Anda di halaman 1dari 2

Penatalaksanaan Abses

Menurut Tapazian et al (1994). Penatalaksanaa terbaik untuk abses adalah insisi


dan drainase. Penatalaksanaan abses apabila belum terjadi fluktuasi secara
spontan, maka dilakukan insisi pada puncak fluktuasi dan drainase dipertahankan
menggunakan drain, setelah itu pasien diberikan antibiorik untuk mencegah
persebaran bakteri dan analgesik untuk mengirangi rasa sakit. Dalam keadaan
abses yang akut tidak boleh dilakukan tindakan pencabutan karena manipulasi
ekstraksi yang dilakukan dapat menyebarkan radang sehingga mungkin terjadi
osteomyelitis. Menurut Peterson (2003), tahapan prosedur insisi pada
penatalaksanaan abses adalah sebagai berikut :
1. Aplikasi larutan asepsis sebelum dilakukan insisi, dengan tujuan untuk
membersihkan bakteri pada area yang dilakukan insisi.
2. Anestesi dapat dilakukan disekitar drainase, anestesi yang dilakukan bisa
infiltrasi ataupun dengan Chlor Etil.
3. Untuk menghindari terjadinya persebaran bakteri ke jaringan yang akan di
insisi maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Menghindari duktus salivarius dan pembuluh darah besar.
b. Insisi dilakukan pada bagian superfisial titik terendah untuk
menghindari sakit dan pengeluaran pus harus sesuai dengan gravitasi.
c. Jika memungkinkan maka insisi dilakukan di intra oral, dan daerah
yang baik secara estetik.
d. Insisi dan drainase dilakukan pada saat yang tepat, saat fluktuasi
positif.
4. Drainase abses dilakukan dengan menggunakan hemostat dengan ujung
tertutup, kemudian lakukan eksplorasi dan keluarkan hemostat dengan
ujung terbuka. Pada saat eksplorasi lakukan pemijatan lunak untuk
membantupengeluaran pus.
5. Penempatan drain karet di dalam rongga abses dan difiksasi dengan jahitan
pada salah satu tepi insisi untuk menjaga insisi menutup dan kasa tidak
terlepas.
6. Setelah itu pasien diberikan obat antibiotik untuk mencegah persebaran
bakteri di jaringan dan obat analgesik untuk menhilangkan rasa sakit pasca
insisi. Setelah itu dapat ditambahkan dengan kumur larutan saline ( 1
sendok teh garam + 1 gelas air ) yang dikumur setiap setelah makan,
7. pasien diedukasikan untuk melakukan beberapa hal, yaitu : tidak minum
air panas, tidak merokok, dan sementara mengunyah pada bagian yang
tidak dilakukan insisi. Selaiin itu pasien diedukasi juga untuk datang
kontrol 2 hari pasca insisi untuk melihat perubahan yang terjadi.
8. Jika pus dan gejala lain sudah tidak ada maka bisa dilakukan ekstraksi.

Sumber pustaka

Peterson, LI. 2003. Contemporary Oral dan Maxillofacial Surgery. Fourth


Edition. St. Louise : Mosby ltd.
Tapazian, RG. Goldberg, MH. Hupp, JR. 1994. Oral and Maxillofacial Infection :
Odontogenic Infection and Deep Fascial Space Infections of Dental Origin. 3rd
edition. Chapter 6. Philadelphia : WB Sounders Co.

Anda mungkin juga menyukai