: 1 (satu)
: PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHDAP
PERTUMBUHAN BAKTERI Eschericia coli, Staphi
lococcus aureus, Salmonella thypi
: Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan
Terhadap pertumbuhan bakteri Eschericia coli,
Staphilococcus aureus, Salmonella thypi.
D. TUJUAN
E. DASAR TEORI
1. Mengenal Bakteri
a. Bakteri Eschericia coli
Gambar 1. Bakteri Escherichia coli
(Sumber: Threes Ramadhani, 2011)
Pada umumnya jika kita mendengar kata bakteri, yang langsung terbayang adalah
makhluk amat kecil yang berbahaya karena menyebabkan berbagai penyakit. Bakteri
Escherichia coli adalah salah jenis bakteri yang sering dibicarakan. Cukup banyak
masyarakat yang tahu E. coli namun hanya sebatas bakteri ini adalah penyebab infeksi
saluran pencernaan. Namun banyak sebenarnya yang patut diketahui dari bakteri ini.
Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama bakteri
gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat
ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa,
seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada
manusia. E. Coli yang tidak berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi
vitamin K2, atau dengan mencegah baketi lain di dalam usus. E. coli banyak digunakan
dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gengen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih karena pertumbuhannya
sangat cepat dan mudah dalam penanganannya. Banyak industri kimia mengaplikasikan
teknologi fermentasi yang memanfaatkan E. coli. Misalnya dalam produksi obat-obatan
(insulin, antiobiotik), high value chemicals (1-3 propanediol, lactate). Secara teoritis, ribuan
jenis produk kimia bisa dihasilkan oleh bakteri ini asal genetikanya sudah direkayasa
sedemikian rupa guna menghasilkan jenis produk tertentu yang diinginkan. Jika mengingat
besarnya peranan ilmu bioteknologi dalam aspek-aspek kehidupan manusia, maka tidak bisa
dipungkiri juga betapa besar manfaat E. coli bagi kita.( ThReeS RamadhAni, 2011:1)
b. Bakteri Staphilococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri berbentuk bulat yang terdapat dalam
bentuk tunggal, berpasangan, tetrad atau berkelompok seperti buah anggur, jenis tidak
bergerak, tidak berspora, dengan diameter 0.7 0.9 um, famili micrococcaceae dan termasuk
gram positif. Pembentukan kelompok pada staphylococcus karena pembelahan sel terjadi
dalam tiga bidang dan sel - sel anaknya cenderung untuk tetap berada di dekat sel induknya.
Gambar 2. Bakteri Stapilococcus aureus
(Sumber: Ratu Belqis, 2008)
Nama bakteri ini berasal dari bahasa latin Staphele yang artinya anggur. Beberapa
spesies memproduksi pigmen berwarna kuning sampai oranye, misalnya staphylococcus
aureus. 50 % penduduk membawa staphylococcus aureus dalam saluran pernafasan yaitu
hidung dan kerongkongan. Daerah penyebarannya meliputi udara, debu, bahan - bahan
pakaian ( pakaian jadi, tempat tidur dan kerajinan tangan ), lantai, air, sampah dan serangga.
Staphylococcus aureus biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang
dikonsumsinya, tangan, kontaminasi dan keracunan pangan oleh staphylococcus aureus dapat
juga disebabkan kontaminasi silang. Organisme dengan mudah berpindah ke kulit terutama
tangan dan rambut. Staphylococcus juga biasa menginfeksi luka, bisul dan luka terbuka.
Organisme tersebut juga dijumpai pada hewan lembu dan kambing serta dalam susu segar.
Staphylococcus aureus disebarkan oleh pengelola pangan, selama pemasakan dan
penyimpanannya. Penanganan pangan dengan tangan yang tidak menggunakan peralatan
memadai merupakan cara penyebaran yang paling umum, terutama jika orang yang
menangani pangan mengalami infeksi atau luka pada tangannya. Batuk dan bersin dekat
dengan pangan dapat menyebabkan kontaminasi. Rambut yang jatuh pada makanan atau
menggantung (terurai) dekat dengan makanan juga dapat menimbulkan bahaya. Sebagian
besar pencemar staphylococcus aureus berasal dari susu murni. Staphylococcus aureus dapat
mencemari makanan dalam penyimpanan bersuhu 40 C sampai 600 C dalam jangka waktu
yang lama, proses pasteurisasi, pemanasan ultra tinggi dan pemasakan normal tidak mampu
merusak enterotoksin staphylococcus aureus, dikarenakan relatif stabil dengan panas dan
mampu bertahan pada pemanasan suhu air mendidih 100 0 C selama 10 menit.
Bakteri staphylococcus aureus mempunyai beberapa sifat yaitu:
1) Pathogen
Phatogen yaitu menyebabkan penyakit tipe toksin.
2) Memproduksi enterotoksin
Enterotoksin adalah toksin yang spesifik terhadap sel di dalam sel usus halus dan
menimbulkan gejala keracunan makanan. Toksinnya dapat bertahan pada suhu air mendidih
100 0 C selama 10 menit. Bakter staphylococcus aureus mudah mati karena panas , pemanasan
pada suhu 660 C selama 10 menit.
3) Memproduksi koagulase
Koagulase yaitu bersifat menggumpalkan plasma.
4) Proteolitik, Lipolitik dan betahemolitik
- Proteolitik : bersifat menguraikan protein menjadi asam amino (senyawa Nitrogen).
- Lipolitik : bersifat menghidrolisis lemak menjadi asam lemak (penguraian molekul dengan
-
penambahan air).
Betahemolitik : proses lisis yang sempurna menyebabkan perubahan nyata pada media
(jernih).
5) Aerob fakultatif
Aerob fakultatif yaitu mampu tumbuh dalam lingkungan dengan atau tanpa oksigen (O 2).
c.
Menurut Jessy (2013:1), cara penularan umumnya masuk ke mulut karena makanan, jari
tangan / kuku kotor (apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan) dengan masa
inkubasi rata-rata 7 - 14 hari setelah terinfeksi. Setelah berkembang biak kemudian
menembus dinding usus menuju saluran limfa, masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu
24-72 jam. Gejala klinis yang ditemukan setelah lewat masa inkubasi adalah demam tinggi,
biasanya suhu badan dimalam hari lebih tinggi daripada siang hari, dan terus menerus hingga
dapat mencapai 3 mingguan. Selain panas tinggi, juga tercium bau mulut yang tidak sedap.
Perut sering kembung, dan konstipasi (tidak buang air besar selama beberapa hari).
Penanganan yang tidak baik dapat menyebabkan kehilangan kesadaran. Apabila tidak segera
ditangani akan menimbulkan komplikasi yang cukup parah baik organ usus maupun selain
usus. Penanganan umumnya, jika kondisi pasien tidak berat dan didiagnosa oleh dokter
sebelum demam lebih dari 3 minggu, umumnya masih dapat dirawat di rumah. Namun
kondisi harus selalu diawasi jika mendadak suhu turun, nadi meninggi,dan perut mulas
melilit. Tujuan utama adalah beristirahat total di tempat tidur (bed rest), tidak banyak
bergerak serta banyak minum.
2. Faktor-Faktor Lingkungan Yang Dapat Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba
Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi mikroba dibagi atas faktor-faktor abiotik
dan faktor-faktor biotik.
a. Faktor abiotik
1) Faktor-faktor alam, terdiri atas :
a) Pengaruh temperatur
Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan. Beberapa jenis
mikroba dapat hidup pada daerah yang bertemperatur yang luas , sedangkan jenis yang
lainnya pada daerah yang terbatas. Pada umumnya batas daerah temperatur bagi kehidupan
mikroba terletak antara 0oC sampai 90oC dan kita kenal adanya temperatur minimum,
optimum, dan maksimum. Daya tahan mikroba terhadap temperatur tidak sama untuk tiaptiap species.(Dzulqar_humble's site, 2010:1)
Menurut Made (2011:1), Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan maksimumnya,
mikroba dapat digolongkan kedalam 3 kelompok, yaitu:
i. Mikroba termofilik (politermika), yaitu bakteri yang mampu tumbuh
dengan batas temperatur minimum dan maksimum antara 40 0C sampai 800C, sedangkan
temperatur optimumnya 550C sampai 650C.