapkan pengelolaan sampah yang
menjadi tanggung jawab pemerintah untuk
dikelola dengan baik. Karena seperti pencemaran lainnya dampak yang ditimbulkan
akan terlihat atau dirasakan setelah bertahun-tahun. Sementara sumber pencemaran sudah tidak dapat dideteksi lagi.
Sebenarnya aturan mengenai lingkungan di negara ini sudah cukup. Yang
kurang adalah penerapan dan hukuman
terhadap pelanggaran. Oleh karena itu
tanggung jawab kita semua untuk memperbaikinya.
*)
WA W A S A N
Pengelolaan Program Air Minum
dan Penyehatan Lingkungan
dan Tantangan ke Depan
22
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus
S. Budi Susilo *)
WA W A S A N
Masalah AMPL
di Kabupaten Kebumen
SARANA AMPL DI KEBUMEN
23
Perpipaan gravitasi
Perpipaan
PSA
Sumur gali
Sumur bor
PAH
SGL & PAH
Campuran
Jumlah Desa
9
19
11
4
3
1
1
6
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Kondisi baik
6
8
10
1
3
6
Kelembagaan berfungsi
6
6
10
3
5
teknologi perpipaan. Di desa Banyumudal, sebagai contoh, masyarakat juga dipungut kontribusi hingga Rp 100 ribu/orang. Peraturan juga dibuat rinci menyangkut beberapa aspek seperti: cara
permintaan sambungan RT, ketentuan
besarnya biaya, denda keterlambatan
membayar, besarnya iuran, organisasi
pengelola dan pemakai air.
Awalnya masyarakat di sekitar mata
air di Desa Banyumudal tak menghadapi
masalah sebelum ada pembangunan
jaringan perpipaan untuk tiga dusun di
bagian hilir. Setelah ada pembangunan
itu, justru warga tak memperoleh air
pada musim kemarau. Akhirnya mereka
merusak broncaptering untuk mendapatkan air kembali. Akibatnya, suplai air ke
tiga dusun tersebut menjadi tidak merata. Berawal dari peristiwa ini, sistem
iuran yang tadinya dibakukan menjadi
berhenti. Pengelola pun tak mau menanganinya lagi.
Teknologi
Teknologi untuk menanggulangi masalah AMPL, pada umumnya yakni sistem perpipaan, baik perpipaan gravitasi
maupun sistem pompa (genset). Beberapa desa menggunakan teknologi sumur
gali (SGL), sumur bor, dan penampungan
air hujan (PAH). Teknologi sumur gali
dan PAH kelembagaannya tidak terbentuk dan berfungsi. Teknologi PAH sa-
WAWASAN
FOTO: ALMA ARIEF
24
hal yang sama juga ditemukan di Banyumas, dan di Semarang. Pembangunan sarana AMPL, sesungguhnya tidak perlu sampai ke rumah tangga dengan sistem kran
rumah tangga. Banyak anggota masyarakat
yang secara sendiri-sendiri membeli selang
yang sangat panjang sampai ratusan meter.
Di Desa Klesem, bahkan ada yang memasang selang sampai ke sumber air dengan
panjang selang mencapai 2.500 meter
dengan perkiraan biaya Rp 1,5 juta.
Apabila masyarakat sudah menilai air
sebagai benda berharga, yang diindikasikan dengan kesediaan mereka mengeluarkan biaya sampai begitu besar, maka
mereka akan mudah untuk secara bersama-sama diorganisasikan untuk memecahkan masalah. Ini pada akhirnya
akan menyangkut masalah pengorganisasian dan/atau pengembangan kelembagaan, termasuk pendekatan yang mengena di hati masyarakat.
Aspek Finansial
Dari diskusi dengan staf camat di
kantor BAPPEDA, bisa diperoleh pengertian bahwa kesediaan untuk membayar
iuran bulanan bukan ditentukan oleh
kaya atau miskinnya seseorang. Di
Kecamatan Ayah, bahkan ada desa yang
penduduknya relatif miskin dibandingkan desa lain, namun mereka mau membayar iuran dengan teratur.
Dari tabel di atas (mekipun belum dila-
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
kukan kajian secara teliti) juga tampak bahwa kelembagaan pengelola air berpengaruh
terhadap fungsi sarana. Keberfungsian kelembagaan akan berkorelasi positif terhadap pengumpulan iuran bulanan.
Penutup
Kebumen memiliki sumber air berlimpah, namun masih banyak penduduknya yang belum bisa memperoleh layanan air bersih (minum). Ini terjadi akibat faktor kesulitan alamiah dan kecenderungan perubahan lingkungan yang terjadi pada akhir-akhir ini.
Secara sosial budaya, masyarakat Kebumen sangat kooperatif dan mau memberikan kontribusi baik tenaga, uang,
material, bagi pembangunan sarana
AMPL. Hal itu tentunya sangat menunjang bagi pengembangan kelembagaan
maupun pengorganisasian sumberdaya
yang ada untuk memecahkan masalah
secara bersama-sama.
Di Kebumen, banyak sumber air
yang berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Namun karena kondisi alamnya di beberapa tempat memang cukup
sulit penanganannya, maka diperlukan
jenis pilihan teknologi tertentu. Masalahnya adalah jenis teknologi yang seperti
apakah yang tepat untuk diterapkan dan
terjangkau oleh masyarakat.
1. Konsultan WASPOLA
2. Staf Bidang Sosial Budaya BAPPEDA Kebumen
WA W A S A N
Sistem Pengolahan
Air Limbah Rumah Tangga
di Kota Tangerang
FOTO: BAMBANG PURWANTO
Bambang Purwanto
*)
25
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
b). Sistem Off Site (terpusat) yaitu sistem pengolahan air limbah domestik
yang menggunakan jaringan perpipaan di
Kelurahan Babakan dan Sukasari Tangerang yang merupakan satu-satunya IPAL
Type Carrousel di Indonesia.
IPAL ini mulai dibangun tahun 1982 ,
diuji coba tahun 1985, dan mulai dikelola
1992. Konsultan dari Belanda DHV Cons.
Eng. dan Has Koning bertindak sebagai
perencana IPAL Tanah Tinggi. IPAL itu
merupakan bantuan pemerintah Belanda
dan mempunyai cakupan pelayanan
3.000 sambungan rumah atau ekivalen
15.000 jiwa melayani Kelurahan Sukasari
dan Babakan.
Selain IPAL Tanah Tinggi, Kota Tangerang juga mempunyai prasarana dan
sarana pengolahan air limbah domestik
lainnya yang terdiri atas kolam oksidasi
sebanyak delapan unit dengan total luas
sebesar 44,5 hektar terdapat di Perumnas
I, melayani 7.932 sambungan rumah atau
ekivalen 31.728 jiwa.
WA W A S A N
FOTO: BAMBANG PURWANTO
Aspek Teknologi
a) Sistem Terpusat ( Offsite System)
di IPAL Tanah Tinggi melayani Kelurahan
Sukasari dan Babakan; seluruh limbah
rumah tangga baik yang berasal dari kamar mandi, kakus maupun dapur diproses menjadi satu secara alamiah terpadu
dengan sistim Carrousel yang pengalirannya sebagian menggunakan perpompaan.
b). Sistem Setempat (Onsite system)
melayani rumah tangga yang masih belum terjangkau oleh sistem terpusat, yaitu
dengan menyedot lumpur tinja dari septik
tank di setiap rumah yang selanjutnya
diolah di IPLT Karawaci.
Aspek Keuangan
Untuk sistem setempat telah dilakukan kerjasama dengan pihak swasta (PT
Pola Inti Konsultama) mulai September
2002 dengan kewajiban pembayaran ke
Pemda Tahun I sebesar Rp. 40 juta, Tahun II sebesar Rp. 50 juta, Tahun III sebesar Rp. 100 juta, Tahun III sebesar Rp.
150 juta, Tahun IV sebesar Rp. 130 juta
dan Tahun V sebesar Rp. 150 juta. Total
Rp. 470 juta untuk kontrak selama 5
tahun.
Masyarakat yang menggunakan jasa penyedotan dikenai biaya sebesar Rp. 70.000
untuk sekali penyedotan, sedangkan pengelola IPLT memungut biaya Rp. 5 Rp 10
ribu untuk setiap truk tinja yang membuang
lumpur tinja di IPLT Karawaci.
Karyawan pengelola IPLT seluruhnya
berjumlah 30 orang termasuk supir dan
tenaga pengelola IPLT dengan penghasilan rata-rata berkisar Rp. 600.000/karyawan/bulan. Armada truk tinja ada
tujuh.
IPLT Karawaci selain berfungsi sebagai pengolah lumpur tinja curahan mobil
tinja juga melayani sekitar 60 sambungan
rumah yang langsung menyalurkan buangan limbah domestiknya ke IPLT sehingga secara tidak langsung IPLT tersebut berlaku pula sebagai IPAL.
Sedangkan pengelolaan sistem off site
(terpusat) masih disubsidi oleh Pemko
26
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
layanannya.
Biaya investasi IPAL cukup tinggi
sehingga diperlukan alokasi anggaran
khusus dari Pemko Tangerang untuk mengembangan IPAL di kawasan lain di Kota Tangerang guna meningkatkan pelayanan pengelolaan air limbah domestik
bagi penduduk.
Biaya Operasi & Pemeliharaan (O&P)
IPAL cukup tinggi dikarenakan penggunaan listrik PLN secara penuh. Perlu segera diupayakan pembayaran retribusi
sambungan rumah bagi pelanggan di Kelurahan Babakan dan Sukasari guna menutup biaya O&P tersebut agar IPAL dapat dioperasikan secara optimal dan berkesinambungan.
Perlu disusun organisasi pengelola secara profesional dan permanen, bisa dalam bentuk Unit Pengelola Teknis Daerah
(UPTD) atau bentuk lainnya (kerjasama
dengan pihak ketiga/swasta)
Perlu ada sosialisasi bagi seluruh warga tentang pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana air limbah domestik, serta menyangkut seluruh aspek
teknis, lingkungan, keuangan, dan kelembangaannya.
*)
WAWASAN
27
50%
Fraksi Organik
5 ton/hari
30% Sampah
An-organik
3 ton/hari
20%
residu
2 ton/hari
25% kompos
2,5 ton/hari
(10 m/hari)
Sejak tahun 2001, Bali Fokus mengajak berbagai pihak untuk menyikapi hal
ini dan mencari solusi yang menguntungkan bagi semua. Dimulai dari ide replikasi fasilitas pemilahan sampah pariwisata di Jimbaran, muncul gagasan
untuk membangun fasilitas serupa di
TPA Temesi untuk menangani sampah
kota Gianyar. Melalui persiapan dan perencanaan yang matang, dengan sosialisasi dan pendekatan yang mengedepankan partisipasi masyarakat maka diba-
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
W AWASAN
- Bali Fokus-BORDA, lewat Program
Pengelolaan Sampah, berperan sebagai
penyedia bantuan teknis, pemberdayaan masyarakat dan pendamping manajemen operasional selama 5 tahun ke
depan,
- Pemkab Gianyar dalam hal ini Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Gianyar berperan sebagai pemasok
sampah dan penyedia lahan,
- Badan Pengelola Sampah Desa Temesi, berperan sebagai pengelola fasilitas bersama Bali Fokus (joint operation
management).
Dalam tahap persiapan dan pelaksanaan konstruksi fasilitas, proyek ini melibatkan masyarakat secara aktif melalui
pertemuan-pertemuan rutin dan diskusi
di lapangan. Bali Fokus memfasilitasi
pembentukan Badan Pengelola Sampah
di Desa Temesi yang akan bertanggung
jawab terhadap operasional FPS Temesi
ini dalam jangka panjang. Selain memberdayakan masyarakat di tingkat manajemen, fasilitas ini juga membuka lapangan pekerjaan baru bagi 60 orang karyawan, yang berasal dari masyarakat
warga Desa Temesi. Desa Temesi terdiri
atas tiga Banjar, yaitu Banjar Peteluan,
Banjar Pegesangan, dan Banjar Temesi
dengan jumlah penduduk + 650 KK.
Pada tahap awal operasi FPS Temesi
sampai dengan awal tahun 2005, pengolahan dilaksanakan hanya setengah kapasitas yang direncanakan, yaitu sekitar 40
m3 sampah per harinya. Hal ini dimaksudkan sebagai tahap pembiasaan dan
pembelajaran bagi keseluruhan komponen operasional fasilitas. Sebuah Badan
Pengelola dibentuk bersama untuk memfasilitasi pengelolaan fasilitas dan mengatur manajemen operasional. Bali Fokus
bertindak sebagai pendamping untuk 5
tahun ke depan dan membantu mewujudkan keseluruhan sistem yang berkelanjutan.
Manfaat dan keuntungan dari inisiatif
Temesi ini antara lain:
- Ada alternatif pengelolaan limbah pa-
28
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Kebutuhan Lahan/Area
Receiving area atau ruang penerimaan sampah
Belt Conveyer (BC) atau ban berjalan
Area penampungan sementara sampah an-organik
Area penampungan residu sampah
Area penyimpanan sampah an-organik sebelum dijual ke
bandar lapak
Area pengomposan
Area pembuatan pakan ternak
Total luas area
Luas (m2)
50
50
150
Lahan TPA
250
400
200
1,100
R EPORTASE
Kiprah Ny. Bambang Sampah Wahono
Kelola Sampah,
Hijaukan Banjarsari
FOTO: MUJIYANTO
29
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
R EPORTASE
FOTO: MUJIYANTO
pun mulai berubah. Selanjutnya ia menjadi pengurus PKK kelurahan, dan kecamatan. Ia tak kenal lelah mengubah Banjarsari menjadi hijau, rimbun, dan asri.
Peran aktif Ny. Bambang terhadap
lingkungan ini ternyata mendapat sorotan
UNESCO, badan dunia di bawah PBB
yang mengurusi pendidikan. Pada tahun
1996 badan tersebut menawarkan pelatihan baginya dalam pengelolaan sampah.
Saya sangat senang banget, ujarnya tersenyum. Dari pelatihan ini, ia memperoleh sertifikat sebagai trainer UNESCO di
bidang pengelolaan sampah.
Warga kemudian diajarinya bagaimana menjadikan sampah rumah tangga
bernilai dan tidak mencemari lingkungan.
Ia menjadikan salah sudut rumahnya
yang sederhana di Jl. Banjarsari XIV No.
4a sebagai ruang kelas. Lahirlah kaderkader sampah di Banjarsari. Sampah
mulai dikelola oleh setiap rumah tangga
sejak dari hulu. Tong-tong sampah dibuat
di depan rumah warga. Ada tiga tong
sampah dengan warna berbeda. Merah
untuk sampah plastik, kuning untuk sampah botol dan kaleng, dan hijau untuk
sampah organik. Sampah dari tong warna
merah dan kuning boleh diambil oleh
pemulung dan tukang sampah yang sudah
dibina jumlahnya 20 orang. Sedangkan
sampah organik diolah masing-masing
kalau mampumenjadi kompos. Bagi
yang tak mampu melakukannya, sampah
organik tersebut diolah bersama di RT
atau RW. Hasil kompos ini kemudian
dipakai sendiri warga sebagai pupuk
tanaman atau dijual. Permintaan kompos banyak. Kita masih kewalahan memenuhinya, kata Ny. Bambang. Pembelinya
adalah para pengunjung.
Apa yang dicapai Banjarsari membuat
banyak kelompok masyarakat dari berbagai kalangan dan wilayah belajar di tempat itu silih berganti. Seiring dengan itu,
kesadaran masyarakat Banjarsari terhadap lingkungan terus tumbuh. Hasilnya, Banjarsari menyabet juara nasional
lomba penghijauan dan konservasi alam
30
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
R EPORTASE
Masyarakat bisa
memerankan diri seperti
mengolah sampah
organik menjadi kompos,
mendaur ulang
sisa makanan, dan
mengurangi penggunaan
kantong plastik.
ini masih belum mau tahu akibat pembuangan sampah sembarangan. Orang
tak pernah mikir sampah itu akan jalan ke
mana, katanya. Sampah-sampah yang
tak teruraikan akan mengotori sungai dan
laut. Akibatnya bisa terjadi banjir dan
pencemaran. Maka tiap sumber sampah
harus diselesaikan, tegasnya.
Ia mencontohkan, sampah di DKI
Jakarta setiap harinya sekitar 6 ribu ton.
Hampir setengahnya adalah sampah
rumah tangga. Kalau seluruh masyarakat
31
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
R AGAM
Ragam Teknologi
Pengolahan Sampah
FOTO: MUJIYANTO
32
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
R AGAM
potensi dampak yang buruk seperti timbulnya gas metana dan ada kecenderungan berubah menjadi open dumping. Sedangkan pada teknologi pengepakan
sampah, biaya yang harus diinvestasikan
cukup tinggi, dan biaya pemeliharaan dan
operasional juga mahal. Selain itu juga
teknologi tersebut tidak menjelaskan mengenai pembuangan cairan yang dihasilkan oleh pengepakan sampah.
Teknologi pembakaran sampah dapat
membakar habis sampah, akan tetapi biaya
mesin yang tinggi, biaya operasional dan
pemeliharaan juga tinggi. Selain itu teknologi tersebut menimbulkan pencemaran udara. Teknologi kompos dan ATAD, merupakan teknologi yang paling menguntungkan
jika diterapkan dalam kerjasama. Perbedaan
antara keduanya menyangkut waktu dan biaya investasi. Jika pada kompos dibutuhkan
waktu yang cukup lama dalam mengubah
sampah menjadi kompos, pada ATAD waktunya lebih singkat karena adanya bantuan
bakteri aerobik. Sedangkan untuk biaya
investasi, teknologi ATAD
merupakan teknologi yang
KELEBIHAN, KELEMAHAN SERTA RESIKO TEKNIS TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH
Mekanisme Pengolahan
Kelebihan
Kelemahan
Resiko teknis
membutuhkan biaya invesSampah dibuang pada daerah lembah atau
Tidak membutuhkan biaya pengolahan Sampah menumpuk dan tidak terurai sebagaimana
Menyebabkan sampah terus menumpuk
tasi yang besar sekali, selain
cekungan tanpa ada pengolahan lebih lanjut
sampah
mestinya
dan polusi udara, air dan tanah
itu ATAD belum pernah ditePada metoda ini sampah dibuang ke daerah
- Merupakan cara yang paling murah - Memerlukan tanah yang luas, sehingga untuk kota Jika tidak ada perawatan secara periodik
rapkan di Indonesia.
parit, daerah cekungan atau daerah lereng,
- Investasi rendah
besar tidak memungkinkan
akan berubah menjadi open dumping
kemudian ditimbun dengan lapisan tanah dan - Tidak ada pemisahan sampah
- Pengoperasian hrs sesuai dengan standar
Secara keseluruhan, ridipadatkan. Metoda ini mempunyai tiga
- Menimbulkan gas metana yang berbahaya
macam cara yaitu metoda area, metoda trench
siko teknis pada tiap tekdan metoda depression.
nologi pengolahan sampah
Berbagai jenis sampah dikumpulkan dan
Sampah dapat digunakan sebagai
- Biaya investasi cukup mahal
Cairan sampah (leachete) yang keluar
ditekan dengan kekuatan + 2000psi sehingga penimbun jalan atau penimbun lembah - Jika tidak digunakan sebagai penimbun akan
pada saat pengepakan dapat
dapat diminimalkan melamenyerupai balok
daerah terkontrol
menimbulkan pencemaran air tanah
menyebabkan penumpukan sampah (walaupun
lui penerapan teknologisudah dilakukan pengepakan)
Sampah dibakar pada suhu yang sangat tinggi Sampah terbakar habis
- Biaya investasi yang sangat mahal
Pengolahan sampah dengan cara ini
teknologi yang terbukti ba- Penggunaan mesin yang sesuai standar (tidak
menimbulkan polusi udara yang tinggi
boleh melebihi kapasitas)
ik, seperti teknologi kom- Sampah yang mengandung cairan dapat
pos dan ATAD, yang dipamenyebabkan kerusakan mesin
- Suhu minimal agar sampah dapat terbakar habis
sok dan didukung oleh perseringkali tidak dapat dicapai sehingga
usahaan-perusahaan yang
pembakaran menghasilkan pencemaran
Kompos adalah hasil pemecahan biokimia dari Merupakan pengolahan sampah yang Memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi
Karena butuh waktu yang lama, ada
memiliki reputasi. Sejarah
zat organik dalam sampah, yang dapat
bersifat zero waste dan menghasilkan kompos
kemungkinan terjadi antrian sampah, hal
mempengaruhi karakteristik tanah. Proses
pupuk kompos
ini menyebabkan polusi
kinerja dan pemecahan
pemecahan kompos disebabkan oleh
masalah yang baik merumikroorganisme dan tipe mikroflora pada
temperatur yang sama dengan temperatur
pakan faktor penting dasampah tersebut
lam memilih pemasok tekTeknologi ATAD (autogeneous thermophilic
Merupakan pengolahan sampah yang Investasi yang dilakukan cukup tinggi dan perlu ada
Belum diketahui
aerobic digestion) menggunakan bakteri
bersifat zero waste sekaligus mengolah uji coba dahulu karena belum pernah dilakukan di
nologi. Turut sertanya peaerobik yang responsif pada suhu tertentu
air limbah
Indonesia
untuk memproses sampah organik menjadi
masok sebagai calon mitra
pupuk dalam bentuk pellet (padat) dan cair.
merupakan faktor penguTeknologi ini sebenarnya adalah untuk
pengolahan air limbah
rang risiko teknis. FW
Jenis Teknologi
Open Dumping
Sanitary landfill
Pengepakan
(Balling method)
Incineration
Kompos
ATAD
(Autogenous
Thermophilic
Aerobic Digestion)
33
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
R AGAM
Kapsul Sampah
Tak dikenal
Bentuk penutup plastik
putihnya tidak menarik
perhatian burungburung
FOTO: ISTIMEWA
34
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Proses Pengemasan
Sampah-sampah rumah tangga dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam
kantung plastik film berbentuk kapsul/bulat dan kedap udara. Bahan pembungkus ini dibuat dari jenis plastik polythene bekas klorin sehingga dapat didaur
ulang dan bisa dibakar dalam insinerator.
Setelah itu sampah dipres dengan tekanan tertentu sehingga bisa menghilangkan
kantong-kantong udara di dalam
kemasan tersebut yang memungkinkan
proses biologis aerob maupun anaerobterhenti. Dengan demikian tidak
terjadi risiko pembakaran spontan dan
pembentukan gas. Proses pengemasan
ini berlangsung hanya 3-4 menit.
Kemasan itu tinggal disimpan di tempat
terbuka atau tertutup dan bisa ditumpuk.
Bila pengolahan siap, kapsul tinggal
dibuka dengan cara yang mudah. MJ
T EROPONG
Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung
35
Volume (m3/hari)
3.978
613
449
787
312
361
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
tuhan operasional perusahaan. Tak heran bila per tahunnya, perusahaan dengan karyawan 1.642 orang ini terus
merugi. Tahun 2002 lalu, perusahaan ini
menderita kerugian 3,8 milyar lebih.
Direktur Utama PD Kebersihan Kota
Bandung Awan Gumelar mengakui hal
itu. Namun, menurutnya, bagi APBD
skala kota, ada efisiensi yang cukup
besar. Ia mengungkapkan hingga 16
tahun ini, APBD Kota Bandung baru
mengalokasikan dana sebesar Rp. 34 milyar atau rata-rata sebesar Rp. 2,1
milyar/tahun. Angka itu masih jauh dibandingkan dengan anggaran kebersihan
kota-kota lainnya di Indonesia seperti
DKI Jakarta (Rp. 373 milyar/tahun),
Surabaya (51 milyar/tahun), Semarang
(Rp. 27 milyar/tahun), dan Yogyakarta
(Rp. 8 milyar/tahun).
Kendati anggaran kebersihan kota tergolong kecil, peran serta masyarakat cukup
besar. Tahun 2003 lalu, retribusi masyarakat sebesar Rp. 13 milyar atau 72 persen
dari total pendapatan. Sedangkan dari
APBD hanya Rp. 5 milyar. Angka pendapatan dari retribusi ini jauh lebih tinggi dari
kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Kondisi keuangan yang demikian
tentu mengganggu gerak perusahaan.
Berbagai upaya kini sedang dilakukan
untuk meningkatkan kinerja perusahaan
dengan peningkatan sumber daya manusia dan penyadaran masyarakat. (MJ)
Daya
(Watt)
I
II
III
IV
V
VI
>6600
>3600-6600
>2200-3600
>1300-2200
> 900-1300
450
PTL (Rp)
Pengambilan
Tak Langsung
7.500/bln
6.000/bln
5.000/bln
4.000/bln
3.000/bln
2.000/bln
PL (Rp)
Pengambilan
Langsung
20.000/bln
17.500/bln
15.000/bln
10.000/bln
7.500/bln
5.000/bln
Sosial (Rp)
7.500/bln
6.000/bln
5.000/bln
4.000/bln
3.000/bln
2.000/bln
Non Komersial Rp. 12.500/hari; Komersial Rp. 15.000/hari;Angkutan kota Rp. 500/hari; Bus Rp. 1.000/hari
T EROPONG
Awan Gumelar, Direktur Utama PD Kebersihan Kota Bandung
36
kan atasan dia. Koordinasi kan boleh-boleh saja. Jadi hubungannya kemitraaan
saja. Bukan atasan bukan bawahan. Kita
bekerjasa sama dengan dinas taman dalam menentukan titik-titik tempat sampah. Yang penting adalah bagaimana visi
walikota Bandung tercapai. Saya kira kita
harus pandai bagaimana memperlakukan
sebuah perusahaan tapi tetap terikat dengan pemerintahan. Memang sangat lain
dengan perusahaan swasta. Aktivitas dan
action-nya berbeda dengan struktur
pemerintahan karena memiliki otoritas
tersendiri.
Apa upaya Anda untuk meningkatkan kinerja?
Ke depan kita ingin menjadi entrepreneur. Kita akan memberdayakan asetaset kita. Kita akan membentuk anakanak perusahaan. Saat ini belum bisa
karena kita masih serba kekurangan. Gaji
juga masih terbatas. Tapi alhamdulillah
etos kerja masih tinggi. Selain itu, kita
ingin meningkatkan kemampuan operasional seperti meningkatkan cakupan
pelayanan dari 65 persen menjadi 80
persen, memperbaiki kualitas SDM, dan
mengintroduksi teknologi pengolahan
sampah melalui kerja sama. Pokoknya
kita berharap bisa menerapkan corporate
governance bagi perusahaan.
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
NFO BUKU
Laporan Pembangunan
Manusia Indonesia 2004
Judul
Pembangunan Bersih
37
manusia tetapi juga sebagai dasar pencapaian pertumbuhan ekonomi dan untuk
memastikan kesinambungan demokrasi
dalam jangka panjang.
Laporan ini menekankan bahwa di
masa yang akan datang, pendapatan
kaum miskin kelihatannya tidak akan
meningkat dengan pesat. Ini berarti bahwa pemerintah harus mengeluarkan anggaran yang lebih banyak untuk menyediakan pelayanan-pelayanan publik. Pertanyaannya apakah mungkin dengan
Judul:
Protokol
Kyoto
Implementasinya
Terhadap Negara
Berkembang
Penulis :
Daniel Murdiyarso
Penerbit :
Penerbit Buku Kompas
Tebal:
xx + 200 halaman
Protokol itu disusun untuk mengatur target kuantitatif dan waktu penurunan
emisi bagi negara maju.
Keberadaan protokol ini sangat penting untuk dipahami oleh semua pihak,
apakah itu masyarakat, pejabat pemerin-
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
NFO CD
CD Interaktif AMPL
a t e r
Supply
and Sanitation
Policy
Formulation and
Action Planning
(WASPOLA) tahap I telah selesai
dilaksanakan.
Program berjangka lima tahun tersebut
memfokuskan kegiatan pada penyusunan
kebijakan, peningkatan pelayanan dan
proses pembelajaran serta komunikasi.
Fokus utama program yakni memfasilitasi penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan permukiman skala
kecil dan menengah.
WASPOLA selama ini kepada masyarakat. Isi CD meliputi: (i) proses penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat; (ii) proses awal penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Berbasis Lembaga; (iii) kegiatan lokakarya; (iv) uji coba dan studi kasus; (v)
publikasi; dan (vi) manajemen proyek.
CD ini dibagikan secara gratis kepada
masyarakat. Bila Anda berminat mendapatkannya, silahkan hubungi sekretariat WASPOLA Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta
Pusat, telepon 021-3142046. (MJ)
38
bahasa Spanyol.
Publikasi ini meliputi banyak topik,
termasuk daur ulang (recycle) dan pakai
ulang (reuse), manajemen limbah berbahaya, composing, dan penggunaan bahan
bakar motor. CD ini sengaja diperuntukkan bagi banyak kalangan, terutama
para remaja. Sampul CD ini didesain oleh
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
NFO SITUS
www.jala-sampah.or.id
Tak heran bila dalam satu artikelnya pada menu kegiatanmemuat tulisan
berjudul Proyek Waste to Energy, Proyek Eksploitasi terhadap Sumber Daya
Alam Publik, karya Gopal Krishna, yang
isinya bahwa insinerator memunculkan
emisi zat-zat beracun. Tulisan lainnya
juga cukup menarik di antaranya Peran
Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Penanganan Sampah, dan Pengembangan
Bahan Plastik Biodegradable Berbahan
Baku Pati Tropis. Yang menarik lagi untuk diamati, situs ini juga memuat harga
barang lapak dari mulai bekas botol air
kemasan, botol kaca, besi, tembaga, kertas sampai plastik.
http://www.epa.gov/epaoswer/osw/cdos
wpub.htm
http://www.solidwaste.org/
itus ini milik asosiasi sampah internasional/International Solid Waste Association (ISWA) yang memiliki 1.100 anggota
dari 70 negara. Isinya cukup lengkap, dari
mulai definisi sampah hingga kebijakan dan
rencana tindak tiap negara-negara di dunia.
Di dalamnya juga ada artikel dan berita-berita penting soal sampah. Pada 17-21 Oktober
nanti lembaga independen ini akan mengadakan kongres di Roma, Italia.
39
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
K UNJUNGAN
Diseminasi Program
WASPOLA
di Propinsi Gorontalo
FOTO: RHEIDDA PRAMUDHY
40
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
K UNJUNGAN
Pringga Jurang
Keruntuhan Bulan
FOTO: OSWAR MUNGKASA
41
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
SODIS
Membuat Air Sehat dengan Sinar Matahari
S EPUTAR WASPOLA
Pelaksanaan Kebijakan Nasional
AMPL Berbasis Masyarakat
di Daerah
FOTO: ALMA ARIEF
42
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
S EPUTAR WASPOLA
z Adanya harapan program ini dilengkapi dengan proyek fisik. Pemahaman ini berdasarkan kebiasaan
bahwa setiap program yang berasal
dari pusat selalu identik dengan
proyek fisik.
z Ketidakhadiran unsur DPRD. Padahal mereka memegang peranan
penting dalam mendukung dan menindaklanjuti pelaksanaan kegiatan
AMPL.
z Alokasi dana yang belum jelas dari
beberapa daerah seperti Jawa Tengah, Sumatera Barat, NTB, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan.
Orientasi TOT MPA dan Pelaksanaan Kebijakan
Semua daerah mengirimkan peserta,
bahkan Banten menambah satu orang
dan Gorontalo menambah dua orang.
Sebanyak dua orang dari Babel dan
Bangka Selatan tidak hadir karena alasan
kesulitan transportasi.
Secara umum, seluruh peserta antusias mengikuti pelatihan. Mereka juga telah membuat rencana kerja pelaksanaan
kebijakan yang akan dibicarakan lebih
lanjut di daerah masing-masing. Berdasarkan evaluasi, 80 persen peserta menyatakan sangat puas dan puas, 2 orang
menyatakan kurang efektif dan terlalu
banyak teori, sisanya menyatakan biasabiasa saja.
Beberapa Temuan Penting
Berdasarkan hasil koordinasi dan kegiatan sampai dengan Juli 2004, beberapa
hal yang perlu ditindaklanjuti dan diantisipasi oleh Pokja AMPL pusat yakni:
z Ada perubahan staf/kontak person di
daerah.
z Ada perbedaan kepentingan di tingkat instansi daerah akibat ketidaktepatan menetapkan personil yang
dikirim ke lokakarya di Yogyakarta.
43
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Secara umum,
seluruh peserta
antusias mengikuti
pelatihan. Mereka
juga telah membuat
rencana kerja pelaksanaan kebijakan
yang akan dibicarakan di daerah
masing-masing.
S EPUTAR WASPOLA
Lokakarya
Kelompok Kerja WASPOLA
44
WASPOLA-1
1. Perubahan Kebijakan
2. Peningkatan Pelayanan
3. Pembelajaran & Komunikasi
4. Pengelolaan proyek
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
WASPOLA-2
1. Pelaksanaan Kebijakan
2. Perubahan Kebijakan
3. Manajemen Pengetahuan (Informasi)
4. Koordinasi & Pengelolaan proyek
S EPUTAR WASPOLA
Pertemuan Tim Pengarah WASPOLA
P
FOTO: DORMARINGAN S.
45
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
S EPUTAR AMPL
Orientasi Methodology for Participatory
Assessment (MPA)/PHAST
bagi Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Daerah
46
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
pai 84 persen.
WASPOLA merupakan proyek hibah
Pemerintah Australia yang dikelola oleh
WSP-EAP Bank Dunia yang tujuannya ingin
meningkatkan kondisi AMPL di Indonesia
melalui reformasi kebijakan AMPL. WASPOLA tahap 1 telah diselesaikan pada tahun
2003, dengan salah satu keluaran utama
adalah Kebijakan Nasional Pembangunan
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Berbasis Masyarakat. Selanjutnya telah disepakati kelanjutan WASPOLA tahap 1, dimulai per 30 Juni 2004 sampai Desember
2008. WASPOLA tahap 2 difokuskan pada
implementasi kebijakan AMPL berbasis masyarakat, dan melanjutkan reformasi kebijakan AMPL dengan fokus pada Kebijakan
Nasional AMPL berbasis lembaga.
Kebijakan Nasional Pembangunan Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat terdiri atas 11 kebijakan
umum yaitu (i) Air merupakan benda sosial
dan benda ekonomi; (ii) Pilihan yang diinformasikan sebagai dasar pendekatan
tanggap kebutuhan; (iii) pembangunan berwawasan lingkungan; (iv) pendidikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS); (v)
keberpihakan pada masyarakat miskin; (vi)
peran perempuan dalam pengambilan
keputusan; (vii) akuntabilitas proses pembangunan; (viii) peran pemerintah sebagai
fasilitator; (ix) peran aktif masyarakat; (x)
pelayanan optimal dan tepat sasaran; (xi)
penerapan prinsip pemulihan biaya.
Basah Hernowo juga menjelaskan
secara ringkas tentang Millennium
Development Goals untuk sektor air minum dan sanitasi yaitu pada tahun 2015,
mengurangi proporsi penduduk yang
tidak memiliki akses terhadap air minum
dan sanitasi dasar. Kesepakatan ini telah
ditandatangani oleh sekitar 193 pemimpin dunia. Bagaimana strategi mencapai
target tersebut masih sedang disusun
oleh Pokja AMPL pusat.
S EPUTAR AMPL
Pokja AMPL Ikuti Pameran
Nusantara Water 2004
FOTO: DORMARINGAN S.
pengunjung.
Lebih dari 200 pengunjung mengunjungi stand pameran berwarna biru abuabu tersebut. Sebagian di antaranya
mengaku terkesan dengan apa yang sedang dilakukan oleh Pokja dan WASPOLA. Bahkan ada pengunjung yang bermi-
47
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
S EPUTAR AMPL
Seminar Teknologi Tepat Guna
48
Pembukaan Seminar
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
Sekilas PUSTEKLIM
S EPUTAR AMPL
49
Bantuan ProAir
berasal dari
bantuan investasi
dari KfW dan
non investasi
dari GTZ.
Rapat ProAir juga berlangsung di
Kabupaten Alor bertempat di kantor
Bappeda setempat, 14 Agustus 2004.
Rapat ini dipimpin oleh ketua Bappeda
dan dihadiri oleh instansi terkait di da-
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
P USTAKA AMPL
BUKU UMUM
MAJALAH
Kota-Kota
Majalah Populer Perkotaan.
Edisi 1, 2004
Politik Air
Air Minum
Majalah yang ditertbitkan oleh
Perpamsi. Edisi 101, Maret 2004
Sinergi Desa Kota
Majalah Pembangunan Perdesaan
dan Perkotaan. Edisi perdana,
Januari 2004.
STUDI
PROSIDING
Subsidy of Self-Respect?
Participatory Total Community
Sanitation in Bangladesh.
Penulis: Kamar Kar
Penerbit: Institute of Development
Studies, Brighton, England
50
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
PA N D U A N
Pedoman Pengelolaan Air Limbah
Perkotaan. Untuk Ekseskutif dan
Legislatif Pemerintah
Kabupaten/Kota. Direktorat
Jenderal Tata Perkotaan dan
Perdesaan. Depkimpraswil.
A GENDA
Tgl
2
Bulan
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
6
9
10
Agustus
Agustus
Agustus
10-11
11
Agustus
Agustus
11-12
12-14
13
16
18
19
19-20
24
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
24-25
Agustus
26-27
Agustus
30
30-31
1-2
2-3
6
Agustus
Agustus
September
September
September
6-7
September
September
15
September
15-16
September
16
September
17-18
September
21
September
22
September
22 September- 8 Oktober
4
Oktober
51
Kegiatan
Rapat Persiapan Nusantara Water 2004 dan Penyebarluasan Informasi tentang Kebijakan Nasional
Pembangunan AMPL
Rapat Sub Tim Air Minum Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga
Rapat Sub Tim Air Limbah Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga
Rapat Pre-Project Coordinating Committee (PCC) WASPOLA
Rapat Rutin Pokja AMPL
Rapat Rutin Pokja AMPL
Rapat Sub Tim Sampah Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga
Rapat Persiapan Pengambilan Sampel Air PDAM
Rapat Rutin Pokja AMPL Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga
Rapat Sub Tim Sampah Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga
Pertemuan Koordinasi ProAir
Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Prop. Sumbar
Rapat PCC WASPOLA
Kick off Meeting ADB, Appraisal Mission Proyek CWSH
Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Pangkep
Advokasi ProAir pada Pemerintah Daerah Kab. Alor
Rapat Rutin Pokja AMPL
Rapat Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga
Rapat Tim Koordinasi Perencanaan Kebijakan Nasional Penanggulangan Banjir
Water Sanitation Discussion Forum Using Wind Power for Water Supply and Irrigation
Ekshibisi Nusantara Water 2004
Rapat Perbaikan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga
Rapat Persiapan Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi ProAir di Denpasar
Seminar Internasional Teknologi Tepat Guna Pengolahan Limbah Cair, Pusteklim
Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Prop. Bangka Belitung
Pertemuan Koordinasi ProAir di Bali
Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Prop. Jawa Tengah
Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Prop. Gorontalo
Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Lebak
Rapat Presentasi Kemajuan Kerja WASPOLA
Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Gorontalo
Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga
Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Bangka Selatan
Wrap-up Meeting misi review KfW mengenai ProAir
Rapat Pokja AMPL mengenai Dana Hibah Sanitasi dari Belanda
Rapat Pokja AMPL - Diskusi mengenai Peningkatan Hygiene di Indonesia
Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Sijunjung
Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Kebumen
Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kab. Gorontalo
Lokakarya dengan tema Global Practices Forum Health in Your Hands : Critical Importance of
Hygiene Improvement for Health, Water and Sanitation Program in Indonesia
Pertemuan Tim Pengarah WSLIC2
Workshop on Community Led Total Sanitation
Rapat WASPOLA tentang kemajuan kerja WASPOLA
Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Prop. Banten
Rapat Rutin Pokja AMPL
Lokakarya Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Prop. Sulawesi Selatan
Rapat Rutin Pokja AMPL
Kick of Meeting Misi Supervisi WSLIC2
Misi Supervisi WSLIC2
Peringatan Hari Habitat di Yogyakarta
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004
GLOSARI
- Aerasi : penambahan zat asam ke dalam air limbah.
- Aerator : peralatan untuk menambah zat asam ke dalam air limbah.
- Akuifer : lapisan pasir di bawah tanah yang mengandung air.
- Back Water : aliran tidak sejajar muka airnya dengan dasar pipa, biasanya ada pembendungan disebelah hilir aliran.
- Bakteri Anaerobic : bakteri yang hidup dalam suasana tanpa zat asam.
- Black Water : air limbah yang berasal dari kakus, berbentuk tinja manusia.
- Capacity Building : meningkatkan kapasitas suatu lembaga dengan pelatihan, dan lain-lain.
- Community Based : program yang melibatkan masyarakat.
- Effluent : limpahan keluar air limbah yang sudah diolah dalam Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).
- Grey Water : air limbah yang berasal dari kamar mandi, bak cuci, dapur (tidak mengandung tinja).
- Hygienic : bersih, sehat dan tidak mengganggu kesehatan.
- In-let : aliran masuk.
E
G
H
I
K
M
O
P
R
S
- Kesadahan : air mengandung bi-karbonat tinggi, sehingga tidak sanggup membilas sabun yang dioles pada badan kita.
- Koagulan : bahan kimia untuk menggumpalkan butiran suspensi, supaya mengendap.
- Kolam Sedimentasi : kolam untuk mengendapkan lumpur dari air limbah.
- Kolam Stabilisasi : kolam untuk melakukan stabilisasi air limbah supaya tidak berbau.
- Manhole : lubang pemeriksaan pipa atau bangunan lain.
- Off-Site : pengolahan air limbah dilakukan di luar (off) kawasan pemukiman warga.
- On-Site : pengolahan air limbah dilakukan di dalam (on) kawasan pemukiman warga.
- Permeabilitas : daya resap air pada lapisan tanah, misalnya dinyatakan dalam cm/hari.
- Purifikasi : memurnikan kembali air limbah terhadap pengaruh pencemaran.
- Real Demand Survey : survey tentang kebutuhan nyata dari penduduk.
- Sanitary Land-fill : mengurug sampah dengan tanah/lumpur, agar tidak mencemari lingkungan.
- Sewerage : jaringan perpipaan untuk menampung air limbah dengan dilengkapi instalasi pengolahan.
- Sumur Rembesan : sumuran berdinding rembes air untuk meresapkan air limbah ke dalam lapisan tanah dalam.
- Tangki Imhoff : tangki yang ditemukan oleh Imhoff (nama orang), untuk mencerna lumpur air limbah.
- Truk Tinja : truk yang dilengkapi dengan tangki dan pompa untuk menyedot lumpur tinja dari tangki septik
di rumah penduduk.
(Disarikan dari Buku Mengolah Air Limbah, Supaya Tidak Mencemari Orang Lain, karya: Ir. S. Hindarko)
52
Percik
Vol. 5 Tahun I/ Agustus 2004