Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan
Tujuan diagnosa dan perawatan pendahuluan mempunyai arti yang penting
terhadap suksesnya pembuatan gigi tiruan untuk kebutuhan pasien. Diagnosa dan
perawatan pendahuluan pada

pembuatan

gigi tiruan mempunyai beberapa

pertimbangan :
1. Membentuk kesehatan jaringan periodontal.
2. Pemulihan gigi pasien.
3. Pemulihan dan mengahrmoniskan hubungan oklusal.
4. Penggantian dari gigi yang hilang.
Jika pasien langsung dirawat tanpa melakukan diagnosa dan perawatan
pendahuluan, maka kegagalanlah yang akan dihadapi. Selain diagnosa dan
perawatan pendahuluan, ada hal-hal yang sama pentingnya, yaitu:
1

Penjelasan kepada pasien mengenai gigi tiruan yang akan dibuat,


sehingga pasien mengerti akan kegunaan gigitiruan tersebut.

Memastikan kebutuhan gigi tiruan untuk pasien.

Keinginan pasien yang berhubungan dengan kebutuhannya.

Hubungan rencana perawatannya dengan kebutuhannya.

Mendiagnosa pasien berarti melakukan anamnese dan pemeriksaan


terhadap pasien. Anamnese yaitu menanyakan kepada pasien mengenai
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gigitiruan yang akan
dipakainya.

2.1.1 Pemeriksaan Subyektif


Pemeriksaan subyektif setidak-tidaknya berkaitan dengan 7 hal, yakni
identitas pasien, keluhan utama, present illness, riwayat medik, riwayat dental,
riwayat keluarga, dan riwayat social (Abu bakar, 2011).
2.1.2 Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan obyektif yang dilakukan secara umum ada dua macam, yaitu
pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intra oral.
a. Pemeriksaan Ekstra Oral
3

Pemeriksaan ekstra oral ini bertujuan untuk melihat penampakan secara umum
dari pasien misalnya, pembengkakan di muka dan leher, pola skeletal, kompetensi
bibir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara palpasi limfonodi, otot-otot mastikasi
dan pemeriksaan TMJ (Temporo Mandibular Joint).
1. Pemeriksaan Limfonodi
Pemeriksaan limfonodi dengan palpasi dapat dilakukan pada bagian kepala
leher dengan area seperti terlihat pada gambar.
Limphonodi kepala dan leher
Submental
Submaxilary
Parotid
Preauriculer
Subdigastric
Nodi lymphaticy cervicales
Nodi lymphaticy supra claviculares
Nodi lymphatici post auriculares
Gambar 1.2. Limfonodi kepala dan leher
(Sumber : buku Oral And Maxilofacial Medicine, The Basis Of Diagnosis And
Treatment, Second Edition, Elsevier Churchill Livingstone,Scullly. C, 2008
")
2. Pemeriksaan Otot-Otot Mastikasi
Untuk melakukan palpasi pada otot/musculus, maka teknik palpasi yang
dilakukan tergantung dengan otot mastikasi (pengunyahan).
3. Pemeriksaan Temporo Mandibular Joint (TMJ)
Dalam melakukan pemeriksaan TMJ, seorang dokter gigi dapat melakukan
palpasi pada bagian pre aurikuler pasien dengan menggunakan jari telunjuk
atau menggunakan stetoskop untuk mendengarkan adanya kliking atau
krepitasi.
b. Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan intra oral merupakan pemeriksaan yang dilakukan dalam rongga
mulut. Pemeriksaan intra oral berkaitan dengan gigi dan jaringan sekitar (jaringan
lunak maupun jaringan keras). Beberapa gambaran yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan intraoral ada dalam tabel berikut (Grosmman, 1995) :

Bagian

yang Gambaran yang dapat ditemukan

diperiksa
Bibir

Sianosis (pada pasien dengan penyakit respirasi


atau jantung), angular cheilitis, fordyce spots,

Mukosa labial
Mukosa bukal

mucocele
Normalnya tampak lembab dan prominent.
Kaca mulut dapat digunakan untuk melihat mukosa
bukal dalam keadaan normal kaca mulut licin bila
ditempelkan dan diangkat. Bila menempel di

Dasar

mulut

mukosa, maka bisa disimpulkan adanya xerostomia


dan Bila terdapat adanya benjolan, maka kemungkinan

bagian ventral lidah permulaan penyakit tumor


Bagian Dorsal Lidah Tes
indra pengecap

dapat

dilakukan

dengan mengaplikasikan gula, garam, dilusi asam


asetat asam dan 5% asam sitrat pada lidah dengan
menggunakan cotton bud atau cotton swab. Dengan
menggunakan kaca mulut dapat dilihat keadaan
Palatum

posterior lidah, orofaring, tonsil


(palatum Rugae terletak pada papila incisivus. Bisa dilihat

keras dan palatum pula adanya benjolan atau tidak. Pada palatum
lunak)
Gingiva

dapat dilihat adanya tidaknya torus palatina.


Gingiva sehat tampak datar, pink pucat, permukaan

Gigi Geligi

stipling.
Dilihat adanya ekstra teeth (supernumary teeth),
kurang gigi (hypodontia, oligodontia), atau tidak
ada gigi sama sekali (anodontia), karies, penyakit
periodontal, polip, impaksi, malformasi, hipoplasi,
staining, kalkulus, dan kelainan gigi lainnya

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang


a. Radiografi
Dental radiografi memegang peranan penting dalam menegakkan diagnosis,
merencanakan perawatan, dan mengevaluasi hasil perawatan untuk melihat

keadaan gigi secara utuh. Dalam mempelajari radiologi oral ada 2 hal yang perlu
diperhatikan, yakni :
1. Teknik atau cara untuk mendapatkan hasil yang optimal, dan
2. Interpretasi atau menafsirkan radiogram yang telah dibuat.
Ada dua macam radiografi yang digunakan dalam kedokteran gigi, yaitu:
1. Radiografi intraoral ; teknik periapikal, teknik bite wing atau sayap gigit,
teknik oklusal.
2. Radiografi ekstra oral ; panoramic, oblique lateral, posteroanterior (PA) jaw,
reverse towns projection.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk evaluasi pasien dengan sakit
atau tanda dan gejala pada orofasial yang menjurus ke arah penyakit otorinologik,
kelenjar saliva atau penyakit jaringan adneksa lainnya.
Prosedur laboratorium biasanya dikelompokkan menurut divisi dari
pelayanan laboratorium yang melakukan satu kelompok tes tertentu, yaitu
hematologi, kimia darah, urinalisis, histopatologi dan sitologi, mikrobiologi dan
imunologi.
1. Pengambilan specimen darah
Specimen darah kapiler, vena, dan arteri semuanya segera digunakan
untuk melakukan pemeriksaan hematologi dan kimia darah. Pemilihannya
tergantung pada nilai apa yang dibutuhkan. Berikut ini adalah tabel yang
menunjukkan nilai normal dari pemeriksaan yang dilakukan.

2. Pemeriksaan Biopsi
Dalam rongga mulut, pemeriksaan biopsi digunakan untuk mengukuhkan
suatu diagnosis dari keganasan kelainan klinis yang dicurigai dan sebagai
penunjang diagnosa dalam mengevaluasi kelainan.

2.2 Prostodonsia
Adalah

cabang

penanggulangan

ilmu

kedokteran

masalah

fungsi

gigi

yang

sistem

berhubungan
stomatognatik

dengan
akibat

kerusakan/kelainan/kehilangan gigi dan atau jaringan sekitarnya dengan gigi


tiruan yang memenuhi syarat kesehatan, sehingga menunjang kesehatan umum,
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, kenyamanan, penampilan, pengunyahan
serta kemampuan berbicara.
2.2.1 Akibat Kehilalangan Gigi
Akibat kehilangan gigi antara lain (Abu Bakar, 2012) :
1

Migrasi dan rotasi


Hilangnya kesinambungan lengkungan gigi dapat menyebabakan pergeseran

yaitu miring atau berputarnya gigi sehingga tidak kuat menahan beban misalnya,
beban penguyahan, hal ini dapat merusak struktur periodontal dan gigi mudah
karies.
2 Erupsi berlebih dari gigi antagonis
Pada gigi yang tertinggal akan mengalami erupsi berlebih kearah daerah gigi
yang hilang.
3 Ganguan pada TMJ
Kehilangan gigi terutama pada posterior dapat menyebabakan berubahnya
4

kondisi TMJ.
Terganggunya kebersihan mulut
Pada kehilangan gigi terdapat celah antar gigi sehingga makanan dapat

masuk, lama-lama menimbulkan plak dan akhirnya karies.


5 Beban berlebih pada jaringan pendukung
Pada kasus kehilangan gigi, maka jumlah gigi akan berkurang dan
menyebabkan berkurannya daya tahan terhadap tekanan dan oleh karena itu
jaringan pendukung bebannya menjadi bertambah, hal ini menyebabkan
kerusakan membrane periodontal yang pada akhirnya menyebabakan gigi-gigi
tersebut menjadi goyah.
6 Kelainan berbicara
Labio dental adalah huruf yang diucapkan antara lidah dengan gigi depan
atas. Apabila kehilangan gigi depan maka beberapa huruf, seperti huruf F, V, PH
tidak dapat terucap dengan baik, demikian juga huruf linguo-dental.

Menurunnya relasi mandibula dan maksila serta terjadinya angular chelitis


Hal ini biasanya terjadi pada pasien dengan edentulous. Di mana pasien

tersebut kehilangan gigi secara menyeluruh dan berakibat pada menurunya realsi
mandibula dan maksila serta terlipatnya daerah commisura yang menyebabkan
mudahnya bakteri dan jamur melakukan infeksi dan mengakibatkan terjadinya
angular cheilitis
2.3 Gigi Tiruan Cekat (GTC)
Gigi tiruan cekat merupakan piranti prostetik permanen yang melekat pada
gigi yang masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis
restorasi ini telah lama disebut dengan gigi tiruan jembatan (Arifin, 2000).
2.3.1 Komponen GTC
Gigi tiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik, retainer,
konektor, dan abutment, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a

Pontik
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang
hilang dan berfungsi untuk mengembalikan:
Fungsi kunyah dan bicara
Estetis
Comfort (rasa nyaman)
Mempertahankan hubungan antar gigi tetangga mencegah migrasi /
hubungan dengan gigi lawan ektrusi

Macam-macam pontik, antara lain :


1) Pontik Sanitary
Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak sama sekali dengan
linggir alveolus sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik
dengan linggir alveolus (1-3 mm), dan permukaan dasar pontik
cembung dalam segala aspek. Tujuan pembuatan dasar pontik ini
adalah agar sisa-sisa makanan dapat dengan mudah dibersihkan.
Adanya bentuk pontik yang demikian mengakibatkan kekurangan

dalam hal estetis sehingga hanya diindikasikan untuk pontik posterior


rahang bawah(Arifin, 2000).

Gambar 7. Pontik Sanitary


2) Pontik Ridge Lap
Bagian labial/bukal dari dasar pontik berkontak dengan linggir
alveolus sedangkan bagian palatal menjauhi linggir ataupun sedikit
menyentuh mukosa dari linggir. Hal ini mengakibatkan estetis pada
bagian labial/bukal lebih baik, dan mudah dibersihkan pada bagian
palatal. Walaupun demikian menurut beberapa hasil penelitian, sisa
makanan masih mudah masuk ke bawah dasar pontik dan sulit untuk
dibersihkan. Pontik jenis ini biasanya diindikasikan untuk jembatan
anterior dan posterior(Arifin, 2000).

3) Pontik Conical
Pontik conical

Root
root

biasanya
diindikasikan untuk jembatan imediat yang dibuatkan atas permintaan
pasien yang sangat mengutamakan estetis dalam kegiatan sehari-hari.
Pontik ini dibuat dengan cara bagian dasar pontik masuk ke dalam
soket gigi yang baru dicabut kira-kira 2 mm. pontik ini dipasang segera
setelah dilakukannya pencabutan dan pada pembuatan ini tidak
menggunakan restorasi provisional.4

B Retainer
Adalah restorasi tempat pontik dicekatkan. Retainer direkatkan dengan semen
pada gigi penyangga yang telah dipersiapkan dan berfungsi sebagai stabilisasi dan
retensi (Arifin, 2000).

10

a. Retainer ekstrakorona : retainer yang retensinya berada dipermukaan luar


mahkota gigi penyangga
i. Full-veneer Crown Retainer
Indikasi:
- Tekanan kunyah normal/ besar
- Gigi-gigi geligi yang pendek
- Intermediare abutment paska perawatan periodontal
- Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang
Keuntungan:
- Indikasi luas
- Memberikan retensi dan resistensi yang terbaik
- Memberikan efek splinting yang terbaik
Kerugian:
- Jaringan gigi yang diasah lebih banyak
- Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)
ii. Partial-veneer Crown Retainer
Indikasi:
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
- Tekanan kunyah ringan / normal
- Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal
- Salah satu gigi penyangga miring
Keuntungan:
- Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit
- Estetis lebih baik daripada FVC retainer
Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kesejajaran preparasi antara gigi penyangga sulit
- Kemampuan dalam hal retensi dan resitensi kurang
- Pembuatannya sulit (dalam hal ketepatan)
b

Retainer intrakorona : retainer yang retensinya berada dibagian dalam


mahkota gigi penyangga.

11

Bentuk: Inlay MO/DO/MOD dan Onlay


Indikasi:
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
- Tekanan kunyah ringan atau normal
- Gigi penyangga dengan karies klass II yang besar
- Gigi penyangga mempunyai bentuk/ besar yang normal
Keuntungan:
- Jaringan gigi yang diasah sedikit
- Preparasi lebih mudah
- Estetis cukup baik
Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi
- Mudah lepas/patah
c

Retainer dowel crown : retainer yang retensinya berupa pasak yang telah

disemenkan ke saluran akar yang telah dirawat dengan sempurna.


Indikasi:
- Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
- Tekanan kunyah ringan
- Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi
Keuntungan:
- Estetis baik
- Posisi dapat disesuaikan
Kerugian:
- Sering terjadi fraktur akar
C. Konektor
Adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor harus dapat
mencegah distorsi atau fraktur selama gigi tiruan berfungsi (Arifin, 2000).
a Konektor rigid : konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan
pada komponen GTC. Merupakan konektor yang paling sering digunakan
untuk GTC. Konektor rigid dapat dibuat dengan cara:
Pengecoran (casting) : penyatuan dua komponen GTC dengan satu

kali proses tuang


Penyolderan (soldering) : penyatuan dua komponen GTC dengan

penambahan logam campur (metal alloy) yang dipanaskan.


Pengelasan (welding) : penyatuan komponen GTC dengan pemanasan
dan/atau tekanan.

12

Konektor nonrigid : konektor yang memungkinkan pergerakan terbatas pada


komponen GTC. Diindikasikan bila terdapat pier/intermediate abutment
untuk penggangti beberapa gigi yang hilang. Konektor nonrigid bertujuan
untuk mempermudah pemasangan dan perbaikan (repair) GTC. Contohnya

adalah dovetail dan male and female.


D. Abutment
Adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk menahan
gigi tiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah membran
periodontal, panjang serta jumlah akar.

Single abutment : hanya mempergunakan satu gigi penyangga.

Double abutment : bila memakai dua gigi penyangga.

Multiple abutment : bila memakai lebih dari dua gigi penyangga.

Terminal abutment : merupakan gigi penyangga paling ujung dari


diastema.

Intermediate / pier abutment : gigi penyangga yang terletak


diantara dua diastema (pontics).

Splinted abutment : penyatuan dua gigi penyangga pada satu sisi


diastema

Double splinted abutment : splinted abutment pada kedua sisi


diastema (Arifin, 2000).

2.3.2 Macam Gigi Tiruan Cekat


1. Mahkota tiruan (Artificial crown/Full crown)
Adalah restorasi yang menggantikan sebagian atau seluruh bagian jaringan
mahkota gigi yang sudah rusak/hilang, dipasang secara pemanen dengan semen.
Berdasarkan banyaknya jaringan permukaan mahkota gigi atau jaringan mahkota
gigi yang digantikan, maka dibedakan atas :
1. Mahkota tiruan penuh (Full Veneer Crown)
2. Mahkota tiruan sebagian (Partial Veneer Crown)
3. Mahkota tiruan pasak (Dowel/Post and Core Crown

13

2. Gigi tiruan jembatan


Adalah gigi tiruan sebagian yang direkatkan dengan semen secara
permanen pada satu atau beberapa gigi penyangga yang telah disiapkan untuk
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang
2.3.3 Macam Desain GTC
Adapun 6 macam desain dari GTC yang perbedaannya terletak pada
dukungan yang ada pada masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini adalah:
a

Fixed-fixed bridge
Semua komponen digabungkan secara rigid, dengan cara penyolderan setiap
unit individual bersama atau menggunakan satu kali pengecoran. Memiliki
dua atau lebih gigi penyangga. GTC tipe ini menghasilkan kekuatan dan
stabilitas yang sangat baik dan juga mendistribusikan tekanan lebih merata
pada restorasi. Serta memberikan efek splinting yang sangat baik.
Diindikasikan pada span pendek, atau untuk splinting pada gigi goyang
dengan kondisi periodontal kurang baik.
Indikasi Penggantian 1 3 gigi yang saling bersebelahan; Pasien yang
punya tekanan kunyah normal kuat; Gigi penyangga tidak terlalu besar.;
Gigi penyangga derajat goyangnya 1 (normal).
Kontra-Indikasi Pontics/span yang terlalu panjang; Gigi penyangga
memiliki kelainan periodontal atau karies esktensif; Pasien yang masih muda
dengan ruang pulpa besar.
Keuntungan Memiliki indikasi terluas dari semua jenis GTJ; Punya efek
splinting terbaik dan karenanya sering digunakan sebagai perawatan
penunjang periodontal.
Kerugian Jika span terlalu panjang terjadi resiko adanya gaya
ungkit/bent/efek flexural. Hal ini terjadi pada saat makan, bolus makanan
berada baik di gigi penyangga atau berada di tengah span/pontik.

14

Semi fixed bridge


Pada jenis ini, gaya yang datang dibagi menjadi dua, menggunakan konektor
rigid dan non rigid sehingga tekanan oklusi akan lebih disalurkan ke tulang
dan tidak dipusatkan ke retainer. GTC tipe ini memungkinkan pergerakan
terbatas pada konektor diantara pontik dan retainer. Konektor tersebut dapat
memberikan dukungan penuh pada pontik untuk melawan gaya oklusal
vertikal, dan memungkinkan gerakan terbatas pada respon terhadap gaya
lateral. Hal ini mencegah gerakan gerakan satu retainer yang mentransmisikan
gaya torsional secara langsung ke retainer lainnya sehingga dapat
menyebabkan lepasnya retainer. Diindikasikan pada span panjang dan jika
terdapat pier/intermediate abutment pada pengganti beberapa gigi yang hilang.
Syarat: Tekanan kunyah normal/ringan dan ukuran abutment normal.
Konstruksi: Non-rigid Connector di mesial diastema untuk mencegah
tertariknya key karna gaya ACF.
Indikasi Salah satu abutment miring >20 atau intermediate abutment;
Kehilangan 1 atau 2 gigi dengan salah satu gigi penyangga vital; Kehilangan
2 gigi dengan gigi penyangga intermediate.
Keuntungan Adanya konektor non-rigid mencegah terjadinya gaya ungkit
sebagaimana yang terjadi pada GTJ rigid-fixed; Preparasi tidak terlalu
ekstensif sehingga pasien yang ruang pulpanya besar tidak menjadi masalah;
Prosedur sementasi bertahap sehingga jika terjadi kesalahan tidak semua unit
harus diulang.
Kerugian Pembuatan relatif sulit, terutama keakuratan kedua unit retainer;
Harganya relatif lebih mahal; Efek splinting kurang; Risiko fraktur pada
kunci tinggi.

Cantilever bridge

15

Suatu gigitiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau
lebih abutment. Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi
beban oklusal dari gigitiruan. GTC tipe ini tidak diindikasikan untuk daerah
dengan beban oklusal besar. Apabila terkena gaya lateral, maka gigi
penyangga akan tipping, rotasi, atau drifting. Tidak diindikasikan pula pada
penggantian gigi dengan gigi penyangga nonvital sebagai terminal abutment.
GTC tipe ini diindikasikan untuk pengganti satu gigi yang hilang.
Syarat: tekanan kunyah ringan, abutment sehat, dukungan tulang baik.
Keuntungan Desain sederhana, pembuatannya mudah namun hasil
maksimal; Jaringan yang rusak tidak banyak; Estetika paling baik karena
kesederhanaan desainnya serta menggunakan full-porcelain crown.
Indikasi Regio anterior, khususnya gigi I2 yang beban oklusal kecil.
Kontra-Indikasi Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban
oklusalnya tidak terlalu besar.
Kerugian Punya daya mengungkit yang dapat merusak jaringan
periodonsium (baik tulang maupun mukosa); Terjadi rotasi palato-labial,
namun hal ini jarang terjadi karena adanya keseimbangan jaringan mukosa
bibir, pipi, dan lidah; Indikasi sangat terbatas.
d

Spring cantilever bridge


Suatu gigitiruan yang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan ke gigi
atau penyangga gigi. Loop atau bar tersebut menghubungkan retainer dan
pontik dipermukaan palatal. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai
penghubung ini dapat dari berbagai panjang, tergantung pada posisi dari
lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang hilang. Lengan
dari bar mengikuti kontur dari palatum untuk memungkinkan

adaptasi

pasien. Jenis gigitiriruan ini digunakan pada pasien yang kehilangan gigi
anterior dengan satu gigi yang hilang atau terdapat diastema di sekitar
anterior gigi yang hilang.
Indikasi Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi
pilihan terbaik karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontics
sehingga tidak terlalu terlihat jika menggunakan logam; Gigi dalam 1 regio

16

tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai gigi penyangga, baik karena


faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena faktor fisik retainernya;
Jika diperlukan adanya diastema (umumnya faktor estetik).
Kontra-Indikasi Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek
sehingga kurang retentif untuk dijadikan penyangga; Pada gigi di mandibula;
Bentuk palatal tidak memungkinkan, entah karena adanya torus atau
bentuknya yang terlalu dangkal/dalam. Selain alasan fungsional, faktor estetik
juga menjadi masalah; Gigi penyangga tidak memiliki kontak proksimal,
menyebabkan gigi berisiko bergerak.
Keuntungan Mendapat hasil estetika yang sangat baik; Waktu kunjungan
relatif lebih singkat; Desain umumnya disambut baik oleh pasien karena
faktor estetika dan kekuatan yang tahan lama; Tingkat kegagalan rendah
selama preparasi dan pembuatannya benar.
Kerugian Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada gaya
yang cukup besar seperti trauma atau sering bergerak atau bahkan secara
alami; Meskipun waktu kunjungan singkat, waktu pembuatan cukup lama dan
kompleks serta butuh keahlian.
e

Compound bridge
Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat dan
bersatu menjadi suatu kesatuan. Diindikasikan pada pengganti gigi hilang
yang membutuhkan gabungan beberapa tipe GTC.

2.3.4 Bahan GTC


a) Pontik
Pontik dapat terbuat dari metal-keramik, cast metal, dan yang sudah jarang
dipakai adalah resin akrilik yang dilapisi metal. Semua bahan material pontik
dapat toleran dengan jaringan gigi walaupun terkadang terjadi inflamasi pada
jaringan gingival. Porselen mudah dibersihkan dan higienis, dan beberapa klinisi
telah menganjurkan glazed porcelain yang harus menyentuh edentulous ridges.
Karena sifat porus resin, dan kesulitan dalam pemeliharaan permukaan yang
terpolis, resin tidak digunakan pada pontik dekat jaringan. Porselen yang terpolis
baik dan emas dengan tampilan seperti kaca dianjurkan untuk kontak jaringan.

17

All porcelain bridge


Bahan porselen adalah bahan yang sangat populer saat ini. Kelebihannya
adalah pilihan gradasi warna yang sangat estetis dan permukaannya
mengkilat. Bahan porselen sulit dibedakan dengan gigi yang asli.
Kekuatannya lebih besar daripada akrilik tetapi tidak sekuat logam.
Kekurangan dari bahan porselen ini bersifat rapuh dan sehingga tidak dapat
diasah dan tidak dapat diletakkan pada permukaan kunyah gigi belakang.
Biasaya juga digunakan untuk gigi yang memerlukan estetik tinggi. Bahan
porselen ini tidak cocok digunakan pada pasien dengan kebiasaan buruk
bruxism karena gesekan yang terus menerus dengan gigi antagonisnya akan
menyebabkan porcelain cepat pecah.

All metal bridge


Gigi tiruan permanen yang terbuat dari logam atau emas mempunyai
kekuatan yang sangat bagus bahkan dapat bertahan sampai bertahun-tahun,
keuntungan yang lain adalah logam dan emas tidak korosif dan tidak berkarat.
Tetapi gigi tiruan dari bahan logam dan emas tampilan warnanya sangat
berbeda dengan gigi asli. Biasanya diindikasikan pada gigi posterior dan
kontraindikasinya adalah gigi abutmen yang digunakan mempunyai ketebalan
dentin yang kecil.
Keuntungan:
> Metode simple karena struktur gigi yang dkurangin lebih minimal.
> Lebih tahan lama pada saat tekanan berat seperti menggigit dan
mengunyah.
> Mudah menyesuaikan sesuai daerah di mana gigi dan mahkota
memenuhi
> Sehat lingkungan untuk jaringan gusi
Kerugian:
> Estetik kurang karena warna gigi tidak seperti gigi asli.
3. Kombinasi (porselen dan metal)
Porcelain fuse to metal adalah jenis hibrida antara mahkota logam dan
mahkota porselen. Mereka terutama dipilih untuk gigi depan tetapi tidak
menutup kemungkinan juga digunakan pada gigi posterior. Porcelen fuse to
metal ini lebih kuat daripada all porselen bridge. Meskipun porcelen fuse to

18

metal dipilih untuk penampilan yang sangat baik karena keestetikannya, ada
beberapa kelemahan utama yang terkait dengan logam menyatu di dalamnya.
Berikut adalah beberapa kelemahan dicatat oleh pengguna dan dokter gigi
mahkota ini:
Ketidaknyamanan-gigi mungkin sensitif setelah prosedur. Jika gigi
dimahkotai masih mengandung beberapa saraf, saraf yang akan sensitif

terhadap panas dan dingin.


Ada beberapa kasus di mana permukaan mahkota menciptakan keausan
pada gigi antagonisnya. Hal ini kadang-kadang menjadi begitu menonjol
sehingga tidak dapat diawasi. Bagian porselen bisa terkelupas mati dan
logam yang mendasari dapat terlihat sebagai garis gelap.

4. In Ceram (keramik bridge)


Terbuat dari porselen alumina yang sangat tangguh. Memiliki estetika
yang sangat baik dan cukup kuat untuk dapat disemen dengan semen gigi
tradisional.
SPINELL - untuk kasus anterior unit tunggal yang memerlukan estetika
unggul dan tembus.
ALUMINA - untuk posterior unit tunggal dan kasus anterior, dan sampai
restorasi 3-unit jembatan.
Zirkonia - untuk posterior unit tunggal dan kasus anterior, dan sampai
restorasi 5-unit jembatan.
b) Bahan Cetak
Pada istilah GTC, cetakan merupakan sebuah hasil cetak negatif dari satu atau
beberapa gigi, dan struktur di sekitarnya, yang diperoleh dari insersi dari sebuah
baki berisi (loaded tray) dengan bahan plastis pada mulut pasien yang akan diubah
menjadi bahan elastis atau keras (hard material compound impression material)
pada waktu yang tepat setelah setting (perubahan kimia atau fisika) yang jika
dicampur dengan bahan die yang sesuai akan menghasilkan cetakan duplikat
positif atau replika, sebuah model atau working cast yang disebut sebagai indirect
technique wax pattern fabrication. Bahan cetak telah dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan dokter gigi atas konstruksi pola malam indirek daripada
teknik direk berkaitan dengan keterbatasan penggunaannya, dan beberapa

19

keperluan penting lainnya yang harus ada pada bahan cetak untuk menghasilkan
cetakan yang akurat.
2.3.5 Indikasi dan Kontraindikasi GTC
beberapa indikasi dan kontraindikasi dalam perawatan gigi tiruan jembatan
yaitu :
1. Usia penderita : 20 s/d 50 tahun
Kontra indikasi untuk usia dibawah 20 tahun karena:
Foramen apikal yang masih terbuka dan bisa fraktur
Saluran akar masih lebar sehingga preparasi terbatas
Proses pertumbuhan masih aktif dapat dilihat pertumbuhan gigi
dengan rontgen
- Dapat menghambat pertumbuhan tulang
Kontraindikasi untuk usia diatas 50 tahun karena:
- Sudah terjadi resesi gingiva dan terlihat servikal gigi
- Terjadi perubahan jaringan pendukung & resobsi tulang alveolar

2.

secara fisiologis
- Kelainan jaringan yang bersifat patologis
Sikap penderita dan kondisi fisiologis
Yang terpenting dalam menentuan dibuat tidaknya suatu jembatan pada
seorang penderita adalah sikapnya terhadap pearwatan gigi serta

motivasinya.
Watak pasien terbagi dalam tahap-tahap psikologis saat anamnesa yaitu:
- Klas 1 : Filosofi (pasien kooperatif)
- Klas 2 : Pasien banyak bicara dan ingin tahu (exciting)
- Klas 3 : Histerical
- Klas 4
:
Indeferen (acuh tak acuh, pada
3.

pasien ini harus banyak komunikasi)


Kondisi keuangan, pendidikan, dan pekerjaan
Keuangan dapat juga menjadi pertimbangan. Pada umumnya gigi tiruan
lepasan lebih murah dibanding jembatan, tingkat pendidikan, wawasan

4.

dan intelektualitas berpengaruh dalam merencanakan suatu perawatan.


Penyakit sistemik
Pada penderita dengan epilepsi sebaiknya direncanakan pembuatan
jembatan daripada gigi tiruan lepasan, sebab kemungkinan dapat terjadi
fraktur pada gigi tiruan lepasan tersebut, dan kemungkinan dapat tertelan,

20

bila penyakit sedang kambuh. Penyakit sistemik lainnya seperti penyakit


5.

jantung.
Kondisi Periondisium
Harus dipastikan melalui hasil foto rontgen bahwa tidak ada kelainan
pada periodonsiumnya.

Indikasi khusus:
1. Gigi penyangga:
- Vital & non vital dengan perawatan saluran akar
- Jaringan periodontal sehat
- Bone support baik
- Bentuk akar yang panjang
- Posisi dan inklinasi yang baik dalam lengkung rahang
- Bentuk dan besar anatomis gigi normal
- Mahkota gigi punya jaringan email dan dentin yang sehat
2. Gigi antagonis:
- Oklusi normal
3. Gigi tetangga :
- Tidak mengalami rotasi, migrasi, miring
2.3.6 Hukum Ante
Dalam pembuatan gigi tiruan jembatan sebaiknya berpatokan pada hukum
Ante. Hukum ante adalah konsep yang dikemukakan pada tahun 1800an dan
masih digunakan sampai sekarang. Hukum ante menyatakan bahwa "Luas
permukaan jaringan periodontium gigi penyangga harus sama atau lebih besar dari
luas permukaan gigi yang hilang atau daerah anodonsia"
Dalam keadaan tertentu, kita tidak perlu mentaati hukum Ante dalam
keadaan:
1.

Akar

panjang,

2.

Tekanan

kunyah

kokoh
yang

dan

tertanam

ringan

atau

baik
tidak

dalam

proc.

berkontak

3. Bentuk akar gigi penyangga yang tebal dan besar

2.3.7 Tahap-Tahap Pembuatan GTC


a) Tahapan Klinik I (Preparasi & Pembuatan GTJ)
Pemeriksaan, diagnosis, rencana perawatan, prognosis

alveolaris

sama

sekali

21

Preparasi gigi abutment


Preparasi merupakan suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan gigi
untuk tujuan menyediakan tempat bagi bahan restorasi mahkota tiruan atau
sebagian pegangan gigi tiruan jembatan (Smith dan Howe, 2007).
Tahap-tahap preparasi gigi penyangga:
1

Pembuatan galur
Untuk gigi anterior, galur proksimal dapat dibuat dengan baik bila gigi
bagian labiopalatal cukup tebal. Galur berguna untuk mencegah
pergeseran ke lingual atau labial dan berguna untuk mendapatkan
ketebalan preparasi di daerah tersebut. Galur pada gigi anterior dapat
dibuat dengan bur intan berbentuk silinder (Prajitno, 1994).

Preparasi bagian proksimal


Tujuannya untuk membuat bidang mesial dan distal preparasi sesuai
dengan arah pasang jembatannya. Selain itu untuk mengurangi
kecembungan permukaan proksimal yang menghalangi pemasangan
jembatan. Preparasi bagian proksimal dilakukan dengan menggunakan
bur intan berbentuk kerucut. Pengurangan bagian proksimal membentuk
konus dengan kemiringan 5-10 derajat (Prajitno, 1994).

Preparasi permukaan insisal atau oklusal


Pengurangan permukaan oklusal harus disesuaikan dengan bentuk
tonjolnya. Preparasi permukaan oklusal untuk memberi tempat logam
bagian oklusal pemautnya, yang menyatu dengan bagian oklusal pemaut.
Dengan demikian, gigi terlindungi dari karies, iritasi, serta fraktur
(Prajitno, 1994).

Preparasi permukaan bukal atau labial dan lingual


Pengurangan permukaan bukal menggunakan bur intan berbentuk
silinder. Preparasi permukaan bukal bertujuan untuk memperoleh
ruangan yang cukup untuk logam pemaut yang memberi kekuatan pada
pemaut dan supaya beban kunyah dapat disamaratakan (Prajitno, 1994).

Pembulatan sudut preparasi bidang aksial

Pembentukan tepi servikal

22

Batas servikal harus rapi dan jelas batasnya untuk memudahkan


pembuatan pola malamnya nanti. Ada beberapa bentuk servikal:
a. Tepi demarkasi (feater edge)
b. Tepi pisau (knife edge)
c. Tepi lereng (bevel)
d. Tepi bahu liku (chamfer )
e. Tepi bahu (shoulder) (Prajitno, 1994).
Retraksi gingiva
Tindakan ini merupakan tindakan yang mendahului tahap pencetakan gigi.
Merupakan tindakan penarikan/pemisahan sementara free gingiva dari gigi
yang dipreparasi dengan tujuan mendapatkan tepi preparasi servikal yang
jelas saat pencetakan serta menghindari luka pada gusi saat preparasi gigi
di sulkus gingiva. Sebelum diretraksi, dilakukan pemeriksaan gigi tetangga
apakah karies atau drifting sehingga harus diperbaiki serta dilanjutkan
dengan pembersihan debris. Ada 4 cara retraksi gingiva, yaitu:

Mekanis (benang surgical silk 0,3 mm atau copper band atau MTS)
Kimia (larutan kimia hemostatik dan tidak ada vasokonstriktor)
Kombinasi (Benang yang mengandung larutan kimia)
Bedah elektrosurgikal

Kesalahan pada retraksi gingiva dapat menyebabkan resesi gusi, atrofi


gusi, ekspos akar gigi, atau shock tekanan darah jika retraction cord
mengandung vasokonstriktor (adrenalin).
Pencetakan dan pembuatan die model
Setelah dilakukan retraksi, maka pencetakan dan pembuatan die model
dapat dimulai. Pilih jenis (stock/individual) dan ukuran sendok cetak
sesuai dengan ukuran rahang dan material cetak apa yang akan digunakan.
Untuk pembuatan GTJ umumnya material yang digunakan bersifat
elastomer dengan tujuan mendapatkan detail yang akurat. Ingat selalu
bahwa sebelum dicetak, gigi harus dalam keadaan kering dan bebas dari
cairan saliva.
Pembuatan catatan gigit

23

Tahap ini ditujukan untuk mendapatkan hubungan dari model RA & RB


sebagaimana hubungan tersebut didapat di dalam mulut pasien, sehingga
didapatkan GTC yang stabil oklusinya (oklusi sentris). Umumnya catatan
gigit dibuat menggunakan bite registration paste/bitewax.
Penentuan warna (shade)
Penentuan warna GTC dilakukan untuk mendapat warna gigi yang sesuai
dengan warna gigi-gigi tetangganya. Umumnya cara yang paling banyak
dipakai saat ini adalah dengan menggunakan shade guide dari pabrik yang
mengeluarkan bahan GTC yang kita gunakan. Kesamaan pabrik antara
shade guide dengan material yang kita gunakan di labroatorium sangat
penting karena tiap-tiap pabrik memiliki warna yang berbeda untuk satu
kode yang sama (Contoh: untuk kode A1 antara pabrik A dan pabrik B bisa
ada perbedaan warna). Dalam penentuan warna gigi harus:

Dalam keadaan basah (sehari-hari gigi itu berada nantinya)


Pencahayaan terang dari lampu neon (bukan lampu DU) dan tidak

boleh tertutupi oleh bayangan.


Pembuatan Mahkota Sementara gigi abutment dan pontik sementara
Mahkota Sementara
Pembuatannya bisa secara direct atau indirect. Jika secara direct, maka
saat sebelum dipreparasi, jika gigi mengalami karies/fraktur, ditutupi
dengan malam membentuk kontur anatomis normal, kemudian
dilakukan pencetakan. Setelah dipreparasi, cetakan negatif (alginat)
pada gigi itu diisi dengan resin akrilik kemudian dipasangkan di gigi
hasil preparasi yang sudah diberi vaselin agar tidak menempel di gigi.
Setelah mengeras sedikit, resin akrilik dirapikan seperlunya (dipotong
bagian yang berlebih) dan setelah full setting cetakan dilepas dan MTS
dipoles. Jika secara indirect, maka tahap-tahap tersebut dilakukan
pada model gigi dan kemudian setelah jadi MTS dicobakan di gigi
pasien.
Cara diatas merupakan pembuatan mahkota sementara secara
fabricated. Cara lain adalah dengan menggunakan mahkota sementara
prefabricated. Berbeda dengan cara fabricated, ada beberapa macam
bahan mahkota sementara digunakan, seperti aluminium, akrilik, dan

24

seluloid. Prosedur pemakaiannya: o Pemilihan mahkota sementara,


untuk gigi depan harus diperhatikan warna, bentuk dan besar yang
sesuai. o Adaptasi bagian servikal dan bagian dalam mahkota. Bagian
servikal setiap mahkota sementara tidak boleh menekan bagian
gingival untuk mencegah resesi.
Pontik Sementara
Pembuatan pontik sementara dilakukan sebelum pencetakan untuk
pembuatan GTJS pada retainernya. Disini pontik dibuat dengan
menggunakan wax (biasanya inlay wax) dan kemudian baru dilakukan
pencetakan untuk pembuatan MTS di gigi abutment.
b) Tahapan Klinik II (Evaluasi GTJ)
Setelah GTJ selesai difabrikasi dari laboratorium (belum jadi sepenuhnya baru
backing logam), sebelum dipasangkan pada pasien GTJ ini perlu dievaluasi
terlebih dahulu, terutama pada kualitas backing logam dan facing porcelainnya
(pada tipe PFM), namun jika tidak menggunakan bahan ini maka tidak perlu
dievaluasi. Disini dievaluasi kecekatan GTC, ketepatan marginal, kontak
proksimal, ruang untuk facing, kontak oklusal dan artikulasi. Jika evaluasinya
baik, maka backing logam ini dikembalikan lagi ke laboratorium untuk dibuatkan
facing porselennya. Setelah jadi sepenuhnya, kembali dilakukan evaluasi
pemeriksaan di gigi pasien namun belum disementasi secara permanen. Evaluasi
ini meliputi:
Kecekatan (fitness/self retention)
GTC harus memiliki kecekatan yang maksudnya saat dipasangkan bisa pas
dan tidak jatuh saat dipasang di gigi hasil preparasi dan mampu melawan
gaya-gaya ringan yang berlawanan dengan arah insersi tanpa sementasi.

Marginal fitness & integrity


Diperiksa pada bagian tepi servikal restorasi menggunakan sonde
halfmoon; apakah ada bagian yang terlalu pendek atau terbuka serta
dilakukan pemeriksaan mengelilingi servikal. Kemudian dilihat juga

25

kondisi gusi, apakah mengalami kepucatan (menandakan tepi servikal


yang terlalu panjang sehingga menekan gusi). Disini perlu dilakukan
pengurangan panjang namun jangan sampai terlalu pendek yang dapat
berakibat terbukanya tepi restorasi.
Kontak proksimal
Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging, atau overkontur (terlalu
ke labial atau lingual atau oklusal). Perhatikan juga efek dari ACF karena
gaya ini sangat berpengaruh terhadap kondisi inklinasi gigi. Pengecekan
dilakukan dengan menggunakan benang gigi dan dilewatkan di proksimal
gigi tetangga ataupun antar GTC. Disini benang harus mengalami
hambatan ringan namun tidak sampai merobek benang.
Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva
Merupakan kedudukan pada gigi penyangga harus tetap dan tepat,
sehingga tidak goyang, memutar, ataupun terungkit meskipun tidak diberi
gaya. Untuk masalah faktor ungkit umumnya diperiksa dengan menekan
salah satu gigi penyangga. Adaptasi mukosa tentu perlu karena nantinya
GTJ akan menekan gusi meskipun ringan namun tetap tidak boleh
membuat perubahan warna pada gusi yang dapat berujung pada resesi serta
untuk memaksimalkan efek self cleansing pada daerah embrasurnya.
Penyesuaian oklusal
Pemeriksaan dilakukan menggunakan kertas artikulasi dan diletakan di
titik kontak dan titi oklusi dan suruh pasien menggigit kertas tersebut
dalam kondisi oklusi sentris. Hasil yang baik adalah tidak adanya tanda
pada hasil restorasi yang menandakan bahwa oklusi sudah nyaman dan
tidak ada yang mengganjal atau ketidaknyamanan saat beroklusi. Hal ini
perlu karena ketidaknyamanan ini dapat berujung pada gangguan sistem
mastikasi.
Estetika
Syarat estetis selalu menjadi poin utama dalam setiap restorasi, khususnya
pada masa kini dimana pasien menginginkan restorasinya sewarna gigi dan
seideal mungkin, maka pada bagian yang terlihat saat tersenyum (anterior
dan sebagian kecil posterior) maka restorasi harus sewarna gigi

26

tetangganya dan harus mengikuti kontur, anatomi, dan bentuk normal gigi
tersebut.
c) Tahapan Klinik III (Sementasi dan Insersi)
Tahap pemasangan dilakukan dengan cara melakukan sementasi dari retainer
pada GTJ ke gigi penyangga menggunakan semen permanen yang tidak larut
dalam cairan mulut sehingga GTJ dapat berfungsi penuh. Pemasangan dapat
bersifat sementara ataupun permanen namun umumnya bahan yang digunakan
sama hanya berbeda tujuannya. Pemilihan bahan sementasi didasarkan pada:

Besar beban kunyah .


Jumlah gigi penyangga
Keadaan gigi penyangga
Desain dan bahan gigi tiruan (Smith dan Howe, 2007).

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas bahan semen yang umum


digunakan antara lain GIC, Semen Resin, Zinc-Polikarbonat, dan Zinc-Fosfat.
d) Pemeliharaan Gigi Tiruan Jembatan
Pemeliharaan kesehatan mulut untuk menunjang jesehatan gingiva disekitar
gigi tiruan dan giginya sendiri. Pemeliharaan yang harus dilakukan oleh pasien
yang bertujuan untuk menghilangkan plak dan sisa makanan berupa:
Menghilangkan plak gigi berupa penyikatan dan penggunaan alat
pembersih lainnya (brushing, flossing, dan irigasi) dengan disclosing
solution sebagai kontrol plak.
Sikat gigi : digunakan untuk daerah yang mudah terlihat,dengan
tekanan yang ringan dan memakai sikat yang agak lunak pada
permukaan gigi dan daerah gingival
Alat pembersih lainnya : pada daerah yang sukar / tidak terlihat
seperti interdental atau dasar pontik, dapat dipakai :
Dental floss : dengan alat bantu pengait berbentuj loop atau

jarum.
Hytrel : merupakan dental cleansing tape (bentuk pita) yang
berguna untuk membersihkan dasar pontik

Oral irrigating device : merupakan penyemprot air bertekanan


yang dapat mengeluarkan sisa makanan

27

Interdental cleaning device : merupakan alat yang berguna untuk


membersihkan area interdental

e) Masalah Paska-Insersi (Post-Insertion Problem)


Setelah gigi tiruan jembatan dipasang tetap, dapat terjadi reaksi pada struktur
jaringan keras dan lunak gigi baik pada gigi tiruannya maupun daerah lainnya
seperti pulpa, jaringan periodontal, mukosa pipi/lidah atau neuromuscular otot
kunyah dan sendi rahang.
Sensitif / Peka Terhadap Suhu Sensitif baik pada rangsangan
dingin/panas dapat berlangsung beberapa hari atau bulan setelah
pemasangan. Penyebabnya: dekatnya dinding preparasi dengan pulpa, gigi
tiruan jembatan sementara yang tidak melindungi secara sempurna, dan
adanya kontak prematur.
Rasa Tidak Enak Selama Berfungsi Penyebabnya: Terjadinya kontak
premature atau hambatan gerak sentrik/lateral. Koreksi oklusal dapat
menghilangkan gejala tersebut.
Timbulnya Peradangan Gusi Faktor predisposisi: Oral hygine yang
buruk, edain yang salah, prosedur kerja yang kurang baik. Penyebab
langsung: overkontur, embrasure sempit, trauma karena bur / alat
pengasah, adanya sisa bahan cetak/semen sementara yang tertinggal
didalam sulkus.
Retensi Sisa Makanan Retensi sisa makanan sering terjadi dibawah
pontik konektor. Yang terpenting adalah cara pemeliharaan dan
pembersihannya. Kontak yang berat pada gerak artikulasi yang
menyebabkan pergerakan gigi penyangga, dapat menimbulkan retensi
makanan didaerah kontak giginya.
Tergigitnya Pipi / Lidah Penyebab: overjet oklusal, gigi posterior terlalu
kecil, atau kontaknya cusp to cusp. Tergigitnya pipi yang berlangsung
sementar disebabkan karena belum adaptasinya otot kunyah.
Pergerakan Gigi Penyebab: karena kontak oklusal yang berat pada
artikulasi yang dimulai dengan adanya rasa tidak nyaman selama berfungsi
namun dibiarkan (tidak segera diatasi).
Gangguan Sistem Neuromuskular Gangguan ini menimbulkan rasa tidak
nyaman yang harus segera ditanggulangi. Penyebab: tidak sesuainya gerak

28

artikulasi gigi tiruan dengan gerak sendi rahang. Perubahan posisi sendi
rahang akan menimbulkan sakit yang hebat pada otot kunyah dan sendi
rahang.
Keluhan yang Tidak Jelas Keluhan ini antara lain disebabkan oleh:
Rasa tidak enak karena adanya beban tambahan pada gigi penyangga
Ada kontak premature ringan
Adanya gigi tiruan pada daerah yang dulunya tidak ada
Tidak menerima gigi tiruan secara psikologis karena tidak ada
motivasi sejak awal (terpaksa)

Anda mungkin juga menyukai