PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya pesisir dan lautan, merupakan salah satu modal dasar
pembangunan di Indonesia yang sangat diharapkan saat ini, di samping
sumber daya alam darat. Tetapi sumber daya alam darat, minyak dan gas serta
mineral tertentu semakin berkurang akibat eksploitasi yang telah berlangsung
sejak lama.
Memasuki era otonomi daerah, dari sekian banyak potensi pembangunan
yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), wilayah pesisir
merupakan sumber pertumbuhan baru yang berpotensi untuk dikelola secara
terpadu, bertahap dan terprogram yang melibatkan dua atau lebih ekosistem
untuk mencapai tingkat pemanfaatan sistem sumber daya alam secara optimal.
Hal ini tidaklah berlebihan mengingat tiga alasan yaitu : Pertama, fakta fisik
bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri
dari 17.058 pulau, dengan panjang garis pantai + 81.000 Km. Wilayah lautan
meliputi 5,8 juta Km2 atau 70% dari luas total teritorial Indonesia. Kedua,
sepanjang garis pantai dan bentangan perairan laut terkandung kekayaan
sumber daya alam yang berlimpah mulai dari sumber daya alam yang dapat
diperbaharui, sampai yang tidak dapat di perbaharui. Belum lagi jasa jasa
lingkungan (enviromental service) berupa pemandangan pantai dan laut yang
indah yang dapat dijadikan sebagai aset pariwisata. Ketiga, semakin
bertambahnya jumlah penduduk, secara tidak langsung berdampak pada
peningkatan kebutuhan sumber daya alam sebagai input dalam proses
produksi atau proses pembangunan lainnya. Di lain pihak sumber daya daratan
(terristrial) yang kita miliki semakin menipis, yang mengakibatkan mau atau
tidak mau akan berpaling ke kawasan pesisir dan lautan untuk memenuhi
segenap kebutuhan sumber daya alam bagi kelangsungan pembangunan
(Rokhmin Dahuri, dkk, dalam sulistyo (2006))
Dalam konteks yang lebih luas, beberapa alasan pokok diatas memerlukan
penanganan lebih lanjut, yaitu dalam bentuk pengelolaan yang terprogram
secara terencana dan terpadu. Perencanaan yang terpadu diarahkan sebagai
suatu upaya untuk mencapai tingkat pemanfaatan sistem sumber daya alam
pesisir secara optimal dengan memperhatikan dampak lintas lingkungan yang
ditimbulkan
guna
mendapatkan
keuntungan
ekonomis
secara
berkesinambungan untuk kemakmuran rakyat.
Keterpaduan
Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
Berkelanjutan
Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan
Keterbukaan
Keersamaan dan Kemitraan
Perlindungan Kepentingan Umum
Kepastian hukum dan keadilan
Akuntabilitas
Penataan ruang dilakukan secara terpadu, dan yang dimaksud
dengan terpadu adalah bahwa penataan ruang dianalisis dan
dirumuskan menjadi satu kesatuan dari berbagai kegiatan pemanfaatan
ruang baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Penataan ruang
dilakukan secara terpadu dan menyeluruh mencakup antara lain
pertimbangan aspek waktu, modal, optimasi, daya dukung lingkungan,
daya tampung lingkungan, dan geopolitik. Dalam mempertimbangkan
aspek waktu, suatu perencanaan tata ruang memperhatikan adanya
aspek prakiraan, ruang lingkup wilayah yang direncanakan, persepsi
yang mengungkapkan berbagai keinginan serta kebutuhan dan tujuan
pemanfaatan ruang. Penataan ruang harus diselenggarakan secara tertib
sehingga memenuhi proses dan prosedur yang berlaku secara teratur
dan konsisten.
Penataan ruang harus berdaya guna dan berhasil guna dimana
harus dapat mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan potensi
dan fungsi ruang. Kemudian, serasi, selaras, dan seimbang dengan
maksud bahwa penataan ruang dapat menjamin terwujudnya
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan struktur dan pola
pemanfaatan ruang bagi persebaran penduduk antar wilayah,
pertumbuhan dan perkembangan antar sektor, antar daerah, serta antara
sektor dan daerah dalam satu kesatuan wilayah. Kemudian, penataan
ruang berasaskan berkelanjutan yang menjamin kelestarian
kemampuan daya dukung sumber daya alam dengan memperhatikan
kepentingan lahir dan batin antar generasi.
2. Manfaat
Manfaat dari penelian ini nantinya akan memberikan output bagi
seluruh stakeholder, baik dalam bentuk data maupun arahan bagi penataan
ruang di wilayah penelitian.
3. Kedudukan
Kawasan konservasi;
Alur Laut.
E. Landasan Formal
1. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang
mei
Juni
Juli
Item
Persiapan laporan/survei
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Presentasi
Pengumpulan Tugas